//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.  (Read 551779 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #315 on: 28 December 2010, 08:43:14 AM »
Sis Sriyeklina,

Jujur saja, semakin saya banyak belajar lintas aliran antara Theravada dan Mahayana, semakin saya melihat tidak ada kepastian dalam agama Buddha terutama mengenai hal-hal pokok seperti Anatta, Nibbana, dan Parinibbana. Kayaknya setiap orang boleh menafsirkan sendiri berdasarkan KECENDERUNGAN-nya sendiri apa itu anatta, apa itu nibbana, apa itu parinibbana.

Kami sangat menghargai kejujuran karena anda sudah banyak belajar tentang lintas aliran Theravada dan Mahayana dan memilih id di DC menjadi 'Thema'.
Ketidakpastian pemahaman Buddha Dhamma anda tentang Anatta, Nibbana, Parinibbana memang CENDERUNG teorian/konsep
 =))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #316 on: 28 December 2010, 09:23:46 AM »
Bro kainyn yang baik, coba periksa dan baca-baca kembali berbagai postingan pak Hudoyo, beliau mengatakan bahwa pikiran adalah aku/atta yang bergerak. Dengan berhentinya pikiran maka atta padam dan tercapailah Nibbana.
Bro fabian, memang saya katakan Pak Hudoyo sering menggunakan istilah yang rancu. Oleh karena itu sewaktu diskusi, saya menanyakan istilah dan penjelasannya secara detail. Dan dari pengalaman diskusi saya tersebut, saya menyimpulkan bahwa Pak Hudoyo bukan seorang Nihilis.

Menurut saya, tidak semua orang yang selalu mengatakan "tidak ada atta" sudah memahami "anatta". Bahkan jika ia sendiri tidak mengerti, melekat pada konsep "tidak ada atta", maka "anatta" itu sendiri telah menjadi "atta" dalam pandangannya. Sama seperti orang berkhayal dirinya sedang sadar, tidak berarti dia sadar.
Berlaku pula sebaliknya. Untuk memahami orang lain, kita perlu mengerti istilah dan pola pikir dari sudut pandang orang itu, bukan dari sudut pandang kita sendiri.

Bro Kainyn yang baik, perlu dimengerti bahwa anatta bukanlah suatu paham. Anatta adalah suatu kebenaran mutlak yang tak nampak oleh mereka yang perhatian dan konsentrasinya kurang mendalam. Bagi mereka yang konsentrasi dan perhatiannya mendalam mereka bisa "melihat" sendiri anatta itu.

Janganlah membandingkan pemikiran yang belum terlatih dengan kemampuan melihat pada batin yang terlatih (para meditator Vipassana), sulit memang untuk melihat anatta tersebut bila batin tak terlatih, bagi mereka yang batinnya tak terlatih Anatta hanya mereka pahami sebatas konsep saja. Bukan "melihat dan mengalami' sendiri.

Urutannya berikut:
Untuk melihat anatta, kita harus mampu melihat segala sesuatu apa adanya (yathabhuta nanadassanam). Untuk mampu melihat segala sesuatu apa adanya kita harus memiliki perhatian dan konsentrasi yang kuat.

Untuk dapat memiliki konsentrasi dan perhatian yang kuat, kita harus berlatih meditasi (dalam hal ini Vipassana)
Betul, kebenaran memang bukan konsep, dan sebelum kebenaran itu dialami, maka masih sebatas konsep. Namun ketika kebenaran dibicarakan juga hanya bisa sebatas teori dan konsep, sebab sesungguh-sungguhnya kebenaran itu hanya bisa dialami sendiri. Kebenaran ini dituangkan ke dalam konsep agar bisa dikomunikasikan. Karena itu, tentu saja konsep ini menjadi subjektif walaupun kebenarannya tidaklah subjektif.

Mengenai membandingkan "yang mahir" dan "tidak mahir", saya tetap pada prinsip saya bahwa kita tidak bisa menilai pencapaian orang lain. Saya tidak akan mengatakan si A lebih mahir Vipassana dari si B, kecuali saya telah memiliki pencapaian kesucian sekaligus kemampuan bathin luar biasa yang mampu mengetahui pencapaian orang lain. 


