//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.  (Read 551822 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #420 on: 30 December 2010, 03:59:46 PM »
soal yg berhubungan pikiran yg diperlukan dalam survival, tanyakan langsung saja.

kalau ditanya nanti pasti masuk keranjang sampah ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #421 on: 30 December 2010, 04:02:21 PM »
Betul. Namun anak itu tidak akan memahaminya hanya dengan diberikan teori "monster tidak ada" atau "itu hanyalah pandangan salah." Satu-satunya cara adalah dengan menyelidiki "monster" itu sendiri.

dengan teori juga bisa kok, sama seperti narkoba tidak baik, masa harus diselidiki dahulu baru tahu, dari pengalaman orang lain juga bisa di beritahu kan ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #422 on: 30 December 2010, 04:16:17 PM »
Bro Kainyn yang baik, mau dibalikin thanksnya...?  ;D 
Sama sekali tidak perlu, lagi suasana Natal harus banyak berdana. ;D


Quote
Coba renungkan baik-baik apakah benar ada orang yang sungguh-sungguh selalu menderita selama hidupnya...? Tidak pernah berubah? Sebaiknya coba amati sungguh-sungguh, mudah mengamatinya: bila ia tak pernah tertawa atau tersenyum selama hidupnya mungkin benar ia memang selalu menderita.
Sebetulnya ada saja. Contohnya anak-anak yang lahir di medan perang, sejak lahir mungkin sudah kena bom, penyakit, kelaparan dan sebagainya.

Bukan saya tidak mengerti maksud Bro Fabian, tapi saya hanya rasa kurang cocok saja dengan kalimat "Penderitaan muncul dari ketidak puasan, ketidak puasan terhadap apa? Ketidak puasan terhadap perubahan." Karena bisa mengindikasikan kalau kita puas dengan perubahan (yang biasanya mengarah ke kondisi lebih baik), maka tidak ada penderitaan. Tidak ada kelahiran, tua, sakit, dan mati.

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #423 on: 30 December 2010, 04:16:43 PM »
Bro Morpheus yang baik, berdasarkan pertanyaan saya apakah pada waktu anda menghitung 700 X 5 timbul keakuan? Demikian juga apa reaksi anda melihat batu jelek di pinggir jalan apakah timbul keakuan? Jawaban terhadap dua pertanyaan ini mungkin bisa menjelaskan sikap saya terhadap konsep "aku" dari Jiddu Krishnamurti.
udah saya jawab di atas.

Setahu saya aku itu adalah sakkaya ditthi/atta ditthi, apakah bro Morpheus yakin ada bagian Tipitaka/doktrin theravada yang menyatakan bahwa aku adalah avijja?
pemikiran "ini aku, ini milikku, ini diriku" membuat derita, dan itulah avijja.

Ya benar, di jaman Sang Buddha banyak yang mampu mencapai Kebebasan bahkan hanya dengan beberapa baris kalimat.
Tetapi jaman sekarang tak ada yang seperti itu, sekarang yang muncul adalah neyya puggala yang harus mendengarkan Dhamma panjang lebar dan berlatih dengan sungguh-sungguh baru bisa mencapai Kebebasan.
om fabi tau darimana di jaman sekarang tak ada yg seperti itu? apakah ada bagian tipitaka yg menyatakannya?
siapa tahu om fabi ternyata bisa mencapai kesucian hanya bermeditasi dengan basis satu sutta seperti ariya2 di jaman Buddha. mungkinkah?

Agree.. bahkan menolak Tipitakapun tak apa-apa, tetapi bila mengatakan sesuatu sesuai dengan Tipitaka/Ajaran Sang Buddha padahal tidak, itulah yang saya tidak setujui, kalau beda ya terima saja perbedaannya, bila sama ya terima persamaannya, tak perlu disama-samakan atau dibeda-bedakan.
nah itu dia. ada yg melihatnya sejalan dan sesuai dengan ajaran Sang Buddha, ada yg tidak.
piye?

