//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.  (Read 552243 times)

0 Members and 3 Guests are viewing this topic.

Offline silemot

  • Teman
  • **
  • Posts: 82
  • Reputasi: 4
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #540 on: 07 January 2011, 11:14:14 AM »
Coba lihat yg dibold. Seharusnya dan kalau bisa tanyakan ke romo itu lagi apa yang dimaksud "kesadaran/citta itupun bersifat anatta " sekaligus minta contohnya.... _/\_

Metta.

ko bond : krn kesadaran itu berubah maka anatta. kalau tidak berubah kita pasti mati :)) gt penjelasan selanjutnya
we learn how to accept reality, not how to escape from reality.. nor how we forget the reality and let it pass..

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #541 on: 07 January 2011, 11:31:20 AM »
ko tesla bisa tolong bantu jelaskan mengapa anatta disebut dengan tidak ada atta?
saya pernah bertanya kpd salah satu romo mengenai anatta berikut pemaparannya :
saya : apakah atta itu? dan apakah ada hubungannya dengan karma?
dan beliau menjawab : atta tsb adl citta / kesadaran, tapi kesadaran itu pun bersifat anatta. apakah maksudnya sama dengan pernyataan koko?
dan dari referensi buku anattalakhana - sutta disanapun di jelaskan bahwa citta tsb adalah bukan aku.
mohon bantuannya :)
yah ada 2 pendapat & pendapat ini walau tidak bertolak belakang, namun memiliki arti yg berbeda... kalau dicampur yah jadi binggung :)

1. anatta = tidak ada atta
terus terang saya pribadi pun tidak sependapat dg pendapat bahwa anatta = tidak ada atta, dalam pemahaman ini atta sebenarnya cuma ilusi. yg paling mutlaknya cuma ada tubuh & batin (mind & matter)... mungkin fabian lebih kompeten membahas ini.

2. anatta = bukan diri
saya lebih setuju dg ini, yaitu panca khandha (atau disingkat saja tubuh & batin), bukanlah diri. bedanya dg pendapat romo tsb, menurut saya batin (citta) pun bukan diri.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #542 on: 07 January 2011, 11:35:01 AM »
1. Jika atta tidak ada alias penggabungan khanda maka itu semua juga bukan atta.

2. Jika pancakhanda bukan atta maka apakah ada atta tentu tidak ada atta.

sepintas memang kelihatan pendapat ini tidak bertolak belakang,
tapi pada kesimpulan akhirnya, pendapat pertama sampai pada tidak ada atta
sedang pendapat kedua tidak sampai pada kesimpulan demikian.
kesimpulan akhirnya adalah, panca khanda bukan atta. itu saja. titik. ada atau tidak ada <--- tidak dibicarakan
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #543 on: 07 January 2011, 11:48:31 AM »
sepintas memang kelihatan pendapat ini tidak bertolak belakang,
tapi pada kesimpulan akhirnya, pendapat pertama sampai pada tidak ada atta
sedang pendapat kedua tidak sampai pada kesimpulan demikian.
kesimpulan akhirnya adalah, panca khanda bukan atta. itu saja. titik. ada atau tidak ada <--- tidak dibicarakan

Memang seperti itu, dan ini hebat-nya ajaran BUDDHA. hehehehe... Tidak berspekulasi ada atta atau tidak ada atta... yang bisa memicu pada pertanyaan yang paling pamungkas... CAUSA PRIMA...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #544 on: 07 January 2011, 11:56:20 AM »
Imo, ada pandangan yang berbeda dengan anda mengenai apa itu diri/atta dalam anggapan umum, sekali lagi dalam anggapan umum.
Diri/atta dalam anggapan umum, bagi Theravada adalah hanya gabungan dari panca khanda sekali lagi gabungan dari panca khanda (bukan panca khanda yang berdiri sendiri-sendiri).  Singkatnya : gabungan Panca Khanda = Diri/atta dalam anggapan umum

Sedangkan anda berpendapat (cmiiw) ada hal lain yang membentuk Diri/atta dalam anggapan umum, yaitu “T”. Singkatnya: : gabungan Panca Khanda + “T” = Diri/atta dalam anggapan umum.

