//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - Yumi

Pages: 1 2 3 4 [5]
61
Keluarga & Teman / FW: Bosan Hidup
« on: 16 October 2008, 03:08:53 PM »
Seorang pria setengah baya mendatangi seorang guru ngaji, "Ustad, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati."

Sang Ustad pun tersenyum, "Oh, kamu sakit."

"Tidak Ustad, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati."

Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Ustad meneruskan, "Kamu sakit. Dan penyakitmu itu sebutannya, `Alergi Hidup'. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan."

Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit. Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah-tangga, bentrokan-bentrokan kecil itu memang wajar, lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng, tidak abadi. Apa sih yang langgeng, yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita.

"Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku." demikian ujar sang Ustad.

"Tidak Ustad, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup." pria itu menolak tawaran sang Ustad.

"Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?"

"Ya, memang saya sudah bosan hidup."

"Baik, besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok sore jam enam, dan jam delapan malam kau akan mati dengan tenang."

Giliran dia menjadi bingung. Setiap Ustad yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat untuk hidup. Yang satu ini aneh. Ia bahkan menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.

Pulang kerumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut "obat" oleh Ustad edan itu. Dan, ia merasakan ketenangan sebagaimana tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai! Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah.

Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran masakan Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya santai banget! Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan
membisiki di kupingnya, "Sayang, aku mencintaimu. " Karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!

Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Pulang kerumah setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir,ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istripun merasa aneh sekali, "Mas, apa yang terjadi hari ini? Selama ini, mungkin aku salah. Maafkan aku, mas."

Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, "Hari ini, Bos kita kok aneh ya?"

Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya.

Pulang kerumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, "Mas, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu." Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, "Ayah, maafkan kami semua. Selama ini, ayah selalu stres karena perilaku kami semua."

Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia membatalkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya? " Ya Allah, apakah maut akan datang kepadaku. Tundalah kematian itu ya Allah. Aku takut sekali jika aku harus meninggalkan dunia ini".

Ia pun buru-buru mendatangi sang Ustad yang telah memberi racun kepadanya. Sesampainya dirumah ustad tersebut, pria itu langsung mengatakan bahwa ia akan membatalkan kematiannya. Karena ia takut sekali jika ia harus kembali kehilangan semua hal yang telah membuat dia menjadi hidup kembali.

Melihat wajah pria itu, rupanya sang Ustad langsung mengetahui apa yang telah terjadi, sang ustad pun berkata "Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh, Apa bila kau hidup dalam kekinian, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan."

Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Ustad, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Ah, indahnya dunia ini……


62
      Kami ingin bercerita mengenai pengalaman yang kami anggap seumur hidup mungkin tidak dapat dilupakan. Karena dengan pengalaman inilah seolah-olah mata dan hati kami terbuka.

      Tatkala kami mendengar berita, Anagarini akan melakukan upacara peletakan batu permata yang akan diselenggarakan pada tanggal 10 September 1995, di Maribaya. Kami sebagai mantan anggota Silacarini, yang berada di Jakarta dan sekitarnya. Bertekad akan membantu dan datang menyaksikan upacara peletakan batu pertama tersebut. Mantan silacarini tersebut kebanyakan sudah termasuk golongan nenek-nenek, tapi semangat yang kami miliki, sewaktu-waktu melebihi yang muda-muda.

      Maksud kami pergi hanya ingin membantu meringankan pekerjaan Anagarini yaitu pekerjaan di dapur. Sebab hanya pekerjaan itulah yang dapat kami lakukan.

      Kami berangkat pada tanggal 8 September 1995 sore kurang lebih pukul 18.00 WIB menuju Palmerah untuk menjemput kawan di sana. Menjelang keberangkatan, kami telah menyiapkan berbagai makanan yang berupa sepanci penuh ayam begana, sepanci ayam goreng, kerupuk emping dan banyak lagi yang lain-lain, tak lupa sekarung beras. Semua ini dikerjakan bergotong royong, ada yang keluar uang saja dan ada yang mengeluarkan tenaga, ada juga keluar uang dan tenaga. Ini bukan untuk hitung-hitungan, tapi merupakan gambaran kekompakan kami semata.

      Segala kelelahan untuk mengerjakan bakti sosial bagi Dhamma, bagaimana susah dan capainya, sedikitpun tidak terasa. Sebab dikerjakan dengan ikhlas dan senang hati.

      Pukul 20.00 WIB berangkatlah kami, dengan mobil kijang yang dimuati 7 orang termasuk sopir, ditambah dengan bawaan yang berpanci-panci, menjadi penuh sesak. Pokoknya rombongan kami ini akan menjamin konsumsi bagi tamu-tamu di Maribaya. Kami bekerja semaksimal mungkin agar semua senang dan bergembira.

      Cuaca cukup cerah, kepadatan lalu lintas kota Jakarta yang selalu macet, membuat kijang jalan merayap. Kami bercakap dan mengobrol, tidak merasa terganggu dengan sesaknya jalan raya yang dipadati berbagai jenis kendaraan dan bisingnya suara klakson.

      Kami tiba di pintu tol yang menuju ke Cikampek, begitu lewat, jalannya baru bisa cepat. Tak ubahnya seperti kijang sungguhan di dalam hutan. Gesit lincah dan tangkas. Berbareng dengan melajunya mobil, mataharipun sudah terbenam di ufuk barat. Kegelapan bumi menghilangkan semua panorama di kiri-kanan jalan, yang tampak hanya sinar lampu mobil yang bersimpang siur tidak putus-putusnya.

      Obrolan dan percakapan kamipun entah sejak kapan tidak terdengar lagi, rasa kantuk dan letih kini baru terasa. Ibu Lie Tjen duduk bersebelahan dengan sopir, dalam keadaan sadar dan tidak sadar, sayup-sayup telinganya masih mendengar seseorang teman melantunkan paritta Karaniya Metta Sutta. Seolah jauh tapi dekat, seolah bukan di dalam mobil tapi jauh….jauh entah di mana.

      Suara paritta tidak terdengar lagi, yang terasa mobil menjadi oleng tak karuan. Kiranya bencana telah mengintai kami. Kekagetan agaknya dirasakan semua penumpang, seolah dengan serentak seperti koor yang terlatih, kami berdoa dan ingat pada Sang Buddha yang Maha Pengasih dan Penyayang, sehingga segala ketakutan tak ada. Karena ketika mobil kijang yang kami tumpangi sedang enak-enak memasuki jalan tol Cikampek kurang lebih baru memakan waktu 40 menit, tepatnya antara Karawang Barat dan Karawang Timur, Ibu Kumala melihat Pak sopir sedang mengendalikan stir sambil bertahan dengan susah sekali.

      Kiranya mobil pecah bannya…sopir terkejut, dan ia menginjak rem, mobil berputar dua kali di tengah jalan seperti main akrobat. Untung ketika mobil kami berputar sedemikian rupa, mobil-mobil lain masih jauh di belakang, namun ketika mobil berputar untuk ketiga kalinya, baru setengah putaran mobil tersebut berbalik arah lalu menyeruduk ke tepi jalan dan terbalik dengan keempat rodanya berada di atas. Padahal setelah putaran kedua, mobil-mobil yang tadinya jauh, sudah begitu dekat dan banyak. Lampu-lampu mobil tersebut terang menyorot ke arah kami, sepertinya siap menabrak, untung mobil berbalik arah. Sudah dalam keadaan demikian, semua penumpang tetap bersikap tenang. Dan kami (ibu-ibu) masih merasakan duduk dengan posisi kepala tetap di atas, walau mobil telah terbalik. Kaca pintu mobil entah hilang ke mana, pertama Ibu Lie Tjen merayap keluar.

      Kami merasa sangat berhutang budi dan sangat berterima kasih sekali kepada Ibu Lie Tjen yang walaupun kepalanya luka, darah sudah mengalir membasahi leher bajunya tapi ia tidak menghiraukannya. Malah masih berusaha menolong kami satu per satu bersama Bapak Sudiro yang bisa keluar sendiri. Kami yang di dalam sulit untuk keluar dan seperti sedang berenang di atas kuah sayur yang bermacam-macam dan baunyapun menjadi tak sedap. Untungnya sambal dan bumbu-bumbu yang kami bawa tidak ada yang tumpah atau pecah. Ketika kami sudah berada di luar dengan merayap ke atas jalan raya dan berdiri betapa terkejutnya kami: “Ya Ampun… ternyata keempat rodanya berada di atas!!!” Pada saat itu waktu baru menunjukkan pukul 21.00 WIB, lalu kami berdoa bahwa kami semua masih beruntung tidak ada yang terluka parah. Padahal sewaktu mau berangkat, sempat terlintas dalam pikiran Ibu Kumala bahwa: “Bila ia duduk di depan dengan kaki berselonjor, kalau ada apa-apa pasti kaki ini patah terlebih dahulu, ternyata pikiran saya itu meleset jauh, katanya”.

      Ibu Lie Tjen dan Bapak Sudiro memberhentikan mobil yang lewat, kebetulan ada sebuah mobil kap terbuka yang mau pulang ke Subang menawarkan jasa untuk mengantarkan kami sampai ke tempat tujuan. Tak lama kemudian para penduduk setempat berdatangan untuk menolong mengeluarkan barang-barang yang ada di dalam, walaupun keadaan sangat gelap sekali.

      Kamipun mengucapkan banyak terima kasih kepada mereka yang sudah membantu hingga barang-barang kami bisa terkumpul kembali walaupun hanya tempatnya saja, karena isinya sudah habis terbalik.


Sumber: Kusalayani-No. 4/1996, pp. 36-38

bersambung...

63
Theravada / "PERLINDUNGAN" oleh Bhante Sri Pannavaro
« on: 12 October 2008, 11:28:28 PM »
      Dua hari yang lalu, pada saat bulan purnama di bulan Juli, umat Buddha memperingati Hari Asadha. Kalau pada waktu Waisak Pangeran Siddhattha atau Petapa Siddhattha mencapai Kebuddhaan dan menjadi Buddha, menemukan Dhamma atau Dharma, dua bulan kemudian Sang Buddha membabarkan Dhamma yang telah Beliau dapatkan kepada dunia. Untuk yang pertama kali, kesempatan yang sulit itu memang tidak didengar oleh banyak orang. Hanya lima orang, yaitu mereka yang dulunya menjadi sahabat Petapa Siddhattha sewaktu bertapa di Hutan Uruvela.

