//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: terjemahan nama/rupa = nama/bentuk?  (Read 17377 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
terjemahan nama/rupa = nama/bentuk?
« on: 25 June 2013, 04:59:34 PM »
Di Samyutta Nikaya terbitan DC, ada kata nama dan bentuk. Palinya, nāma dan rūpa.

Imho, kalau nāma diterjemahkan sebagai "nama" rasanya tidak pas... walaupun inggrisnya "name" (kenapa jadi name?).

Kalau diterjemahkan menjadi batin, juga tidak pas (harafiahnya di KBBI kurang tepat)...

Apa sebaiknya lainkali DC pakai palinya saja?

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: terjemahan nama/rupa = nama/bentuk?
« Reply #1 on: 26 June 2013, 05:40:30 AM »
ai lebih setuju, batin dan rupa
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: terjemahan nama/rupa = nama/bentuk?
« Reply #2 on: 26 June 2013, 08:58:40 AM »
penerjemah DC tidak memiliki kemampuan untuk menerjemahkan langsung dari Pali, sedangkan yg mampu tidak mau bekerja, jadi terpaksa menggunakan sumber dari English. dan "Name and Form" dalam English tidak bisa lain selain "nama dan bentuk."

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: terjemahan nama/rupa = nama/bentuk?
« Reply #3 on: 26 June 2013, 11:16:46 AM »
 [at]  Adi: itu jawaban serius? kalo serius, kenapa lebih baik "batin dan rupa"?

 [at]  Indra: Memang tidak perlu adanya penerjemah yang bisa terjemahin langsung dari pali sih.. Ini hanya 1 kasus aja kok tentang kata nāma-rūpa. Yang lain sudah oke.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: terjemahan nama/rupa = nama/bentuk?
« Reply #4 on: 26 June 2013, 11:30:31 AM »

 [at]  Indra: Memang tidak perlu adanya penerjemah yang bisa terjemahin langsung dari pali sih.. Ini hanya 1 kasus aja kok tentang kata nāma-rūpa. Yang lain sudah oke.

berarti setidaknya anda sudah memeriksa semua terjemahan dan membandingkan dengan Pali sehingga bisa sampai kesimpulan "Yang lain sudah oke." dan inilah yg saya maksudkan dengan "sedangkan yg mampu tidak mau bekerja".

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: terjemahan nama/rupa = nama/bentuk?
« Reply #5 on: 26 June 2013, 11:30:54 AM »
So far, kita masih memegang teguh dari terjemahan Bhante Bodhi yang dianggap "expert". penerbitan ini berusaha menerjemahkan dari English to Indonesia, bukan menjadikan English to Pali.

Jika bhikkhu bodhi menerjemahkan menjadi Name maka kita wajib menerjemahkan menjadi Nama. Yah setidaknya Nama itu sudah mirip dengan Nāma. :)

apakah kesadaran indera itu batin? tapi itu tidak masuk nāma. Apakah kesadaran indera itu adalah pancakhanda? iya. ah… nanti sajah ini. Let's keep it nama-bentuk seperti name-form-nya bhante Bodhi for now. pasti ada alasan khusus mengapa menggunakan name bukan mental/mind, dan memang bener kata TS, batin itu sendiri bukan berarti seperti apa yg kita "pikir" secara bahasa Indonesia
There is no place like 127.0.0.1

Offline Mas Tidar

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.262
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
Re: terjemahan nama/rupa = nama/bentuk?
« Reply #6 on: 26 June 2013, 11:43:07 AM »
tetap gunakan pali-nya saja nāma-rūpa dengan huruf italic, bold dll sebagai sesuatu yg membedakan.
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: terjemahan nama/rupa = nama/bentuk?
« Reply #7 on: 26 June 2013, 12:13:13 PM »
 [at]  Indra: 'sudah oke', maksudnya belum ketemu lagi yang terasa janggal. Saya tidak membandingkan seluruh naskah ke palinya.. (seandainya bisa, jago bener saya)...