Bagaimana apakah sependapat dengan perbandingannya seperti ini?

ralat bro,

sejauh yg saya tau, ada 2 macam pandangan theravada:
1. anatta = tidak ada atta (hanya gabungan panca khandha)
2. anatta = bukan atta, anatta adalah doktrin utk mengajarkan kita agar melepaskan ego kita, bukan pembahasan ada atau tidak adanya atta.

kedua pandangan ini masih umum dan saya condong ke yg ke2.
ini ter-documen dg baik, bukan jawaban essay singkat dari saya, berikut kutipannya:
Quote
If there's no self, then who gets enlightened?   
If there's no self, then what gets reborn?
If there's no self, then why...?


    Nowhere in the Pali canon does Buddha categorically declare, without qualification, "There is no self."[1] Any question that begins along the lines of, "If there's no self..." is thus inherently misleading, dooming the questioner to a hopeless tangle of confusion — "a thicket of [wrong] views" [MN 2]. Such questions are best put aside altogether in favor of more fruitful lines of questioning.[2]

ref: http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/bullitt/bfaq.html#noself




Quote
Sedangkan anda berpendapat (cmiiw) ada hal lain yang membentuk Diri/atta dalam anggapan umum, yaitu “T”. Singkatnya: : gabungan Panca Khanda + “T” = Diri/atta dalam anggapan umum.

Bagaimana apakah sependapat dengan perbandingannya seperti ini?
mengenai ini, kalau boleh saya menjelaskan pakai bahasa saya dahulu:
ada "T" yg melekat pada eksistensi (jati diri), oleh karena itu ia mengambil terus suatu wujud, terlahir (mati dan terlahir terus).
imho, pandangan ini sama sekali tidak diajarkan dalam Theravada, krn hanya akan menjadi deadlock utk lepas dari rasa melekat utk mencari jati diri (keluar dari pantai eksistensi).
so ini bukan topik Buddhisme Theravada ya.
lebih detailnya lagi pandangan saya adalah demikian:
alasan lain T tidak dijelaskan dalam sutta adalah karena "T" adalah sesuatu itu, diluar mind & matter, (alasan lebih kuat tetap yg saya bold red)
menjelaskan sesuatu yg diluar mind & matter adalah tidak mungkin, imho byk upaya utk menjelaskan ini tetapi selalu kembali pada mind & matter (mis saja bhikkhu yg menyimpulkan bahwa citta yg tidak berkondisi --- saya pribadi tidak meragukan pencapaian bhikkhu tsb, tp imho bhikkhu tsb tidak dapat menjelaskan dg baik --- memang tidak bisa, siapapun termasuk Buddha).
so akhir kata, kita tidak bisa bahas lebih lanjut soal "T"
« Last Edit: 07 January 2011, 12:00:51 PM by tesla »
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #545 on: 07 January 2011, 12:32:07 PM »
ribet bener...
manusia/mahluk -> panca khanda -> masing2 komponen anicca -> semua itu jadinya dukkha -> karena smeuanya dukkha,  semuanya anatta -> memahami itu, jd kecewa pada panca khanda -> tidak tertarik -> tidak melekat/terbebas
soal ini milikku, mobil ku, dkk, kalau tidak ada si aku itu sama sekali pada "diri kita", yg eksternal itu jadi tidak relevan.

Saya mencoba untuk menguraikan sebagian penjelasan Suhu Medho (untuk baris yang di tebalkan saja) , cmiiw.

Panca Khanda yang sifatnya anicca ini bergabung membentuk diri/atta dalam anggapan/istilah umum. Supaya mudah kita ganti saja istilah: diri/atta dalam anggapan/istilah umum dengan kata “si Amir”

Kemudian si Amir  ini menerima sensasi dari luar dan dalam ditambah LDM sehingga muncul kemelekatan pada dirinya sendiri (diri/atta dalam anggapan umum / si Amir melekat pada dirinya sendiri) dan hal-hal di luar dirinya. Tanpa pengetahuan yang sesungguhnya maka timbullah konsepsi, pemikiran, ide mengenai adanya: Aku/Diri sejati, dia milikku, ini milikku, mobilku, egoistis, dsb pada diri si Amir.