      Sehari setelah bulan purnama di bulan Juli, para bhikkhu mulai menjalani masa vassa selama tiga bulan. Biasanya masa vassa di India berlangsung di tengah musim hujan. Musim hujan itu kalau panjang empat bulan, kalau pendek tiga bulan. Di Indonesia, Juni sampai Agustus itu musim panas, tetapi kali ini rasanya masa vassa itu seperti masa vassa yang sungguh-sungguh karena masih turun hujan, mungkin nanti sampai bulan Agustus masih turun hujan. Musim hujan dimulai bulan September dan sebagaimana tiap-tiap tahun para bhikkhu juga akan memberikan bimbingan atau pelajaran Dhamma selama musim vassa.

      Saudara-saudara, rasanya bimbingan Dhamma dalam masa vassa kali ini akan menjadi istimewa, akan menjadi sangat membantu, karena kita penuh dengan kesulitan-kesulitan. Beras menjadi mahal, minyak goreng menjadi mahal, banyak PHK, banyak kerusuhan-kerusuhan. Saya pikir ya kita semua ini bersiap-siap sajalah. Meskipun tidak di medan perang karena negara kita memang tidak dalam keadaan perang, tetapi kita bersiap-siap saja seperti kita menghadapi perang.

      Sesungguhnya kita juga diajarkan untuk bersiap-siap. Bersiap-siap karena kematian itu bisa datang setiap saat. Bukan hanya kematian itu datang kalau Saudara sedang sulit, tetapi meskipun dalam keadaan aman, makmur, kematian itu bisa juga datang setiap saat. Dalam beberapa kali kesempatan Sang Buddha mengatakan bahwa kematian datang setiap saat, dan kalau kematian itu sudah datang, maka tidak ada tawar-menawar dengan kematian. “Ah, nanti dululah, umur saya kan masih muda, ya menikah saja belum, kok kematian mau datang. Ini bagaimana?” Tidak mungkin! Kita tidak bisa negosiasi dengan kematian. Kalau kematian itu datang…ya datang.

      Tetapi Saudara, kita jangan terlalu takut dengan kematian. Kalau nanti kita terlalu takut dengan kematian, kita akan mengisi pikiran kita dengan kecemasan, kesedihan, dan kekhawatiran. Kita perlu melakukan persiapan karena kematian itu pasti datang, tetapi kita tidak perlu membuat bayangan sendiri: “Jangan-jangan besok saya mati. Jangan-jangan nanti malam saya mati.” Bayangan atau prasangka kita itu tidak akan tepat, kecuali Sang Buddha. Sang Buddha sudah bisa menentukan: tiga bulan kemudian Saya akan meninggal, dan persis tiga bulan, tidak kurang sehari dan tidak lebih sehari, Sang Buddha meninggal.

      Saudara-saudara, persiapan apakah yang harus kita lakukan, apalagi dalam keadaan yang sulit seperti ini? Ada dua macam persiapan: persiapan mental atau persiapan pikiran kita dan persiapan fisik.

      “Sekarang barang-barang mahal, Bhante, apalagi alat-alat elektronik dan segala macam.” Saudara, pandai seperti apapun kita, punya teori yang sangat jitu, atau mungkin juga kita jadi pejabat, kita tidak bisa mengubah Indonesia ini pulih dalam waktu satu minggu; apalagi dalam waktu dua hari, tiga hari. Sulit! Faktor penyebabnya banyak sekali. Apalagi kita orang kecil, tidak mempunyai teori dan juga tidak mempunyai wewenang. Kita tidak mungkin mengubah keadaan ini jadi beres.

      Kalau kita tidak mungkin mengubah keadaan ini menjadi beres, lalu bagaimana? Karena kita tidak mempunyai kemampuan untuk mengubah keadaan ini menjadi segera beres sekarang, ya tidak ada pilihan lain, kita harus menyesuaikan diri kita. Apa yang saya maksud dengan menyesuaikan? Kalau memang barang-barang itu mahal, ya kita harus mengubah sikap. Kita harus hemat. Kita harus hati-hati melakukan pengeluaran. Hati-hati menggunakan telepon, misalnya. Menghemat listrik. Makan sederhana. Karena kita tidak bisa mengubah keadaan, maka kita yang harus menyesuaikan diri dengan keadaan. Kalau kita tidak mau menyesuaikan dengan keadaan, ya kita akan bertambah sengsara.

      Memang sulit, sulit sekali. Kalau kita biasa menggoreng dengan minyak Bimoli yang enak itu ya sekarang pakai minyak kelapa bekas. Sudah tiga puluh tahun lupa dengan minyak itu, sekarang balik lagi, ya sudah. Kita harus menyesuaikan diri. Justru kekuatan manusia itu adalah mampu beradaptasi. Bagaimana bisa mampu beradaptasi?

      Manusia bisa mampu beradaptasi itu karena, dan akan cepat beradaptasi, kalau dia mengerti anicca—ketidakkekalan. Kalau dia tidak mau menerima perubahan, kalau dia mengingkari ketidakkekalan, dia akan sulit sekali melakukan penyesuaian.

      Seorang guru besar sosiologi memberitahukan kepada saya, “Apakah kekuatan manusia yang paling besar, bhikkhu, yang tidak dipunyai oleh binatang? Kekuatan manusia yang paling besar itu adalah manusia bisa beradaptasi, binatang tidak bisa. Dan manusia yang bisa beradaptasi itu, menyesuaikan diri, fisik dan mental.”

      Coba sekarang Saudara membawa binatang dari Kanada, sebelah utara Amerika yang dingin, dan Saudara pelihara di sini. Ia pasti akan mati. Tetapi manusia bisa beradaptasi, dari sini pindah ke Amerika, pindah ke Kanada, orang daerah dingin pindah ke Indonesia yang panas, bisa! Meskipun sulit, bisa! Fisik manusia bisa beradaptasi, binatang sulit! Ada yang bisa, tetapi tidak semua.

      Mental kita juga bisa beradaptasi. Saya mendengar cerita zaman Belanda keadaannya begini-begini, zaman Jepang keadaannya begini-begini, tapi rakyat bisa beradaptasi. Itulah kekuatan manusia yang terbesar. Beradaptasi itu istilah gampangnya: menyesuaikan diri. Sudah tentu kita mempunyai pedoman-pedoman di dalam perbuatan kita. Bukan menyesuaikan diri melakukan kejahatan, melakukan hal-hal yang tercela.

      Nah, Saudara-saudara, kalau kita tidak bisa mengubah lingkungan kita, tidak bisa mengubah negara ini sesegera mungkin, kita harus menyesuaikan diri dan kita tidak usah ikut berteori bagaimana krisis moneter ini kok menjadi krisis kepercayaan. Bagaimana arahnya reformasi ini, sudahlah biar saja, itu urusannya satrio-satrio yang di Jakarta sana. Wong cilik ini tidak usah berpikir begitu. Kita melakukan apa yang kita mampu untuk bisa bertahan dan membantu sekeliling kita. Nanti kalau kita ikut-ikutan, wong cilik ini bukan saja teorinya tidak cocok, nanti menyebutkannya saja sulit. “Bhante, katanya sekarang ini anu, lagi krisis monitor.” Maksudnya moneter, yang diucapkan jadi monitor. Katanya, “Anu, Bhante ini orde baru sudah tidak laku. Sekarang ini katanya zaman informasi.” Oh iya ya, zaman informasi. Maksudnya itu reformasi, tapi keliru menyebutkan informasi. Ya, ya, jadi kita tidak usahlah ikut-ikutan. Kita bukan Emil Salim, kita bukan Kwik Kian Gie. Kalau kita hanya ikut baca ya tidak apa-apa, tetapi kalau kita ikut membuat teori, ya nanti tidak cocok, nanti menyebutkan istilah yang aneh-aneh itu saja kita keliru.

      Korupsi, kolusi, nepotisme. Saudara-saudara, bahkan kalau yang tidak mengerti seperti pada waktu perayaan Asadha di Mendut kita bisa berpikir korupsi, kolusi, itu hanya orang-orang gede saja. Kita sendiri, rakyat kecil tidak. Apa betul kita sendiri tidak korupsi, kolusi, nepotisme? Ambil untung sedikit-sedikit itu ya korupsi. Itu korupsinya orang desa. Nanti kalau ada Panitia Waisak, peresmian wihara, yang penting kerabatnya dulu, anak familinya maju dulu. Tidak peduli bisa kerja atau tidak, pokoknya kerabatnya dibawa dulu, itu nepotisme juga.



Bingkai Kehidupan, Kumpulan Ceramah Dhamma Bhante Pannavaro, Perlindungan, pp. 187-192

bersambung...

64
… gak terasa nih, uda setengah taon juga kita jalan.. Awal kenalnya dari DC ini (doumo ^:)^ suhu..). Wa mase inget.. wkt di sb, ada lu.. papa bond.. ko kar.. rina (yg mase ‘org medan’).. kite tukeran nomer hape. Trus, wa dapet bbrp mes dr lu, tanya rumahku di mana, biasa vihara mana, kul & ker mana dll.. Wkt itu, pikir wa.. nih ‘stranger’ cerewet juga.. mes tny2 terus, pulsa wa ntar jd mahal ngebales.. Trus wa tanya no telp rmh lu, biar lbh asyik kongko wa telp ke rmh lu aja ( :-[ boong.. pdhl biar lbh murah, hoho!), eh.. lu malah bls telp rumah lu rusak.. Wkt itu lu jg blg lu lage sibuuuk buangetzz ngurusin toko.. Terakhir maen mes juga -_-“.
Krn terakhir tau rumah kita dekatan, lu tanya “Yum, mau gak mulai skrg kita prg sama2 aja kalo ada ke vhr ato acara dgr dhm? Tar wa jemput lu, jadinya lu gak usa repotin org rumah lu nganter lg. Skln penasaran pgn jumpa lu jg nih. He2..” Ga tau kenapa.. kalimat itu begitu sejuk di hati wa..