Lobha (craving) adalah kecenderungan batin untuk mendapatkan (keinginan). Arus keinginan yang muncul terus- menerus terhadap sesuatu menyebabkan timbul keserakahan. Karena terus menerus ingin memiliki maka kemudian bisa timbul berbagai persepsi untuk mempertahankan sesuatu itu, dstnya. Semua proses inilah yang dianggap salah sebagai aku/keakuan, padahal semua itu hanya proses batin belaka. Yang timbul dari interaksi pancakhandha berdasarkan hukum sebab akibat yang saling bergantungan.
dimanakah anda melihat, merasakan, mengamati arus keinginan dan proses batin belaka itu?
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #424 on: 30 December 2010, 04:19:28 PM »
Untuk menggambarkan "ilusi pikiran", Pak Hudoyo menggunakan istilah "aku"; Saya dalam contoh anak kecil menggambarkannya dengan "monster".
Sebelum memahami, "aku" ada dalam pikiran. Setelah memahami kebenarannya, "aku" itu hilang.
Sebelum memahami, "monster" ada dalam pikiran. Setelah memahami kebenarannya, "monster" itu hilang.

Bro kainyn yang baik, coba renungkan bila mobil anda dicuri orang, kemudian memahami bahwa itu hanya bentuk "keakuan". Setelah menyadari bahwa kehilangan itu hanya bentuk keakuan, apakah "keakuan" anda hilang...? Apakah anda tidak berusaha tetap mencari...?

Atau misalnya pacar anda direbut orang, kemudian anda menyadari bahwa kehilangan itu hanya bentuk keakuan, apakah dengan kesadaran itu keakuan anda hilang lalu serta merta merelakan pacar anda direbut orang...?
Quote
Mengapa Bro Fabian mengatakan itu pandangan salah? Apakah ketika saya mengatakan "monster" itu ada di dalam pikiran, berarti saya termasuk pada salah satu pandangan salah ("monster" identik/ada pada/terpisah/memiliki pikiran)?
Pandangan benar melihat bentuk pikiran apapun juga hanyalah bentuk pikiran. Bedakan dengan persepsi atta, karena perumpamaan monster tidak nyambung.

Quote
Ini pernyataan saya sebelumnya:
"Sebab para Arahat melihat jasmani sebagai jasmani, tidak berpikir ada aku di sana, tidak berpikir ada aku di dalam, tidak berpikir ada aku di luar. Karena tidak melekat, maka tidak ada penderitaan (berupa kemarahan)."
Adakah yang tidak sesuai?
Betul itu adalah keterangannya. Karena Bro Fabian awalnya menolak keterangan saya dengan mengatakan "Lebih tepatnya Arahat hanya melihat jasmani sebagai jasmani, titik.", maka saya mencantumkan sutta yang memberikan keterangan.
Apakah saya mengatakan tak sesuai...? Saya hanya menjelaskan.

Quote
Setahu saya, sebetulnya yang biasa Pak Hudoyo maksud dengan "menghentikan pikiran" adalah proses "titik" yang disebut Bro Fabian tersebut. Setelah mengenali "objek sebagai objek", maka berhenti, tidak dilanjutkan lagi. Inilah yang saya pahami bahwa sebetulnya dalam hal ini, Pak Hudoyo juga sesuai dengan Buddhisme (walaupun saya tidak tahu meditasinya bagaimana bentuknya). 
Sampai pada titik ini benar, tetapi menjadi tidak benar setelah ia mengatakan bahwa ada aku yang terlibat, yang sebenarnya: pikiran hanyalah proses batin yang timbul-tenggelam, tak lebih, tak ada aku yang melekati.

Quote
Bisa dijelaskan lebih detail, dan berhubungan dengan (khanda) apa sajakah lobha-dosa-moha ini?
Lobha dosa  bisa disebabkan oleh semua khandha.


Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #425 on: 30 December 2010, 04:24:52 PM »
dengan teori juga bisa kok, sama seperti narkoba tidak baik, masa harus diselidiki dahulu baru tahu, dari pengalaman orang lain juga bisa di beritahu kan ;D
Menyelidiki tidak selalu berarti dan terbatas pada "melakukan hal yang sama yang dilakukan orang lain." Misalnya narkoba, kita bisa menyelidiki efek dari orang yang pakai narkoba. Bisa selidiki pengaruh narkoba ke otak dalam dosis rendah. Kita bisa tahu kebenarannya tanpa melakukan (kebodohan) yang sama yang dilakukan orang lain. 

Dengan teori yang menjelaskan kenyataan (yang bisa dipahami oleh anak itu) juga bisa. Tetapi bukan dengan 'indoktrinasi' teori "monster tidak ada" atau "itu pandangan salah". Bisa-bisa anak itu membalas, "saya tahu itu pandangan salah, tapi apakah monsternya tahu kalau itu pandangan salah?" Runyam jadinya.


Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #426 on: 30 December 2010, 04:36:22 PM »
Kalau menurut saya:
- Yang awal terjadi,setelah kita mempunyai pandangan yang menyesatkan tentang tubuh dan pikiran.
Tubuh dan pikiran yang bisa diatur, sendiri kita namakan aku. Dan yang bukan diatur oleh kita, maka kita namakan kamu.
Disaat kita kecil, pengetahuan tentang itu telah dijejalkan dalam pikiran. Contoh:Ambil bajumu.Ini mainanmu.

Dan setelah kita lebih besar,pengetahuan kita bertambah. Salah satu contoh, apa yang kita dapatkan dari usaha sendiri itu adalah milikku. Uang yang kita dapat dari usaha sendiri adalah uangku. Dan barang apa yang kubeli dari uangku adalah milikku. Begitulah kecenderungan terbentuk.

Kecenderungan aku yang terbentuk ditambah dengan nafsu serakah, maka terjadi pengejaran dalam mengumpulkan harta. Bukan hanya dalam mengumpulkan, juga terjadi dalam mempertahankan hak milik. Sehingga dalam mempertahankan hak milik terkadang terjadi pembunuhan, pertengkaran,perang dll.

Nafsu serakah yang sangat besar disertai  ketidak-bijaksanaan(kebodohan batin) , maka membuat orang  terkadang tidak peduli dengan milik orang lain.Sehingga dia ingin menguasai yang bukan milik-nya.

Cara bekerja otak/pikiran bisa dilihat salah satu contohnya: seperti membawa sepeda motor.Saat baru pertama belajar,gigi satu untuk memulai awal.Kita merasakan bagaimana saat gigi satu terlalu besar di gas,maka motor bisa melompat.Jadi perlahan saja, setelah jalan sekian jauh, kita mendengar bunyi mesin dan merasakan,dan diberi tahu bahwa itu harus masuk gigi 2. Masuk gigi 3, dan seterusnya..

Setelah kita mahir, kita tidak memikirkan sama sekali.Kapan harus masuk atau memulangkan gigi/ Kapan harus pijak rem?
Contoh:Disaat kita lagi kencang,tiba-tiba ada seorang anak melintas dijalan.Kita bisa dengan begitu cepat melakukan gerakan memijak rem,mengurangi gas dan memulangkan gigi.Hanya dalam waktu beberapa detik,semua gerakan itu terjadi.
dari sudut pandang ini, betul juga, bu. makasih.
saya cenderung lebih cocok memandangnya dari sudut aku, daripada nafsu serakah, dsb, karena seolah2 ada aku yg dicemari oleh nafsu serakah tersebut.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #427 on: 30 December 2010, 04:48:52 PM »
Sebetulnya ada saja. Contohnya anak-anak yang lahir di medan perang, sejak lahir mungkin sudah kena bom, penyakit, kelaparan dan sebagainya.

Bukan saya tidak mengerti maksud Bro Fabian, tapi saya hanya rasa kurang cocok saja dengan kalimat "Penderitaan muncul dari ketidak puasan, ketidak puasan terhadap apa? Ketidak puasan terhadap perubahan." Karena bisa mengindikasikan kalau kita puas dengan perubahan (yang biasanya mengarah ke kondisi lebih baik), maka tidak ada penderitaan. Tidak ada kelahiran, tua, sakit, dan mati.

menurut buda, lahir, tua, sakit, mati adalah duka, menyadari atau tidak, semua mengalaminya.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #428 on: 30 December 2010, 04:53:56 PM »
Sama sekali tidak perlu, lagi suasana Natal harus banyak berdana. ;D
Anumodana deh kalau begitu  ;D niru ah....  ;D

Quote
Sebetulnya ada saja. Contohnya anak-anak yang lahir di medan perang, sejak lahir mungkin sudah kena bom, penyakit, kelaparan dan sebagainya.
Apakah bro Kainyn yakin mereka tak pernah bergembira...?

Quote
Bukan saya tidak mengerti maksud Bro Fabian, tapi saya hanya rasa kurang cocok saja dengan kalimat "Penderitaan muncul dari ketidak puasan, ketidak puasan terhadap apa? Ketidak puasan terhadap perubahan." Karena bisa mengindikasikan kalau kita puas dengan perubahan (yang biasanya mengarah ke kondisi lebih baik), maka tidak ada penderitaan. Tidak ada kelahiran, tua, sakit, dan mati.
Saya rasa saya tidak mengatakan bahwa kalau kita puas dengan perubahan tak ada penderitaan. Saya hanya mengatakan kalau kita dapat menerima perubahan yang berkaitan dengan keadaan itu kita tidak menderita (tidak muncul penderitaan yang berkaitan hal itu). Persepsi yang menyebabkan kita menderita atau tidak menderita.

