Dalam hal ini vipassana diajarkan dalam bentuk "konsep" juga kan?
Dalam
Mahasatipatthana-sutta memang ada banyak konsep. Tapi dalam
Bahiya-sutta &
Malunkyaputta-sutta tidak ada konsep apa pun sama sekali. Malah di situ dikatakan,
"di dalam apa yang muncul dalam batin (
ingatan--termasuk 'konsep', 'ajaran')
hanya ada ingatan ..." Maksudnya
ingatan-ingatan (konsep-konsep, ajaran-ajaran) jangan digeluti, jangan dilekati, jangan bereaksi apa pun terhadapnya.jangan punya pikiran: "Ini milikku (ajaranku, konsepku)".Berarti Mahayana dan Vajrayana tidak percaya kalau sasana akan berakhir? Menolak Pacceka Buddha ketika tidak ada sasana?
Setahu saya,
Mahayana &
Vajrayana tidak menitikberatkan lagi pada sasana dari Buddha Gautama seperti Theravada, mereka meluaskan visinya kepada ajaran Buddha-Buddha yang banyak, atau pada
ajaran yang bersifat timeless (tanpa-waktu), misalnya Hui Neng, Surangama-sutra, sutra-sutra Prajnaparamita dll.
Saya belum pernah melihat masalah berakhirnya sasana Buddha Gotama dibahas oleh suatu sumber Mahayana & Vajrayana, baik sumber kuno maupun sumber modern. - Soal Pacceka-Buddha tidak relevan di sini, karena toh kita tidak tahu siapa-siapa mereka, karena mereka diam.
Saya mengacu kepada sadar/eling yang seringkali disebut aliran lain, disalahgunakan aliran lain, digunakan guru-guru untuk mencari uang, kekuasaan, dicampur-campur oleh ajaran lain, atau bukan sadar/eling dikatakan sebagai sadar/eling. Pelabelan bukan berarti tindakan tidak baik.
"Sadar/eling"--entah di dalam
ajaran lain, entah
dalam agama Buddha sendiri--kalau cuma menjadi
slogan, berarti kembali menjadi
konsep,
ajaran.
Tentang
pelabelan, bukan soal
"baik" atau
"tidak baik" -
pelabelan selamanya adalah gerak pikiran,
gerak kata-kata; itu
tidak cocok dengan vipassana di mana pikiran sekadar diamati.
Hudoyo:
Ada satu yang berbeda mendasar: yaitu konsentrasi (samadhi). Ini adalah bagian dari Jalan Mulia Berfaktor Delapan. Ini tidak ada dalam ajaran K. Dan juga tidak ada dalam Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta:
Memang tidak dijelaskan pada Sutta tersebut. Tetapi sepanjang yang saya ketahui, kasus Bahiya dan Malunkyaputta pun tidak menyimpang dari jalan mulia beruas delapan atau yang disebut juga ekayana magga atau jalan tengah atau empat landasan perhatian murni. Sepengetahuan saya (maaf, lupa sumber dan referensinya) Bahiya dan Malunkyaputta tetap berada pada konsentrasi walaupun mungkin hanya satu saat pikiran, dan di referensi lain disebutkan setiap Arahat pasti melalui jalan Sottapana, Sakadagami, Anagami, walaupun terjadi dengan sangat-sangat cepat.
Saya
tidak mempersoalkan pencapaian Bahiya & Malunkyaputta, apakah tingkat-tingkat itu dicapai dengan sangat cepat atau lambat. Bahiya, yang
bukan bhikkhu siswa Sang Buddha--berarti
tidak pernah belajar 4 Kes Mulia, 8 Jalan Utama dsb--begitu mendengar petunjuk Sang Buddha,
langsung jadi arahat. Malunkyaputta,
bhikkhu yang ditahbiskan ketika sudah tua--dan mungkin sudah belajar 4 Kes Mulia, 8 Jalan Utama dsb, ketika mendengar petunjuk Sang Buddha,
masih harus berlatih lagi sebelum akhirnya juga menjadi arahat. (Ini persis sama dengan yang saya lihat dalam retret-retret MMD: teman-teman
non-Buddhis sering kali
relatif lebih cepat menangkap kiat vipassana, dibandingkan teman-teman Buddhis yang
pengetahuan Dhamma-nya mendalam.) Tapi bukan itu yang saya tekankan.
Yang saya tekankan ialah bahwa
Sang Buddha mengajarkan meditasi secara berbeda-beda kepada orang-orang yang berbeda. Tidak ada satu
sistem/konsep/ajaran meditasi yang baku dan harus dilakukan oleh setiap umat Buddha,
sebagaimana kita baca dalam buku-buku AGAMA Buddha. Kepada satu orang SB mengajarkan jhana, kepada orang lain SB tidak mengajarkan melalui jhana, kepada Bahiya & Malunkyaputta
bahkan tidak mengajarkan konsentrasi (samadhi), melainkan
hanya sekadar sadar/eling.
Tidak ada bukti bahwa Bahiya & Malunkyaputta harus meniti Delapan Jalan Utama untuk sampai pada pembebasan seperti Anda katakan,
kalau mereka benar-benar menjalankan petunjuk SB kepada mereka seperti tercantum dalam Bahiya-sutta. Semua yang Anda katakan tidak lebih dari
teori, diotak-atik agar cocok dengan sistem baku yang Anda anut.
Salam,
hudoyo