… lu prn tanyain ke wa, diri lu yg di DC sama gak dgn diri lu yg wa jumpai di dunia nyata, trus wa jwb.. sama banget koq.. persis.. lu itu friendly, solid, keibuan, u hao, generous, penyayang, energik, jayus.. (keliatan bgt dr ngejunk?).. hny satu kelemahan lu yaitu kurang toleran..
Cinta.. lu mank bukan teman yg expert dalam konsultasi teori dhamma, tapi lu teman yg patut wa teladani dalam ‘semangat’ praktik dhamma. Lu teman yg belum bisa diandalin utk sama2 retreat meditasi (tp next time lu harus udah bisa ya, gak mo dgr alasan lagi nih).., lu juga bukan teman yg super.. kaya.. keren.. jenius.. Elu gak ada yg special.. hanya seorg Ginny dgn sapu terbang.. yg selalu ada saat dibutuhkan..


… krn awalnya lu sndr yg melarang wa panggil lu cc (risih jd tua), jadinya sementara yg lain panggil lu ginny cc, wa aja yg panggil nama lu, however.. You are The Best Sister I’ve ever had. Di dekat lu, kadang wa merasa lu sperti seorang “jie-jie” yg begitu “care” & sayang wa.. *sulung mode on*. Waktu prg donor darah kmrn, lu yg infoin & bawa wa ke sana, pdhl lu sendiri dilarang ikut donor krn kecapean begadang di toko tiap malam, cuman bertujuan anterin n temenin wa aja.. Uda berulang kali lu lakuin hal yg sama.. wa tau bukan cuma pd wa, tp juga pd teman2 lu yg lain.. What a Bodhisatta! >:)< :x :-*

….……….…..............                                     ………………...............…
….……….…..........................                            ………………...........................…
….……….…...................................…                     ……………….....................................…
….….……………………............................….                ..……….…………............................…….……
….…………..........................………………………             ………..........................……………………….…….
…........………..…......……………………............……       .…………………….…………........…………................
..………….......…….................……………………………*………..……………........………...............………….……
...........….………….……......…………….....…Ginny Saddhamitta, ……………………......………….……...........
.………………….……..............……. Kenapa lu selalu baik ama wa..? ………………….………..............……
..…………….....………...... Kenapa lu gak pernah sekalipun nyakitin wa..? ....………………….....…….
………………....... Kenapa lu suka mengkhawatirkan & membantu teman2 lu..? .....…………….…
…..….…….….…. Kenapa lu sangat hobi nyusahin diri lu sendiri demi teman2..? …………..…...
…………………………………………………..............……………………................……………………………
……………………...…..… Wa yakin jawabannya cuman ada satu ……………...………...……
…….…….………………………….…………..…….....................…………………………….……….
…......………… Karena …. lu adalah seorang SAHABAT SEJATI. ……...…....…
….…..........……………………………………...........……..……………….........…….
…..…..
…....………….…....…
….……........
…….
*


65
Kesehatan / [ASK] Ada apa dengan mataku tersayang?
« on: 27 September 2008, 10:26:26 AM »
yumi sering merasa kedua bola mata ini sangat letih, kering & gatal.  :( Padahal wkt yumi cek di cermin gak ada benda asing yg nyangkut, kalo masuk debu uda yumi basuh pake air. Tiap kali stlh coba istirahatkan ato tidur bentar, tar wkt bangun masih tetap merasa gitu, mataku gak bnr2 fit  #-o. Dan ini bisa berlangsung ampe seminggu bahkan lebih. Kadang wkt bobo uda nyenyak pun  |-), tiba2 mata bs terserang gatal banget, gak tahan dikucek2, alhasil bangunnya jadi merah, rada pedih & bengkak ::). Tar uda baekan gak lama bisa kambuh lagi  :hammer:, bawaannya jadi males & pengen bobo (malas buka mata) aja.  (:$

Apa ini disebabkan kebykan terpaku di depan kompi (Dr pagi ngantor ampe sore, pulang rumah malamnya jg bykan masih liat kompi hingga bobo)? Ato krn ‘salah makan’ ato kurang gizi tertentu? Trs trg bagian tubuh terfavorite ku adalah mata, krn ia gak perlu alat bantu/kaca mata utk baca. Anugrah terindah yg paling ku syukuri :x. Apa yg musti yumi lakukan? Om Fox ato mgkn ada DCers yg bisa bantu?  ^:)^

66
Keluarga & Teman / Kasih Ibu Tiada Tara
« on: 16 September 2008, 07:08:25 PM »
Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya. Suaminya sudah lama meninggal karena sakit. Sang ibu sering meratapi nasibnya memikirkan anaknya yang mempunyai tabiat sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mabuk, dan melakukan tindakan-tindakan negatif lainnya. Ia selalu berdoa memohon, "Tuhan, tolong sadarkan anak yang kusayangi ini, supaya tidak berbuat dosa lagi. Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati." Tetapi, si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya.

Suatu hari, dia dibawa kehadapan raja untuk diadili setelah tertangkap lagi saat mencuri dan melakukan kekerasan di rumah penduduk desa. Perbuatan jahat yang telah dilakukan berkali-kali, membawanya dijatuhi hukuman pancung. Diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan di depan rakyat desa keesokan harinya, tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi.

Berita hukuman itu membuat si ibu menangis sedih. Doa pengampunan terus dikumandangkannya sambil dengan langkah tertatih dia mendatangi raja untuk memohon anaknya jangan dihukum mati. Tapi keputusan tidak bisa dirubah! Dengan hati hancur, ibu tua kembali ke rumah.

Keesokan harinya, di tempat yang sudah ditentukan, rakyat telah berkumpul di lapangan pancung. Sang algojo tampak bersiap dan si anak pun pasrah menyesali nasib dan menangis saat terbayang wajah ibunya yang sudah tua.

Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba. Namun setelah lewat lima menit dari pukul 06.00, lonceng belum berdentang. Suasana pun mulai berisik. Petugas  lonceng pun kebingungan karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada. Saat mereka semua sedang bingung, tibatiba dari tali lonceng itu mengalir darah. Seluruh hadirin berdebar-debar menanti, apa gerangan yang terjadi? Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah. Dia memeluk bandul dan menggantikannya dengan kepalanya membentur di dinding lonceng.

Si ibu mengorbankan diri untuk anaknya. Malam harinya dia bersusah payah memanjat dan mengikatkan dirinya ke bandul di dalam lonceng, agar lonceng tidak pernah berdentang demi menghindari hukuman pancung anaknya.

Semua orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata. Sementara si anak meraung-raung menyaksikan tubuh ibunya terbujur bersimbah darah. Penyesalan selalu datang terlambat!

Pembaca yang budiman,

Kasih ibu kepada anaknya sungguh tiada taranya. Betapun jahat si anak, seorang ibu rela berkorban dan akan tetap mengasihi sepenuh hidupnya. Maka selagi ibu kita masih hidup, kita layak melayani, menghormati, mengasihi, dan mencintainya. Perlu kita sadari pula suatu hari nanti, kitapun akan menjadi orang tua dari anak-anak kita,  yang pasti kita pun ingin dihormati, dicintai dan dilayani sebagaimana layaknya sebagai orang tua.

Bila hidup diantara keluarga ataupun sebagai sesama manusia jika kita bisa saling menghargai, menyayangi, mencintai, dan melayani, niscaya hidup ini akan terasa lebih indah dan membahagiakan. 


http://www.andriewongso.com/awartikel-1848-Artikel_Tetap-Kasih_Ibu_Tiada_Tara

67
Diskusi Umum / Diskusi dengan Bro Gunasaro
« on: 13 September 2008, 02:36:19 PM »
^yummie..!: hehe
Sin Chan: hi..hi
Gunasaro FANG: Hi All...
^yummie..!: hi..

^yummie..!: yumi uda dpt topik keren
^yummie..!: bahas ini aja
Sin Chan: bahas apa
^yummie..!: Gunasaro FANG: Dia sangat mau ortunya juga bisa bertobat...
Gunasaro FANG: Namun sering buntu caranya... Akhirnya saat saya pulang, saya ceritakan ttg kekurangan dari metode fang-shen yang selama ini dilakukan oleh orang di kampung...
Gunasaro FANG: Aku bilang kita perlu selamatkan yg nyawanya sudah di ujung tanduk... Contohnya di restoran itu... ^yummie..!: ic ic..

Gunasaro FANG: Dia sangat terinspirasi & bersemangat... langsung ajak aku utk lakukan rencana itu...
felixthioris: wogh
^yummie..!: richi ren
felixthioris: ada apa dgn richi ren ?
Sin Chan: alo pus pa kabar
felixthioris: halo om bond
felixthioris: kabar baik , om
^yummie..!: ko gun,,,
felixthioris: u cemana?
felixthioris: test2
felixthioris: richie ren, suaranya bagus
^yummie..!: kita semua dengar
felixthioris: lagu fly me to polaris
Sin Chan: hau hau pus
^yummie..!: belajar dhamma malam hari bagus lo

Gunasaro FANG: Kemudian kami ke resto Lamongan khusus pecel lele. Ikannya ditaruh di wadah air mandi dalam WC. Lele sedang digilir utk digoreng... Temanku saat lihat itu, timbul karunacitta, dia beli hampir separuh... Kemudian yg punya resto tawarin utk dipotong, kami bilang gak usah, ini utk buru2 acara dalam keluarga...
felixthioris: wah disini belajar dhamma
felixthioris: di web, main capsa
^yummie..!: iya bagus
Sin Chan: wah itu lagu kebangsaan saya tuh , apalagi yg nyanyi si cicilia cheung
^yummie..!: dengerin dulu sl topik ini
Sin Chan: iya2 terus gimana ko gun
^yummie..!: mohon lanjutkan..
Sin Chan: nah satu pakar lagi nongol , halo bro indra