Realitasnya,Dunia itu tidak kekal, anicca, berubah,sehingga Dunia termasuk si Amir tidak selamanya tetap, si Amir tidak bisa menginginkan dirinya sesuai dengan keinginannya, si Amir tidak bisa memegang/menahan kondisi dirinya agar tetap. Si Amir bukanlah Diri sesungguhnya, karena seperti perumpamaan sebuah buku, jika buku tersebut adalah milik kita maka kita bisa memperlakukannya sekehendak kita, mau dibakar, atau digoreng, tapi jika bukan milik kita tapi orang lain maka tidak bisa sekehendak kita. Inilah definisi dari Anatta/Bukan Diri, yaitu sesuatu yang tidak bisa di pegang, yang tidak bisa perlakukan sekehendak ‘hati’ karena adanya sifat Anicca.

Maka terjadilah gesekan, pertentangan, tarik-menarik, ketidaksesuaian antara konsepsi, pemikiran, idenya si Amir tersebut dengan realitas yang ada, dimana si amir tidak bisa memperlakukan segala hal termasuk dirinya sesuai kehendaknya maka muncullah stress, kesusahan, beban pada si Amir, inilah Dukkha.
« Last Edit: 07 January 2011, 12:35:01 PM by Kelana »
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #546 on: 07 January 2011, 01:20:06 PM »
Saya mencoba untuk menguraikan sebagian penjelasan Suhu Medho (untuk baris yang di tebalkan saja) , cmiiw.

Panca Khanda yang sifatnya anicca ini bergabung membentuk diri/atta dalam anggapan/istilah umum. Supaya mudah kita ganti saja istilah: diri/atta dalam anggapan/istilah umum dengan kata “si Amir”

Kemudian si Amir  ini menerima sensasi dari luar dan dalam ditambah LDM sehingga muncul kemelekatan pada dirinya sendiri (diri/atta dalam anggapan umum / si Amir melekat pada dirinya sendiri) dan hal-hal di luar dirinya. Tanpa pengetahuan yang sesungguhnya maka timbullah konsepsi, pemikiran, ide mengenai adanya: Aku/Diri sejati, dia milikku, ini milikku, mobilku, egoistis, dsb pada diri si Amir.

Realitasnya,Dunia itu tidak kekal, anicca, berubah,sehingga Dunia termasuk si Amir tidak selamanya tetap, si Amir tidak bisa menginginkan dirinya sesuai dengan keinginannya, si Amir tidak bisa memegang/menahan kondisi dirinya agar tetap. Si Amir bukanlah Diri sesungguhnya, karena seperti perumpamaan sebuah buku, jika buku tersebut adalah milik kita maka kita bisa memperlakukannya sekehendak kita, mau dibakar, atau digoreng, tapi jika bukan milik kita tapi orang lain maka tidak bisa sekehendak kita. Inilah definisi dari Anatta/Bukan Diri, yaitu sesuatu yang tidak bisa di pegang, yang tidak bisa perlakukan sekehendak ‘hati’ karena adanya sifat Anicca.

Maka terjadilah gesekan, pertentangan, tarik-menarik, ketidaksesuaian antara konsepsi, pemikiran, idenya si Amir tersebut dengan realitas yang ada, dimana si amir tidak bisa memperlakukan segala hal termasuk dirinya sesuai kehendaknya maka muncullah stress, kesusahan, beban pada si Amir, inilah Dukkha.


saya setuju sekali dengan penjelasan di atas untuk lingkup 1 kehidupan misalnya...
Tetapi kalau pertanyaan-nya adalah mengenai CAUSA PRIMA (penyebab) awal, di-runut ke belakang terus menerus... itu-lah yang sering dipertentang-kan dengan adanya ATTA atau TIDAK ADA-nya ATTA (atau bisa juga bertanya tentang PENYEBAB AWAL) dari semua itu...