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #317 on: 28 December 2010, 09:33:34 AM »
Yang menjadi pertanyaan penting saya adalah berapa tahunkah SATU MASA itu , Bro? Kalau jawabnya sekian Kappa, atau sekian Asankheyya Kappa, atau sekian Maha Kappa, yang entah itu berapa milyar/triliyun tahun lagi bukankah itu egoisme yang sangat halus? Mengapa? Karena bumi ini sudah musnah sebelum sammasambuddha Maitreya/Metteya lahir di bumi ini. =))

Nah, ini baru menarik. Saya mau tanya Bro Thema, kalau boleh tolong dijawab.
Di dunia ini, di antara manusia-manusia egois, pernah muncul sosok Mother Teresa yang sangat altruistik. Namun setelah sekian lama, belum muncul yang mirip-mirip. Nah, dalam periode Mother Teresa sampai sekarang, sudah banyak yang tidak terbantu. Jadi apakah Mother Teresa egois?


Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #318 on: 28 December 2010, 10:21:02 AM »
Bro Fabian yang baik, nihilisme jelas-jelas adalah miccha dithhi menurut Theravada. Karena memang secara historis, Buddha Gotama menolak ajaran Ajita Kesakambala yang nihilis itu.
Apakah bro thema setuju bahwa dalam Tipitaka Sang Buddha tak pernah menyetujui pandangan nihilisme (ucheda ditthi?)

Quote
Bro Fabian yang baik,

Buddhisme dari awal memang menyangkal keberadaan atta, baik atta yang terpisah atau melekat pada satu, beberapa atau semua khanda. Sebab kalau tidak demikian, apa bedanya Buddhisme dengan Brahmanisme yang mempopulerkan konsep atta/atman itu?
Sekarang saya ingin bertanya kepada Bro Fabian yang sudah mengetahui/memahami AN-ATTA ‘dengan sendiri’nya melalui konsentrasi yang mendalam via meditasi vipassana:
1)   Apakah Bro hanya dapat memahami Anatta ketika sedang meditasi vipassana saja atau apakah Bro bisa memahami Anatta itu setiap saat bahkan ketika sedang melakukan aktivitas sehari-hari?

Sebaiknya kita membatasi diskusi ini tidak pada apa yang telah saya capai, kita hanya membatasi sebatas apa yang saya ketahui ok...?

1)Anatta adalah pengetahuan yang muncul berdasarkan pengalaman aktual/mengalami/melihat sendiri. Bila seseorang telah melihat sendiri/mengalami, bahwa air laut asin, apakah pengetahuan mengenai rasa asin air laut bisa hilang kembali...?

Quote
2)   Dengan kata lain apakah pemahaman Anatta Bro itu sementara, bisa timbul lenyap, ataukah pemahaman Anatta Bro itu stabil dan abadi?
Pertanyaan ini jawabannya sama dengan pertanyaan yang pertama.

Quote
3)   Konon, meditasi vipassana bisa membuat seseorang mencapai Nibbana (correct me if I’m wrong). Apakah Bro sudah mencapai Nibbana? Kalau Bro sudah mencapai Nibbana, bisakah Bro menjelaskannya kepada saya dan rekan-rekan Buddhist maupun non Buddhist di sini? Saya punya segudang pertanyaan nih mengenai Nibbana.

Pertanyaan ketiga ini jawabannya sama dengan yang diatas.
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #319 on: 28 December 2010, 10:40:56 AM »
Bro fabian, memang saya katakan Pak Hudoyo sering menggunakan istilah yang rancu. Oleh karena itu sewaktu diskusi, saya menanyakan istilah dan penjelasannya secara detail. Dan dari pengalaman diskusi saya tersebut, saya menyimpulkan bahwa Pak Hudoyo bukan seorang Nihilis.
Bro Kainyn yang baik, memang agak berbeda kesimpulan bro Kainyn dengan kesimpulan saya mengenai pernyataan pak Hudoyo, demikian juga dengan teman-teman yang lain. Menurut saya pak Hudoyo beranggapan ada aku yang lenyap/padam pada saat pencapaian Nibbana. Menurut saya ini juga nihilis, karena ia beranggapan ada aku yang padam pada pencapaian Nibbana.
Dalam Theravada mahluk hidup hanya terdiri dari pancakhandha, dimanakah adanya "aku" yang dikatakan pak Hudoyo?

