//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.  (Read 552201 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Satria

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 673
  • Reputasi: -17
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #435 on: 30 December 2010, 05:52:43 PM »
Quote from: kk
Dengan tidak melekat pada satu kondisi, maka tidak ada lagi puas maupun tidak puas. Jika tidak ada lagi puas maupun tidak puas, maka perubahan apa pun tidak menjadikannya menderita. Itulah akhir dari penderitaan yang disebut sebagai kebahagiaan tertinggi.

jika perubahan apapun tidak menjadikannya menderita, maka kesimpulan bahwa "ketidakpuasan ada karena perubahan" tidaklah dapat dibenarkan.

ketidak puasan adalah penderitaan.
ketidak puasan muncul karena perubahan.

berarti penderitaan muncul karena perubahan.

tetapi, bila di ada perubahan, tapi disitu tidak ada penderitaan, berarti perubahan itu bukan sebab, bagi penderitaan. dan berarti, bukan sebab bagi ketidak puasan.

ada faktor lain yang menjadi sebab penderitaan itu. berdasarkan pernyataan anda, faktor lain itu adalah kemelekatan.

dan adakah yang menyatakan bahwa "kemelekatan ada karena perubahan" ? jika ada, maka berdasarkan semua argumen yang terungkap di sini, kebenaran pernyataan itupun tidak dapat diterima akal.

jadi, menurut Anda, apa sebab kemelekatan?

Offline JimyTBH

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 120
  • Reputasi: 2
  • antara Suggati N Duggati (
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #436 on: 30 December 2010, 06:00:59 PM »
Izin nyimak ;D

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #437 on: 30 December 2010, 06:12:25 PM »
Dalam konteks dhamma, ketika 'pandangan salah aku" hilang, otomatis pandangan akan kepemilikan pun hilang. Dengan begitu, tidak ada yang namanya 'kehilangan' dan tidak ada yang perlu 'dicari'.

Dalam konteks hidup sehari-hari, tentu saja hal yang dibutuhkan tersebut dicari. Memangnya Arahat kalau jubahnya diambil maling jemuran akan berpindapatta sambil bugil ria karena berpikir tidak ada yang namanya 'jubahku'?

Bro Kainyn yang baik, Apakah anda menyamakan Arahat dengan orang bodoh yang tidak mengerti bahwa ia memiliki sesuatu?

Seorang Arahat bukan kesadaran pemilikan atau aku yang hilang, tetapi "kemelekatan terhadap segala sesuatu", baik kemelekatan terhadap pancakhandha, maupun hal-hal lainnya. Tetapi apakah "sense of belonging" terhadap jubahnya hilang? Saya rasa memang tak ada, apakah beliau tak tahu bahwa jubah itu miliknya (dalam segi hukum?) tentu saja tahu. Tetapi need of robe menyebabkan Arahat akan berusaha mencari gantinya sebelum pindapatta. Jadi kesimpulannya: disebabkan "kemelekatan terhadap segala sesuatu" telah lenyap pada Arahat.

Quote
Kalau perumpamaan monster tidak nyambung, coba Bro Fabian saja yang berikan perumpamaan.
Pikiran monster maupun pikiran tak ada monster hanyalah bentuk pikiran. Itu hanyalah sebuah proses, tak ada aku disana.

Quote
Nah, justru saya mau tanya, bagian mana dari penjelasan saya yang tidak benar sehingga perlu dipotong dengan 'titik' tersebut?
Bro.. bila ingin bertanya coba quote kan kembali karena susah saya mengulang-ulang kembali karena saya harus menjawab pertanyaan anda dan bro Morpheus. jadi tak perlu saya membuka kembali, karena format reply penulisan kita telah berubah. kadang-kadang jawaban akhirnya melantur jadi menjauh dari pokok perbincangan. Yaitu persepsi salah mengenai aku.


Quote
Pertama Bro Fabian menuliskan:
"Sedangkan saya beranggapan bahwa kita ada kecenderungan laten berpandangan salah yang menganggap bahwa pancakhandha, entah terpisah dari, di dalam, identik maupun memiliki aku."
Ini ada di Sutta.