Dan memang di dalam PALI KANON, tidak ada terdapat referensi tentang PENYEBAB AWAL, ASAL MUASAL SEGALA SESUATU, TERMASUK juga menyatakan bahwa ADA atau TIDAK ADA-NYA ATTA...
Seperti yang dipaparkan oleh sdr.Tesla dengan sangat baik, bahwa yang ada di anattalakkhana sutta hanya dikatakan bahwa PANCAKHANDA bukan ATTA...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #547 on: 07 January 2011, 01:28:55 PM »
JIVA ATTA DAN PARAMA ATTA

Para penganut Atta menyatakan bahwa Atta terdiri dari dua
jenis:  Jiva Atta dan  Parama atta. Menurut mereka, masingmasing makhluk, apakah manusia, dewa, atau binatang
memiliki diri, dan inti jiwa atau zat yang disebut Jiva atta. Jiwa
ini atau entitas hidup dipercaya sebagai ciptaan Tuhan. Tetapi
beberapa penganut menganggap bahwa Jiva atta perseorangan
ini adalah bagian kecil dari Atta yang terpancar dari Atta besar
dari Tuhan.
Parama atta adalah Atta besar Tuhan yang telah menciptakan
dunia bersama dengan semua makhluk di dalamnya. Menurut
beberapa penganut,  Atta besar Tuhan ini meliputi seluruh
dunia, tetapi yang lainnya mengatakan bahwa ia berada di
Alam Surga. Gagasan Diri kecil dan Diri besar ini, tentu saja,
semuanya hanya khayalan, hanya berupa spekulasi.
Tidak seorangpun yang pernah bertemu atau melihat Tuhan
yang merupakan perwujudan dari Parama atta. Kepercayaan
akan penciptaan oleh Tuhan juga adalah khayalan, kepercayaan
spekulatif, yang telah berlangsung lama sebelum munculnya
Buddha yang  Tercerahkan Sempurna. Ini jelas dari kisah
Brahmà Baka.

sumber: Komentar Anattalakkhana Sutta oleh Mahasi Sayadaw(DC Press)
« Last Edit: 07 January 2011, 01:38:25 PM by Indra »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #548 on: 07 January 2011, 01:38:06 PM »
EMPAT JENIS KEMELEKATAN ATTA

Ada empat jenis kemelekatan Atta muncul dari kepercayaan
akan Diri atau jiwa.

(1) Kemelekatan Sàmi atta: Kepercayaan bahwa ada, di dalam tubuh seseorang, suatu entitas hidup, yang mengatur dan mengarahkan keinginan dan perbuatan. Adalah jiwa yang hidup ini yang berjalan, berdiri, duduk, tidur, berbicara kapanpun ia inginkan.

“Kemelekatan Sàmi atta adalah kepercayaan akan adanya suatu entitas hidup di dalam tubuh seseorang, yang mengendalikan dan mengarahkan sesuai keinginannya.”

Anattalakkhana Sutta yang diajarkan oleh Sang Bhagavà secara khusus bertujuan untuk melenyapkan kemelekatan Sàmi atta ini. Sekarang, karena Sutta ini pertama kali diajarkan kepada Kelompok Lima Bhikkhu yang telah menjadi Pemasuk-Arus, tidakkah patut dipertanyakan apakah seorang Pemasuk-Arus masih dirintangi oleh kemelekatan Atta?

“Pemasuk-Arus telah meninggalkan kemelekatan Atta, tetapi masih berpegang pada kesombongan.”

Pada tingkat Sotàpanna, Pemasuk-Arus, belenggu-belenggu kepercayaan akan diri (pandangan salah tentang diri), keragu-raguan dan kebimbangan, dan keterikatan pada upacara dan ritual telah dilenyapkan secara total. Tetapi seorang Pemasuk-Arus belum terbebas dari Asmi-màna,
kesombongan-aku. Bangga akan kemampuannya, statusnya, “Aku dapat melakukan; Aku mulia,” adalah genggaman pada kesombongan-aku. Tetapi kesombongan seorang Pemenang Arus berhubungan dengan kualitas sesungguhnya, ia memang benar memiliki dan bukan keangkuhan palsu berdasarkan pada kualitas yang tidak ada.

