//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan  (Read 589104 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1305 on: 04 April 2013, 08:35:58 AM »
mungkin jawaban yang diinginkan, dari tahun pertama sampai ke-45 dibawah apakah rata2 semuanya ada sutta atau vinaya yang berhubungan dengan masing2 tahun atau range tahun itu. ataukah ada kontradiksi di sutta vinaya yang menyebutkan tahun ke-7 Sang Buddha ada di tempat lain.
http://www.buddhanet.net/bud_lt17.htm

sebenernya peristiwa sebesar itu bisa keluputan dari sutta vinaya itu sudah merupakan tanda tanya besar...

di early buddhism juga banyak sekte2 lain yang mengarang abhidhamma dan mereka mencantumkan nama pengarangnya, bukan dari Sang Buddha. sampai hari ini abhidhamma versi theravada dan sarvastivada masih utuh. abhidhamma2 itu juga berumur kurang lebih sama yaitu abad 3-5 sebelum masehi. dari sekian banyak versi abhidhamma itu isinya berbeda2 satu dengan yang lain. ini berbeda dengan sutta, dimana setiap sekte2 awal itu masing2 suttanya mirip satu dengan yang lainnya, bahkan untuk sutta2 yang "tua" itu persis sama. jelas ini artinya abhidhamma itu adalah karangan belakangan...
Betul, sebetulnya Abhidharma adalah usaha untuk merangkum secara sistematis apa yang ada di sutta-vinaya, namun tentu saja dengan interpretasi masing-masing yang berbeda, akhirnya timbullah aliran yang berbeda. Pada masa awal perpecahan, 4 Nikaya yang dipakai hampir sama persis satu sama lain, tidak ada pertentangan masalah ini. Vinaya juga hanya berbeda hal-hal minor. Vinaya ini juga menarik karena kalau klaim dari Sthavira, seolah-olah Mahasanghika mau menyunat vinaya; sementara dari Mahasanghika klaim bahwa Sthavira yang menambah-nambah vinaya. Namun kalau diteliti dari strukturnya, ternyata vinaya yang dipertahankan Mahasanghika ini yang lebih tua, dan pengelompokannya belum diubah. Meski demikian, penambahan vinaya Sthavira ini juga sepertinya bukan hal yang buruk, sebab bahkan Mahayana yang berkembang di China (yang adalah turunan dari turunannya Mahasanghika) justru mengadopsi vinaya Sarvastivada dan Dharmaguptaka yang adalah turunan Sthavira.

Balik lagi, yang paling kontras antar aliran hanyalah Abhidharmanya saja. Semakin ke belakang, semakin seru legenda yang berkembang. Seperti kita tahu ada legenda pengajaran di Tavatimsa, juga ada legenda perpustakaan alam naga, bahkan ada yang wawancara Maitreya. Semua mengembangkan alirannya sendiri.

Jadi kembali ke masing-masing deh, kalau memang kita mau pegang satu aliran secara erat, nyaman, menumbuhkan saddha, maka tutup matalah terhadap sumber dari aliran lain. Tapi kalau mau menyelidiki kebenaran, ada baiknya melihat seluruh sumber secara objektif, dan siap-siap saddha berantakan.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1306 on: 04 April 2013, 08:43:57 AM »
Argumen anda (bold) salah menurut ini:

Bakabrahma Sutta
Relates the story of the Buddha's visit to Baka und the conversation between Baka und the Buddha on that occasion. The incidents of Baka's previous life are referred to but without detail (S.i.142 f). Cp. Brahmanimantika Sutta.

This sutta cannot be identical mit the Bakabrahma Sutta erwähnt in Theragāthā Commentary und quoted there in full (ii. 185 f). It is stated there that once when the Buddha was at Jetavana a certain Brahmā conceived the view that no monk or recluse could come to his world. The Buddha, aware of this, went to the Brahma world und stood in the air enveloped in flame.

He was followed by Moggallāna, Kassapa, Kappina und Anuruddha. Moggallāna asked the Brahmā if he still held the same view, to which he replied that he no longer thought that he was eternal. (This shows that the Brahmā of the story was most probably Baka.)

When the Buddha und his followers had departed, the Brahmā sent one of his retinue to Moggallāna to find out if there were other disciples of the Buddha as mighty as he. Moggallāna's answer was that there were many such (the sutta is given at S.i.144 ff., but there the name given is “Aparāditthi” Sutta).