Quote
Menurut saya, tidak semua orang yang selalu mengatakan "tidak ada atta" sudah memahami "anatta". Bahkan jika ia sendiri tidak mengerti, melekat pada konsep "tidak ada atta", maka "anatta" itu sendiri telah menjadi "atta" dalam pandangannya. Sama seperti orang berkhayal dirinya sedang sadar, tidak berarti dia sadar.
Benar bro, oleh sebab itu berulangkali dalam berbagai tulisan saya selalu menekankan mengalami sendiri anatta tersebut, sehingga tidak mengetahui anatta hanya sebatas konsep.

Quote
Berlaku pula sebaliknya. Untuk memahami orang lain, kita perlu mengerti istilah dan pola pikir dari sudut pandang orang itu, bukan dari sudut pandang kita sendiri.
Apakah menurut bro Kainyn, bro Kainyn mengetahui pola pikir dari sudut pandang pak Hud?

Quote
Betul, kebenaran memang bukan konsep, dan sebelum kebenaran itu dialami, maka masih sebatas konsep. Namun ketika kebenaran dibicarakan juga hanya bisa sebatas teori dan konsep, sebab sesungguh-sungguhnya kebenaran itu hanya bisa dialami sendiri. Kebenaran ini dituangkan ke dalam konsep agar bisa dikomunikasikan. Karena itu, tentu saja konsep ini menjadi subjektif walaupun kebenarannya tidaklah subjektif.
Setuju sekali bro...

Quote
Mengenai membandingkan "yang mahir" dan "tidak mahir", saya tetap pada prinsip saya bahwa kita tidak bisa menilai pencapaian orang lain. Saya tidak akan mengatakan si A lebih mahir Vipassana dari si B, kecuali saya telah memiliki pencapaian kesucian sekaligus kemampuan bathin luar biasa yang mampu mengetahui pencapaian orang lain.
 
Dalam batas tertentu kita bisa menilai pencapaian orang lain, terutama kita bisa menilai pencapaian orang yang ada dibawah pencapaian kita, tapi tak bisa menilai orang yang pencapaiannya diatas kita.
Umpamanya anak SMP bisa menilai pencapaian sekolah orang tersebut bila ia tidak mengerti persamaan matematik maka kemungkinan ia anak SD, tetapi anak SMP tak bisa menilai pencapaian anak SMA dstnya...


Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #320 on: 28 December 2010, 01:30:20 PM »
Bro Kainyn yang baik, memang agak berbeda kesimpulan bro Kainyn dengan kesimpulan saya mengenai pernyataan pak Hudoyo, demikian juga dengan teman-teman yang lain. Menurut saya pak Hudoyo beranggapan ada aku yang lenyap/padam pada saat pencapaian Nibbana. Menurut saya ini juga nihilis, karena ia beranggapan ada aku yang padam pada pencapaian Nibbana.
OK, tidak apa. Saya juga bukan bermaksud mengubah pemikiran Bro Fabian, tetapi hanya memberikan satu sudut pandang yang lain saja.

Quote
Dalam Theravada mahluk hidup hanya terdiri dari pancakhandha, dimanakah adanya "aku" yang dikatakan pak Hudoyo?
Karena saya bukan Pak Hudoyo, maka saya jawab versi saya.
Makhluk hidup memang hanya terdiri dari pancakhanda, namun karena tidak melihat apa adanya, maka pikirannya mengkonsepsi "aku" yang bisa jadi adalah objek, ada di dalam objek, atau di luar objek, maka di situlah ada penderitaan. Apakah "aku" ada? Dalam konteks sebenar-benarnya, tidak ada yang bisa disebut sebagai "aku". Namun dalam keseharian, "aku" yang adalah bentukan pikiran itu ADA dan bahkan dilekati (oleh mereka yang belum melenyapkan noda sepenuhnya). Karena adanya kemelekatan tentang "aku" itu maka ada "aku" yang senang kalau dipuji, "aku" yang marah kalau dihina, "aku" yang mendambakan sesuatu, "aku" yang membenci sesuatu.