Oleh karena itu, Pemasuk-Arus harus, melanjutkan praktik  Vipassanà untuk melenyapkan kemelekatan pada kesombongan-aku yang masih merupakan belenggu baginya.
Ketika Vipassanà-nana telah lebih terkembang, kesombonganaku ini berhenti dan sebagian telah dilenyapkan oleh Jalan Sakadàgàmi. Tetapi belum benar-benar dilenyapkan. Jalan Anàgàmi semakin memperlemahnya, tetapi Jalan ini juga hanya melenyapkan sebagian. Hanya melalui Arahatta magga, kesombongan-aku ini dapat dilenyapkan secara total. Dengan
demikian dapat dianggap bahwa Anattalakkhana Sutta diajarkan oleh Sang Bhagavà untuk melenyapkan secara total kemelekatan pada kesombongan-aku yang masih menempel
pada Kelompok Lima Bhikkhu walaupun mereka telah mencapai tingkat Pemasuk-Arus.

(2) Kemelekatan  Nivàsī atta: Kepercayaan bahwa ada suatu entitas hidup yang secara permanen berada dalam tubuh seseorang.

“Kemelekatan Nivàsī atta adalah kepercayaan bahwa ada suatu entitas hidup yang secara permanen berada dalam tubuh seseorang. Ini adalah kepercayaan umum banyak orang bahwa
mereka ada secara permanen sebagai makhluk hidup sejak saat dilahirkan hingga saat kematian. Ini adalah kemelekatan Nivàsī atta. Beberapa orang menganggap bahwa tidak ada yang tersisa
setelah kematian; ini adalah pandangan keliru pemusnahan.

Dan beberapa orang lainnya percaya pada pandangan keliru keabadian yang menganggap bahwa entitas hidup dalam tubuh tetap tidak terhancurkan setelah kematian; ia berlanjut
menempati tubuh baru dalam kehidupan baru. Adalah dengan pandangan untuk melenyapkan dua pandangan  keliru ini bersama dengan kemelekatan pada kesombongan-aku maka
Anattalakkhana Sutta diajarkan oleh Sang Bhagavà, yaitu, untuk melenyapkan kemelekatan pada kesombongan-aku yang masih membelenggu Kelompok Lima Bhikkhu dan Para
Mulia lainnya; dan untuk melenyapkan dua pandangan keliru serta kesombongan-aku pada kaum duniawi biasa.”

Selama seseorang melekat pada kepercayaan bahwa ada secara permanen suatu entitas hidup atau jiwa, maka selama itu pula ia menganggap bahwa tubuhnya dapat
dikendalikan sesuai keinginannya. Dapat dipahami bahwa Anattalakkhana Sutta dibabarkan untuk melenyapkan bukan hanya kemelekatan Sàmi atta tetapi juga kemelekatan Nivàsī
atta. Begitu kemelekatan Sàmi atta dilenyapkan, jenis lainnya dari kemelekatan Atta dan pandangan-pandangan keliru juga secara bersamaan dilenyapkan secara total.

(3) Kemelekatan  Kàraka atta: Kepercayaan bahwa adalah entitas hidup, jiwa yang mengakibatkan setiap perbuatan fisik, ucapan dan pikiran.

“Kemelekatan  Kàraka atta adalah kepercayaan bahwa suatu entitas hidup yang bertanggung jawab atas setiap perbuatan fisik, ucapan dan pikiran.”
Kemelekatan  Kàraka atta lebih banyak berhubungan dengan Saïkhàrakkhandà, gugus bentukan-bentukan. Kita akan membahasnya lebih luas ketika kita sampai pada gugus bentukan-bentukan.

(4) Kemelekatan  Vedaka atta: Kepercayaan bahwa semua perasaan apakah menyenangkan atau tidak menyenangkan.

“Kemelekatan Vedaka atta adalah kepercayaan bahwa semua perasaan apakah menyenangkan atau tidak menyenangkan dirasakan oleh entitas hidup, diri.”
Kemelekatan Vedaka atta lebih banyak berhubungan dengan Vedanakkhandà, gugus perasaan yang akan kita bahas pada hari purnama bulan Nayon yang akan datang.
Rupakkhandà, gugus materi adalah bukan Diri, ataupun entitas hidup, Atta melainkan Bukan-diri, Anatta telah cukup dijelaskan tetapi masih perlu untuk menjelaskan bagaimana
para yogī yang berlatih meditasi Vipassanà dapat melihat sifat dari  Anatta, bukan-diri dengan tanpa mengerahkan usaha.
Kita akan membahasnya dengan penjelasan bagaimana ini dilakukan.