Source : http://www.palikanon.com/namen/b/bakabrahma_sutta.htm

Jadi ketika Buddha ke alam brahma dan bertemu Brahma Baka, diikuti juga oleh bhante Moggallana, Kassapa, Kappina, dan Anuruddha.  Thus bisa masuk ke dalam sutta / nikaya, seperti yg gw asumsikan sebelumnya.  Sedangkan ketika ke Tavatimsa tidak diikuti bhikkhu dan manusia.
Bukannya justru dibilang itu brahma yang berbeda?
Dalam Brahmanimantanikasutta, Buddha menceritakan kunjungannya kepada para bhikkhu. Waktu Buddha mengunjungi Brahma Baka, ia sedang ada di hutan Subhaga. Sedangkan untuk Brahma yang dikunjungi Buddha dan 4 siswa, itu sewaktu berdiam di Jetavana.

Kisahnya berbeda, pandangan salahnya berbeda, waktunya pun berbeda, jadi memang itu 2 kejadian berbeda.


Ga cuma ke alam lain, bahkan di alam manusiapun seperti waktu Buddha sengaja pergi solo dan bertemu dengan Pukkusati, juga tercatat dalam sutta, padahal Pukkusatinya langsung meninggal, jadi tidak mungkin cerita-cerita. Jadi memang Buddha tidak melanggar kontrak dengan Ananda.
« Last Edit: 04 April 2013, 08:46:25 AM by Kainyn_Kutho »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1307 on: 04 April 2013, 08:45:33 AM »
Argumen anda (bold) salah menurut ini:

Bakabrahma Sutta
Relates the story of the Buddha's visit to Baka und the conversation between Baka und the Buddha on that occasion. The incidents of Baka's previous life are referred to but without detail (S.i.142 f). Cp. Brahmanimantika Sutta.

This sutta cannot be identical mit the Bakabrahma Sutta erwähnt in Theragāthā Commentary und quoted there in full (ii. 185 f). It is stated there that once when the Buddha was at Jetavana a certain Brahmā conceived the view that no monk or recluse could come to his world. The Buddha, aware of this, went to the Brahma world und stood in the air enveloped in flame.

He was followed by Moggallāna, Kassapa, Kappina und Anuruddha. Moggallāna asked the Brahmā if he still held the same view, to which he replied that he no longer thought that he was eternal. (This shows that the Brahmā of the story was most probably Baka.)

When the Buddha und his followers had departed, the Brahmā sent one of his retinue to Moggallāna to find out if there were other disciples of the Buddha as mighty as he. Moggallāna's answer was that there were many such (the sutta is given at S.i.144 ff., but there the name given is “Aparāditthi” Sutta).

Source : http://www.palikanon.com/namen/b/bakabrahma_sutta.htm

Jadi ketika Buddha ke alam brahma dan bertemu Brahma Baka, diikuti juga oleh bhante Moggallana, Kassapa, Kappina, dan Anuruddha.  Thus bisa masuk ke dalam sutta / nikaya, seperti yg gw asumsikan sebelumnya.  Sedangkan ketika ke Tavatimsa tidak diikuti bhikkhu dan manusia.

daripada menuruti pendapat orang lain, kenapa anda tidak membaca sendiri sutta-nya? dengan demikian anda bisa menilai sendiri untuk anda, tanpa dipengaruhi oleh pendapat orang lain.

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1308 on: 04 April 2013, 09:33:36 AM »
...bahkan Mahayana yang berkembang di China (yang adalah turunan dari turunannya Mahasanghika) justru mengadopsi vinaya Sarvastivada dan Dharmaguptaka yang adalah turunan Sthavira.
detour dikit nih. karena ini thread anda, saya pikir sah2 aja kalo saya belokin....

dalam perdebatan mengenai kebangkitan kembali bhikkhuni, tidak ada yang mempermasalahkan penahbisan bhikkhuni dengan memakai bhikkhuni dari aliran lain... padahal saya dah tungguin.

bagaimana pendapat anda mengenai penahbisan bhikkhuni yang dilakukan dengan dua sisi, pertama dengan bhikhuni/biksuni yang bervinaya dharmagupta, kedua dengan bhikkhu theravada? sah, haram, tercemar, gak sah, valid?