Gunasaro FANG: Sampai di rumah, ortunya menolak utk ikut fang-shen... temanku "maksa" dan agak kesal... Saya ingatkan dia, kan mo buat baik dgn ajak ortu fang-shen, mengapa justru jadi kesal... Coba lah, dengan senyum, ajak mama-papa dengan baik2, yang tulus...
felixthioris: wogh ada ko GUn
felixthioris: malam ko
indra_anggara: ada apa nih? kok rame?
^yummie..!: bahas dhamma ko
^yummie..!: ikut aja
Gunasaro FANG: Selamat Evening All...
^yummie..!: hehe..
Gunasaro FANG: Gak lah... cuma sharing cerita ttg fang-shen...
indra_anggara: halo sinchan, bond ya?
Sin Chan: iya bond, james bond
^yummie..!: itu papa yumi ko indra
^yummie..!: OC
^yummie..!: BACK TO TOPIC
wucienli: HADIR
Sin Chan: halooo suhu
^yummie..!: suhu...
Sin Chan: pa kabar nih
wucienli: halo 007
wucienli: salam keren selalu

Gunasaro FANG: Nah, teman saya itu akhirnya terkondisi utk tidak marah, dia hampiri mamanya, pegang tangannya & memohon mamanya utk turut fang-shen, demi perbuatan baik itu sendiri. Mukanya senyum, tapi air matanya gak tertahan, dia memaksakan diri utk tulus, itu tidak biasanya baginya, maka dia merasakan perasaan yang kikuk... Mamanya gak tahan, niat baik dan tulus dari anak bungsu mengalahkan egonya... Mamanya pegang ember berisi lele, kemudian sambil bicara lho: Yah, semoga kamu bisa hidup lebih baik, dan bahagian yah... Lele pun dilepas...
wucienli: cherio
Gunasaro FANG: Maha Brahma dari Cakkavala Dhammacitta sudah hadir...
^yummie..!: ko gun..
^yummie..!: jadi yg fang shen itu mamanya?
^yummie..!: bukan teman ko?

indra_anggara: gun, ada mitos kalo fangsen lele, gak boleh makan lele, ancua tuh?
Gunasaro FANG: Si ayah juga sudah kalah egonya., karena istri pun sudah lakukan... papanya pun ikut lepas lah...
^yummie..!: hmm...
Gunasaro FANG: Itu yang sempat dibilang oleh kedua ortunya, saya lupa ceritakan...
^yummie..!: brati 1 keluarga ikut partisipasi dlm fang shen itu
indra_anggara: halo2.... interupsi
indra_anggara: bukankah issue spt ini baik sekali kalo di postig di porum?
wucienli: int 0x10
Sin Chan: wah dibali uda malam , mohon pamit off dulu nih, mo BBM-bobo malam

Gunasaro FANG: Saya bilang, urusan tata-boga, urusan dapur... Ini urusan berbuat kebajikan... Kadang kala, itu diekstrimkan sebagai tekad, sehingga dia membentuk pagar bagi diri sendiri utk tidak bunuh binatang yg sudah dilepas utk kepentingan perut...
Sin Chan: bye all
^yummie..!: papa
indra_anggara: wet deam bond
^yummie..!: uda mao bobo ya?
Sin Chan: papa uda ngantuk yum
Sin Chan: iya
^yummie..!: oc oc pa
^yummie..!: ic...
Sin Chan: bobo
^yummie..!: met bobo papa...
^yummie..!: ya
^yummie..!: keburu left
wucienli: anak tanpa orang tua

indra_anggara: kalo gitu meningan fansen tikus, soalnya gue gak mau makan tikus
indra_anggara: yumi, kalo post di forum , banyak orang yg akan mendapatkan manfaat, jadi bukan cuma kita aja
Gunasaro FANG: Saya juga gak mau makan tikus... kalo dagingnya sih boleh...
cung311078: haa...
Gunasaro FANG: Yah... gitulah... mereka berbuat baik & terharu...
Gunasaro FANG: Saya bilang sama ortunya... yang kita pikirkan bukan masalah sudah boleh makan itu daging atau tidak. Tapi kondisi begitu mulia, kan tidak terjadi tiap hari, kan?
Gunasaro FANG: Anak mengajak ortu berbuat kebajikan bersama, kapankah itu terjadi dalam kehidupan ini? Jarang2 lho...

^yummie..!: iya...
indra_anggara: tuh yumi, praktikkan tuh sama ortu
^yummie..!: ide bagus
^yummie..!: ko gun jd inspirasi yumi utk fang shen lele
Gunasaro FANG: Nah... hal ini berlanjut... mamanya jadi mo dana makanan kalo ada Bhikkhu yang ke kampung... Awalnya dia masak & titip anaknya utk berdana, karena malu digosipin oleh para aktivis NSI di kampung, karena mereka sekeluarga aktiv...
^yummie..!: NSI
indra_anggara: jangan beli burung yg di dpan boro, gak ada gunanya fangsen burung itu
^yummie..!: bs dijelasin ga itu kek gmn?
cung311078: klo minta tolong mamak bagi2 buku termasuk ngajak berbuat kebajikan bersama gak
Gunasaro FANG: Sis... saya cuma cerita, kalo Sis gak mau bersedia menerima, kan jadi tepuk sebelah tangan... Jadi bukan semata2 saya lho... he3...
theoneandonly_2b_me: waw
indra_anggara: NSI itu yg mantranya namo ho rengek kyo
theoneandonly_2b_me: rame jg
theoneandonly_2b_me: hahaha
^yummie..!: ssst....
cung311078: alo wot
^yummie..!: keep quite
^yummie..!: ini dhamma class
indra_anggara: siapa nih, pls identify yourself
theoneandonly_2b_me: edward keren...
^yummie..!: oc
^yummie..!: lanjut please...
^yummie..!: BTT
indra_anggara: welcome pak keren

Gunasaro FANG: Nah... terakhir itu, ketika diadalam pindapatta di kampung, mamanya ikut anaknya... Wah, di sana banyak pemandangan membahagiakan... Ko2 saya juga pindapatta, dia cuma dana benda sederhana. Tapi ketika saya tanya gimana kesannya? Dia susah jawab, senang, tapi air mata menetes; dia bilang gak ngerti mengapa, namun kesannya sangat unik...
Gunasaro FANG: diadalam (salah), diadakan...

^yummie..!: trs..
Gunasaro FANG: Banyak yang non-Buddhis juga terinspirasi utk ikut pindapatta...
Gunasaro FANG: Nah, antik bukan, dari mana asal perasaan ini tumbuh?
Gunasaro FANG: Mengapa masing2 memiliki kesan dan perasaan yang berbeda2?

^yummie..!: pindapatta makanan ya ko?
indra_anggara: kesaksian yg indah sekali gun
^yummie..!: Ko2 saya juga pindapatta, dia cuma dana benda sederhana. ----> benda?
^yummie..!: makanan?
Gunasaro FANG: Nah, ada cerita lagi dari teman di kampung... Tadi saya sempat share dgn Ko Indra...
Gunasaro FANG: Minuman dan vitamin...

^yummie..!: oo..
indra_anggara: ow, soal resto burung?
^yummie..!: brati ga musti kita masak ya..
^yummie..!: beli yg uda jadi gitu jg bole
^yummie..!: ?
indra_anggara: asal bukan racun aja yumi
^yummie..!: ic ic..
indra_anggara: nah enakan gini
^yummie..!: kebtln minggu ini
^yummie..!: mau ikut pindapatta di CMS
Gunasaro FANG: Sebotol Aqua sedang & CDR... saya bilang kepada dia, gak usah minder dgn dana "sederhana" itu, kualitas bathin yg perlu dipertahankan. Di sebelah mo dana satu karung emas pun... itu urusan dia, urusan kita adalah bagaimana kita berdana...
indra_anggara: kalo ada yg mau dana satu karung emas, gue siap jadi bhikkhu nih
^yummie..!: :hammer:
wucienli: g siap dana
wucienli: beneran
^yummie..!: cieeh...
wucienli: tapi karungnya.... kecil... muat 3 gram emas
indra_anggara: yuk ke notaris dulu
^yummie..!: calon arahat

Gunasaro FANG: Nah, makanya saat berdana, dia gak terpengaruh dgn orang yg menonton maupun di sebelah dia yg berdana beraneka ragam... Namun jangan karena begitu, dana kita menjadi seadanya saja, tidak optimum... he3...
^yummie..!: Namun jangan karena begitu, dana kita menjadi seadanya saja, tidak optimum. ----> maksdnya?
Gunasaro FANG: Nah... ada cerita dari teman di kampung, calon pendeta, masih muda & baru menikah...
theoneandonly_2b_me: ImO, ketika kita memberi, ada perasaan senang...
Gunasaro FANG: Yah, artinya, sudah pernah dengar bahwa berdana tidak terikat oleh benda yg didanakan, namun tergantung bagaimana menata bathin saat itu. Maka menjadi "pelit dan aneh sendiri"... Dana gak pernah yang tepat, tidak bermanfaat, & seadanya...
^yummie..!: contohnya...
Gunasaro FANG: Entah gimana, anak2 cetiya cekokin dia dgn Buddhisme, debat sana-sini... akhirnya dia menjadi Buddhis...
Gunasaro FANG: Sangat aktiv, belajar meditasi, Sutta2 dilalap setiap hari, baca Paritta...
Gunasaro FANG: Suatu hari, dia membuat sebuah rumah burung di lantai kedua rumahnya... Ditulis "Resto 1", Kusala Vipaka... dia sediakan pakan burung dan air...