sumber: Komentar Anattalakkhana Sutta oleh Mahasi Sayadaw (DC Press)
« Last Edit: 07 January 2011, 01:39:53 PM by Indra »

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #549 on: 07 January 2011, 02:35:04 PM »
ralat bro,

sejauh yg saya tau, ada 2 macam pandangan theravada:
1. anatta = tidak ada atta (hanya gabungan panca khandha)
2. anatta = bukan atta, anatta adalah doktrin utk mengajarkan kita agar melepaskan ego kita, bukan pembahasan ada atau tidak adanya atta.

kedua pandangan ini masih umum dan saya condong ke yg ke2.
ini ter-documen dg baik, bukan jawaban essay singkat dari saya, berikut kutipannya:



Dari yang saya tahu, ini terjadi karena bias dari bahasa dari kata 'a-' yang diterjemahkan menjadi 'bukan’ dan ‘tidak'

Ketika pertama kali belajar Buddhisme saya menemukan pengertian anatta:

Anatta = tidak ada diri sejati, di sini diikuti dengan kata ‘sejati’. Ini berarti yang tidak ada adalah diri yang sejati, dan yang ada adalah diri yang tidak sejati yaitu perpaduan panca khanda itu. Diri yang tidak sejati ini disebut ilusi, mimpi karena tidak bisa dipegang, tidak tetap, mengalami perubahan. Seperti fata morgana oasis, nampak ada dan nyata, namun ternyata bukan oasis. Begitu juga diri yang tidak sejati ini ternyata bukan diri = Anatta.

Lihat di atas bagaimana saya merubah arti kata dari Anatta yang berarti TIDAK ada diri sejati menjadi berarti BUKAN diri. Sama-sama Anatta. Kebanyakan orang tidak mencantumkan kata ‘sejati’ yang mengikuti “tidak ada diri” sehingga menutup semua peluang keberadaan diri yang meskipun diri itu adalah diri yang tidak sejati.

Dalam percakapan Milinda dengan Nagasena, saya tidak menemukan Nagasena mengatakan tidak ada diri. Ia mengatakan perpaduan panca khanda itulah Nagasena, titik. Ia juga tidak mengatakan bahwa perpaduan panca khanda itu adalah diri sesungguhnya.

Sekali lagi jika kita perpatokan pada Anattalakkhana Sutta, yang disebut dengan Diri adalah sesuatu yang bisa kita kontrol sepenuhnya, kita pegang, kita perlakukan sekehendak kita. Nah, realitasnya, kebalikannya, kita tidak bisa mengontrolnya, memegang penuh, memperlakukan sekehendak kita, oleh karena itu di sebut sebagai lawan dari Diri yaitu Bukan Diri , Anatta.

Anatta bukan hanya sekedar doktrin untuk melepaskan ego sebagai tujuan akhirnya, tetapi untuk memahami terlebih dulu realitas diri bukan sejati ini, ego sebagai sesuatu yang tidak bisa dipegang, tidak bisa sesuai keinginan karena adanya sifat Anicca.

Pembahasan yang lain kita kesampingkan dulu.

 _/\_
« Last Edit: 07 January 2011, 02:37:26 PM by Kelana »
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #550 on: 07 January 2011, 03:32:00 PM »

Dari yang saya tahu, ini terjadi karena bias dari bahasa dari kata 'a-' yang diterjemahkan menjadi 'bukan’ dan ‘tidak'

Ketika pertama kali belajar Buddhisme saya menemukan pengertian anatta:

Anatta = tidak ada diri sejati, di sini diikuti dengan kata ‘sejati’. Ini berarti yang tidak ada adalah diri yang sejati, dan yang ada adalah diri yang tidak sejati yaitu perpaduan panca khanda itu. Diri yang tidak sejati ini disebut ilusi, mimpi karena tidak bisa dipegang, tidak tetap, mengalami perubahan. Seperti fata morgana oasis, nampak ada dan nyata, namun ternyata bukan oasis. Begitu juga diri yang tidak sejati ini ternyata bukan diri = Anatta.