Quote
Lalu saya tanya:
"OK, kalau gitu saya mau tanya. Menurut Bro Fabian, jika bukan (salah satu dari unsur) panca khanda yang membentuk persepsi aku, lalu darimana asalnya pandangan salah "ini milikku"?"

Bro Fabian menjawab:
"Yang membentuk persepsi aku adalah lobha, dosa, moha dan avijja. yang menimbulkan delusi persepsi (sanna vipallasa), delusi pikiran (citta vipallasa) dan delusi pandangan (ditthi vipallasa)."

Saya tanya lagi:
"Bisa dijelaskan lebih detail, dan berhubungan dengan (khanda) apa sajakah lobha-dosa-moha ini?"

Terakhir dijawab:
"Lobha dosa  bisa disebabkan oleh semua khandha."
Bukankah jawaban saya terakhir telah menjawab...? Semua khandha bisa menyebabkan pandangan salah, lobha -dosa-moha timbul.
Anda tidak nyambung karena anda berpikir dengan cara pikir pak Hudoyo: yaitu pikiran membentuk persepsi aku.
Sedangkan saya menjawab tidak mengikuti cara pikir Hudoyo. Saya menjawab bahwa rangkaian sebab-akibat yang dapat menyebabkan pandangan salah mengenai aku (sakkkaya ditthi/atta ditthi) menjadi timbul, bisa disebabkan pancakhandha atau hal-hal diluar pancakhandha, berakarkan lobha, dosa dan moha.


Quote
Saya rangkum:
LD(M?) bisa disebabkan semua khanda, LDM membentuk persepsi aku. Tapi bukan (salah satu dari) unsur panca khanda yang menimbulkan persepsi aku.
  Sekali lagi anda berpikir cara Hudoyo, yaitu pikiran membentuk persepsi aku. Tetapi saya melihat dalam hukum sebab-akibat, yaitu semua pancakhandha dapat menyebabkan "persepsi aku" timbul.

Quote
Perbandingan.
Kenyang bisa disebabkan oleh makan, kenyang bikin ngantuk. Tapi bukan makan yang bikin ngantuk.

Saya kurang mengerti.
Kenyang bukan hanya disebabkan makan, bisa juga karena minum, kenyang belum tentu bikin ngantuk, ngantuk bisa disebabkan berbagai hal.
« Last Edit: 30 December 2010, 06:17:29 PM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #438 on: 30 December 2010, 06:51:54 PM »
[at] fabian
semua pancakhandha dapat menyebabkan "persepsi aku" timbul.

Maaf bro, saya bukan Buddhisme. Jadi saya ingin tahu arti jelas pancakhanda.

-Apakah arti kata pikiran yang diterima oleh masyarakat umum?
-Apakah arti kata pikiran yang diterima oleh seorang pemeditasi?
-Apakah pikiran itu tidak termasuk pancakhanda?


PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline JimyTBH

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 120
  • Reputasi: 2
  • antara Suggati N Duggati (
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #439 on: 30 December 2010, 07:19:02 PM »
[at] fabian
semua pancakhandha dapat menyebabkan "persepsi aku" timbul.

Maaf bro, saya bukan Buddhisme. Jadi saya ingin tahu arti jelas pancakhanda.

-Apakah arti kata pikiran yang diterima oleh masyarakat umum?
-Apakah arti kata pikiran yang diterima oleh seorang pemeditasi?
-Apakah pikiran itu tidak termasuk pancakhanda?



agamanya apa sis??
« Last Edit: 30 December 2010, 07:22:34 PM by JimyTBH »

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Satria

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 673
  • Reputasi: -17
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #441 on: 31 December 2010, 06:07:12 AM »
"aku" adalah salah satu dari bentukan mental yang berada di dalam pancakhanda. tapi bukan pancakhanda itu yang menyebabkan terbentuknya "aku".

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #442 on: 31 December 2010, 06:32:16 AM »
"aku" adalah salah satu dari bentukan mental yang berada di dalam pancakhanda. tapi bukan pancakhanda itu yang menyebabkan terbentuknya "aku".

pancakhanda yang menyebabkan timbulnya persepsi 'aku'
 
 _/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #443 on: 31 December 2010, 06:42:45 AM »
udah saya jawab di atas.
Mengenai batu jelek sudah dijawab, bagaimana dengan menghitung 700 X 5 apakah "keakuan" timbul dengan menghitung 700 X 5...?