Balik lagi, yang paling kontras antar aliran hanyalah Abhidharmanya saja. Semakin ke belakang, semakin seru legenda yang berkembang. Seperti kita tahu ada legenda pengajaran di Tavatimsa, juga ada legenda perpustakaan alam naga, bahkan ada yang wawancara Maitreya. Semua mengembangkan alirannya sendiri.
secara timeline dokumen2 juga terlihat jelas...

abhidhamma muncul secara tertulis di konsili srilanka. tidak ada bukti dokumen2 ataupun catatan lain sebelum masa itu.
secara "kebetulan" semua catatan dan "bukti2" yang menyebutkan tentang abhidhamma ternyata dikarang dan digubah
pada masa yang sama atau sesudahnya oleh pihak yang sama, mulai dari atthakattha2 keluaran srilanka, kitab dipavamsa
dan mahavamsa keluaran srilanka...

menyebutkan atau mengquote dokumen2 itu sebagai bukti sama halnya dengan menyatakan bahwa bukti2 keberadaan
lord voldemort ada di buku harry potter 1 - 7...

tambahan lagi, di mata saya kredibilitas kitab "bukti" itu jatuh setelah membaca isinya yang mengejutkan...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1309 on: 04 April 2013, 10:32:09 AM »
detour dikit nih. karena ini thread anda, saya pikir sah2 aja kalo saya belokin....
;D betul. Saya ulangi aturannya: "bebas ngobrol ke mana-mana dan topik apapun."

Quote
dalam perdebatan mengenai kebangkitan kembali bhikkhuni, tidak ada yang mempermasalahkan penahbisan bhikkhuni dengan memakai bhikkhuni dari aliran lain... padahal saya dah tungguin.
Bukan hanya tidak mempermasalahkan, kalau saya justru sangat dukung kalau ada sekelompok wanita mau menjalankan kehidupan suci berdasarkan dhamma-vinaya. Walaupun bukan penahbisan penuh seperti di vinaya, bisa saja dilakukan dengan cara lain, istilah lain, tanpa perlu klaim status sebagai "bhikkhuni" apalagi aliran tertentu (yang sudah ada pakemnya sendiri).

Yang jadi pertanyaan buat saya, kalau memang niatnya menjalankan kehidupan petapa, kenapa harus mati-matian dapat status 'bhikkhuni aliran tertentu'? Karena saya pribadi kalau memang terkendala demikian, walaupun harus dapat julukan 'Nigantha' pun tidak masalah, yang penting saya jalankan dhamma-vinaya yang saya yakini dengan baik.


Quote
bagaimana pendapat anda mengenai penahbisan bhikkhuni yang dilakukan dengan dua sisi, pertama dengan bhikhuni/biksuni yang bervinaya dharmagupta, kedua dengan bhikkhu theravada? sah, haram, tercemar, gak sah, valid?
Jika seseorang telah ditahbiskan dalam dhamma-vinaya yang berbeda, maka ketika ingin ditahbiskan dalam dhamma-vinaya Theravada, seharusnya mengalami masa percobaan 4 bulan, lalu bhikkhu dan bhikkhuni menilainya apakah layak ditahbiskan. Tapi karena sangha bhikkhuni Theravada tidak ada, lalu siapa yang mau mengamatinya dalam masa percobaan? Para bhikkhu? ;D


Quote
secara timeline dokumen2 juga terlihat jelas...

abhidhamma muncul secara tertulis di konsili srilanka. tidak ada bukti dokumen2 ataupun catatan lain sebelum masa itu.
secara "kebetulan" semua catatan dan "bukti2" yang menyebutkan tentang abhidhamma ternyata dikarang dan digubah
pada masa yang sama atau sesudahnya oleh pihak yang sama, mulai dari atthakattha2 keluaran srilanka, kitab dipavamsa
dan mahavamsa keluaran srilanka...

menyebutkan atau mengquote dokumen2 itu sebagai bukti sama halnya dengan menyatakan bahwa bukti2 keberadaan
lord voldemort ada di buku harry potter 1 - 7...

tambahan lagi, di mata saya kredibilitas kitab "bukti" itu jatuh setelah membaca isinya yang mengejutkan...
... dan bukti eksistensi ring of power ada di buku Lord of the Ring.

Mahavamsa ini juga memang sudah beberapa kali dibahas dan sungguh justifikasi dangkal dari seorang arahant yang menyatakan bunuh orang tak bermoral tidak dianggap membunuh, dan bunuh buddhis tak bermoral nilainya setengah. Padahal kalau dari Dakkhinavibhangasutta, nilai berdana pada orang tidak bermoral saja lebih tinggi dari binatang dan bisa berbuah 1000 kali lipat.