 [at] Sumedho: Sedikit pengecualian (english to pali) tetap tidak bisa? ??? harus konsisten ya? karena seandainya ada yang belum pernah baca referensi lain tentang nāma, maka ia akan mengartikan 'nama' secara harafiah..
« Last Edit: 26 June 2013, 12:20:03 PM by dhammadinna »

Offline Chandra Rasmi

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.466
  • Reputasi: 85
Re: terjemahan nama/rupa = nama/bentuk?
« Reply #8 on: 26 June 2013, 01:04:32 PM »
IMO, kalau yang baca adalah seseorg yg dari sekolah mengambil plajaran agama Buddha, kebanyakan uda tau itu nāma dan rūpa.... tapi kalau yang bukan belajar agama Buddha dari kecil, mmg mgkn sich akan mengartikan   'nama' secara harafiah.  :)) .. yg dari kecil di sekolah aja kadang suka salah...  ^-^

mgkn bisa menambahkan catatan kaki saja di nama dan bentuk itu, jadi yang baru tau bs baca catatan kaki  ;D

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: terjemahan nama/rupa = nama/bentuk?
« Reply #9 on: 26 June 2013, 01:30:56 PM »
^ ^ ^ ya, betul juga... kalau tetap mau diterjemahkan menjadi 'nama', tambahkan catatan. Kalau tidak mau menambah catatan kaki karena ingin sama dengan inggrisnya, bisa juga tambahkan "catatan editor" di paling bawah halaman tersebut... :D

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: terjemahan nama/rupa = nama/bentuk?
« Reply #10 on: 26 June 2013, 01:52:01 PM »
Sebuah karya terjemahan menurut etika memang harus menerjemahkan apa adanya dari sumber, tanpa mengubah isi, apalagi mengoreksi isi. jika sumber terjemahan itu dianggap tidak memuaskan, alternatif lain adalah mengambil sumber lain atau menulis sendiri, atau dalam hal ini menerjemahkan sendiri dari Pali. Sepengetahuan saya, DC hanya menerjemahkan dari English, tidak berniat untuk memproduksi suatu buku Tipitaka yg 100% akurat. sebenarnya kalau mau semuanya dalam Pali akan sangat memudahkan pekerjaan DC press, tinggal copas dari teks Pali, selesai.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: terjemahan nama/rupa = nama/bentuk?
« Reply #11 on: 26 June 2013, 07:17:38 PM »
Sebuah karya terjemahan menurut etika memang harus menerjemahkan apa adanya dari sumber, tanpa mengubah isi, apalagi mengoreksi isi. jika sumber terjemahan itu dianggap tidak memuaskan, alternatif lain adalah mengambil sumber lain atau menulis sendiri, atau dalam hal ini menerjemahkan sendiri dari Pali. Sepengetahuan saya, DC hanya menerjemahkan dari English, tidak berniat untuk memproduksi suatu buku Tipitaka yg 100% akurat. sebenarnya kalau mau semuanya dalam Pali akan sangat memudahkan pekerjaan DC press, tinggal copas dari teks Pali, selesai.

Setuju

Penerjemah hanya mengalihbahasakan isi bukan mengubah isinya

Btw, alasan mengapa Bhikkhu Bodhi menerjemahkan namarupa menjadi nama-bentuk juga sudah dijelaskan dalam pendahuluan SN sendiri:

Quote
NāmaRūpa

Dalam MLDB, saya juga telah mengubah “nama-dan-bentuk” dari Yang Mulia Ñāṇamoli kembali ke terjemahan awalnya, “batin-jasmani.” Dalam beberapa hal, sebutan “batin-jasmani” adalah lebih akurat secara doktrin, tetapi juga kaku, khususnya ketika menerjemahkan syair, dan karena itu di sini saya kembali menggunakan “nama-dan-bentuk.” Kata majemuk ini berasal dari masa sebelum Buddhisme dan digunakan dalam Upanisad untuk menunjukkan pembedaan perwujudan brahman, kenyataan non-dualitas. Karena para bijaksana dari Upanisad, nāmarūpa adalah perwujudan brahman yang beraneka ragam, yang dipahami melalui makna sebagai kemunculan atau bentuk yang beragam, dan melalui pikiran sebagai nama atau konsep yang beragam (penyebutan nama-nama dan konsep-konsep dipahami sebagai didasarkan pada kenyataan objektif daripada sebagai produk akhir dari proses subyektif yang murni). Sang Buddha mengadopsi ungkapan ini dan menanamkannya dengan makna yang sesuai dengan sistem Beliau sendiri. Di sini kata ini menjadi sisi fisik dan kognitif dari eksistensi individu. Dalam ungkapan bahiddhā nāmarūpa, “nama-dan-bentuk eksternal” (pada II 24,2). Kita sepertinya menemukan sisa-sisa dari makna aslinya – dunia dibedakan menurut penampilan dan namanya – tetapi terlepas dari implikasi monistis.

Dalam sistem Sang Buddha, rūpa didefinisikan sebagai empat unsur utama dan bentuk diturunkan dari unsur-unsur tersebut. Bentuk adalah internal pada seseorang (sebagai jasmani dengan maknanya) dan eksternal (sebagai dunia fisik). Nikāya tidak menjelaskan bentuk turunan (upādāya rūpaṃ), tetapi Abhidhamma menganalisanya ke dalam dua puluh empat jenis fenomena material sekunder yang termasuk substansi sensitif dari organ indria dan empat dari lima objek indria (objek sentuhan diidentifikasikan dengan tiga unsur utama – tanah, api, dan angin – yang masing-masing memperlihatkan sifat-sifat nyata). Walaupun saya menerjemahkan nāma sebagai nama, ini jangan diartikan secara harafiah. Nāma adalah gabungan faktor-faktor batin yang terlibat dalam pengenalan: perasaan, persepsi, kehendak, kontak, dan perhatian (vedanā, saññā, cetanā, phassa, manasikāra; II 3,34-35). Ini disebut “nama” karena berkontribusi pada proses pengenalan yang olehnya objek-objek dikelompokkan dalam sebutan konseptualnya. Harus diperhatikan bahwa dalam Nikāya, nāmarūpa tidak termasuk kesadaran (viññāṇa). Kesadaran adalah kondisinya, dan keduanya adalah saling bergantung, bagaikan dua ikat buluh yang saling bersandar satu sama lain (II 114,17-19). Kesadaran hanya dapat beroperasi dengan bergantung pada tubuh fisik (rūpa) dan bersama-sama dengan sekumpulan pendampingnya (nāma); sebaliknya, hanya jika kesadaran ada maka gabungan unsur-unsur materi yang berfungsi sebagai jasmani yang hidup dan faktor-faktor batin bekerja sama dalam pengenalan. Kadang-kadang teks membicarakan tentang “turunan dari kesadaran” (viññāṇassa avakkanti) berfungsi sebagai kondisi bagi nama-dan-bentuk (II 91,14-15); ini berarti bahwa datangnya arus kesadaran dari kehidupan lampau pada kehidupan baru adalah kondisi yang diperlukan untuk munculnya organisme yang memiliki batin dan jasmani pada tahap konsepsi. (nāmarūpassa avakkanti, II 66,12, 90,19, 101,13); ini menunjukkan awal dari kehidupan makhluk hidup ketika arus kesadaran, yang datang dari kehidupan lampau, terbentuk dalam kondisi baru.

http://dhammacitta.org/dcpedia/Khotbah-Khotbah_Berkelompok_Sang_Buddha_%28Bodhi%29#Pendahuluan_Umum
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: terjemahan nama/rupa = nama/bentuk?
« Reply #12 on: 26 June 2013, 10:13:48 PM »
[at]  Adi: itu jawaban serius? kalo serius, kenapa lebih baik "batin dan rupa"?


anda bertanya, saya menjawab,
kemudian anda menentukan jawaban harus serius ! tidak seriusnya dimana ?