Quote
pemikiran "ini aku, ini milikku, ini diriku" membuat derita, dan itulah avijja.
Bila seseorang mendapatkan rumah yang lama diidam-idamkannya karena dapat rejeki besar, apakah ia menderita karena "berpikir ini milikku" terhadap rumah yang baru kemarin didapatkannya tersebut...? I don't think so.

Quote
om fabi tau darimana di jaman sekarang tak ada yg seperti itu? apakah ada bagian tipitaka yg menyatakannya?
Tipitaka menerangkan empat jenis manusia tersebut yaitu:
1. Ughatitannu, cukup beberapa baris saja untuk mencapai kesucian
2. Vipancitannu, perlu hingga akhir sutta untuk mencapai kesucian
3. Neyya, perlu belajar teori dan praktek intensive untuk mencapai kesucian.
4. padaparama, tak akan mencapai kesucian apapun. Walau siapapun yang mengajar dan sekuat apapun latihannya.

Quote
siapa tahu om fabi ternyata bisa mencapai kesucian hanya bermeditasi dengan basis satu sutta seperti ariya2 di jaman Buddha. mungkinkah?
Nope... impossible. Tak ada manusia seperti itu terlahir di jaman sekarang.

Quote
nah itu dia. ada yg melihatnya sejalan dan sesuai dengan ajaran Sang Buddha, ada yg tidak. piye?
Anda salah mengerti maksud saya. Ajaran non-Buddhis yang berbeda dengan Buddhis biarkan saja perbedaannya, jangan disama-samakan. Ajaran non-Buddhis yang sama dengan Buddhis wajar bila kita akui persamaannya.

Penyebab saya tak setuju dengan pak Hudoyo karena ia mengatakan bahwa penulis Tipitaka keliru kecuali tiSutta, lebih lanjut secara implisit ia mengatakan bahwa Krishnamurti lebih benar daripada tipitaka (kecuali tiSutta) bahwa ajaran Krishnamurti lebih sejalan dengan ajaran Sang Buddha dibandingkan dengan Tipitaka.

Quote
dimanakah anda melihat, merasakan, mengamati arus keinginan dan proses batin belaka itu?
Apakah menurut anda hal-hal seperti itu terlihat pada orang yang tak pernah bermeditasi...?
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #444 on: 31 December 2010, 06:51:43 AM »
[at] fabian
semua pancakhandha dapat menyebabkan "persepsi aku" timbul.

Maaf bro, saya bukan Buddhisme. Jadi saya ingin tahu arti jelas pancakhanda.

-Apakah arti kata pikiran yang diterima oleh masyarakat umum?
-Apakah arti kata pikiran yang diterima oleh seorang pemeditasi?
-Apakah pikiran itu tidak termasuk pancakhanda?


Pancakhandha: lima kelompok kemelekatan. Terdiri atas:
- rupakhandha yaitu jasmani
- vinnanakhandha yaitu kesadaran
- sannakhandha yaitu persepsi atau ingatan
- vedanakhandha yaitu perasaan
- sankharakhandha yaitu bentuk-bentuk pikiran.

Selain rupakhandha, empat khandha yang lain disebut nama (batin). Jadi dalam Buddhis hanya ada batin dan jasmani.
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #445 on: 31 December 2010, 06:58:40 AM »
"aku" adalah salah satu dari bentukan mental yang berada di dalam pancakhanda. tapi bukan pancakhanda itu yang menyebabkan terbentuknya "aku".