Quote
Benar bro, oleh sebab itu berulangkali dalam berbagai tulisan saya selalu menekankan mengalami sendiri anatta tersebut, sehingga tidak mengetahui anatta hanya sebatas konsep.
Ya, namun apakah seseorang mengalami atau tidak, tetap susah diketahui karena yang kita bicarakan tetap sebatas konsep-konsep saja.

Quote
Apakah menurut bro Kainyn, bro Kainyn mengetahui pola pikir dari sudut pandang pak Hud?
Tentu tidak sepenuhnya saya bisa mengerti pola pikir orang lain.

Quote
Dalam batas tertentu kita bisa menilai pencapaian orang lain, terutama kita bisa menilai pencapaian orang yang ada dibawah pencapaian kita, tapi tak bisa menilai orang yang pencapaiannya diatas kita.
Umpamanya anak SMP bisa menilai pencapaian sekolah orang tersebut bila ia tidak mengerti persamaan matematik maka kemungkinan ia anak SD, tetapi anak SMP tak bisa menilai pencapaian anak SMA dstnya...
Ini juga menarik. Di satu sisi ada penilaian "Fabian yang tidak maju-maju meditasinya" dan di sisi lain ada "Hudoyo yang cuma sebatas konsep." Keduanya pasti merasa telah SMP dan menilai lainnya sebagai yang SD. Bagi pihak ke tiga yang netral, keduanya sulit dibuktikan. Karena saya adalah pihak ke tiga tersebut, maka penilaian saya hanya sebatas "Fabian & Hudoyo adalah sama-sama praktisi Vipassana yang beda metode dan pengalaman, sehingga berbeda pandangan." Mungkin pihak Bro Fabian atau Pak Hud (atau keduanya) menganggap saya tidak tahu apa-apa (playgroup). Tidak masalah bagi saya. Tapi adalah fakta bahwa sebenarnya pihak mana pun tidak akan bisa membuktikan kebenarannya. Masing-masing hanya bisa membuktikan kebenaran untuk diri sendiri.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #321 on: 28 December 2010, 02:16:53 PM »
OK, tidak apa. Saya juga bukan bermaksud mengubah pemikiran Bro Fabian, tetapi hanya memberikan satu sudut pandang yang lain saja.
Karena saya bukan Pak Hudoyo, maka saya jawab versi saya.
Makhluk hidup memang hanya terdiri dari pancakhanda, namun karena tidak melihat apa adanya, maka pikirannya mengkonsepsi "aku" yang bisa jadi adalah objek, ada di dalam objek, atau di luar objek, maka di situlah ada penderitaan. Apakah "aku" ada? Dalam konteks sebenar-benarnya, tidak ada yang bisa disebut sebagai "aku". Namun dalam keseharian, "aku" yang adalah bentukan pikiran itu ADA dan bahkan dilekati (oleh mereka yang belum melenyapkan noda sepenuhnya). Karena adanya kemelekatan tentang "aku" itu maka ada "aku" yang senang kalau dipuji, "aku" yang marah kalau dihina, "aku" yang mendambakan sesuatu, "aku" yang membenci sesuatu.
Ya, namun apakah seseorang mengalami atau tidak, tetap susah diketahui karena yang kita bicarakan tetap sebatas konsep-konsep saja.
Tentu tidak sepenuhnya saya bisa mengerti pola pikir orang lain.
Ini juga menarik. Di satu sisi ada penilaian "Fabian yang tidak maju-maju meditasinya" dan di sisi lain ada "Hudoyo yang cuma sebatas konsep." Keduanya pasti merasa telah SMP dan menilai lainnya sebagai yang SD. Bagi pihak ke tiga yang netral, keduanya sulit dibuktikan. Karena saya adalah pihak ke tiga tersebut, maka penilaian saya hanya sebatas "Fabian & Hudoyo adalah sama-sama praktisi Vipassana yang beda metode dan pengalaman, sehingga berbeda pandangan." Mungkin pihak Bro Fabian atau Pak Hud (atau keduanya) menganggap saya tidak tahu apa-apa (playgroup). Tidak masalah bagi saya. Tapi adalah fakta bahwa sebenarnya pihak mana pun tidak akan bisa membuktikan kebenarannya. Masing-masing hanya bisa membuktikan kebenaran untuk diri sendiri.