Mungkin saya perlu mengambil contoh yang lebih ekstrim supaya bro Kainyn mengerti. Seekor cacing akan bergembira bila kita letakkan di lumpur atau di tempat tinja manusia dan mereka akan menderita bila diletakkan di ranjang yang empuk dan mewah. Demikian juga sebaliknya dengan manusia, seorang manusia akan menderita bila diletakkan di lumpur atau di tempat tinja, dan akan bergembira bila diletakkan di ranjang yang empuk dan mewah.

Tapi dalam keadaan tertentu pikiran dapat mempersepsikan kebahagiaan dengan lumpur atau tinja tersebut, contohnya bila seorang petani yang mengerti manfaat tahi ayam akan merasa gembira dan bahagia bila diberikan tahi ayam yang sangat banyak. Tapi bila petani yang lain lagi yang tak tahu manfaat tahi ayam (atau menganggap tahi ayam sebagai najis yang harus dijauhi) kita berikan tahi ayam maka, ia dapat menganggap perbuatan itu sebagai penghinaan.

Aku adalah permainan persepsi bro.... yang disebabkan ketidak tahuan terhadap proses sebab-akibat yang terjadi pada batin dan jasmani.

« Last Edit: 30 December 2010, 05:09:31 PM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #429 on: 30 December 2010, 04:58:33 PM »
Bro kainyn yang baik, coba renungkan bila mobil anda dicuri orang, kemudian memahami bahwa itu hanya bentuk "keakuan". Setelah menyadari bahwa kehilangan itu hanya bentuk keakuan, apakah "keakuan" anda hilang...? Apakah anda tidak berusaha tetap mencari...?

Atau misalnya pacar anda direbut orang, kemudian anda menyadari bahwa kehilangan itu hanya bentuk keakuan, apakah dengan kesadaran itu keakuan anda hilang lalu serta merta merelakan pacar anda direbut orang...?
Dalam konteks dhamma, ketika 'pandangan salah aku" hilang, otomatis pandangan akan kepemilikan pun hilang. Dengan begitu, tidak ada yang namanya 'kehilangan' dan tidak ada yang perlu 'dicari'.

Dalam konteks hidup sehari-hari, tentu saja hal yang dibutuhkan tersebut dicari. Memangnya Arahat kalau jubahnya diambil maling jemuran akan berpindapatta sambil bugil ria karena berpikir tidak ada yang namanya 'jubahku'?


Quote
Pandangan benar melihat bentuk pikiran apapun juga hanyalah bentuk pikiran. Bedakan dengan persepsi atta, karena perumpamaan monster tidak nyambung.
Kalau perumpamaan monster tidak nyambung, coba Bro Fabian saja yang berikan perumpamaan.


Quote
Apakah saya mengatakan tak sesuai...? Saya hanya menjelaskan.
Sampai pada titik ini benar, tetapi menjadi tidak benar setelah ia mengatakan bahwa ada aku yang terlibat, yang sebenarnya: pikiran hanyalah proses batin yang timbul-tenggelam, tak lebih, tak ada aku yang melekati.
Nah, justru saya mau tanya, bagian mana dari penjelasan saya yang tidak benar sehingga perlu dipotong dengan 'titik' tersebut? 



Pertama Bro Fabian menuliskan:
"Sedangkan saya beranggapan bahwa kita ada kecenderungan laten berpandangan salah yang menganggap bahwa pancakhandha, entah terpisah dari, di dalam, identik maupun memiliki aku."

Lalu saya tanya:
"OK, kalau gitu saya mau tanya. Menurut Bro Fabian, jika bukan (salah satu dari unsur) panca khanda yang membentuk persepsi aku, lalu darimana asalnya pandangan salah "ini milikku"?"

Bro Fabian menjawab:
"Yang membentuk persepsi aku adalah lobha, dosa, moha dan avijja. yang menimbulkan delusi persepsi (sanna vipallasa), delusi pikiran (citta vipallasa) dan delusi pandangan (ditthi vipallasa)."

Saya tanya lagi:
"Bisa dijelaskan lebih detail, dan berhubungan dengan (khanda) apa sajakah lobha-dosa-moha ini?"

