quote dari Samanera
Salah satu definisinya adalah bahwa sejauh cangkang telur itu belum terbuka, makhluk yang ada di dalamnya termasuk sambhavesi (yāva aṇḍakosaṃ vatthikosañca na bhindanti, tāva sambhavesī nāma), sedangkan setelah cangkang telur itu retak/ terbuka, makhluk itu disebut sebagai bhūta (aṇḍakosaṃ vatthikosañca bhinditvā bahi nikkhantā bhūtā nāma). Jadi intinya di sini, telur itu sendiri bisa disebut sebagai makhluk tentu jika di dalamnya ada citta (pikiran) dan makhluk ini dikategorikan sebagai sambhavesi.
Nambah aja. Istilah sambhavesī berasal dari dua kata 'sambhava' yang berarti muncul atau lahir, dan esī yang berarti makhluk2 yang mencari. Secara literal, sambhavesī adalah makhluk2 yang mencari kelahiran. Dalam sekte2 agama Buddha yang percaya dengan konsep antarabhava (in between existence) atau kondisi sesudah sebuah makhluk mati dan belum terlahirkan, sambhavesī dikategorikan kedalam makhluk2 yang berada di kondisi antarabhava. Namun karena tradisi Theravāda menolak konsep antarabhava, definisi sambhavesī juga berbeda. Definisi ini telah disebutkan dalam kitab komentar dari Karanīyamettasutta. Dikatakan bahwa jika berkaitan dengan asekkha, sekha dan puthujjana, asekkha dikategorikan ke dalam makhluk2 bhūtā (Ye bhūtā eva, na puna bhavissantīti saṅkhyaṃ gacchanti, tesaṃ khīṇāsavānaṃ etaṃ adhivacanaṃ), sedangkan sekha dan puthujjana ke dalam sambhavesī karena keduanya masih mencari kelahiran di kehidupan mendatang (appahīnabhavasaṃyojanattā āyatimpi sambhavaṃ esantānaṃ sekhaputhujjanānametaṃ adhivacanaṃ). Kemudian jika dikaitkan dengan empat macam cara makhluk lahir, mereka yang lahir melalui telur telah dikutip oleh saudara Sunkmanitu di atas. Mereka yang terlahir melalui kandungan disebut sambhavesī ketika masih dalam kandungan, dan disebut bhūtā ketika sudah keluar dari kandungan, Jika mereka terlahir melalui kelembaban dan spontan, momen pikiran pertama makhluk tersebut adalah sambhavesī, dan dari momen pikiran kedua dan seterusnya adalah bhūtā (Atha vā catūsu yonīsu aṇḍajajalābujā sattā yāva aṇḍakosaṃ vatthikosañca na bhindanti, tāva sambhavesī nāma, aṇḍakosaṃ vatthikosañca bhinditvā bahi nikkhantā bhūtā nāma. Saṃsedajā opapātikā ca paṭhamacittakkhaṇe sambhavesī nāma, dutiyacittakkhaṇato pabhuti bhūtā nāma.).
Terima kasih penjelasannya, tetapi mau tanya lagi nich.
1. Jika tadi disebutkan bahwa Theravāda menolak adanya antarabhava, alasannya kenapa? Dan bisakah diberi satu contoh sekte lain yang menerima ini dan apa pula alasannya?
2. Jika makhluk yang terlahir melalui kandungan disebut sambhavesi ketika masih dalam kandungan, lalu, kan ada tiga syarat kondisi untuk terjadinya conception atau kehamilan yaitu adanya pertemuan sperma dan sel telur, adanya ibu yang dalam masa subur dan adanya Gandhaba. Nah pada saat masih Gandhaba ini disebut apa ya??