mau nambahin sedikit, sebagai pihak ketiga bisa juga melihat dari permukaan luar dahlu apakah seseorang itu memang sudah tingkat SMP atau hanya mengaku tingkat SMP, dan bisa diberi ujian2 yang jadi tolak ukur apakah orang itu layak dipandang tingkat SMP.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #322 on: 28 December 2010, 02:48:04 PM »
mau nambahin sedikit, sebagai pihak ketiga bisa juga melihat dari permukaan luar dahlu apakah seseorang itu memang sudah tingkat SMP atau hanya mengaku tingkat SMP, dan bisa diberi ujian2 yang jadi tolak ukur apakah orang itu layak dipandang tingkat SMP.
Mungkin maksud Bro ryu adalah sikapnya?

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #323 on: 28 December 2010, 02:59:07 PM »
Mungkin maksud Bro ryu adalah sikapnya?
ya, seperti contohnya buddha sering di tes bagaimanapun dia bisa mengatasi semuanya, maka bisa di sebut tingkat SMP (misalnya)
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #324 on: 28 December 2010, 03:15:23 PM »
ya, seperti contohnya buddha sering di tes bagaimanapun dia bisa mengatasi semuanya, maka bisa di sebut tingkat SMP (misalnya)
Masalah sikap, ini memang bisa berhubungan, tapi tidak selalu. Ada orang yang tidak vipassana, bukan Buddhis, tapi perilakunya juga baik.

Masalah pengetahuan, tentu janganlah dibandingkan dengan seorang Buddha.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #325 on: 28 December 2010, 03:21:43 PM »
Masalah sikap, ini memang bisa berhubungan, tapi tidak selalu. Ada orang yang tidak vipassana, bukan Buddhis, tapi perilakunya juga baik.

Masalah pengetahuan, tentu janganlah dibandingkan dengan seorang Buddha.

ya setidaknya itu bisa jadi salah satu tolak ukur untuk mengenal/menilai seseorang walau tidak bisa 100% benar tapi bisa memberi kewaspadaan.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #326 on: 28 December 2010, 03:32:30 PM »
Mahayana meng-klaim Kitab-kitab yang "isi-nya" sama dengan Pali Kanon (Sutta .a.k.a. Kitab Theravada) itu tertuang di dalam Kelompok Agama Sutra (salah satu dari 5 kelompok besar Sutra Mahayana).
Sehingga jika kitab-kitab di dalam Agama sutra = SALAH, maka secara keseluruhan Mahayana (dan juga Theravada) = SALAH...

Sedangkan jika ternyata kitab-kitab di luar AGAMA SUTRA yang salah, maka ada kemungkinan MAHAYANA saja yang SALAH, sedangkan THERAVADA (PALI KANON .a.k.a. AGAMA SUTRA) itu tidak SALAH. Dan kesimpulan-nya bisa mengarah bahwa MAHAYANA merupakan SEMPALAN / PENAMBAHAN dari Ajaran yang ada.
« Last Edit: 28 December 2010, 03:34:16 PM by dilbert »
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Thema

  • Teman
  • **
  • Posts: 64
  • Reputasi: 2
  • Gender: Male
  • Think Most Talk More
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #327 on: 28 December 2010, 03:59:12 PM »
Quote
Sepertinya anda tidak mengerti tentang sesuatu. Ada yang ingin dibahas, ataukah pernyataan "tidak ada yang bisa menjelaskan anatta, nirvana & parinirvana" sudah final karena anda sendiri tidak paham?