^yummie..!: hm..
theoneandonly_2b_me: kusala vipaka apa yah?
^yummie..!: buah kebajikan ya?
theoneandonly_2b_me: di rumah saya, di kolong2 genteng, jadi sarang burung
Gunasaro FANG: Berdana makanan utk burung di sekitar rumahnya... setelah itu banyak rekan dari cetiya yg ikuti jejak dia... Awalnya banyak yang sinis dgn aktivitas mereka, dianggap aneh... Lama2 mereka menikmati hal itu, mirip kalo di Eropa, ada plaza di mana orang memberikan makanan utk burung yg banyak, kan? Hal yang sangat menarik...
felixthioris: eh ada edward jg
felixthioris: malam boss
theoneandonly_2b_me: _/\_
cung311078: lapor dikos gw tiap pagi banyak burung
cung311078: datang nyari makan

Gunasaro FANG: Kusala Vipaka: kusala = baik, bermanfaat, luhur ~ vipaka: buah dari perbuatan...
theoneandonly_2b_me: mo tanya...
indra_anggara: burung yg dimana hendra? burung apa "burung"?
theoneandonly_2b_me: kalo misalkan kita memberikan sesuatu yang ternyata baik
cung311078: burung donk
^yummie..!: BTT
indra_anggara: gak perlu dijawab

theoneandonly_2b_me: dan kita berbuat baik karena mengaharapkan kebaikan pula
theoneandonly_2b_me: mana yg lebih baik?
indra_anggara: galak banget yumi, itu kan tugasnya felix
^yummie..!: di sini w
^yummie..!: krn w yg invite

Gunasaro FANG: Nah, orang2 yang dulu sinis, akhirnya menikmati pemandangan itu... Di warung jus adikku, resto burung menjadi hiburan tersendiri utk para pengunjung. Bahkan, jika ada yang tiba di sana, dan tidak ada burung2, mereka akan periksa resto itu. Ternyata pakannya sudah habis. Nah, mereka akan teriak2 memanggil adik saya utk isi pakan & air utk burung itu... Sehingga burung2 datang utk menikmati, mereka pun menikmati...
indra_anggara: BTT
cung311078: sama kyk di depan kost gw
cung311078: anak kost nanyain
cung311078: uda kasih makan anak belon

Gunasaro FANG: Jika kita perhatikan, dari sinis, menikmati, akhirnya terlibat dalam proses dana itu...
^yummie..!: hm..
indra_anggara: yumi
^yummie..!: y..
indra_anggara: nanti copas and pst ke forum ya
^yummie..!: bole
^yummie..!: ko gun..
^yummie..!: silahkan...
^yummie..!: lanjutin..

Gunasaro FANG: Nah.. orang2 yang nanya itu, mengalami proses perubahan bathin... kan? Lama2, bagi mereka itu menjadi hal yang intens. Nah, bisa saja, suatu ketika mereka di tempat lain, akan menjadi peloopor resto burung. Karena kalo masih di tempat lama, mungkin gengsi kan?
indra_anggara: kisah2 indah ini harus published
^yummie..!: resto burung jd restoran buat burung
Gunasaro FANG: Nah... kalo di tempat baru ada yang tanya, hal itu dari mana idenya? Mungkin dia akan cerita dengan jujur... Tapi yang menarik adalah, mengapa dia bisa mengambil keputusan utk melakukan hal itu?
^yummie..!: cieeeh...
indra_anggara: gue juga terinspirasi bikin resto burung tapi di sektar rumah gue gak pernah klihatan burung
indra_anggara: yg ada cuma burung gak bisa terbang
wucienli: didepan rumah banyak burung
wucienli: keknya boleh juga nih dicoba
wucienli: makanannnya apa yah?
cung311078: om indra
^yummie..!: makanannya apa ya?
indra_anggara: jagung
cung311078: tiap pagi tebarin beras
felixthioris: beras biasa gw kasih
indra_anggara: atau pelet
cung311078: pada jam yg sama
felixthioris: burung2 gereja
^yummie..!: jagung terlalu besar
cung311078: lama2 pasti datang
indra_anggara: anak ayam utk buung elang
theoneandonly_2b_me: jemur aja nasi basi
Gunasaro FANG: Dari awalnya dia sinis, ngeledek, menikmati, kesepian jika absen, mulai terlibat mengingatkan dana, dan semakin kuat persepsinya utk hal itu... Jika itu diulang2 terus, persepsinya akan menjadi lebih kuat dari momen ke komen...
^yummie..!: itu namanya membunuh anak ayamnya ko indra
cung311078: nah boleh juga nasi basi
theoneandonly_2b_me: biasa nasi2 basi yg kering dimakan sama mereka
theoneandonly_2b_me: atau tanam pohon2 bijian
^yummie..!: ic..
indra_anggara: nasi basi? tega banget? kalo sakit perut ancua?
theoneandonly_2b_me: di rumah aye bnyk soalnya
Gunasaro FANG: Finally, dia akan lakukan hal itu di kemudian hari... Yah, begitulah, bathin itu berkembang mengalami prosesnya, tidak kucuk2 terjadi begitu saja...
theoneandonly_2b_me: hahaha
felixthioris: beli obat sakit perut
felixthioris: jd campur di nasi basi
theoneandonly_2b_me: panda aj makan bambu gpp
^yummie..!: BTT
felixthioris: BTT
felixthioris: plak!

Gunasaro FANG: Nah, ketika orang ini di tempat baru mengalami ledekan dari orang yg pertama kali melihat tingkah "anehnya", gimana kira2 reaksi bathinnya???
cung311078: cuek...
indra_anggara: no matter what, i know what i'm doing, gitu deh
^yummie..!: yup
Gunasaro FANG: Apakah dia akan kesal? Nah, dulu kan dia yang ngeledek juga, sekarang malah dia jadi begini... Dia akan tanggapi dengan tenang, senyum saja, itulah landasan kebijaksanaan; karena sudah ada pengalaman yang dilalui sendiri...
cung311078:  <== jurus ampuh
Gunasaro FANG: Jadi, kebijaksanaan sangat membutuhkan proses momentum, ada yang cepat, ada yang lamban ~ tapi pasti ada prosesnya, gak jatuh dari langit begitu saja...
indra_anggara: tapi ada juga yg berpandangan, pencerahan itu datang sekonyong2
Gunasaro FANG: Benar Ko Indra, orang menertawakan, itu urusan orang itu dgn perbuatannya sendiri... Urusan kita adalah: bagaimana menghadapi bathin sendiri ketika diri kita mendapat perlakuan yg tidak sesuai ekspektasi...

indra_anggara: setuju
Gunasaro FANG: Kalo sekonyong2, artinya tinggal tunggu, karena kan tidak ada proses...
Gunasaro FANG: Dia berharap atau berpikir? Mungkin itu harapan semata2, semoga pencerahan akan datang sekonyong2...
Gunasaro FANG: Kalo ada proses, berarti ada cara, ada jalan, bisa dilaksanakan...
Gunasaro FANG: Kalo sekonyong2, nah ini menjadi kendala tentunya, karena kita tidak tahu karakteristiknya...

indra_anggara: well, gue juga gak setuju sama yg sekonyong2, ok udah OOT, let's BTT
Gunasaro FANG: Contoh orang tadi itu, ketika dia mengalami ejekan dari orang yang baru lihat, dia akan bereaksi tenang. Karena sudah pernah alami prosesnya & dia tahu out-outnya...
^yummie..!: out-out?
Gunasaro FANG: Out-put...
Gunasaro FANG: O & P tetanggaan, ketik kurang perhatian; perfect combination...
^yummie..!: O & P tetanggaan, ketik kurang perhatian; perfect combination... ----> ???
^yummie..!: O & P? out & put?
cung311078: kibot

Gunasaro FANG: Oh... yah... tetangga dari calon pendeta tadi, ada orang tua yang kena stroke. Belakangan, katanya dia juga ikutan utk berdana makanan ke burung. Setelah sekian lama dia menikmati pemandangan itu, akhirnya menjadi pemain juga...
cung311078: tidur ahhh
cung311078: ngantoek
cung311078: dahhhhh
^yummie..!: oc oc
^yummie..!: cu...

Gunasaro FANG: Bayangkan betapa membahagiakan bagi Andreas (nama calon pendeta yg jadi Buddhis itu), usahanya bisa mengkondisikan manula yang kena stroke tertahun2, cuma duduk, makan, minum, buang air, akhirnya bisa berbuat baik juga...



 
:lotus: :lotus: :lotus:

68
Diskusi Umum / Kisah Pertengkaran di Kosambi
« on: 31 August 2008, 10:31:19 PM »
        Suatu waktu, bhikkhu-bhikkhu Kosambi terbentuk menjadi dua kelompok. Kelompok yang satu pengikut guru ahli vinaya, sedang kelompok lain pengikut guru ahli Dhamma. Mereka sering berselisih paham sehingga menyebabkan pertengkaran. Mereka juga tak pernah mengacuhkan nasehat Sang Buddha. Berkali-kali Sang Buddha menasehati mereka, tetapi tak pernah berhasil, walaupun Sang Buddha juga mengetahui bahwa pada akhirnya mereka akan menyadari kesalahannya.

        Maka Sang Buddha meninggalkan mereka dan menghabiskan masa vassa-Nya sendirian di hutan Rakkhita dekat Palileyyaka. Di sana Sang Buddha dibantu oleh gajah Palileyya.

        Umat di Kosambi kecewa dengan kepergian Sang Buddha. Mendengar alasan kepergian Sang Buddha, mereka menolak memberikan kebutuhan hidup para bhikkhu di Kosambi.

        Karena hampir tak ada umat yang menyokong kebutuhan para bhikkhu, mereka hidup menderita. Akhirnya mereka menyadari kesalahan mereka, dan menjadi rukun kembali seperti sebelumnya.

        Namun, umat tetap tidak memperlakukan mereka sebaik seperti semula, sebelum para bhikkhu mengakui kesalahan mereka di hadapan Sang Buddha. Tetapi, Sang Buddha berada jauh dari mereka dan waktu itu masih pada pertengahan vassa. Terpaksalah para bhikkhu menghabiskan vassa mereka dengan mengalami banyak penderitaan.

        Di akhir masa vassa, Yang Ariya Ananda bersama banyak bhikkhu lainnya pergi menemui Sang Buddha, menyampaikan pesan Anathapindika serta para umat yang memohon Sang Buddha agar pulang kembali. Demikianlah. Sang Buddha kembali ke vihara Jetavana di Savatthi. Di hadapan Beliau para bhikkhu berlutut dan mengakui kesalahan mereka.

        Sang Buddha mengingatkan, bahwa pada suatu saat mereka semua pasti mengalami kematian, oleh karena itu mereka harus berhenti bertengkar dan jangan berlaku seolah-olah mereka tidak akan pernah mati.

        Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 6 berikut ini:

Sebagian besar orang tidak mengetahui bahwa dalam pertengkaran mereka akan binasa; tetapi mereka yang dapat menyadari kebenaran ini akan segera mengakhiri semua pertengkaran.

        Semua bhikkhu mencapai tingkat kesucian sotapatti, setelah khotbah Dhamma itu berakhir.***

Dhammapada Atthakatha  I, 6

69
Kesehatan / [INFO] Manfaat Buah Pisang
« on: 12 August 2008, 05:12:31 PM »
Pisang termasuk buah yang padat nutrisi dan energi. Teksturnya yang lembut
membuat pisang sering dijadikan buah pilihan untuk makanan bayi. Bagi
anak-anak, pisang juga bisa menjadi bekal sehat ke sekolah.

Di banyak negara maju, pisang kerap menjadi bekal makanan anak-anak ke
sekolah. Mereka juga memasukkan potongan pisang ke dalam sereal dan susu
saat sarapan. Pisang menyediakan cukup energi bagi anak-anak untuk siap
mengikuti pelajaran di sekolah.

Dr. Ir. Sobir, dari Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB, menjelaskan sebuah
penelitian tentang pisang yang dilakukan terhadap 200 pelajar di sekolah
Twickehnham, di middlesex, Inggris. Kepada mereka diberikan makanan tambahan
berupa pisang saat sarapan, istirahat, dan makan siang. Penelitian dilakukan
menjelang waktu ujian.
<span class="fullpost" >
Hasilnya, dikatakan Dr. Sobir, konsumsi pisang tersebut membantu proses
belajar mereka. Kalium yang terdapat pada pisang inilah yang berperan
meningkatkan konsentrasi belajar anak.

Selain itu, kandungan vitamin B pada pisang yang cukup tinggi juga mampu
mempertahankan aktivitas kerja sistem syaraf. Hal inilah yang mendorong
pelajar bisa berkonsentrasi lebih lama.

Dalam satu buah pisang memang terkandung banyak zat gizi. "Kandungan vitamin
dan mineralnya lebih unggul dibandingkan buah dan sayuran lain, terutama
untuk vitamin B6 (piridoksin) , C, kalium, serat, dan mangan," katanya.

Jika dibandingkan dengan apel, pisang mengandung 4 kali lebih banyak
protein, dua kali lebih banyak karbohidrat, tiga kali lebih banyak fosfor,
lima kali lebih banyak vitamin A dan zat besi, serta dua kali lebih banyak
vitamin dan mineral lainnya.

Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari satu buah pisang. Selain sangat
bermanfaat dalam mencegah stres, pisang juga meningkatkan daya pikir,
mengobati radang cerna, serta menyehatkan mata.


Pilih Rajabulu

Pisang juga dikenal sebagai buah yang tinggi kandungan potasium (kalium)
serta magnesium. Kandungan kedua minerak ini sangat berguna, terutama bagi
sistem kardiovaskular serta kesehatan otot dan syaraf.

Kandungan piridoksin yang tinggi, flavonoid serta alkaloid yang terdapat
pada pisang, terutama pisang rajabulu, diduga memiliki aktivitas
antidiabetes. Itu sebabnya, berikan pisang rajabulu kepada anak yang
menderita diabetes.

Penelitian yang dilakukan PKBT-IPB bersama dengan Puslitbang Gizi Depkes
menunjukkan bahwa pisang rajabulu memiliki indeks glikemik 54 persen
dibandingkan dengan gula standar, sehingga dapat dikonsumsi diabetesi.

Pisang juga berguna bagi mereka yang mengalami stres dan kelelahan karena
mengandung sorotonin. Menurut Dr. Sobir, kadar sorotonin pada pisang cukup
tinggi, yaitu sekitar 31,4 ng/g. Begitu juga kandungan kaliumnya.
Pembentukan sorotonin ini dirangsang oleh triptofan yang ada pada pisang.

Serotonin merupakan senyawa yang membuat perasaan rileks, tenang, menambah
mood atau suasana hati, serta membuat perasaan lebih bahagia, sehingga stres
maupun kelelahan bisa terusir. Itu sebabnya anak yang lelah atau stres
setelah belajar di sekolah bisa diberi pisang.

Orangtua bisa mengolah pisang menjadi banana milkshake atau susu pisang
kocok, sate pisang yang mudah dibuat dan penampilannya menggugah selera
anak, atau pisang goreng penyet ditabur mesis.

Pisang juga bisa diberikan bila anak sulit tidur di malam hari. Memberikan
pisang dengan susu, yang sama-sama mengandung triptofan, akan membuat anak
lebih tenang, sehingga mereka bisa segera tidur lelap.


Sembuhkan Tukak Lambung

Bagi anak yang mengalami gangguan pencernaan, pisang juga bisa dimanfaatkan.
Beberapa penelitian, seperti dijelaskan Dr. Sobir, menemukan bahwa pisang
dapat menyembuhkan luka pada sistem pencernaan.

Penelitian atas efek antipektin pada hewan percobaan yang diberi perlakuan
ekstrak pisang varietas Palo dan Horn, mampu menyembuhkan luka sebesar 70
dan 88 persen dibandingkan tanpa perlakuan.

Pisang pun dianjurkan untuk dikonsumsi anak yang bermasalah dengan sistem
pencernaan karena tekstur daging buahnya yang halus dan lunak. "Pisang dapat
dimakan tanpa menambah kerja sistem pencernaan. Latek yang terdapat pada
pisang juga dapat mencegah iritasi dengan melapisi dinding lambung dan
usus," tambah Dr. Sobir.

Bagi anak yang mengalami anemia, pisang merupakan makanan yang baik. Ini
karena pisang kaya akan zat besi yang dapat merangsang pembentukan sel darah
merah. Tambahan lagi, dengan mengonsumsi pisang, anak tidak akan sembelit,
seperti yang terjadi bila diberi suplemen zat besi.

Nah, cobalah memperkaya buah pisang dalam menu harian anak-anak. Selain
mudah didapat, pisang juga relatif murah, tetapi tidak murahan.

'Kan jelas-jelas padat gizi!



Olahan Pisang, Lezat dan Praktis

Ada beberapa resep olahan pisang untuk anak yang bisa dibuat dengan mudah
oleh orangtua. Bahkan, anak pun bisa diajak membuatnya.

Susu Pisang Kocok (Banana Milkshake)
Bahan:
• 200 ml susu cair
• 2 buah pisang ambon atau cavendish
• sedikit es batu
• sedikit yogurt atau selai kacang

Cara membuat:
• Semua bahan diblender.
• Sajikan langsung. Sangat enak dinikmati, terutama saat cuaca panas.

Sate Pisang (Banana Satay)
Bahan:
• Pisang ambon dipotong sepanjang 5 cm
• Coklat batangan, lelehkan
• Tusuk sate

Cara Membuat:
• Masukkan potongan pisang ambon ke dalam freezer hingga mengeras.
• Tusuk potongan pisang ke tusukan sate sebanyak dua buah.
• Celupkan pisang ke coklat leleh.
• Hidangkan.
--

70
Buddha Tertawa

Guru Zen Hotei kadang dikenal sebagai “Buddha Tertawa”. Ia dulu berjalan di jalanan dengan sebuah karung besar di dalam mana ia meletakkan permen-permen, buah-buahan dan makanan lezat lainnya, dengan murah hati memberikannya kepada anak-anak yang bersama-sama datang mengelilinginya—agak bagaikan Sinterklasnya Buddhis!

      Suatu saat, guru Zen yang lain menanyakan, “(1) Apa signifikansi dari Zen?” Hotei dengan segera menghempaskan karungnya ke tanah. “(2) Apa aktualisasi dari Zen?” Lekas, ia mengayunkan karung itu ke atas bahunya dan melanjutkan perjalanannya.

      Sebuah interpretasi dari jawaban Hotei—(1) Signifikansi dari Zen adalah membiarkan berlalu semua beban duniawi dan menjadi bebas tanpa ragu (menyelamatkan diri sendiri). (2) Aktualisasi dari Zen adalah memungut beban dari menolong dunia menjadi bebas tanpa ragu (menyelamatkan yang lainnya).

Source: The Daily Enlightenment 1 (Reflections for Practising Buddhists), The Laughing Buddha, p. 286

_________________________________________________________________________

Perayaan

Aku sedang memikirkan hari ulang tahunku. Terlintas olehku bahwa tidak ada yang benar-benar hebat telah dilahirkan kembali di dalam dunia samsara ini, mengalami sekali lagi putaran. Jika kamu seorang Bodhisattva, maka kamu boleh berkata kamu ada di sini untuk menolong makhluk-makhluk lain. Tetapi terimalah, kebanyakan dari kita berada di sini dikarenakan ketidak-tahuan dan terikat pada kemelekatan duniawi. Kecuali kita melakukan sesuatu untuk mengembangkan dan membebaskan diri kita sendiri dari penderitaan ini, tidak ada sebab sejati untuk perayaan.

      Tentunya ada lebih banyak sebab untuk refleksi khidmat daripada untuk perayaan. Di momen kita datang sudah sepenuhnya suatu adegan, kita membuat gaduh dan semuanya! Hari ulang tahun kita merupakan hari teramat kita menyebabkan para Ibu kita menderita hebat melahirkan kita. Dan kita datang dalam penderitaan hebat juga. Bayangkan mengalami ini lagi di kehidupan berikutmu.

Source: The Daily Enlightenment 1 (Reflections for Practising Buddhists), Celebration, p. 144



Dedicated to Betterday..





MoM Bett, miss u so…

  :lotus: OMEDETTO TANJOUBI.. :lotus:
  >:)<  :x  :-* <:-P
03.08.08

71
Buddhisme untuk Pemula / Orang Brengsek Guru Sejati
« on: 28 July 2008, 05:23:03 PM »
Entah apa dan di mana menariknya, Bank Indonesia amat senang
mengundang saya untuk menyampaikan presentasi dengan judul Dealing
With Difficult People.
Yang jelas, ada ratusan staf bank sentral ini yang demikian tertarik
dan tekunnya mendengar ocehan saya.
Motifnya, apa lagi kalau bukan dengan niat untuk sesegera mungkin jauh
dan bebas dari manusia-manusia sulit seperti keras kepala, suka
menghina, menang sendiri, tidak mau kerja sama, dll.

