setuju
Jadi membaca mantra tidak bisa membebaskan/menyelamatkan? Kalau jawabannya ya, itulah KECENDERUNGAN pikiran/jawaban Theravadin.
Kalau anda sudah tahu,kenapa anda harus bertanya?
saya tidak dalam posisi menghakimi mana yang lebih baik atau lebih buruk. saya hanya menganalisis kecenderungan-kecenderungan yang sangat ‘abhi’ alias halus, tinggi, dan luas sekali.
Jawabannya karena tulisan tebal diatas.Makanya topik ini anda buat dimasing-masing board yang strategis.Dengan memberikan pandangan-pandangan yang bertentangan sehingga masing-masing mengeluarkan pikirannya.Dan setiap tebakan anda benar maka anda akan mengatakan ini kecenderungan pikiran penganut theravada.Ini kecenderungan mahayana.Dan jika tidak ada yang menjawab sama sekali maka anda akan bingung,dan karena topik yang membuat orang bereaksi adalah yang menyerang individu,makanya anda tampilkan.
Jika anda memang sudah mempelajari sekian banyak.Dan dengan kemampuan menganalisa yang anda punya,pasti anda sudah mengerti.Untuk apalagi permainan yang anda buat???Untuk pembuktian???Untuk menyamakan??
Saya yakin anda sudah tahu pola pikir seorang theravada akan banyak menggunakan logika dan mahayana dengan rasa.
Contoh:
1. Jika ada seekor burung diudara.
Orang yang memakai logika akan melihat dan berkata,"Ada yang burung yang sedang terbang diudara !"
Orang yang memakai rasa akan melihat dan berkata,"Oh,indahnya...lihatlah burung itu sedang menari-nari diangkasa."
2. Jika ada seseorang istri yang sedang berduka cita karena suaminya meninggal.
Orang yang memakai logika akan melihat dan berkata."Kasihan dia,sekarang dia harus seorang diri."
Orang yang memakai rasa akan melihat dan berkata,"Kasihan dia,sekarang dia pasti merasakan sakit karena kehilangan orang yang dicintainya."
Saya tidak membawa nama theravada atau mahayana.Tapi pada orangnya...karena tidak semua pemeluk theravada atau mahayana seperti yang anda pikirkan.Orang yang biasa memakai logika karena bergerak karena hasil pikirannya,apakah itu benar atau tidak benar,bermanfaat atau tidak bermanfaat.Sedangkan orang yang memakai rasa bergerak terutama karena rasa yang diterimanya.menyenangkan atau tidak menyenangkan atau tidak 22-nya.
Orang yang memakai logika akan cocok meditasi dengan menyadari objek adalah objek..kontak adalah kontak dst.Mereka akan memahami dengan cara seperti itu,dengan hanya melihat objek tanpa tercampur konsep-konsep dan lainnya.Sehingga sedikit demi sedikit nafsu keinginannya/kemelekatannya mulai hilang.Tapi jika disuruh dengan objek yang menyangkut rasa misalnya yang menjijikkan atau menyayangi...naka mereka akan bingung.Karena mereka memang unggul dilogika bukan di rasa.
Orang yang memakai rasa jika diterangkan dengan cara logika juga tidak akan menangkap.Malah membosankan bagi mereka.Disuruh melatih meditasi dengan nafas keluar masuk saja,tidak akan bertahan lama.Karena membosankan..Tapi jika disuruh dengan objek seperti cinta kasih.Dia bisa merasakan rasa bahagia dan bisa mempertahankan rasa itu.Dan dia mendeteksi dengan rasa.Jika rasa itu menuju kearah yang menyenangkan maka itu tidak boleh,jika kearah tidak menyenangkan juga tidak boleh.Pada posisi netrallah,yang dipertahankan.Sehingga orang yang bergerak karena rasa,dia bisa menyayangi tanpa melekat.Yang bagi pemakai logika itu agak susah dicerna.Bagi pemakai logika,itu bukan menyayangi tanpa melekat tapi yang terbayang tanpa perasaan.
Tapi apakah para pemakai logika dia tidak bisa menyayangi?Bisa,tapi dia bergerak berupa...itu makhluk sedang menderita dan harus ditolong.Sebatas itu yang bekerja disistem pikirannya.
Dan Sang Buddha tahu itu,sehingga banyak sekali objek dan cara yang diberikan.Sang Buddha tidak pernah memaksakan kecenderungan yang satu harus melakukan kecenderungan yang lain.Tapi dia memberikan dhamma dan membantu pencapaian kesucian satu makhluk sesuai dengan kelebihan masing-masing.Karena dia sangat bijaksana,dia tahu tidak akan bermanfaat jika itu dilakukan.