Bro (?) Kainyn yang baik dan pintar,

Baiklah saya jelaskan.

Awalnya saya membaca debat yang sangat sengit di Pertanyaan Kritis Mengenai Mahayana yang sudah mencapai 130-an halaman ketika saya membacanya dari awal.

Lalu saya melihat kecenderungan eternalis dan kecenderungan nihilis terutama dalam debat mengenai Parinibbana.

Perdebatan itu membuat saya jadi skeptis baik terhadap kebenaran mutlak Dhamma Theravada maupun kebenaran mutlak Dharma Mahayana. :??

Menurut hemat saya, kebenaran masing-masing pihak bersifat relatif dan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Perdebatan kedua pihak persis kayak suami istri lagi berantem ! Yang satu pake logika dan yang lain pake rasa. Ya nggak bakal ketemulah. ;D

Kalau memang nggak ada kesepakatan ya sudahlah.  :??

Silahkan tafsirkan sendiri Dharma/Dhamma (terutama mengenai anatta, nibbana, parinibbana) sesuai kecenderungan masing-masing.

Tidak harus terbagi dalam dua polaritas kecenderungan nihilistik-konservatif-individualis-logis kritis di satu sisi dan kecenderungan eternalistik-liberal-sosialis-maitri karuna di sisi lain.

Tapi juga bisa saling silang / kombinasi misalnya ada Buddhist yang cenderung memakai pikiran kritis logis seperti Theravada namun cenderung altruis seperti Mahayana. Atau ada Buddhist yang cenderung memakai hati maitri karuna seperti Mahayana namun dalam memandang parinibbana cenderung nihilistik seperti Theravada. Itu semua mungkin.

Jadi menurut saya, akan ada begitu banyak kemungkinan kecenderungan, tidak hanya dua kemungkinan kecenderungan saja. Kombinasi kecenderungan itu terserah masing-masing orang karena manusia adalah makhluk yang unik.  :))

saya nggak begitu tertarik lagi berkomentar. saya akan mulai membatasi komentar saya untuk mencegah debat kusir.

Berhubung saya sekarang skeptis, saya suka slogan skeptisnya Bro Morpheus: Ragu Pangkal Cerah.

Kalo soal netralitas, saya suka gaya netralnya anda Bro(?) Kainyn… dan juga Bro Ryu. 

Hail Ryu! The Lord of En-darken-ment! ^:)^  >:D =))

Think most :?? Talk more ;D

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #328 on: 28 December 2010, 04:11:10 PM »
Bro (?) Kainyn yang baik dan pintar,

Baiklah saya jelaskan.

Awalnya saya membaca debat yang sangat sengit di Pertanyaan Kritis Mengenai Mahayana yang sudah mencapai 130-an halaman ketika saya membacanya dari awal.

Lalu saya melihat kecenderungan eternalis dan kecenderungan nihilis terutama dalam debat mengenai Parinibbana.

Perdebatan itu membuat saya jadi skeptis baik terhadap kebenaran mutlak Dhamma Theravada maupun kebenaran mutlak Dharma Mahayana. :??

Menurut hemat saya, kebenaran masing-masing pihak bersifat relatif dan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Perdebatan kedua pihak persis kayak suami istri lagi berantem ! Yang satu pake logika dan yang lain pake rasa. Ya nggak bakal ketemulah. ;D

Kalau memang nggak ada kesepakatan ya sudahlah.  :??

Silahkan tafsirkan sendiri Dharma/Dhamma (terutama mengenai anatta, nibbana, parinibbana) sesuai kecenderungan masing-masing.

Tidak harus terbagi dalam dua polaritas kecenderungan nihilistik-konservatif-individualis-logis kritis di satu sisi dan kecenderungan eternalistik-liberal-sosialis-maitri karuna di sisi lain.

Tapi juga bisa saling silang / kombinasi misalnya ada Buddhist yang cenderung memakai pikiran kritis logis seperti Theravada namun cenderung altruis seperti Mahayana. Atau ada Buddhist yang cenderung memakai hati maitri karuna seperti Mahayana namun dalam memandang parinibbana cenderung nihilistik seperti Theravada. Itu semua mungkin.