Di awal presentasi, hampir semua orang bernafsu sekali untuk membuat
manusia sulit j adi baik.
Dalam satu hal jelas, mereka yang datang menemui saya menganggap
dirinya bukan manusia sulit, dan orang lain di luar sana sebagian
adalah manusia sulit.

Namun, begitu mereka saya minta berdiskusi di antara mereka sendiri
untuk memecahkan persoalan kontroversial, tidak sedikit yang
memamerkan perilaku-perilaku manusia sulit.

Bila saya tunjukkan perilaku mereka; seperti keras kepala, menang
sendiri, dll dan kemudian saya tanya apakah itu termasuk perilaku
manusia sulit, sebagian dari mereka hanya tersenyum kecut.

Bertolak dari sinilah, maka sering saya menganjurkan untuk
membersihkan kaca mata terlebih dahulu, sebelum melihat orang lain.

Dalam banyak kasus, karena kita tidak sadar dengan kotornya kaca mata
maka orangpun kelihatan kotor.

Dengan kata lain, sebelum menyebut orang lain sulit, yakinlah kalau
bukan Anda sendiri yang sulit.

Karena Anda amat keras kepala, maka orang berbeda pendapat sedikit
saja pun jadi sulit.

Karena Anda amat mudah tersinggung, maka orang yang tersenyum sedikit
saja sudah membuat Anda jadi kesal.

Nah, pembicaraan mengenai manusia sulit hanya boleh dibicarakan dalam
keadaan kaca mata bersih dan bening.

Setelah itu, saya ingin mengajak Anda masuk ke dalam sebuah pemahaman
tentang manusia sulit.

Dengan meyakini bahwa setiap orang yang kita temui dalam hidup adalah
guru kehidupan, maka guru terbaik kita sebenarnya adalah
manusia-manusia super sulit.

Terutama karena beberapa alasan.

Pertama, manusia super sulit sedang mengajari kita dengan menunjukkan
betapa menjengkelkannya mereka.

Bayangkan, ketika orang-orang ramai menyatukan pendapat, ia mau menang
sendiri.

Tatkala orang belajar melihat dari segi positif, ia malah mencaci dan
menghina orang lain.

Semakin sering kita bertemu orang-orang seperti ini, sebenarnya kita
sedang semakin diingatkan untuk tidak berperilaku sejelek dan
sebrengsek itu.

Saya berterimakasih sekali ke puteri Ibu kost saya yang amat kasar dan
suka menghina dulu.

Sebab, dari sana saya pernah berjanji untuk tidak mengizinkan
putera-puteri saya sekasar dia kelak.

Sekarang, bayangan tentang anak kecil yang kasar dan suka menghina,
menjadi inspirasi yang amat membantu pendidikan anak-anak di rumah.

Sebab, saya pernah merasakan sendiri betapa sakit hati dan tidak
enaknya dihina anak kecil.

Kedua, manusia super sulit adalah sparring partner dalam membuat kita
jadi orang sabar.

Sebagaimana sering saya ceritakan, badan dan jiwa ini seperti karet.

Pertama ditarik melawan, namun begitu sering ditarik maka ia akan
longgar juga.

Dengan demikian, semakin sering kita dibuat panas kepala,
mengurut-urut dada, atau menarik nafas panjang oleh manusia super
sulit, itu berarti kita sedang menarik karet ini ( baca : tubuh dan
jiwa ini ) menj adi lebih longgar ( sabar ).

Saya pernah mengajar sekumpulan anak-anak muda yang tidak saja amat
pintar, namun juga amat rajin mengkritik.

Setiap di depan kelas saya diuji, dimaki bahkan kadang dihujat.

Awalnya memang membuat tubuh ini susah tidur.

Tetapi lama kelamaan, tubuh ini jadi kebal.

Seorang anggota keluarga yang mengenal latar belakang masa kecil saya,
pernah heran dengan cara saya menangani hujatan-hujatan orang lain.

Dan gurunya ya itu tadi , manusia-manusia pintar tukang hujat di atas.

Ketiga, manusia super sulit sering mendidik kita jadi pemimpin jempolan.
Semakin sering dan semakin banyak kita memimpin dan dipimpin manusia
sulit, ia akan menjadi Universitas Kesulitan yang mengagumkan daya
kontribusinya.
Saya tidak mengecilkan peran sekolah bisnis, tetapi pengalaman
memimpin dan dipimpin oleh manusia sulit, sudah terbukti membuat
banyak sekali orang
menj adi pemimpin jempolan.

Rekan saya menj adi jauh lebih asertif setelah dipimpin lama oleh
purnawirawan jendral yang amat keras dan diktator.

Keempat, disadari maupun tidak manusia sulit sedang memproduksi kita
menj adi orang dewasa.

Lihat saja, berhadapan dengan tukang hina tentu saja kita memaksa diri
untuk tidak menghina balik.

Bertemu dengan orang yang berhobi menjelekkan orang lain tentu membuat
kita berefleksi, betapa tidak enaknya dihina orang lain.

Kelima, dengan sedikit rasa dendam yang positif manusia super sulit
sebenarnya sedang membuat kita j adi hebat.

Di masa kecil, saya termasuk orang yang dibesarkan oleh
penghina-penghina saya.

Sebab, hinaan mereka membuat saya lari kencang dalam belajar dan berusaha.

Dan kemudian, kalau ada kesempatan saya bantu orang-orang yang
menghina t adi .

Dan betapa besar dan hebatnya diri ini rasanya, kalau berhasil
membantu orang yang t adi nya menghina kita.

***
Sumber :

Orang Brengsek Guru Sejati,

oleh : Gede Prama

72
IBLIS BELAS KASIH


Seseorang bertanya pada Bhikkhu, “Bagaimana mencurahkan belas kasih yang tidak terbatas pada semua makhluk?” Jawaban beliau, “Kembangkanlah keseimbangan batin”. Maksudnya, sadar akan kesetaraan semua makhluk—Saya tidak lebih baik dari siapapun, sama halnya tidak ada yang lebih buruk dari siapapun. Kita semua berada dalam satu “tubuh”, dan sepantasnya saling membutuhkan.

   Ini mengingatkanku pada satu perumpamaan sederhana namun mendidik tentang seekor burung berkepala dua (dua kepala burung dalam satu tubuh yang sama). Suatu hari, disebabkan dengki, burung yang satu memperdaya burung satunya lagi agar memakan buah beracun, dan berakibat keduanya pun mati.
Begitu juga, “orang lain” dan “saya” berbagi satu tubuh yang sama. Siapa diri kita dan kelangsungan hidup kita bergantung pada orang lain—tidak akan ada makanan, pakaian, sahabat, orang tua, mata pencaharian…tanpa “orang lain”—kita hidup saling bergantung. Bahkan seorang saja yang berlaku menyimpang bisa jadi merupakan awal kemerosotan bagi suatu masyarakat.

   Bhikkhu tersebut berkata, “Waspada agar tidak menjadi Iblis Belas Kasih.” Seorang Iblis Belas Kasih akan benar-benar berpikir bahwa dirinya itu berbelas kasih, saat dia memandang dirinya semata-mata terpisah dari orang lain—bahwa “mereka” memerlukan bantuan dari “dirinya”. Ini menyebabkan ego jadi berkembang! Seseorang yang mencurahkan belas kasih sejati tidak pernah merasa bahwa dirinya itu berbelas kasih—dia semata-mata melaksanakan cara yang dipandangnya sebagai paling layak dan wajar. Walau kita patut menyetujui sebuah kebaikan, tapi tiada yang patut dipersoalkan mengenai diri kita yang baik.


Source: The Daily Enlightenment 1 (Reflections for the practising buddhist), Compassion Demon, p.12

73
Diskusi Umum / Ceramah Bhante Uttamo "Satu Dhamma"
« on: 15 April 2008, 12:34:12 PM »
Namo Buddhaya…!

Hi, teman2 sedhamma.. tgl 29 Maret kemarin saya ada dengar ceramah dhamma oleh Bhante Uttamo di Tiara Hotel & Convention, Medan dengan topik 1 Dhamma.

Saya rasa ini bagus banget, jadi saya tertarik membaginya dengan teman2 sekalian. Di sini saya akan coba uraikan inti dari ceramah yang saya dengar tersebut dengan kata2 saya.
Semoga bermanfaat..

Seperti kita ketahui di negara kita ini, selain ajaran agama dari Guru Agung kita Sang Buddha sendiri, juga terdapat ajaran dari aliran lainnya. Sering sekali kita dengar atau lihat bahwa konflik bisa terjadi atas nama agama atau aliran yang berbeda. Hal itu dikarenakan para umatnya yang saling memperdebatkan kebenaran agama yang diyakininya masing-masing.

Manusia biasanya sulit sekali menerima perbedaan, padahal kenyataannya kita memang hidup dalam perbedaan itu sendiri. Satu contoh yang paling dekat bisa kita amati dari kedua telapak tangan kita sendiri. Keduanya tidak sama. Saat makan, tangan kanan memegang sendok, tangan kiri memegang garpu. Kedua tangan ini berbeda, tetapi justru dalam perbedaan ini mereka memiliki perannya masing2 dan bisa saling bekerja sama untuk satu tujuan, menunjang hidup kita. Sungguh tidak bisa dibayangkan, apa jadinya kalau kedua telapak tangan kita ini bentuknya sama semua. Kedua2nya hanya tangan kiri atau kedua2nya hanya tangan kanan.

Begitu juga dengan keanekaragaman aliran agama yang ada. Semestinya kita bisa menerima bahwa tiap2 dari agama ini meskipun berbeda, juga menjalankan peran dan bidangnya masing2, tujuannya sama-sama mengarahkan manusia menjadi baik. Seperti aliran Theravada (dari India ) dan Mahayana (dari Tiongkok – dan menyebar lagi ke Tibet sebagai aliran Vajrayana). Theravada menuju pada Arahat, sedang Mahayana pada Bodhisattva. Kita bisa memandang perbedaan ini secara seimbang dengan melihat dari saat petapa Gotama duduk di bawah pohon Bodhi dan mencapai pencerahan sebagai titik awal (nol).