Bro Satria yang baik,

- coba lihat kaki anda apakah anda menganggap kaki anda bukan milik anda? (rupa) Bagaimana bila kaki anda tak ada, apakah anda akan timbul "keakuan" terhadap kaki?
- coba rasakan kenikmatan indera, apakah anda merasa bukan anda yang menikmati? (vedana) Bagaimana bila kenikmatan indera yang anda inginkan tak ada? Apakah akan timbul "keakuan" terhadap kenikmatan indera tersebut? contohnya makanan yang anda senangi tak ada atau tak bisa dijumpai.
- coba lihat bila seseorang yang akan kehilangan kesadarannya, apakah ia tidak berusaha agar jangan hilang kesadarannya? (vinnana) bagaimana bila ia tidur (tak sadar) apakah muncul "keakuan" terhadap kesadaran?
- coba ingat-ingat pernahkah anda berusaha mempertahankan lamunan indah anda? dan marah bila ada yang mengganggu lamunan indah anda? (sankhara) bagaimana bila anda dalam keadaan genting memerlukan perhatian terus menerus sehingga tak bisa melamun, apakah muncul "keakuan" terhadap lamunan tersebut?
- coba bagaimana menurut anda, relakah anda kehilangan ingatan anda akan sesuatu yang indah? (sanna) bagaimana bila ingatan tersebut tak pernah muncul atau tak pernah ada?

Apakah keakuan bukan disebabkan oleh kelima khandha? Itulah sebabnya saya katakan:
"Keakuan" dapat muncul disebabkan oleh kelima khandha
Sebab timbulnya persepsi "aku" adalah kemelekatan terhadap kelima khandha yang disebabkan ketidak-tahuan/kegelapan batin (moha/avijja) yang menimbulkan kondisi-kondisi.
« Last Edit: 31 December 2010, 07:14:15 AM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Satria

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 673
  • Reputasi: -17
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #446 on: 31 December 2010, 07:24:32 AM »
saya sudah mengerti, bro Febian, apa yang anda maksud. di sini ada perbedaan makna dari istilah "sebab" yang kita gunakan. tapi, saya tidak akan membahas atau menguraikannya secara lebih penjang lebar lagi. cukuplah bagi saya, bila saya sudah merasa mengerti apa yang anda maksud.

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #447 on: 31 December 2010, 09:17:05 AM »
Mengenai batu jelek sudah dijawab, bagaimana dengan menghitung 700 X 5 apakah "keakuan" timbul dengan menghitung 700 X 5...?
oh, itu maksudnya...
ada, om. sewaktu menghitung 700 x 5, saya berpikir "saya diminta om fabi menghitung 700 x 5".

Bila seseorang mendapatkan rumah yang lama diidam-idamkannya karena dapat rejeki besar, apakah ia menderita karena "berpikir ini milikku" terhadap rumah yang baru kemarin didapatkannya tersebut...? I don't think so.
nah, menurut saya, ini pengertian yg sangat sangat sangat penting mengenai dukkha.

dalam pengertian saya, dukkha itu bukanlah hanya sakit, bukanlah sedih, atau hal2 negatif lainnya.

bagi saya, dukkha itu selalu ada karena dukkha adalah gap antara realita dengan keinginan si aku.

selama saya hidup dan belum tercerahkan, keinginan saya akan selalu satu langkah di depan realita seperti keledai yg ditunggangi orang yg memancingnya pake wortel.

dalam contoh anda, apakah dengan mendapatkan rumah lalu dukkha berhenti? no way. di saat itu juga, didetik itu juga, rumah masuk ke dalam garis "milikku" dan keinginan dia maju lagi satu langkah kepada hal2 diluar garis yg "bukan milikku". keinginan ini akan terus menerus menggerakkan kita kesana kemari, jungkir balik, mengejar hp model baru, cewe yg hot, pendidikan yg lebih tinggi, belajar teori buddhis, makan makanan enak, ketenangan jhana, pengetahuan yg lebih dalam, tamat sd, tamat smp, tamat sma, tamat s1, s2, pegawai senior, manager, direktur, ceo, kepala suku, rumah rss, rumah dua tingkat, apartemen... segalanya. belum ditambah dukkha yg timbul dari menjaga keabadian "milikku" tadi.

gap antara realita dan keinginan si aku ini tidak akan pernah tertutup, hanya bisa tertutup, tidak ada gap lagi disaat aku berhenti.
ini yg dikatakan Buddha: tidak lagi berpikir "ini aku, ini milikku, ini diriku".

bukankah ini sangat jelas terlihat di dalam sana?
inilah pengertian yg saya anggap amat sangat penting, mengenai dukkha.


