//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - tania

Pages: 1 2 3 4 [5] 6 7 8 9 10 11
61
Kafe Jongkok / Re: Komik Golongan darah
« on: 05 July 2010, 06:00:39 PM »
saya B ..  :))

62
Diskusi Umum / Re: Surga: Tidak lepas dari diskriminasi
« on: 05 July 2010, 05:48:38 PM »
hmmm kalo menurut pendapat saya,

biasanya banyak kaum laki2 (manusia) berbuat kebajikan dgn pengharapan untuk ditemani oleh banyak wanita2 cantik, sdgkan wanita jarang yang berharap demikian. sehingga akibat kelahiran kembali di alam dewa, maka terjadi sessuai pengharapan masing2 sesuai kamma baik yang telah dilakukan pada kehdpan sebelumnya.
Saya setuju dengan pendapat di atas.
Ga perlu jauh2 ke sorga, kita lihat di dunia ini kalau pria banyak duit & berkuasa, banyak yang keinginannya adalah memiliki wanita/istri yang banyak.
Sebaliknya kalau ada wanita banyak duit & berkuasa, sangat sedikit sekali yang keinginannya adalah memiliki pria yang banyak. Intinya kebahagiaan wanita dan pria memang berbeda. Mungkin saja sorganya wanita adalah shopping gratis semua baju/tas/sepatu/aksesoris merk terkenal.



gratis gak seru, diskonan baru mantep :))

diskonan + unlimited budget .. hmmmmm ..  ^-^

63
Diskusi Umum / Re: Status Wanita di Tengah Masyarakat Buddhis
« on: 04 July 2010, 10:32:09 PM »
Di depan khan sudah saya tulis. Pernyataan tersebut ada dalam kitab komentar untuk Bhikkhunikkhandhaka. Tepatnya, ada dalam Vinaya Aṭṭhakathā, VI, 1290-1291. Pertanyaan anda selanjutnya juga telah terjawab di atas.

bs tolong link ke vinaya atthakatha? saya sudah mencoba googling tapi tidak menemukannya ..  _/\_

64
Diskusi Umum / Re: Karma Orang Tua dan Anak
« on: 04 July 2010, 06:57:21 PM »
To All,

thank you atas pemasukannya...
ada hal yang sangat mengganjal di hati saya...
bagaimana anak harus bersikap jika orang tua telah berselingkuh?

berselingkuh sampai mengabaikan keluarga yg pertama? atau bagaimana?

65
Diskusi Umum / Re: Karma Orang Tua dan Anak
« on: 04 July 2010, 01:49:15 PM »
maksudnya dgn pelimpahan jasa gimana ya?

jawaban ada di point #5 :)

Dalam Sigalovada Sutta diuraikan mengenai 5 macam kewajiban anak kepada orang tuanya, yaitu:

1. Merawat dan menunjang kehidupan orang tua, terutama di hari tua mereka
Anak-anak seyogyanya merawat dan menunjang kehidupan orang tuanya yang telah tua dengan hati yang tulus ikhlas. Anak-anak seyogyanya menanyakan kesehatan orang tuanya. Jika sakit, anak-anak seyogyanya mengajak orang tuanya berobat ke dokter, membantu meminumkan obat, menghiburnya, dan sebagainya. Anak anak seyogyanya membawakan makanan dan minuman yang enak bagi orang tuanya. Anak-anak seyogyanya menyempatkan diri untuk menemani orang tuanya pergi ke Vihara atau jalan-jalan ke tempat rekreasi.

Anak-anak seyogyanya menyediakan tempat tinggal yang layak bagi orang tuanya yang ingin menginap. Anak-anaknya tidak patut menolak kedatangan orang tuanya yang ingin menginap. Anak-anak tidak patut saling melempar tanggung jawab diantara mereka dalam hal merawat dan menampung orang tuanya. Seharusnya anak berbahagia jika orang tuanya memilih tinggal dirumahnya, karena anak tersebut mempunyai kesempatan lebih banyak untuk membalas kebaikan orang tuanya. Anak yang berbakti tidak akan menempatkan orang tuanya di rumah jompo, walaupun dengan alasan orang tuanya lebih senang karena banyak teman.

2. Membantu menyelesaikan urusan-urusan orang tuanya.
Setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti mempunyai barbagai masalah, termasuk orang tu kita. Anak-anak seyogyanya berusaha membebaskan orang tuanya dari berbagai masalah dan kekhawatiran. Anak-anak seyogyanya menanyakan masalah-masalah yang dihadapi oleh orang tuanya dengan lemah lembut. Kemudian, anak-anak berusaha menghibur orang tuanya dengan mengatakan bahwa semua masalah pasti dapat terpecahkan. Tidak ada problem yang tidak terselesaikan. Tidak ada kesulitan yang tidak ada akhirnya. Selanjutnya, anak-anak berusaha membantu memecahkan masalah-masalah orang tuanya tersebut.