Omong-omong update legenda berdasarkan penambahan, ini juga terjadi ketika sutra-sutra Mahayana telah banyak sekali menjamur di sekitar abad 1 SM. Kalau menyisipkan 1 atau 2 ke dalam nikaya, mungkin masih tidak ketahuan. Tapi kalau sudah ratusan kitab, tentu perlu penyesuaian sejarah. Maka beredar lagi legenda bahwa pada 3 bulan Mahaparinirvana, Mahakasyapa menggelar konsili hinayana di mana Upali mengulang vinaya, Ananda mengulang sutra, dan Anurrudha mengulang Abhidharma. (Perhatikan versi 1.1 sudah ada abhidharmanya, sedangkan di versi beta, hanya ada sutra-vinaya.) Dan pada saat bersamaan, ada konsili tandingan, konsili mahayana, yang lebih mulia, lebih dalam, yang digelar oleh Samantabhadra di mana Maitreya mengulang vinaya Mahayana, Vajrapani mengulang sutra Mahayana, dan Manjusri mengulang abhidharma Mahayana.

Belum lagi legenda pemutaran 3 roda dharma yang sebetulnya membuat saya ingin membuat legenda yang ke empat. Maksudnya supaya jangan dhamma seperti bajaj yang punya 3 roda, minimal kancil yang beroda 4. Smoga orang-orang kreatif di masa depan bisa membuat legenda sampai 10 roda dharma, biar jadi tronton, atau sekalian traktor trailer 18 roda.


Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1310 on: 04 April 2013, 10:36:48 AM »
Secara pribadi saya udh beberapa kali terguncang saddha saya. Dulu pertama kali mengenal ajaran Buddha dari sebuah vihara Mahayana di kota saya, jd mengenal ajaran Mahayana dan sutra2nya pada awalnya. Kemudian terguncang saddha-nya krn baca2 buku Theravada dan sutta Pali yg ternyata saya lbh condong ke aliran Theravada. Mempelajari sedikit Abhidhamma. Setelah mempelajari lbh banyak karya2 para bhikkhu scholar, tambah terguncang lg saddha saya krn ternyata baik Mahayana maupun Theravada itu sektarian. Sekarang maunya mempelajari Buddhisme pra-sektarian spt yg diajarkan Sang Buddha.

Pertanyaannya, apakah mungkin kita mempelajari/mengetahui Buddhisme pra-sektarian dari 4 Nikaya Pali?
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1311 on: 04 April 2013, 10:49:01 AM »
Secara pribadi saya udh beberapa kali terguncang saddha saya. Dulu pertama kali mengenal ajaran Buddha dari sebuah vihara Mahayana di kota saya, jd mengenal ajaran Mahayana dan sutra2nya pada awalnya. Kemudian terguncang saddha-nya krn baca2 buku Theravada dan sutta Pali yg ternyata saya lbh condong ke aliran Theravada. Mempelajari sedikit Abhidhamma. Setelah mempelajari lbh banyak karya2 para bhikkhu scholar, tambah terguncang lg saddha saya krn ternyata baik Mahayana maupun Theravada itu sektarian. Sekarang maunya mempelajari Buddhisme pra-sektarian spt yg diajarkan Sang Buddha.

Pertanyaannya, apakah mungkin kita mempelajari/mengetahui Buddhisme pra-sektarian dari 4 Nikaya Pali?
Dari perbandingannya saja. Padanan 4 Nikaya yang masih bertahan itu 'kan Agama. Harusnya sebagian besar isinya masih banyak yang sama secara makna. Untuk mengetahui yang seasli-aslinya, saya pikir sih sudah tidak mungkin karena memang pada masa tradisi lisan sebelum perpecahan, tidak ada catatan-catatan yang bisa jadi rujukan. Tapi minimal jika kita fokus pada akarnya, bukan cabangnya yang sudah melebar jauh, minimal bisa didapatkan yang 'mendekati' pra-sektarian itu. Semoga.


Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1312 on: 04 April 2013, 10:56:37 AM »
Secara pribadi saya udh beberapa kali terguncang saddha saya. Dulu pertama kali mengenal ajaran Buddha dari sebuah vihara Mahayana di kota saya, jd mengenal ajaran Mahayana dan sutra2nya pada awalnya. Kemudian terguncang saddha-nya krn baca2 buku Theravada dan sutta Pali yg ternyata saya lbh condong ke aliran Theravada. Mempelajari sedikit Abhidhamma. Setelah mempelajari lbh banyak karya2 para bhikkhu scholar, tambah terguncang lg saddha saya krn ternyata baik Mahayana maupun Theravada itu sektarian. Sekarang maunya mempelajari Buddhisme pra-sektarian spt yg diajarkan Sang Buddha.

Pertanyaannya, apakah mungkin kita mempelajari/mengetahui Buddhisme pra-sektarian dari 4 Nikaya Pali?

4 Nikaya Pali setidaknya masih diakui oleh para scholar sebagai warisan sejak pra-sektarian. mungkin saja terdapat bumbu di sana sini, tapi merupakan sumber yg paling dekat dengan masa pra-sektarian.