saya menjawab bahwa lebih setuju arti 'batin dan rupa', tentunya setujunya saya, belum tentu orang lain setuju.
karena saya bukan penterjemah, tentu nya tidak punya akses utk menggantinya.
hanya yang menerjemahkan bisa menggubah, dan itu sudah di jelaskan oleh om Indra

aneh memang ! ???
« Last Edit: 26 June 2013, 10:18:22 PM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: terjemahan nama/rupa = nama/bentuk?
« Reply #13 on: 27 June 2013, 12:09:55 AM »
Sebetulnya gw sudah malas berkomentar soal terjemahan, tapi sekali ini bolehlah.

IMHO, lebih baik ditulis sebagai nama dan rupa (Pali), karena inilah yg diajarkan Buddha.  Bagi pembaca yg amat sangat awam sekali bisa diberi catatan kaki untuk menjelaskan.  Dan sebelum menjadi lebay.com, yg gw maksud hanya kata Palinya (si nama&rupa), bukan agar seluruh buku diterjemahkan menjadi bahasa Pali.

Dari penjelasan biksu Bodhi yg diposting Ariyakumara sendiripun ternyata b. Bodhi juga merubah kata yang diterjemahkannya menurut yg dianggapnya benar.  Jadi kalau b.Bodhi bisa merubah, mengapa DC tidak? Kalau itu bisa lebih pas dan tidak membingungkan pembaca.

Seperti halnya hukum di Indonesia banyak memakai bahasa Belanda, karena dianggap lebih teknis dan lebih pas.  Juga seperti istilah2 teknis dalam bahasa aslinya lebih pas ketimbang diterjemahkan lagi.  Kalau di indonesiakan, akan menjadi bias, atau kabur, atau kepanjangan.

Terakhir, sepertinya penerbit2 buddhis memiliki ciri khas sendiri dalam gaya penterjemahannya, ada yg merasa wajib ikut kata demi kata bahasa Inggrisnya, ada yg merasa perlu diterjemahkan secara lebih pas walau tidak pas kata demi kata dengan bahasa Inggrisnya.   Seperti juga penerbit (yg suka mendatangkan biksu Autralia tiap tahun ke Indonesia) begitu getol meng-indonesiakan semua istilah budis yg sudah dikenal masyarakat, seperti vihara => wihara, bhikkhu => biksu, dhamma => dharma, dll.  Semua merasa perlu memiliki ciri khas masing2.  Ada juga penerbit / penterjemah yg meminta bantuan bhikkhu senior di Indonesia sebagai editor, dan istilah Pali aslinya kembali dipakai.  Ewang me bacca  ;D

Maaf kalau ada perkataan yg tidak berkenan.  _/\_
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: terjemahan nama/rupa = nama/bentuk?
« Reply #14 on: 27 June 2013, 12:13:13 AM »
Memang BENAR tugas penerjemah hanya menerjemahkan saja apa-apa yang ada dari buku aslinya, namanya aja alih bahasa, berarti tinggal mengalihkan saja, BUKAN mengganti.

Saya masih ingat dulu diajarkan oleh prof.Sumanapala (beliau Guru Besar Abhidhamma di negara Sri Lanka), dan karena saya sudah tidak memiliki lagi catatan kuliah, saya berusaha mencari di internet dan ketemu. Memang benar tidak mudah menerjemahkan "Nama-Rupa" (maaf belum punya font pali).

Dapat dibaca di link ini :
 http://buddhadhamma.info/assets/files/Open-letter-to-Prof-Sumathipala-Galmangoda.pdf
saya coba lampirkan ya (semoga bisa attach)

****kok muncul attach 2x ya ??

(INFO : ini surat terbuka dari Prof.Jayasooriya, beliau pernah mengunjungi Indonesia atas undangan Bhante Pannavaro)
« Last Edit: 27 June 2013, 12:18:00 AM by Shasika »
I'm an ordinary human only

 

anything