Tipitaka menerangkan empat jenis manusia tersebut yaitu:
1. Ughatitannu, cukup beberapa baris saja untuk mencapai kesucian
2. Vipancitannu, perlu hingga akhir sutta untuk mencapai kesucian
3. Neyya, perlu belajar teori dan praktek intensive untuk mencapai kesucian.
4. padaparama, tak akan mencapai kesucian apapun. Walau siapapun yang mengajar dan sekuat apapun latihannya.
Nope... impossible. Tak ada manusia seperti itu terlahir di jaman sekarang.
lah, tulisan anda di atas sekalipun kan tidak menjabarkan si neyya ini harus belajar buanyak sutta dan buku2. bisa saja si neyya ini belajar satu sutta dan mempraktekkannya dengan intensive. instruksi meditasi di satu sutta saja mungkin gak akan habis2 kalo dipraktekkan seumur hidup.

dan anda menyimpulkan itu impossible berdasarkan ....?


Anda salah mengerti maksud saya. Ajaran non-Buddhis yang berbeda dengan Buddhis biarkan saja perbedaannya, jangan disama-samakan. Ajaran non-Buddhis yang sama dengan Buddhis wajar bila kita akui persamaannya.
sampai sekarang pernahkah saya menjawab pake kitabnya jk? bukannya semua pertanyaan anda saya jawab dengan teori buddhis?
jadi menurut saya, ada orang2 yg merasa apa yg diajarkan ph itu buddhism, dan ada orang2 yg merasa itu bukan seperti anda.
wajar saja, boleh saja, selama yg satu tidak mengkafirkan pemahaman yg lain...

Penyebab saya tak setuju dengan pak Hudoyo karena ia mengatakan bahwa penulis Tipitaka keliru kecuali tiSutta, lebih lanjut secara implisit ia mengatakan bahwa Krishnamurti lebih benar daripada tipitaka (kecuali tiSutta) bahwa ajaran Krishnamurti lebih sejalan dengan ajaran Sang Buddha dibandingkan dengan Tipitaka.
saya yakin ph tidak pernah dan tidak akan pernah mengatakan "penulis Tipitaka keliru kecuali tiSutta". sekali lagi saya mohon anda memakai kata2 yg akurat. jelas2 ph sering sekali memakai referensi sutta2 lain. kalo menolak abhidhamma sih emang jelas iya dan itu tidak aneh di dunia buddhism. wong mereka yg menyelidiki dan mempelajari secara mendalam seperti ajahn brahm dan skolar2 lain juga menolak abhidhamma kok... biasa aja. tipitaka bukan harga mati buat buddhis.

Apakah menurut anda hal-hal seperti itu terlihat pada orang yang tak pernah bermeditasi...?
arah pertanyaan saya adalah anda mengaku melihat, merasakan, mengamati arus keinginan dan proses batin belaka.
pertanyaannya: dimanakah anda melihat dan merasakannya? di batinku ataukah batin orang lain atau di tempat lain?
« Last Edit: 31 December 2010, 09:20:57 AM by morpheus »
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #448 on: 31 December 2010, 09:20:04 AM »
--salah pencet--
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #449 on: 31 December 2010, 09:29:08 AM »
jika perubahan apapun tidak menjadikannya menderita, maka kesimpulan bahwa "ketidakpuasan ada karena perubahan" tidaklah dapat dibenarkan.

ketidak puasan adalah penderitaan.
ketidak puasan muncul karena perubahan.

berarti penderitaan muncul karena perubahan.

tetapi, bila di ada perubahan, tapi disitu tidak ada penderitaan, berarti perubahan itu bukan sebab, bagi penderitaan. dan berarti, bukan sebab bagi ketidak puasan.

ada faktor lain yang menjadi sebab penderitaan itu. berdasarkan pernyataan anda, faktor lain itu adalah kemelekatan.

dan adakah yang menyatakan bahwa "kemelekatan ada karena perubahan" ? jika ada, maka berdasarkan semua argumen yang terungkap di sini, kebenaran pernyataan itupun tidak dapat diterima akal.

jadi, menurut Anda, apa sebab kemelekatan?
OK, terima kasih atas masukannya yang kritis. Yang saya sebutkan tentang perubahan dan penderitaan adalah corak umum makhluk dalam samsara. Hal tersebut sifatnya general saja. Kalau ingin dibahas secara logika, maka tentu perlu membuat modelnya. Ini model menurut saya yang disederhanakan:

WHILE (x=1)
   LAHIR()
      WHILE (umur > 0)
         Kesadaran()
         Pikiran()
         Bentuk Pikiran()
         Perasaan()
            Perasaan bathin= (x Sin(0.5πC)/x) * I
            Perasaan jasmani= sin({1/2+C}π)
         Jasmani()
         WAIT (1 momen)
         umur = umur - 1
      END [WHILE(umur>0)]
   MATI()
END [WHILE (x=1)]

x adalah kemelekatan, 1 jika ada, 0 jika tidak ada.
Ketika x=1, maka pasti terjadi proses lahir dan mati.
Waktu antara lahir sampai mati adalah umur yang dihitung dalam satuan momen pikiran (yang kalau tidak salah dalam satu detik ada 10 pangkat 27 momen).
Dalam setiap momen itu, semua khanda (kesadaran, pikiran, bentuk pikiran, perasaan, jasmani) berproses. Karena yang kita bahas adalah penderitaan -yang adalah berhubungan dengan perasaan- maka saya hanya bahas perasaannya saja.

Dalam konteks ini, perasaan saya bagi menjadi 2 yaitu bathin dan jasmani.

Perasaan bathin ini dipengaruhi oleh kemelekatan terhadap diri. Maka ketika diri (x) mempersepsi suatu kondisi (C, yang diisi dengan bilangan bulat berapapun yang melambangkan kondisi yang terjadi), dibandingkan dengan kemelekatannya sendiri. Maka terjadi fungsi (x Sin(0.5πC)/x) di mana hasilnya selalu 1 (menyenangkan) atau 0 (netral) atau -1 (tidak menyenangkan). I itu sendiri adalah intensitas kemelekatan. Makin besar kemelekatan seseorang, maka makin senang jika bertemu dengan kondisi yang diharapkan, dan makin menderita jika bertemu dengan kondisi yang tidak diharapkan.

Perasaan jasmani ini hanya dipengaruhi oleh kondisi jasmani dan lingkungan. Biarpun anda seorang masochist yang senang secara bathin ketika disiksa, tetap tubuh merasakan perasaan tidak menyenangkan dan ada penolakan (seperti jika terjadi pendarahan, tubuh tetap bereaksi mengirimkan impuls sakit ke otak, lalu terjadi mekanisme pembekuan darah). Begitu juga walaupun orang sudah tidak melekat, tetap merasakan sakit, seperti misalnya Buddha yang kakinya terkena serpihan batu. Karena itu, fungsi ini tidak dipengaruhi oleh kemelekatan, dan hanya menghasilkan 1 (jika tubuh 'menerima' kondisi) atau -1 (jika tubuh 'menolak' kondisi). Tidak ada netral.

Proses 5 khanda ini berlangsung terus sampai umur kehidupan habis, maka terjadi proses kematian. Jika pada saat kematian, sudah tidak ada kemelekatan, maka tidak ada lagi kelahiran kembali.

Lalu pertanyaan anda adalah argumen berubah tapi tidak menimbulkan penderitaan. Berubah atau tidak berubah tentu harus ada persepsi (yang mengalami) dan pembanding (kondisi). Misalnya ada kondisi dalam satu perusahaan diumumkan libur tanggal 31/12/2010, lalu ternyata berubah tidak jadi libur. Jika perusahaan itu ada karyawan, maka karyawan tersebut terkondisi oleh perubahan libur itu. Tapi jika tidak ada karyawan, maka siapakah yang terkena perubahan?
Demikian pula ketika orang tidak lagi melekat, maka tidak ada pikiran "aku" di mana pun. Jika tidak ada "aku" sebagai pembanding, maka tidak ada yang terkena perubahan. Maka dalam fungsi (x Sin(0.5πC)/x) * I, terjadi 0/0 atau "tidak terdefinisikan".

Mengenai apa itu kemelekatan, menurut definisi saya adalah kecenderungan untuk mempertahankan sesuatu yang dianggap menyenangkan.

« Last Edit: 31 December 2010, 09:52:07 AM by Kainyn_Kutho »

 

anything