Lihat di atas bagaimana saya merubah arti kata dari Anatta yang berarti TIDAK ada diri sejati menjadi berarti BUKAN diri. Sama-sama Anatta. Kebanyakan orang tidak mencantumkan kata ‘sejati’ yang mengikuti “tidak ada diri” sehingga menutup semua peluang keberadaan diri yang meskipun diri itu adalah diri yang tidak sejati.

Dalam percakapan Milinda dengan Nagasena, saya tidak menemukan Nagasena mengatakan tidak ada diri. Ia mengatakan perpaduan panca khanda itulah Nagasena, titik. Ia juga tidak mengatakan bahwa perpaduan panca khanda itu adalah diri sesungguhnya.

Sekali lagi jika kita perpatokan pada Anattalakkhana Sutta, yang disebut dengan Diri adalah sesuatu yang bisa kita kontrol sepenuhnya, kita pegang, kita perlakukan sekehendak kita. Nah, realitasnya, kebalikannya, kita tidak bisa mengontrolnya, memegang penuh, memperlakukan sekehendak kita, oleh karena itu di sebut sebagai lawan dari Diri yaitu Bukan Diri , Anatta.

Anatta bukan hanya sekedar doktrin untuk melepaskan ego sebagai tujuan akhirnya, tetapi untuk memahami terlebih dulu realitas diri bukan sejati ini, ego sebagai sesuatu yang tidak bisa dipegang, tidak bisa sesuai keinginan karena adanya sifat Anicca.

Pembahasan yang lain kita kesampingkan dulu.

 _/\_

Bro Kelana yang baik, bila kita gabungkan postingan bro Kelana dengan bro Indra maka kita dapatkan bahwa seringkali banyak yang keliru menggabungkan asmi mana sebagai atta juga, padahal maksud asmi mana adalah kesombongan yang umum, umpamanya: gue anak konglomerat lu siapa...? Gue yang bikin gedung ini apa yang lu bisa..? Gue bisa apal tuh nama-nama di buku telpon, berapa banyak yang bisa lu apalin...? Dsbnya. Ini asmi mana, bukan ini yang dimaksud atta. Padahal inilah yang sering di salah artikan sebagai ego / atta. Ini adalah asmi mana, oleh karena itu diskusi sering tidak nyambung, saya bicara atta yang lain bicara asmi mana.

Selain itu seringkali atta dicampur adukkan dengan lobha, dosa atau moha, umpamanya bila seseorang yang ingin mengangkangi hak milik orang lain, dibilang bahwa attanya yang besar, padahal yang benar adalah lobhanya yang besar.

Anggapan salah atta yang sesungguhnya adalah anggapan bahwa ada diri sejati yang berada di luar pancakhandha atau berada di dalam pancakhandha atau pancakhandha itu sendiri dan yang terakhir menganggap bahwa diri sejati atta memiliki pancakhandha.

Atta (atta ditthi/sakkaya ditthi) adalah pandangan salah yang menganggap ada diri sejati.
Anatta adalah tak ada diri sejati. Yang ada hanya pancakhandha.

« Last Edit: 07 January 2011, 03:43:47 PM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #551 on: 07 January 2011, 03:42:24 PM »

Dari yang saya tahu, ini terjadi karena bias dari bahasa dari kata 'a-' yang diterjemahkan menjadi 'bukan’ dan ‘tidak'

Ketika pertama kali belajar Buddhisme saya menemukan pengertian anatta:

Anatta = tidak ada diri sejati, di sini diikuti dengan kata ‘sejati’. Ini berarti yang tidak ada adalah diri yang sejati, dan yang ada adalah diri yang tidak sejati yaitu perpaduan panca khanda itu. Diri yang tidak sejati ini disebut ilusi, mimpi karena tidak bisa dipegang, tidak tetap, mengalami perubahan. Seperti fata morgana oasis, nampak ada dan nyata, namun ternyata bukan oasis. Begitu juga diri yang tidak sejati ini ternyata bukan diri = Anatta.

Lihat di atas bagaimana saya merubah arti kata dari Anatta yang berarti TIDAK ada diri sejati menjadi berarti BUKAN diri. Sama-sama Anatta. Kebanyakan orang tidak mencantumkan kata ‘sejati’ yang mengikuti “tidak ada diri” sehingga menutup semua peluang keberadaan diri yang meskipun diri itu adalah diri yang tidak sejati.
setuju bisa juga dikatakan bahwa panca khanda adalah diri yg tidak sejati.