3. Menjaga nama baik dan kehormatan keluarga.
Anak-anak seyogyanya bertutur kata sopan dan berkelakuan baik. Anak-anak seyogyanya menjalankan Pancasila Buddhis dalam kehidupan sehari-hari, yang berarti berusaha menghindari kejahatan. Anak-anak seyogyanya berusaha menambah kebaikan dengan berdana dan lain-lain. Anak-anak seyogyanya berusaha membersihkan pikirannya dari lobha (keserakahan), dosa ( kebencian), dan moha ( kebodohan). Anak-anak seyogyanya berusaha mengembangkan nialai-nilai spiritual dalam batinnya; melatih diri untuk menjadi baik; melatih kesabaran, toleransi, simpati, rendah hati, ramah, jujur, bijaksana, dan memiliki kesederhanaan. Dengan mempraktekkan ajaran-ajaran Sang Buddha dalan kehidupan sehari-hari anak, tersebut telah dapat menjaga nama baik dan kehormatan keluarga.

4. Mempertahankan kekayaan keluarga.
Hasil jerih payah orang tua selama hidup merupakan harta warisan yang perlu di jaga agar dapat membawa manfaat. Anak-anak harus memanfaatkan harta tersebut dangan sebaik-baiknya untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.

5. Memberikan jasa-jasa kebahagiaan kepada orang tuanya yang telah meninggal dunia.
Setelah orang tua meninggal dunia, anak-anak patut melakukan pattidana atau berbuat jasa kebaikan yang dilimpahkan kepada orang tuanya yang telah meninggal dunia tersebut. Jasa-jasa kebaikan yang dapat dilakukan oleh anak itu antara lain:

1. Memanjatkan paritta-paritta suci.
2. Mencetak buku-buku Dhamma.
3. Berdana kepada vihara-vihara yang membutuhkan
4. Mempersembahkan jubah, Makanan, obat-obatan kepada Bhikkhu Sangha.
5. Melepas semua makhluk hidup, seperti burung, kura-kura, ikan.


>> pattidana atau pelimpahan jasa baru bisa dilakukan setelah orang tua meninggal untuk mencegah atau memperpendek masa hidup di alam tidak menyenangkan. Secara sederhana, pattidana dapat dilakukan dengan membacakan paritta secara rutin dan melakukan kebajikan (kalau theravada biasanya secara simbolis menuang air ke tanah, kalau aliran lain saya kurang tau). Namun jika, orang tua atau sanak yg lahir di alam bahagia, tidak dapat menerima pelimpahan jasa ini. (untuk alam makhluk yg dapat menerima pattidana akan saya update kemudian, saat ini saya belum mendapat sumber yg relevan)

doa untuk pelimpahan jasa :
Semoga jasa dan kebajikan yang diperoleh dari perbuatan ini
Akan memperindah Tanah Suci para Buddha,
Membalas empat budi besar,
Dan menolong mereka di Tiga Alam sengsara.

Semoga mereka yang mendengarkan Dharma ini
Semua bertekad membangkitkan Bodhicitta
Sampai di akhir penghidupan ini,
Bersama-sama lahir di Alam Bahagia.
(mahayana)

"Semoga buah dari jasa-jasa perbuatan baik ini
dapat dilimpahkan kepada :.........(sebutkan namanya ).
beserta semua makhluk di alam semesta
yang pernah berhubungan kamma dengan Beliau.
Semoga semuanya di alam kehidupan yang sekarang
selalu mendapatkan ketenangan, kebahagiaan,
serta akhirnya dapat mencapai kebebasan abadi, Nibbana.
Semoga semua makhluk berbahagia"
(Theravada)

semoga bermanfaat  _/\_



tambahan informasi mengenai sejarah pattidana

66
Theravada / Re: Sutta Bakti Anak kepada Orang Tua
« on: 03 July 2010, 10:05:21 AM »
waah sorry saya tidak tau ini bukan theravada ..


bs tolong di delete?

67
Theravada / Re: Sutta Bakti Anak kepada Orang Tua
« on: 03 July 2010, 09:41:58 AM »
Pada saat, Ananda dan lain-lainya dalam kumpulan besar "Asura, Garuda, Kinnara,  Manusia, Bukan Manusia, dan lain-lainnya, demikian juga Dewa, Naga, Yaksha, Gandarwa, raja-raja bijaksana yang memutar roda, dan semua raja-raja yang lebih kecil, merasakan semua bulu pada badan mereka berdiri setelah mendengarkan apa yang disabda Hyang Buddha. Masing-masing dari mereka bertekad dan berkata, "Kami semua mulai sekarang sampai perwujudan akhir dari masa mendatang, akan lebih suka badan kami dilumatkan menjadi abu untuk beratus ribu kalpa daripada melanggar ajaran bijaksana dari Tathagata."Kami lebih suka lidah kami dicabut, sehingga akan memanjang sepanjang satu Yojana penuh, dan untuk selama seratus ribu kalpa sebuah luku besi ditarik diatasnya, daripada melanggar ajaran-ajaran bijaksana dari Tathagata."