Terakhir dijawab:
"Lobha dosa  bisa disebabkan oleh semua khandha."

Saya rangkum:
LD(M?) bisa disebabkan semua khanda, LDM membentuk persepsi aku. Tapi bukan (salah satu dari) unsur panca khanda yang menimbulkan persepsi aku. 

Perbandingan.
Kenyang bisa disebabkan oleh makan, kenyang bikin ngantuk. Tapi bukan makan yang bikin ngantuk.

Saya kurang mengerti.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #430 on: 30 December 2010, 05:04:03 PM »
menurut buda, lahir, tua, sakit, mati adalah duka, menyadari atau tidak, semua mengalaminya.
Betul, oleh karena itu, penderitaan bukan berasal dari ketidakpuasan terhadap perubahan. Ketidakpuasan itu sendiri ada karena perubahan. Ketidakpuasan itu adalah penderitaan, disadari atau tidak, semua mengalaminya.

Offline Satria

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 673
  • Reputasi: -17
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #431 on: 30 December 2010, 05:12:08 PM »
Betul, oleh karena itu, penderitaan bukan berasal dari ketidakpuasan terhadap perubahan. Ketidakpuasan itu sendiri ada karena perubahan. Ketidakpuasan itu adalah penderitaan, disadari atau tidak, semua mengalaminya.

jika ketidak puasan ada karena perubahan, dan segala sesuatu itu berubah (anicca), berarti segala sesuatu tidak mmuaskan. bila segala sesuatu tidak memuaskan, maka bagaimana cara manusia mencapai kebahagiaan?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #432 on: 30 December 2010, 05:17:10 PM »
Anumodana deh kalau begitu  ;D niru ah....  ;D
 Apakah bro Kainyn yakin mereka tak pernah bergembira...?
Saya rasa saya tidak mengatakan bahwa kalau kita puas dengan perubahan tak ada penderitaan. Saya hanya mengatakan kalau kita dapat menerima perubahan yang berkaitan dengan keadaan itu kita tidak menderita (tidak muncul penderitaan yang berkaitan hal itu). Persepsi yang menyebabkan kita menderita atau tidak menderita.

Mungkin saya perlu mengambil contoh yang lebih ekstrim supaya bro Kainyn mengerti. Seekor cacing akan bergembira bila kita letakkan di lumpur atau di tempat tinja manusia dan mereka akan menderita bila diletakkan di ranjang yang empuk dan mewah. Demikian juga sebaliknya dengan manusia, seorang manusia akan menderita bila diletakkan di lumpur atau di tempat tinja, dan akan bergembira bila diletakkan di ranjang yang empuk dan mewah.

Tapi dalam keadaan tertentu pikiran dapat mempersepsikan kebahagiaan dengan lumpur atau tinja tersebut, contohnya bila seorang petani yang mengerti manfaat tahi ayam akan merasa gembira dan bahagia bila diberikan tahi ayam yang sangat banyak. Tapi bila petani yang lain lagi yang tak tahu manfaat tahi ayam (atau menganggap tahi ayam sebagai najis yang harus dijauhi) kita berikan tahi ayam maka, ia dapat menganggap perbuatan itu sebagai penghinaan.

Aku adalah permainan persepsi bro.... yang disebabkan ketidak tahuan terhadap proses sebab-akibat yang terjadi pada batin dan jasmani.


Soal ini saya tidak lanjutkan. Seperti saya bilang, saya tahu maksud Bro Fabian tapi tidak cocok dengan kalimatnya.


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #433 on: 30 December 2010, 05:19:13 PM »
jika ketidak puasan ada karena perubahan, dan segala sesuatu itu berubah (anicca), berarti segala sesuatu tidak mmuaskan. bila segala sesuatu tidak memuaskan, maka bagaimana cara manusia mencapai kebahagiaan?
Dengan tidak melekat pada satu kondisi, maka tidak ada lagi puas maupun tidak puas. Jika tidak ada lagi puas maupun tidak puas, maka perubahan apa pun tidak menjadikannya menderita. Itulah akhir dari penderitaan yang disebut sebagai kebahagiaan tertinggi.


Offline JimyTBH

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 120
  • Reputasi: 2
  • antara Suggati N Duggati (
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #434 on: 30 December 2010, 05:46:52 PM »
menurut buda, lahir, tua, sakit, mati adalah duka, menyadari atau tidak, semua mengalaminya.
buda > Buddha...\/\/

 

anything