Quote
Dalam percakapan Milinda dengan Nagasena, saya tidak menemukan Nagasena mengatakan tidak ada diri. Ia mengatakan perpaduan panca khanda itulah Nagasena, titik.
oh ya, sepertinya Anda benar... ternyata dalam percakapannya juga tidak ada referensi pernyataan "tidak ada diri"... berarti saya salah referensi... saya sudah tidak tahu darimana referensi "tidak ada diri" berasal...

Quote
Ia juga tidak mengatakan bahwa perpaduan panca khanda itu adalah diri sesungguhnya.
em... sepertinya dia mengatakan perpaduan panca khandha inilah yg disebut orang (person)... bukan adalah diri sesungguhnya.
nagasena hanyalah penamaan...

Quote
Sekali lagi jika kita perpatokan pada Anattalakkhana Sutta, yang disebut dengan Diri adalah sesuatu yang bisa kita kontrol sepenuhnya, kita pegang, kita perlakukan sekehendak kita. Nah, realitasnya, kebalikannya, kita tidak bisa mengontrolnya, memegang penuh, memperlakukan sekehendak kita, oleh karena itu di sebut sebagai lawan dari Diri yaitu Bukan Diri , Anatta.

Anatta bukan hanya sekedar doktrin untuk melepaskan ego sebagai tujuan akhirnya, tetapi untuk memahami terlebih dulu realitas diri bukan sejati ini, ego sebagai sesuatu yang tidak bisa dipegang, tidak bisa sesuai keinginan karena adanya sifat Anicca.
oh jgn salah artikan kalau saya bilang doktrin melepaskan ego itu berarti anatta itu hanya akal2an...
bukan demikian, menurut saya, anatta memang menunjukkan karakteristik --- realitas (kata bro) --- dari panca khandha, bukan doktrin akal2an.
yg saya tegaskan adalah, anatta hanya membahas panca khanda bukan diri. titik. tidak sampai pada kesimpulan tidak ada diri. anatta berangkat dari pandangan umum mahkluk, bahwa panca khandha ini adalah diri & doktrin ini mengkoreksi pandangan demikian dg hanya memberi tahu, "bukan".
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #552 on: 07 January 2011, 03:49:03 PM »
Pembahasan yang lain kita kesampingkan dulu.

ya, pembahasan yg lain mis:

panca khanda bukan diri yg sejati... (jadi) "tidak ada diri sejati" (atau) "ada diri sejati"
imo memang harus dikesampingkan

Quote
Anatta = tidak ada diri sejati, di sini diikuti dengan kata ‘sejati’. Ini berarti yang tidak ada adalah diri yang sejati, dan yang ada adalah diri yang tidak sejati yaitu perpaduan panca khanda itu. Diri yang tidak sejati ini disebut ilusi, mimpi karena tidak bisa dipegang, tidak tetap, mengalami perubahan. Seperti fata morgana oasis, nampak ada dan nyata, namun ternyata bukan oasis. Begitu juga diri yang tidak sejati ini ternyata bukan diri = Anatta.
« Last Edit: 07 January 2011, 03:51:48 PM by tesla »
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #553 on: 07 January 2011, 03:54:40 PM »
Anggapan salah atta yang sesungguhnya adalah anggapan bahwa ada diri sejati yang berada di luar pancakhandha atau berada di dalam pancakhandha atau pancakhandha itu sendiri dan yang terakhir menganggap bahwa diri sejati atta memiliki pancakhandha.

Atta (atta ditthi/sakkaya ditthi) adalah pandangan salah yang menganggap ada diri sejati.

Anatta adalah tak ada diri sejati. Yang ada hanya pancakhandha.

ah, tidak ada diri sejati pun adalah pandangan yg salah.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #554 on: 07 January 2011, 04:05:11 PM »
ah, tidak ada diri sejati pun adalah pandangan yg salah.

jadi bagaimanakah pandangan benar itu sehubungan dengan diri ini?

 

anything