Dari yang saya pernah tahu mengenai ko fabian, dia bukan lah org yang sombong atau yang mengganggap org lain lebih rendah walaupun memang pengetahuan ko fabian sudah dalam.
Dia berkenan menjawab jika memang org yang bertanya memang beritikad untuk berdiskusi, bukan untuk berdebat/yang membuta dengan hanya berdasar pengalaman semata
Saya memang tidak kenal fabian c. Semoga demikian adanya.
dear Kai,
Sekarang udah dikonfirmasi langsung oleh ko fabian khan???
Hal serupa juga sebenarnya saya rasakan pada waktu berbincang dengan beberapa member yang "ngeyel" karena sudah memegang konsep yang menyimpang dari Tipitaka, semata karena pengalamannya berbeda
Banyak yang berasumsi bahwa "berpedoman pada Tipitaka" adalah salah, karena ini menandakan kemelekatan.
Karena itu, maka Tipitaka harus ditinggalkan
Ini seperti menyalahkan orang yang berpedoman pada peta, sehingga peta harus "dibuang".
Namun mari kita kaji bersama, apakah benar orang yang berpedoman pada peta itu melekat pada "peta"?
Ataukah kita membutuhkan arah yang ditunjukkan oleh peta itu sehingga jika memang kita sudah "memahami" arah, maka peta tersebut sudah "tidak dibutuhkan" lagi?
Hal yang sama juga seyogyanya kita terapkan pada "individu/guru"
Misalnya Ada yang mengkultuskan individu/guru tertentu apalagi individu/guru tersebut sudah "terkenal" sehingga apapun yang dikatakan individu/guru itu, selalu dibenarkan oleh pengikutnya.
Padahal yang seharusnya dilihat, adalah "kebenaran" yang diberitahukan oleh guru itu
Itulah yang dianjurkan oleh Buddha kepada Upali, untuk ehipassiko/membuktikan dahulu ajaran Beliau, sebelum Upali menjadi pengikutnya
Hendaknya ini juga dilakukan oleh kita semua, untuk melihat dari kebenaran, bukan dari individunya semata
semoga bisa bermanfaat yah