Theravada dimulai pada dimensi “setelah” titik itu, di mana lebih banyak terdapat khotbah2 Sang Buddha waktu Beliau telah mencapai pencerahan. Mahayana pada dimensi “sebelum” titik itu, sehingga lebih menitikberatkan pada kehidupan Bodhisatta sebelum mencapai kebuddhaan, yang mengumpulkan kebajikan/parami2. Dengan pola pandang yang seimbang (horizontal) tersebut, kita tidak lagi saling mendiskriminasikan aliran agama satu dengan lainnya.

Kemudian, setelah tadi kita melihat perbedaan yang ada pada kedua tangan kita sendiri, kita bisa coba melihat pada kedua tangan orang lain yang ada di sekitar kita. Lebih bagus atau jelek tangan siapakah? Jika dalam hal tangan saja, kita bisa merasa bahwa tangan milik kita lebih bagus dari tangan orang lain, maka ada kecenderungan dalam hal agama, kita juga bisa memandang ajaran agama yang kita anut lebih bagus dan memandang rendah ajaran agama yang dianut orang lain.

Di sini yang lebih ditekankan adalah bagaimana diri kita sendiri dulu sebagai umat Buddha. Pembahasan mengenai agama sepertinya hal yang sangat sensitif, apalagi dengan umat yang kepercayaannya tidak satu versi dengan kita. Misalkan: kalau kita berbincang dengan seorang teman, tiba-tiba saat topik bahasannya lari ke pertanyaan, “kamu menganut agama/aliran kepercayaan apa?” dan kemudian ternyata jawabannya tidak sama seperti kepercayan kita, apakah kita akan risih atau menarik diri sejenak? Berpikir “oh, ternyata orang ini bukan dari golongan saya (seakan2 kita sendiri paling benar, orang lain sesat).”

Sering sekali kita lupa, bahwa tujuan utama setiap agama adalah untuk mengajarkan kepada manusia tentang bagaimana menjalani suatu kehidupan yang terhormat dan tidak membahayakan serta menemukan pembebasan dari penderitaan fisik dan mental. Ketika kita memilih satu kepercayaan, tidak lantas berarti ajaran agama yang kita pilih bagus sementara yang lainnya jelek. Kita bahagia meyakininya, bahagia menjalaninya semata-mata karena kita “cocok” dengan ajaran agama yang kita anut tersebut. Bukan perihal benar-salah/bagus-jelek.

Tidak jarang di antara kita yang tentu merasa telah mempunyai keyakinan yang kuat dan mantap (SADDHA) terhadap Dhamma-Vinaya dari Guru kita sendiri, Sang Buddha. Seolah tidak ada lagi keragu-raguan (VICIKICCHA) sedikitpun.

Apa kita benar2 yakin bahwa kita sudah memiliki SADDHA itu…?
Apakah benar kita se-yakin itu pada isi tulisan yang terdapat dalam Tipitaka….?
Kalau kita benar seyakin itu, wuahh..hebat!! berarti banyak di antara kita yang mengaku sudah mencapai tingkat kesucian Sotapanna.
Atau tanpa kita sadari, malah kita ini juga hanya percaya saja dari membaca buku2 yang berisi Sutta-Sutta Guru atau mendengar dhammadesana dari Sangha…? Sudahkah kita EHIPASSIKO secara sempurna dengan mem-PRAKTEK-kan sendiri seluruh ajaran Guru…?
Sudahkah JALAN ARYA BERUAS DELAPAN tersebut kita buktikan sendiri, bukan cuma mengerti secara baik teori dhamma belaka…?
Kalau belum, maka janganlah dulu kita terlalu percaya diri atau bangga dengan ajaran agama kita sendiri. Juga janganlah kita menganggap bahwa hanya ajaran agama kita sendirilah yang paling mulia, sementara yang lainnya keliru.

Bhante sendiri mengatakan, ketika pernah suatu kali ditanyai umat, Beliau masih menjawab BELUM YAKIN, harus satu-satu dibuktikan dan dilatih sendiri terlebih dahulu, sampai suatu saat ketika sudah mencapai pencerahan, baru bisa yakin bahwa sudah mencapai tingkat kesucian itu atau belum. Bhante berkata bahwa Beliau memang PERCAYA pada dhamma, tapi belum YAKIN sepenuhnya, masih terus dibuktikan. Kalau Beliau tidak percaya, tidak mungkin Beliau memilih ajaran Buddha dan menjadi Bhikkhu.

Dalam Tipitaka yang kita percayai (namun bukan yang kita terima begitu saja),
memang ada disebutkan bahwa selama ajaran dari seorang Buddha belum lenyap, maka Buddha yang baru tidak akan muncul. Seperti yang kita ketahui saat ini ajaran dari Buddha Sakyamuni masih ada. Kalaupun ada desas-desus muncul Buddha baru, pastilah bukan di Bumi tempat kita tinggal saat ini, melainkan di Bumi (alam) yang lain lagi. Karena Dhamma/ajaran dari para Buddha adalah sama, menyangkut Empat Kesunyataan Mulia. Kita masih berada dalam masa kejayaan Dhamma, di mana masih banyak buku berisi Dhamma dari Sang Guru, masih banyak Sangha, bisa disimpulkan kedatangan Buddha yang baru ke Bumi kita ini masih sangat lama sekali, kita sendiri masih dapat bertumimbal lahir dalam banyak lagi kehidupan sebelum kepunahan Dhamma ini. Kita boleh saja mempercayai, tapi belum tentu setiap orang juga akan “sesuai” dengan paham kita.

Sekali lagi, inilah yang dinamakan perbedaan itu. Ada seni dalam kehidupan kita. Kelihatan beraneka, namun di dalamnya tetap hanya 1Dhamma (kebenaran).

Seperti sebuah gelas yang dibentuk dengan berbagai macam motif, namun sesungguhnya itu tetap sebuah gelas yang fungsinya sama, hanya kita sendiri yang melihatnya sebagai berbeda dan kompleks. Begitu juga dengan berbagai aliran kepercayaan yang berbeda-beda, pikiran kita sendirilah yang melabelinya dengan berbagai macam merk.

Setiap agama apapun yang pada dasarnya mengarah pada “Hindari kejahatan, Lakukan Kebajikan, Sucikan Pikiran”, maka agama tersebut sesuai dengan Dhamma. Ada banyak cara pendekatan meraih kebahagiaan batin. Ritual ataupun berbagai macam metode dari masing2 umat agama hanya merupakan “tradisi” atau sebuah“kebiasaan” yang mereka jalani, yang mereka percayai. Seperti contoh sederhana, jubah yang dipakai oleh Bhikkhu di tempat kita tidak akan cocok dipakai oleh Bhiksu/Suhu di Tiongkok pada bulan November. Jubah2 Suhu di sana memang sudah dirancang sesuai untuk mereka kenakan di daerah itu. Jadi, tidaklah perlu dipermasalahkan. Senantiasa belajar menyesuaikan diri pada setiap kondisi yang berbeda. Jangan menyulut pertentangan/permusuhan. Sebaliknya, pupuklah persahabatan dengan menjaga kerukunan dengan sesama, saling menghargai perbedaan. Semoga Semua Makhluk Bahagia…

*****

Berikut ini saya juga mengutip beberapa pernyataan untuk bersama kita renungkan sejenak.

Raja Asoka
Kita tidak seharusnya memandang rendah, mengecam, atau bahkan menolak paham dari aliran/agama lain. Siapa saja yang menghormati agamanya sendiri dan mencela agama2 lain, berpikir bahwa ia sedang berbakti pada agamanya sendiri, namun dengan berbuat demikian ia justru melukai agamanya sendiri secara lebih menyedihkan. Dengan menghormati agama2 lain atas pertimbangan tertentu, seseorang membantu agamanya sendiri untuk tumbuh di samping juga tidak merugikan agama2 lain.

Mahatma Gandhi
Kita tidak bisa mengharapkan negara kita berkembang menjadi hanya satu agama yang sama semua, tetapi dalam perbedaan2 agama itu kita belajar bersikap toleran dan dapat bekerja sama satu sama lain.

YM Dalai Lama XIV
Setiap tindakan yang sadar dan yang bertujuan untuk membawa sebuah hasil
(akibat), muncul dari sebuah motivasi. Agama saya sangat sederhana. Motivasi utama saya- yaitu Cinta Kasih. Agama saya adalah kebaikan hati.

-Buddha- Majjhima Nikaya.
O para Bhikkhu, bahkan pandangan ini – Dhamma,
yang begitu suci dan begitu jelas,
jika Engkau mencengkeramnya kuat2,
jika Engkau menimang-nimangnya,
jika Engkau melekat padanya,
maka Engkau tidak mengerti,
bahwa ajaran itu sama seperti sebuah rakit,
yang mana digunakan untuk menyeberang,
bukannya untuk digenggam erat-erat.

With Metta,
Yumita Lenacari
http://groups.yahoo.com/group/samaggiphala/message/46739

74
Perkenalan / Moshi Moshi.... ;) yummy... yummy... yummiez here!!
« on: 11 April 2008, 10:47:03 AM »
  _/\_

Hi.. all brosis! nama w yumi.. si gadis siput. Ce japan yg terdampar di medan. W baru gabung loh.. di DC. Awal2nya sih dikasi tau ada chat2 gitu.. trus.. ya coba2 ikutan z. eh, jadi keasyikan.. di sini w malah jd bisa kenal ma hopeng2 (KM) yg baru.. duu.. bahagianya.. w jg uda mulai baca tuh beberapa artikel dhamma di DC, bagus2 lo sharingnya.. kebagian pencerahannya.. trus terang yumi nih masih putthujjana banget..  *^-^* (jd malu) makanya sangat butuh sharing ama KM2 yg laen.. hehe.. y uda.. salam p'kenalan yumi ampe di sini dulu y.. Nice 2 know u all, guyz! ..mmuach..!  :x SSBS

with metta,
yummie_lc

Pages: 1 2 3 4 [5]
anything