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1313 on: 04 April 2013, 11:28:49 AM »
kita bisa menggunakan 4 nikaya dari theravada dan sarvastivada sebagai acuan dan countercheck, yah secara yg surviving cuma itu ajah. tetap kritis dan berpikiran terbuka.

mempelajari sejarah juga akan bisa membantu membuka wawasan
There is no place like 127.0.0.1

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1314 on: 04 April 2013, 11:32:11 AM »
Takutnya setelah mempelajari Buddhisme pra-sektarian, krn tdk puas atau hal lain, terguncang lg saddha-nya dan pindah agama... ;D

Kenapa semakin banyak mempelajari semakin tipis saddhanya? Tanya kenapa?
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1315 on: 04 April 2013, 11:42:11 AM »
Takutnya setelah mempelajari Buddhisme pra-sektarian, krn tdk puas atau hal lain, terguncang lg saddha-nya dan pindah agama... ;D

Kenapa semakin banyak mempelajari semakin tipis saddhanya? Tanya kenapa?
Saddha idealnya didapat karena kita memahami dan menembus sesuatu hal, bukan karena tertulis di kitab, 'kan? Jadi kalau kita menjalankan apa yang ada, membuktikan sendiri kebenarannya, yah ga mungkin lagi berpindah.

Makin banyak belajar bukan makin tipis saddhanya, tapi makin luas sudut pandang dan pola pikirnya, akibatnya tidak sembarangan menerima sesuatu sebagai kebenaran, tapi diselidiki dulu dari semua sisi.

Offline juli wu

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 217
  • Reputasi: 23
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia,pintar,bikja
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1316 on: 04 April 2013, 12:15:02 PM »
Saddha idealnya didapat karena kita memahami dan menembus sesuatu hal, bukan karena tertulis di kitab, 'kan? Jadi kalau kita menjalankan apa yang ada, membuktikan sendiri kebenarannya, yah ga mungkin lagi berpindah.

Makin banyak belajar bukan makin tipis saddhanya, tapi makin luas sudut pandang dan pola pikirnya, akibatnya tidak sembarangan menerima sesuatu sebagai kebenaran, tapi diselidiki dulu dari semua sisi.
jika sudah tau mana yg benar n salah,trus gak bisa di laksanakan krn lingkungan gak memungkinkan,trus harus gaimana Ko KK,diam aja dengan pikirannya blm waktunya berbuah,atau menerapkan dgn resiko yg harus di terima,krn gak mungkin keluar dari lingkungan tersebut,atau gaimana,bosan terjerat dalam lingkaran laba2 yg berputar di sisi itu trus,thanks

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1317 on: 04 April 2013, 01:08:31 PM »
jika sudah tau mana yg benar n salah,trus gak bisa di laksanakan krn lingkungan gak memungkinkan,trus harus gaimana Ko KK,diam aja dengan pikirannya blm waktunya berbuah,atau menerapkan dgn resiko yg harus di terima,krn gak mungkin keluar dari lingkungan tersebut,atau gaimana,bosan terjerat dalam lingkaran laba2 yg berputar di sisi itu trus,thanks
Bukan diam saja, tapi diusahakan untuk keluar dari sana. Tapi kadang memang tidak bisa instant dan harus bersabar. Jangan ambil keputusan ekstrem juga, akan cenderung tidak bijaksana, apalagi kalau yang melandasinya adalah emosi.

Jadi teringat kisah Ajahn Chah yang mengajarkan dhamma ke nelayan, tidak langsung disuruh meninggalkan pekerjaan itu karena kalau ditinggalkan, otomatis tidak bisa hidup, tapi disarankan agar menangkap ikan secukupnya, dan sementara itu diajarkan cara membuat ramuan obat dari tumbuh2an. Berangsur-angsur alih profesi, lalu ditinggalkan sepenuhnya yang lama. Jadi bukan pasrah, bukan juga ekstrem. Diusahakan dan menunggu kesempatan datang.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1318 on: 04 April 2013, 01:33:20 PM »
Dengan dasar apa kita meyakini 4 Nikaya awal itu berasal dari Buddha (atau setidak-nya siswa utama buddha) ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1319 on: 04 April 2013, 01:37:49 PM »
Dengan dasar apa kita meyakini 4 Nikaya awal itu berasal dari Buddha (atau setidak-nya siswa utama buddha) ?
Dengan dasar bahwa memang 4 Nikaya itu telah ada sebelum perpecahan, dan secara konsisten 4 Nikaya juga dianut oleh semua aliran-aliran Buddhis awal.