"Kami lebih suka roda dengan seratus ribu pisau menggelinding dengan bebas diatas badan kami, Kami lebih suka badan kami diikat dengan jaring besi selama seratus ribu kalpa, daripada melanggar ajaran-ajaran bijaksana dari Tathagata." "Kami lebih suka badan kami dicincang, dipotong, dirusak dan dipahat menjadi sepuluh juta potong sehingga kulit, daging, persendian dan tulang-tulang kami betul-betul hancur, dari pada melanggar ajaran-ajaran bijaksana dari Tathagata."

Ketika itu, Ananda dengan agung dan perasaan damai, bangkit dari tempat duduknya dan bertanya kepada Hyang Buddha, "Bhagava, apakah nama Sutra ini bila kami ingin menjalankan dan menjaganya?" Buddha bersabda kepada Ananda, "Sutra ini disebut SUTRA KEBAIKAN DAN KASIH YANG MENDALAM DARI ORANG TUA DAN KESULITAN UNTUK MEMBALASNYA. Pakailah nama ini bila engkau INGIN mengikuti dan menjaganya". Pada saat itu, kumpulan besar, Dewa, Asura, Manusia, dan lain-lainnya, mendengar apa yang telah diuraikan oleh Hyang Buddha, mereka sangat gembira. Mereka mempercayainya, menerimanya, dan menyesuaikannya dengan tingkah laku mereka dan kemudian menunduk hormat dan berlalu.

Ada dua Buddha di setiap keluarga. Tetapi sungguh sayang, tidak banyak yang mengerti hal ini. Mereka tidak perlu dipuja dengan emas dan sebagainya, atau diukir dengan cendana. Perhatikanlah ayah dan ibu, mereka adalah Sakyamuni dan Maitreya. Jika sanggup memberikan persembahan kepada mereka, Kebajikan yang lain tidaklah berarti.


semoga kita bisa lebih menghargai orang tua kita ..  _/\_

68
Theravada / Sutta Bakti Anak kepada Orang Tua
« on: 03 July 2010, 09:41:42 AM »
Ayah Dan Ibu adalah dua Buddha yang hidup dalam keluarga. Sutra ini adalah sutra tentang kebaikan hati orang tua dan bagaimana sulitnya untuk membalas budi baik mereka. Ayah Dan Ibu adalah dua Buddha yang hidup dalam keluarga. Sutra ini adalah sutra tentang kebaikan hati orang tua dan bagaimana sulitnya untuk membalas budi baik mereka.
Demikianlah yang aku dengar, suatu ketika Hyang Buddha berdiam di Shravasti, di Hutan Jeta, bersama-sama dengan sekumpulan bhiksu-bhiksu besar, yang seluruhnya berjumlah 1250, dan para Bodhisattva, yang semuanya berjumlah 38.000.

Pada saat itu, Sang Bhagava memimpin kumpulan besar tersebut dalam perjalanan menuju selatan. Tiba-tiba rombongan Hyang Buddha menjumpai seonggok tulang manusia disamping jalan. Hyang Bhagava berpaling menghadapinya, dan bersikap Anjali dengan penuh hormat. Guru Buddha lalu menghampiri sekumpulan tulang tersebut, seraya bersujud dan memberi hormat. Ananda dan anggota rombongan lainnya tidak mengerti mengapa Guru Buddha bertindak demikian.

Ananda dengan bersikap Anjali kemudian bertanya kepada Sang Bhagava, "Tathagata adalah Guru Agung dari Tri Loka dan Bapak yang terkasih dari makhluk-makhluk yang berasal dari Empat Jenis Kelahiran. Beliau dihormati dan dicintai seluruh umat. Apakah sebabnya kini beliau menghormati seonggok tulang-tulang kering?" Buddha lalu menjawab kepada Ananda, "Meskipun Kalian adalah siswa-siswaku yang utama dan telah lama menjadi anggota Sangha, namun pengertian kalian belum cukup. Onggokan tulang ini mungkin adalah milik para leluhurku pada kehidupan yang lalu. Bagaimana mungkin manusia tidak menghormati orang tuanya, karena itulah Aku bersujud dan menghormat"

Sang Buddha menerangkan lebih lanjut  kepada Ananda, "Tulang-tulang yang kita lihat ini dapatlah dibagi menjadi dua kelompok. Yang satu adalah tulang-tulang Pria, yang berat dan putih warnanya. Kelompok yang lain adalah tulang-tulang Wanita, yang ringan dan warnanya hitam." Ananda lalu berkata, "Duhai Sang Bhagava, saat  masih hidup didunia para pria menghiasi badan mereka dengan jubah, pengikat pinggang, sepatu, topi dan pakaian-pakaian indah lainnya untuk menunjukkan bahwa mereka adalah pria perkasa. Ketika masih hidup para wanita, mereka mengenakan kosmetik, minyak wangi, bedak dan wangi-wangian yang menarik untuk menghiasi tubuh mereka, sehingga dengan jelas menampakkan kewanitaannya.

Namun tatkala para pria dan wanita itu meninggal, semua yang tertinggal adalah tulang-tulang. Bagaimana seseorang dapat membedakan nya? Mohon ajarilah kami Guru, bagaimana cara membedakannya?" Buddha menerangkan, ”Semasa hidup di dunia ada pria yang rajin memasuki Vihara, mendengarkan penjelasan tentang Sutra dan Vinaya, menghormati Tri Ratna. Karena kebajikannya luar biasa, tatkala mereka meninggal tulang-tulangnya menjadi berat dan putih warnanya.
Wanita pada umumnya kurang bijaksana  dan terbawa emosi. Mereka melahirkan dan membesarkan anak-anak, sebagai    suatu kewajiban. Setiap anak meminum 1200 galon susu ibunya. Ibu menjadi   letih dan menderita, dan karenanya tulang-tulang mereka berubah menjadi hitam & ringan ketika mereka meninggal."  Ketika Ananda mendengar kata-kata ini, dia merasakan kepedihan dalam hatinya, karena seolah-olah telah tertusuk pedang dan karenanya ia diam-diam menangis. Dia mengatakan kepada Sang Bhagava, "Bagaimanakah caranya seseorang dapat membalas kasih dan kebaikan ibunya?"

Sang Buddha mengatakan kepada Ananda, "Dengarkanlah baik-baik, Aku akan jelaskan hal ini kepadamu dengan terperinci. Janin tumbuh dalam kandungan selama sepuluh bulan perhitungan Candra Sengkala. Alangkah menderitanya ibu selama janin berada disitu! Pada bulan pertama kehamilan, hidup janin tidaklah menentu seperti titik embun pada daun yang kemungkinan tidak akan bertahan dari pagi hingga sore, tetapi akan menguap pada tengah hari!"

"Pada bulan kedua, janin menjadi kental seperti susu kental. Pada bulan ketiga, ia seperti darah yang mengental. Hingga pada bulan keempat, janin mulai berwujud sedikit seperti manusia. Selama bulan kelima dalam kandungan, kelima anggota badan anak (dua kaki,  dua tangan, dan kepala) mulai terbentuk. Pada bulan keenam kehamilan, anak mulai mengembangkan inti ke enam alat indera nya yaitu mata, telinga, hidung, lidah, badan dan pikiran.

Selama bulan ketujuh, ketiga ratus enam puluh tulang-tulang dan persendian terbentuk, dan kedelapan puluh empat ribu pori-pori rambut juga telah sempurna. Dalam bulan kedelapan kehamilan, kecerdasan dan kesembilan lubang terbentuk. Pada bulan kesembilan, janin suka meng-gerakkan tangan dan kakinya membuat ibu tidak nyaman dan kehilangan selera makan. Janin telah belajar menyerap berbagai zat makanan. misalnya janin dapat menyerap sari buah-buahan, akar tanaman tertentu, dan kelima macam padi-padian."

Selama kehamilan, pembekuan darah ibu dari organ-organ dalamnya membentuk zat tunggal yang menjadi makanan anak. Selama bulan ke sepuluh kehamilan, badan janin disempurnakan dan siap untuk dilahirkan. Setelah sepuluh bulan merasakan kesusahan, darah ibu akan mengalir deras seperti sungai agar janin bisa lahir dengan sempurna. Bila janin ini kelak akan menjadi anak yang ber-bakti, dia akan lahir dengan telapak tangan disatukan sebagai hormat dan kelahiran itu akan aman dan baik. Ibunya tidak akan terluka oleh kelahirannya dan tidak akan membawa derita kesakitan bagi sang Ibu.

Tetapi, bila anak tersebut akan menjadi pembangkang maka ia akan merusak dan melukai kandungan ibunya, membuatnya sangat menderita Saat melahirkan Ibu akan merasa seperti di sayat seribu pisau atau seperti ribuan pedang yang menikam jantungnya, mengoyak hati dan jantung, menyangkut ditulang ibunya.

Itulah kesakitan yang dialami saat kelahiran anak yang nakal dan pembangkang. Sebagai seorang anak, kita tidak boleh melupakan penderitaan orang tua, dalam merawat dan membesarkan kita. Jika kita lupa, kita bahkan lebih kejam dan jahat dari binatang buas. Untuk menambah bakti kita dan lebih jelasnya, kita harus mengerti ada 10 jenis kebajikan yang diperbuat oleh seorang ibu kepada anaknya :

"Kebaikan pertama  memberikan perlindungan dan penjagaan selama anak dalam kandungan. Sungguh sulit terlahir sebagai manusia bagi kelahiran-kelahiran kita yang tak terhitung jumlahnya." "Tidak mudah bisa berada di dalam kandungan ibu, dibutuhkan hubungan karma dengan orang tua." "Dengan berlalunya bulan, kelima organ penting berkembang. Dalam waktu tujuh minggu, keenam alat indera mulai tumbuh, dan ter-bentuk." "Saat janin mulai tumbuh, beban ibu semakin berat dan badannya pun menjadi seberat gunung."

Diam atau gerakan-gerakan janin adalah laksana gempa bumi & bencana angin ribut, baju-baju ibu yang cantik tidak dapat dipakai dengan baik lagi, dan begitu juga cerminnya pun berdebu karena hanya memikirkan bayinya, ibu tidak sempat dan terlalu letih untuk berdandan.

Kebaikan kedua "Kehamilan berlangsung selama sepuluh bulan. Masa kehamilan semakin lama semakin tidak menyenangkan." "Saat kelahiran semakin dekat, kesusahan dan kesulitan ibu semakin berat." Setiap pagi ibu merasa sangat sakit, sepanjang hari terasa mengantuk dan lamban. Ketakutannya dan kegelisahannya sukar dilukiskan. Dengan khawatir ibu memberitahu keluarganya, bahwa dia hanya takut maut akan menimpa bayi atau dirinya.

Kebaikan Ketiga adalah kebaikan untuk melupakan semua kesakitan begitu anak telah dilahirkan. Saat bersalin, kelima organ semua terbuka lebar, Membuat tubuh  dan pikiran Ibu sangat letih. Darah mengalir laksana seekor domba yang disembelih, hingga ibu pingsan beberapa kali. Tetapi ketika mendengar bahwa anaknya terlahir sehat, dia dipenuhi dengan kegembiraan yang me limpah, tetapi sesudah kegembiraan, rasa sakit kembali mengaduk-ngaduk bagian dalam tubuhnya.

Kebaikan Keempat adalah kebaikan dari me-makan bagian yang pahit bagi dirinya dan menyimpan yang manis bagi anak. Kebaikan kedua orangtua sangat besar dan dalam, penjagaan dan pengabdiannya tidak pernah ber henti, tidak pernah beristirahat, ibu senantiasa menyimpan yang manis untuk anak, dan tanpa mengeluh menelan yang pahit bagi dirinya. cintanya amat besar dan emosinya sukar ter tahankan, kebaikannya adalah mendalam dan begitu juga kasihnya, hanya menginginkan anak mendapat cukup makanan, ibu yang kasih tidak membicarakan kelaparannya sendiri. Asal anaknya bahagia, orang tua rela kedinginan dan menahan lapar. Cinta kasih dan kasih sayang mereka tidak terlukiskan.

Kebaikan Kelima adalah kebaikan untuk memindah kan anak ke tempat yang kering dan dirinya sendiri berbaring di tempat yang basah. Ibu rela basah agar anaknya dapat berada di tempat yang kering. Ibu senantiasa melindungi anak dengan lengan nya dari angin dan dingin. Dalam kebaikannya, kepala ibu jarang lega di atas bantal, dan bahkan dia melakukannya dengan gembira selama anak dapat merasa senang, Ibu yang baik tidak mencari penghiburan bagi dirinya sendiri.

Kebaikan Keenam adalah menyusui anaknya pada payudaranya dan memberinya makan serta memelihara serta membesarkan anak. Dengan kedua payudaranya dia memuaskan rasa lapar dan haus sang anak, selama 3 tahun ibu menghidupi anaknya dengan air susu, yang se-benarnya adalah darahnya sendiri. Ibu yang baik adalah bagai kan bumi yang besar, Ayah yang tegar laksana langit yang mengasihi, yang satu melindungi dari atas, yang lainnya menunjang dari bawah.

Kebajikan semua orang-tua adalah se-demikian rupa sehingga mereka tidak membenci atau marah terhadap anaknya meskipun mereka terlahir jelek. Mereka juga tidak kecewa dan tetap menyukainya, sekalipun anak terlahir cacat. Setelah ibu mengandung dan melahirkan anaknya, ayah dan ibu bersama-sama merawat, membesarkan dan melindungi anaknya sampai akhir hayatnya. Sungguh luar biasa cinta kasih orang tua terhadap anaknya.

Kebaikan Ketujuh adalah rela  membersihkan kotoran anaknya. Pada mulanya ibu cantik dan memiliki tubuh yang indah, semangatnya kuat dan bergelora, alis matanya seperti daun willow yang segar, dan  kulitnya bersinar.Tetapi karena kebaikan ibu yang begitu men-dalam sehingga ia melupakan dan melepaskan kecantikannya. Sekalipun merawat dan mencuci anaknya, yang dapat membuat dirinya kotor dan merusak badannya. Ibu yang baik bertindak hanya demi untuk kepentingan putra-putrinya. Dan dengan rela menerima kecantikannya yang memudar.

Kebajikan Kedelapan adalah kebaikan dari selalu memikirkan anak bila dia berjalan jauh. Kematian dari orang yang dicintai sukar terlukiskan penderitaannya. Tetapi berpisah dari yang dikasihi juga sangat menyakitkan. Bila anak berjalan jauh, ibu merasa khawatir dikampungnya, dari pagi hingga malam, hatinya selalu bersama anaknya, sentiasa bersembahyang berharap anaknya selamat dan sukses agar dapat cepat pulang dan berkumpul kembali. Orang tua menunggu berita siang dan malam. Dan air mata jatuh berderai dari matanya, seperti monyet yang menangis diam diam, Sedikit demi sedikit hatinya hancur. Ketika tiada berita kunjung tiba. Demikian dalamnya cinta seorang ibu kepada anaknya.

Kebaikan Kesembilan adalah Kasih Sayang yang dalam berupa Pengabdian dan Perhatian orang tua terhadap anaknya. Sungguh sulit untuk dibalas. Mereka rela menderita demi kepentingan anaknya. Alangkah besarnya kebaikan orang tua dan gejolak emosinya! Ketika tahu atau mendengar  anaknya susah, Orang tua akan ikut bersusah hati. Bila anaknya bekerja berat, orang tua pun merasa tidak tenang. Bila mereka mendengar bahwa anak berjalan jauh, mereka khawatir bahwa pada waktu malam sang anak berbaring ke-dinginan. Bahkan sakit se bentar yang diderita putra atau putrinya, akan me-nyebabkan orang tua lama bersusah hati.

Kebaikan Kesepuluh adalah kebaikan dari rasa kasihan yang dalam dan simpati dari Orang tua terhadap anaknya.Cinta kasih dan kasih sayang orang tua adalah besar dan penting. Perhatiannya yang lemah lembut tidak pernah berhenti, seperti cahaya abadi dari Bulan dan matahari yang menyinari seluruh dunia, tidak pernah akan sirna. Sejak bangun pagi, yang dipikirkan mereka adalah anaknya. Apakah anak-anak dekat atau jauh, orang tua selalu memikirkan mereka. Sekalipun seorang ibu hidup untuk seratus tahun. dia akan selalu mengkhawatirkan anaknya yang berumur delapan puluh tahun. Inginkah anda mengetahui "Kapan" kebaikan dan cinta yang demikian itu berakhir ? Ia bahkan tidak berkurang hingga akhir hidupnya. Meski menjadi hantu sekalipun, mereka masih terikat kepada anaknya. Mereka tidak bisa melepaskan keterikatan itu.

Sang Buddha berkata kepada Ananda "Bila Aku merenung tentang makhluk-makhluk hidup, Aku melihat bahwa sekalipun sebagian dari mereka terberkahi dilahirkan sebagai manusia, tetapi mereka bodoh dan dungu dalam pikiran-pikiran dan tindakan-tindakan mereka. mereka tidak mempertimbangkan kebaikan dan kebajikan orang tua mereka. mereka tidak menghormati dan melupakan kebaikan dan apa yang benar. mereka kurang manusiawi dan kurang berbakti atau patuh pada orang tua.Mereka tidak menyadari kebaikan orang tua yang sangat luar biasa. Alangkah sedihnya bila acap kali anak justru tidak meng-hormati orang tua mereka. Bahkan mereka dengan mudah nya melupakan kebaikan orang tua mereka. Mereka sungguh anak-anak yang tidak berbakti dan berbudi.

Kebajikan dari orang tua sungguh tulus, luas dan tidak terbatas. Bila seseorang berbuat kesalahan karena tidak berbakti, sungguh sulit untuk membayar kembali kebaikan itu !" Setelah mendengar uraian Guru Buddha tentang betapa dalamnya kebaikan  orang tua, banyak yang menjatuhkan  diri mereka ke tanah dan bersujud  dalam kesedihan. Sebagian pingsan, yang lain menghentakkan kakinya ketanah. Bahkan ada yang ber   darah karena terluka dan sedih. Dengan suara lantang mereka meratap : "Sungguh menderitanya! Alangkah sakitnya! Betapa menyakitkan! Anak yang telah menyakiti hati orang tuanya."

"Kami semua bersalah. Kami semua seperti penjahat yang tidak pernah sadar yang hidup bermabuk mabukan. Kami tidak sadar betapa dalamnya kelalaian kami." "Seperti mereka yang berjalan di malam yang gelap. Kami baru sekarang menyadari kesalahan-kesalahan kami dan hati kami tercabik-cabik. Dengan mendengarkan uraian Hyang Buddha kami terbangun dari alam mimpi yang panjang." "Kami hanya berharap Tathagata mengasihi   dan menyelamatkan kami. Mohon ajarilah  bagaimana membalas atau mengembalikan ke baikan yang mendalam dari kedua orang tua kami."

Pada waktu itu Tathagata memakai delapan macam suara yang sangat dalam dan bersih, seraya berkata kepada kumpulan besar itu, "Kalian semua harus mengerti dan mengetahui ini, sekarang akan Ku jelaskan beberapa segi dari hal ini." "Bila seseorang memikul ayahnya dengan bahu kirinya dan ibunya dengan bahu kanannya dan oleh karena beratnya menembus tulang sumsumnya sehingga tulang-tulangnya hancur menjadi debu karena beban berat mereka, dan anak tersebut mengelilingi Puncak Semeru selama seratus ribu kalpa lamanya, sehingga darah yang mengucur membasahi pergelangan kakinya, anak tersebut belum dapat membalas kebaikan yang mendalam dari orang tuanya."

"Bila seorang anak selama waktu satu  kalpa yang penuh dengan kesukaran dan kelaparan, memotong sebagian dari daging badannya demi memberi makan kedua  orang tuanya dan ini diperbuatnya sebanyak debu yang dilalui dalam per-jalanan ratusan ribu kalpa, anak tersebut belum dapat membalas kebaikan yang dalam dari orang tuanya." "Bila ada seorang anak yang demi orang tuanya, mengambil sebuah pisau yang tajam dan mencungkil kedua belah matanya dan mempersembahkannya kepada Tathagata, dan terus dilakukannya hingga beratus-ratus ribu kalpa, anak tersebut masih tetap belum dapat membalas kebaikan yang mendalam dari orang tuanya".

"Bila seorang anak demi ayah dan ibunya mengambil sebuah pisau tajam dan mengeluarkan jantung dan hatinya sehingga darah mengucur dan menutupi tanah dan ini ia lakukan dalam beratus ribu kalpa, tiada sekalipun mengeluh tentang kesakitannya, anak tersebut tetap belum dapat membalas kebaikan yang besar dari orang tuanya". "Bila seorang anak yang demi orang tua-nya menelan butiran-butiran besi yang mencair dan berbuat demikian hingga beratus ribu kalpa, orang itu tetap belum dapat membalas kebaikan yang mendalam dari orang tuanya".

"Bila seorang anak demi orangtuanya, menghancur kan tulang-tulangnya sendiri sampai ke sumsum dan melakukannya hingga beratus ribu kalpa, anak tersebut tetap belum dapat membalas kebaikan yang besar dari orang tuanya". "Jika seorang anak demi orangtuanya, menahan ratusan ribu pisau dan panah pada tubuhnya, dan hal ini dilakukannya hingga beratus ribu kalpa, anak tersebut tetap belum dapat membalas budi baik yang besar dari orang tuanya"."Bila ada seorang anak yang demi orang tuanya, dalam keadaan terbakar mempersembahkan tubuhnya kepada Buddha, dan melakukannya selama ratusan ribu kalpa, anak tersebut masih tetap belum dapat membalas jasa kebajikan dari orang tuanya".

Ketika itu, setelah mendengar penjelasan Buddha tentang kebajikan orang tua, setiap orang dalam kumpulan besar itu menangis dan merasakan kepedihan dalam hatinya. Mereka merenungkannya dan segera merasa malu dan berkata kepada Sang Bhagava, "Oh, Sang Bhagava, bagaimana kami dapat membalas kebaikan yang dalam dari orang tua kami?" Hyang Buddha menjawab, "Wahai siswa siswaku, jika kalian ingin membalas jasa kebajikan budi baik dari kedua orang tua..."

"Demi mereka tulis dan perbanyaklah Sutra ini, sebarluaskan demi kebajikan semua mahluk serta kumandangkanlah Sutra ini. Segeralah bertobat atas pelanggaran-pelanggaran dan kesalahan-kesalahan. Atas nama orang tua kalian, berikanlah persembahan kepada Buddha, Dharma, Sangha." Demi orang tua, patuhlah kepada perintah dan hanya memakan makanan suci dan bersih. Tumbuh kembangkan kebajikan dari praktek berdana. Inilah kekuatan yang diperoleh, semua Buddha akan selalu melindungi orang yang demikian itu dan dapat dengan segera menyebabkan orang-orang tua mereka lahir kembali di surga, untuk menikmati segala kebahagiaan dan meninggalkan penderitaan-penderitaan neraka.

69
Diskusi Umum / Re: Karma Orang Tua dan Anak
« on: 03 July 2010, 09:40:54 AM »
menurut saya, tidak bisa .. tapi bisa dibantu dg pelimpahan jasa ..  _/\_

70
Diskusi Umum / Re: dhamma menuju nol ?
« on: 03 July 2010, 01:07:48 AM »
kalau soal asal mula makhluk saya juga tidak paham .. kalau tidak salah, dari cahaya .. (merujuk pada asal bumi di samaggiphala.com) ..

tapi yg jelas makhluk tidak hanya di bumi kita .. alam juga begitu banyak, ga tau masing2 penghuninya brp ..  _/\_

71
Lingkungan / Re: Ada Apa Dengan Org Chinese Sekarang?
« on: 03 July 2010, 12:58:02 AM »
Kemungkinan2 alasannya:

1. Banyak orang tua tionghoa yang mengirim anak-anaknya ke sekolah ka****k dan kr****n, karena ada persepsi bahwa sekolah-sekolah tersebut lebih maju dan merupakan sekolah favorit. Akibatnya, di sekolah2 tersebut kemudian mereka awal-awalnya ikut-ikutan masuk agama yang menjadi label sekolah tersebut, lama kelamaan berubah menjadi tertarik untuk benar2 pindah agama.


2. Pelajaran agama kr****n dan ka****k di sekolah umumya dinilai lebih mudah, sehingga banyak siswa yang memilih mengikuti kedua agama tersebut dengan asumsi akan membantu nilai. Agama Buddha seringkali  dianggap sulit karena banyak hapalan2 bahasa sansekerta atau pali. Bermula dari proses ini, individu yang awalnya memilih dengan alasan mencari kemudahan, lama2 digiring ke agama kr****n dan ka****k oleh guru-gurunya untuk menjadi lebih serius.

3. Umumnya kr****n memiliki strategi untuk menambah umat yang lebih agresif dan ambisius dibandingkan Buddhis. Misalnya, seringkali mereka mendekati individu2  beragama lain yang menjadi target dengan secara tidak langsung menjanjikan bantuan2 yang sesuai dengan masalahnya. Contoh, jika seseorang laki2 sulit dapat pacar, maka dijamin masuk ke kelompok kr****n tersebut akan mudah mendapatkannya. Atau jika kesulitan keuangan, seringkali ditawarkan program2 bantuan. Lagipula, koneksi kr****n dan ka****k sangat luas.

4.  Ada sebagian anak muda yang menilai bahwa kr****n dan ka****k lebih modern dan stylish dibandingkan Buddhisme. kr****n dan ka****k cenderung identik dengan Barat dan kemajuan.



1. setuju .. teman saya sesama pengurus sekolah minggu buddhist juga pindah agama karena itu .. dan karena bertemu tambatan hati disana .. :))

2. di universitas saya saat ini justru kedua agama tsb sulit mendapat nilai bagus, agama buddha yg "menawarkan" nilai AB-A untuk mhs yg mengambil agama buddha, shg banyak mhs beragama lain yg mengambil mata kuliah agama buddha.

3. setuju .. kejadian tsb terjadi di kampus saya ..

4. "cenderung" .. padahal agama buddha sedang berkembang di dunia barat .. sayang banyak yg tidak melihat faktanya

menurut saya, itu juga karena aksesoris sal1b marak di pasaran .. menjadi semacam trend .. hahaha .. berhubung nama saya Tania, saya suka memakai aksesoris dg huruf "T" .. dari situ org2 menyangka saya kr1sten .. WEW .. hahaha ..

72
Lingkungan / Re: Dewi Kwan Im Menangis
« on: 03 July 2010, 12:49:45 AM »
di singaraja, bali, pernah ada patung dewi kwan im menangis juga .. setelah diselidiki lebih lanjut, "katanya" ada makhluk halus (ngg, hantu atau apa) yg "diperintahkan" untuk membuat hal tersebut .. tidak tau juga yaa kasusnya sama atau bagaimana ..

73
saya membaptis diri saya sendiri setiap hari .. (mandi)  :))

74
Perkenalan / Re: SINGLE BUDDHIS
« on: 01 July 2010, 09:52:40 PM »
Tenggilis .. :P

ak theravada .. vihara pindah2 tergantung sapa yg dhammadesana .. :P

75
Perkenalan / Re: SINGLE BUDDHIS
« on: 01 July 2010, 09:17:30 PM »
nam panggilan sam,lahir thn 1988,pengikut nichiren buddhism,gua cowo wiraswasta,cari cewek kutu buku dan hampir sebaya(jangan selisih banyak red).yg penting baik hati and so pasti buddhis

sby mana?

Pages: 1 2 3 4 [5] 6 7 8 9 10 11
anything