Terima kasih
1. Baca buku Kathavatthu bagian antarābhavakathā. Secara singkat di sana setidaknya ada dua sekte pada jaman Asokan yang memegang konsep antarābhava yakni Pubbaseliya dan Sammitiya. Dua sekte ini berpegang pada konsep antarābhava setelah berbasis pada adanya antarāparinibbāyī / seseorang yang mencapai nibbāna di dalam jeda waktu (one who attains nibbāna in the interval). Antarāparinibbāyī ini dianggap sebagai pencapaian nibbāna di saat antarābhava yakni setelah seseorang mati dan sebelum dilahirkan. Namun Theravāda berpendapat lain bahwa antarāparinibbāyī adalah seseorang yang mencapai arahat ketika ia menghabiskan waktunya antara awal separohnya hidup di alam suddhavasa. Kathavatthu juga menerangkan bahwa antarābhava tidak bisa diterima Theravada karena kehidupan hanya dibagi menjadi tiga yakni kāmabhava, rūpabhava dan arūpabhava. Di sana, tidak disebutkan seseorang yang muncul di antarābhava. Selain itu, kelahiran juga hanya terdiri dari empat macam yakni melalui telur, kandungan, kelembaban dan spontan. Lebih lengkapnya baca Kathavatthu.
2. Sejauh Theravāda memandang, gandhabba dalam konteks ini adalah patisandhiviññāna (linking rebirth). Pada saat makhluk meninggal, pikiran terakhirnya itu disebut cuticitta dan sesegera cuticitta lenyap kesadaran selanjutnya yang masuk ke dalam kandungan adalah gandhabba atau patisandhiviññāna. Jadi di sini, sesuai dengan ajaran Theravāda, tidak ada kesempatan bagi gandhabba / patisandhiviññāna untuk mengembara sebelum masuk ke dalam kandungan. Kenyataannya, dalam konteks manusia, patisandhiviññāna juga disebut sebagai pikiran pertama setelah manusia terlahir dalam kandungan. Dalam konteks makhluk2 yang lahir secara spontan juga dikatakan sebagai pikiran pertama bagi makhluk tersebut setelah terlahir di alamnya.
MAU BERTANYA LAGI. BOILEH KAN?
TENTANG ANTARĀPARINIBBĀYĪ
1. Berkomentar mengenai antaraparinibbāyī, ada dua buku yang katanya memuat penjelasan tentang hal ini juga. Pengarang dan Penerbit buku-bukunya adalah :Peter Harvey, The Selfless Mind (Curzon Press, 1995), pg. 100; Bhikkhu Bodhi, Connected Discourses of the Buddha (Wisdom Pub, 2000), pg. 1902.
2. Terus Sutta yang bagus yang mendiskusikan tentang antarāparinibbāyī adalah Purisagati Sutta dari A.N. IV 71. Disana disebutkan juga tentang upahaccaparinibbāyī, asaṅkhāraparinibbāyī, sasaṅkhāraparinibbāyī dan anupādāparinibbānaṃ.
Namun sayangnya saya belum membaca semua sumber di atas karena keterbatasan buku, kemampuan bahsa Inggris dan Bahasa Pāli. Tolong dibantu mengerti isi interpretasi dari kedua buku di atas dan juga isi Purisagati Sutta ya……………
TENTANG SAMBHAVESI
Di dalam Cūḷataṇhasaṅkhaya Suta dari Majjhima Nikaya I. 261 disebutkan bahwa ada 4 jenis makanan yang dibutuhkan oleh makhluk yang belum lahir (bhūtā dan sattā) dan juga oleh sambhavesī. Hal ini disebutkan sebagai berikut:
“Bhikkhus, there are these four kinds of food for the maintenance of beings that already have come to be (bhūtā or sattā) and for the support of beings seeking a new existence (sambhavesī). Whatare the four? They are physical food, gross or subtle; contact as the second; mental volition as the third; and consciousness as the fourth”
‘‘Cattārome, bhikkhave, āhārā bhūtānaṃ vā sattānaṃ ṭhitiyā, sambhavesīnaṃ vā anuggahāya. Katame cattāro? Kabaḷīkāro āhāro oḷāriko vā sukhumo vā, phasso dutiyo, manosañcetanā tatiyā, viññāṇaṃ catutthaṃ”
Pertanyaannya kenapa sambhavesi butuh makanan ya? Kalau kelahiran secara kandungan. kelembapan dan telur sih mudah dimengerti ya. Untuk yang terlahir secara spontan bagaimana? Apa ya butuh 4 makanan juga.
Terimakasih