Jadi menurut saya, akan ada begitu banyak kemungkinan kecenderungan, tidak hanya dua kemungkinan kecenderungan saja. Kombinasi kecenderungan itu terserah masing-masing orang karena manusia adalah makhluk yang unik.  :))

saya nggak begitu tertarik lagi berkomentar. saya akan mulai membatasi komentar saya untuk mencegah debat kusir.

Berhubung saya sekarang skeptis, saya suka slogan skeptisnya Bro Morpheus: Ragu Pangkal Cerah.

Kalo soal netralitas, saya suka gaya netralnya anda Bro(?) Kainyn… dan juga Bro Ryu. 

Hail Ryu! The Lord of En-darken-ment! ^:)^  >:D =))



Luar Binasa ops salah...LUAR BIASA  ^:)^
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #329 on: 28 December 2010, 04:20:53 PM »
Bro (?) Kainyn yang baik dan pintar,

Baiklah saya jelaskan.

Awalnya saya membaca debat yang sangat sengit di Pertanyaan Kritis Mengenai Mahayana yang sudah mencapai 130-an halaman ketika saya membacanya dari awal.

Lalu saya melihat kecenderungan eternalis dan kecenderungan nihilis terutama dalam debat mengenai Parinibbana.

Perdebatan itu membuat saya jadi skeptis baik terhadap kebenaran mutlak Dhamma Theravada maupun kebenaran mutlak Dharma Mahayana. :??

Menurut hemat saya, kebenaran masing-masing pihak bersifat relatif dan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Perdebatan kedua pihak persis kayak suami istri lagi berantem ! Yang satu pake logika dan yang lain pake rasa. Ya nggak bakal ketemulah. ;D

Kalau memang nggak ada kesepakatan ya sudahlah.  :??

Silahkan tafsirkan sendiri Dharma/Dhamma (terutama mengenai anatta, nibbana, parinibbana) sesuai kecenderungan masing-masing.

Tidak harus terbagi dalam dua polaritas kecenderungan nihilistik-konservatif-individualis-logis kritis di satu sisi dan kecenderungan eternalistik-liberal-sosialis-maitri karuna di sisi lain.

Tapi juga bisa saling silang / kombinasi misalnya ada Buddhist yang cenderung memakai pikiran kritis logis seperti Theravada namun cenderung altruis seperti Mahayana. Atau ada Buddhist yang cenderung memakai hati maitri karuna seperti Mahayana namun dalam memandang parinibbana cenderung nihilistik seperti Theravada. Itu semua mungkin.

Jadi menurut saya, akan ada begitu banyak kemungkinan kecenderungan, tidak hanya dua kemungkinan kecenderungan saja. Kombinasi kecenderungan itu terserah masing-masing orang karena manusia adalah makhluk yang unik.  :))

saya nggak begitu tertarik lagi berkomentar. saya akan mulai membatasi komentar saya untuk mencegah debat kusir.

Berhubung saya sekarang skeptis, saya suka slogan skeptisnya Bro Morpheus: Ragu Pangkal Cerah.

Kalo soal netralitas, saya suka gaya netralnya anda Bro(?) Kainyn… dan juga Bro Ryu. 

Hail Ryu! The Lord of En-darken-ment! ^:)^  >:D =))

rasa-nya yang mempolarisasi Theravada dan Mahayana menjadi cenderung Nihilistik dan Etenalistik adalah opini bro Thema sendiri.
Dalam debat tersebut, Theravada a.k.a. Pali Kanon memaparkan referensi bahwa TIADA KELAHIRAN KEMBALI untuk para ARAHAT (baik sammsambuddha, pacceka, maupun savaka) yang sudah parinibbana atau merealisasikan anupadisesa nibbana (nibbana tanpa sisa). Sedangkan di Mahayana terutama yang menggunakan Sutra Rujukan Saddharma pundarika Sutra malah "memaparkan" konsep pencapaian sammasambuddha oleh para SRAVAKA (Savaka) Buddha di masa mendatang.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan