//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Deva19

Pages: [1] 2 3 4 5 6 7 8 ... 55
1
Kafe Jongkok / Re: [Fiksi] istriku mati, Gan!
« on: 10 August 2010, 08:41:16 PM »
baiklah pak Medho!

tak ada yang bisa memaksa hati seseorang. anda dan saya punya kemauan masing-masing. tapi, bagaimana pun saya berterima kasih kepada anda, karena telah mengizinkan saya selama ini untuk beraktifitas di forum ini.

izinkan saya untuk menyampaikan terima kasih kepada seluruh rekan-rekan di DC, yang selama ini sering menjadi kawan diskusi saya. walaupun seringkali terjadi perdebatan sengit, tapi tak jarang pula kawan-kawan membantu saya menemukan pencerahan dalam hidup. dan saya menikmati semua ini.

mohon maaf, apabila selama ini saya ada banyak kesalahan kata atau ada kata kotor dan menyakitkan.
semoga kawan-kawan mau memaafkan saya.

sekian dan terima kasih.

semoga kita semua bisa hidup dalam kebahagiaan


2
Kafe Jongkok / Re: [Fiksi] istriku mati, Gan!
« on: 10 August 2010, 08:18:01 PM »
Itu bukan pilihan. Anda harus tetap menjawab pertanyaan tersebut.

Sementara saya tambahkan [Fiksi]

Silahkan dijawab, Fiksi atau Fakta.

bagaimana kalau saya usul, dengan pilihan yang ketiga, yaitu "hapus thread ini" ?

jika saya harus menjawab, maka tentulah saya akan menjawab dengan terpaksa. saya tidak suka mengatakan kisah tersebut fiksi atau fakta. dan saya tidak ingin orang lain menganggap fiksi sebagai fakta. dan tidak ingin pula menganggap fakta sebagai fiksi. di sini saya hanya ingin curhat, bukan ingin mendiskusikan apakah ini fiksi atau fakta, apalagi sampai berdebat. tapi, di sini anda yang punya wewenang, tuan medho. maka saya ikuti aturan anda, selagi saya bisa. oleh karena itu, usulan saya yang ketiga itu merupakan sesuatu untuk menawar peraturan yang anda buat itu pak Medho.

3
Kafe Jongkok / Re: istriku mati, Gan!
« on: 10 August 2010, 08:05:47 PM »
Iya, anda wajib menjawab pertanyaan saya.

Jika ini bukan fakta dan kenyataan tapi anda sengaja membuat kondisi pembaca mengira ini fakta dan kenyataan, maka kebohongan disana.

Jika tidak dijawab segera maka akan dirubah judul title thread ini dengan tambahan [Fiksi].

Hal mudah terkadang dijawab dengan berputar2x. Saya mohon kerjasamanya.

karena anda sudah memberi saya pilihan, tuan medho, pertama menjawab pertanyaan anda. kedua anda menambahkan kata [Fiksi] di judul thread ini, maka saya memilih pilihan yang kedua saja. jadi, silahkan tambahkan [Fiksi] pada judul thread ini.

4
Kafe Jongkok / Re: istriku mati, Gan!
« on: 10 August 2010, 08:01:49 PM »
kejadian yang saya alami tersebut, membuat saya bertekad untuk segera menyelami "alam kematian", yang mungkin dalam istilah sang Budha disebut samvega. ada suatu kemendesakan di dalam diriku, untuk segera mencari keselamatan. tapi, apakah saya akan bisa?

saya bisa, jika...

pertama-tama saya harus meninggalkan sex, dan menjalani hidup selibat.  karena sex merupakan problem utama di dalam hidup saya, sehingga membuat saya selalu jatuh dari ketinggian.

tapi apa saya mampu? itu sangat bergantung dari kemauan. saya sudah pernah mencoba menjalani hidup tanpa sex selama 7 bulan lamanya. dan saya mampu bertahan. saya baik-baik saja, dan justru batin saya berkembang dengan pesat. tetapi, setelah memutuskan untuk melakukan sex lagi, maka hancurlah diriku.

setiap kali saya mengalami samvega, saya akan pergi secara jauh dan tinggi ke alam meditasi. tetapi, kemudian terjatuh kembali, seperti jatuhnya seseorang dari atas menara yang tinggi ke lantai yang paling dasar. itu sangat menyakitkan. dan dengan susah payah, saya merangkak kembali menuju ke atas. sulit. perjalanan penuh rintangan, godaan, keluh kesah dan air mata. sampai muncul lagi samvega berikutnya, lalu saya memiliki kekuatan untuk berdiri, dan berlari dengan kencang menuju puncak menara. saya tidak tau, adakah samvega yang bisa memberi saya kekuatan, agar saya tidak jatuh kembali ke lantai paling bawah? semoga saja, pengalaman pahit hidupku kali ini, menjadi samvega yang memberiku kekuatan untuk menuju hidup suci dan tidak kembali lagi.

5
Kafe Jongkok / Re: istriku mati, Gan!
« on: 10 August 2010, 07:49:07 PM »
tolong diperjelas bro, ini fiksi atau nyata? Tolong segera dijawab dengan jelas tanpa berputar2x.
Dutiyampi

maaf tuan medho...

apakah saya wajib menjawab pertanyaan anda?

apa semua harus dijelaskan dengan kata-kata?

dan apakah semua perlu dimengerti saat ini juga?

bisakah anda memberi saya waktu ?

dalam kisah yang saya tuturkan, sampai kepala saya dibanting dengan ember sekalipun, saya tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan istri saya. tapi saya tidak tahu, apa yang membuat saya enggan menjawab. lalu, bagaimana mungkin saya dapat didesak untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan lainnya?

6
Kafe Jongkok / Re: istriku mati, Gan!
« on: 10 August 2010, 05:43:44 PM »


Quote
Maksudnya apa gan?

perempuan tersebut, cantik enggak gan?

kalau canti, agan suka enggak?

apa kata sang Budha tentang hal yang paling mengobsesi pikiran seorang lelaki?

7
Kafe Jongkok / Re: istriku mati, Gan!
« on: 10 August 2010, 05:28:12 PM »
ini ada hubungannya dengan Aisyah?

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,17585.0.html

tidak ada hubungannya dengan aisyah. tapi mungkin ada hubungannya dengan yang ini :

maaf gan, pic mohon dihapus. yang punya takut marah..! gw khilaf!

8
Kafe Jongkok / Re: istriku mati, Gan!
« on: 10 August 2010, 04:48:32 PM »
 [at]  bro semuanya

mohon maaf yang sebesar-besarnya, saya tidak dapat membalas komentar bro semuanya. tapi, terima kasih atas semua komentarnya. saat ini, hati saya masih merasa berduka. saya berbagi cerita ini, dengan harapan bisa mengurangi beban hati. dengan harapan yang besar, semoga tidak ada lelaki lain yang berbuat seperti ku.

sesungguhnya dulu, saya selalu menasihati orang lain agar  selalu berbuat jujur antara suami istri. terkadang, saya menasihati para suami istri dengan hati yang angkuh dengan memamerkan kebaikan diri sendiri yang selalu jujur dan terbuka dengan istri, sehingga rumah tangga kami mengalami kemajuan dan tidak pernah ada pertengkaran. dalam hati, kadang-kadang timbul perasaan merendahkan orang lain, karna masih memiliki perilaku yang tidak jujur antara suami istri. lalu, seseorang mengingatkanku, "berhati-hatilah, barangsiapa yang gemar menasihati orang lain agar senantiasa bersabar, nicaya kesabarannya akan diuji. barangsiapa yang gemar menasihati orang lain agar jujur dan adil, maka kejujuran dan keadilannya akan diuji." kata-kata orang itu, ternyata benar sekali bro.

sekarang, saya merasa ingin menyendiri, berteman dengan kesedihan. semua masalah bisa aku lupakan. segala kesedihan bisa aku enyahkan. tapi kepedihan hati ku ini, biarlah tetap ada. sepedih-pedihnya derita yang aku alami, tentu tak seberat penderitaan yang dialami istriku. jika penderitaanku ini merupakan hukuman, maka kurasa hukuman ini terlalu ringan bagiku. seandainya ada hakim yang mau menegakan keadilan, dan aku dijatuhi hukuman cincang, nisaya aku bersedia untuk dicincang, dan tubuhku dijadikan makanan untuk anjing atau ikan dilaut. tapi sayang, tidak ada jaksa yang menuntutku, tidak ada hakim yang menghukumku. jadi, biarlah kesedihan ini saja yang menghukum saya.

tidak usah ragu untuk memberi pendapat atau mencaci maki saya sekalipun. seandainya caci maki anda, kemarahan anda terhadap saya merupakan bagian dari hukuman yang harus aku terima, tentu itu masih terlalu ringan rasanya bagiku. karena kematian sekalipun, lebih ringan rasanya dari pada hidup dengan rasa bersalah.

9
Kafe Jongkok / [Fiksi] istriku mati, Gan!
« on: 09 August 2010, 03:44:28 PM »
[Admin]Ini adalah kisah fiksi[/admin]
"Bunuhlah saja aku!" Demikian teriak istriku, sambil menyusupkan gunting ke telapak tanganku, memegangkan tanganku pada gunting itu, serta membimbing tanganku untuk menusukan gunting itu ke arah leher nya. mulutku terdiam, tapi tanganku menahan agar gunting itu tidak mengenai lehernya. sementara istriku terus mencaci maki ku sambil menangis sejadi-jadinya. itu karena, ia baru saja mengetahui bahwa uang siampanan nya sebanyak 80 juta rupiah sudah ludes. uang tersebut direncanakan untuk membeli rumah. karena sampai saat ini, kami masih hidup mengontrak.

aku lah yang menghabiskan semua uang itu tanpa sepengetahuan istriku. padahal, uang itu telah dikumpulkan olehnya selama 10 tahun, dari pengahasilanku dan penghasilannya. sebagian besarnya, merupakan pemberian dari ayah ibunya, yaitu mertuaku.

sambil menangis, istriku terus menginterograsi aku, "cepat katakan, kau gunakan untuk apa uang sebanyak itu?"

tapi tak ada jawaban yang keluar dari mulutku. aku bingung dan tidak tahu, harus menjawab apa yang benar. berkali-kali istriku memukuli wajahku, tapi aku diam saja. duduk bersila, dan berusaha menenangkan diri seperti ketika aku bermeditasi. istriku makin kalap, dan menodongkan gunting ke leherku. "Jawab..! atau ku bunuh kau...?". saya diam saja. akhirnya dia tidak terkendali, mencoba melukai tubuhku dengan menghujamkan gunting ke dada dan bahuku. tapi, sayang gunting itu tidak menembus kulitku. bajuku pun tidak robek. mungkin guntingnya sudah tumpul.

tidak cukup sampai di sana, ..istriku mengambil ember terisi setengah air lalu membantingkannya ke kepala ku. pecahlah ember itu, air nya tersebar ke mana-mana, mengenai TV dan Piano. anak-anak kami menangis. saya tidak bisa berbuat apa-apa lagi. tidak ada tetangga yang melerai. seperti nya mereka bersembunyi karena tak ingin mencampuri urusan rumah tangga orang lain.

walaupun aku basah kuyup, seperti biasanya, aku berusaha menenangkan diri, menarik dan mengeluarkan nafas. walaupun kepalaku dan bahuku terasa sakit terkena ember dan tusukan gunting, tapi aku percaya apa yang disebut sakit itu hanyalah ilusi. jika aku memperhatikan rasa sakit itu, semua akan menguap begitu saja.

aku berusaha menahan nafas, saat istriku menancapkan kukunya ke daun telinga ku, serta memelintirnya dengan keras sekali. darah menetes dari daun telingaku. lalu kelepaskan nafas pelan-pelan, dengan mengencangkan otot-otot diperutku.

istriku semakin putus asa. ia pergi ke kamar tidur, dan menangis di sana sendirian, menghabiskan tangisnya. kedua anakku memburuku,dan saya memeluk mereka berdua. dengan baju basah kuyup, aku pergi membawa kedua anakku ke rumah orang tuaku untuk menitipkan kedua anakku tersebut. aku segera kembali. "Barangkali istriku masih ingin memukuli diriku". demikian bisikku dalam hati.

sesampainya di rumah, terdengar istriku berbicara dengan orang tuanya melalui HP sambil terisak-isak. aku kasihan padanya. dan aku merasa bersalah. tapi aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.

beberapa saat setelah istriku berhenti bicara, HP ku berbunyi. mertua ku menelepon. "apa benar uang itu sudah habis?"

"iya. Benar." jawabaku pendek.

"masya Allah. habis untuk apa uang segitu banyak bisa habis begitu?" tanya mertua.

saya diam saja. mertua perempuan ku itu mengajukan banyak pertanyaan, seperti yang diajukan oleh istriku. lalu diakhiri dengan tangisan. disambung dengan bapak mertua ku, dia marah besar dan mencaci maki ku, menyebutku sebagai pria tidak bertanggung jawab dan brengsek.  saya diam.

lama sekali aku menempelkan HP di telingaku, untuk mendengar caci maki kedua mertuaku, sampai akhirnya terputus sendiri. mungkin pulsa mertua ku sudah habis.

aku berjalan menuju kamar, bersimpuh di samping istriku yang sedang berbaring dan tampak tampak tangisannya sudah mereda.

"Bu,...maafkan ayah!" kata ku perlahan-lahan.

"maaf, maaf! enak saja minta maaf! pergi sana! pergi!" istriku mengusir. aku terdiam lagi. aku mencoba menyentuh tangannya. tapi istriku menarik tangannya, serta membanting tanganku untuk menunjukan bahwa dia tak mau aku sentuh.


keesokan hari nya, orang tua ku dan orang tuanya berkumpul. semua menginterogasiku. semua menyudurkan aku. semua mencaci maki aku. seperti biasanya, aku diam. tak satupun dari pertanyaan-pertanyaan itu aku jawab. semua orang heran padaku, dan tampaknya mereka putus asa. sangat ingin tau, apa yang sudah aku lakukan sehingga menghabiskan uang puluhan juta rupiah tanpa ada penjelasan sedikitpun. keadaanku seperti narapidana yang bersiap-siap menghadapi hukuman gantung. dan aku sudah pasrah.

seumur hidup, baru kali ini aku dihujani begitu banyak kebencian. isrtriku, mertuaku, kaka iparku, ayahku, nenekku, bibi ku, semuanya, mereka memandangku dengan penuh kebencian. sepertinya saat ini, aku lebih mejijikan dari tahi anjing di mata mereka. bila tidak takut dikatakan tidak bermoral, mungkin mereka semua akan meludahi wajahku. di dalam sidang keluarga itu hanya ibuku saja yang tampak memandangku dengan rasa iba dan kasihan, karena melihat anak yang dilahirkannya kini sedang dihujani hinaan dan caci maki. tentu, tidak ada seorang ibu pun yang mengharapkan anak yang dicintainya menjadi seperti itu.

aku telah kenyang dengan seribu caci maki. dan aku tidak kehilangan ketenangan. aku tidak  pernah membiarkan batinku gelisah dan pikiran menjadi kacau. selalu ku jaga, agar pikiranku tetap jernih serta memiliki pengertian jelas. salah satu, agar pikiranku tetap jernih, aku memusatkan perhatian pada keluar masuknya nafas, serta berusaha melihat objek nafas dengan sejelas-jelasnya, sehingga dengan jelas aku bisa membedakan ini nafas masuk, ini nafas keluar, nafas ini panjang dan nafas ini pendek, dan aku tidak lepas dari 4 objek perhatian murni. aku berpikir, "kendatipun aku harus mati, biarlah aku mati dalam keadaan pikiran yang tenang dan jernih."

akhirnya sidangpun bubar, tanpa keputusan yang pasti. istriku telah mengusirku untuk pergi dari rumah. tapi aku tidak pergi, karena tidak tahu, bagaimana harus kulangkahkan kaki. bukan tak berani aku mengembara seperti dulu, pergi ke hutan-hutan sendirian, aku hanya tidak tahu, apakah benar itu harus aku lakukan sekarang. oleh karena itu, aku diam saja, sampai datang kebenaran yang jelas kepadaku tentang apa yang seharusnya aku lakukan.

sejak saat itu, istriku tak mau bangkit dari tempat tidurnya. dia tidak mau makan, tubuhnya pun demam. lebih dari itu, dia tidak mau melihat wajahku lagi. aku dilarang masuk ke kamarnya. selama berhari-hari istriku dirawat oleh mertua perempuanku.

aku masuk ke kamar kerjaku sendirian, untuk merenungi diri. "ah, kenapa aku harus menyiksa diri." pikirku."biarlah apa yang sudah berlalu untuk berlalu. aku tidak hidup di masa lalu, tidak pula hidup di masa depan. kesalahan apapun yang telah aku lakukan, itu adalah masa lalu. harapan apapun yang ada di dalam dadaku, itu adalah khayalan. faktanya, aku hidup saat ini disini, seharusnya aku, istriku dan semua orang menikmati saja hidup saat ini. kami mengumpulkan uang sampai puluhan juta, karena mengharapkan bisa hidup bahagia. ternyata salah. kebahagiaan tidak ada pada uang puluhan juta rupiah. sebaliknya, uang itu justru membuat kehidupan istriku menjadi menderita seperti hari ini." demikian renunganku.

diluar sana, masih banyak orang yang masih sering kelaparan, tak punya baju dan rumah. sedangkan kami tidaklah kelaparan. walaupun mengontrak, rumah tempat tinggal kami cukup bagus. airnya bersih. lingkungnanya aman dan bersih. walaupun kehilangan uang 80 juta rupiah, tapi kami masih menyimpan beberapa juta rupiah di rumah. lalu kenapa, istriku harus menyakiti dirinya sendiri dengan dendam kesumat serta enggan makan dan enggan diobati? ah, tapi yang namanya pikiran orang, tak bisa kita ubah sekehendak diriku. semua orang menempuh jalannya masing-masing dan memiliki cara berpikir yang berbeda-beda. aku harus menerima fakta itu.

beberapa dokter telah dipanggil ke rumah. karena istriku tidk mau dibawa ke RS. aku tidak tahu, bagaimana parahnya keadaan istriku, karena aku dilarang masuk ke kamarnya. bila aku mencoba mengitip dari balik pintu, mertua perempuanku langsung marah-marah, dan membanting pintu kamar, agar aku tidak melihat istriku.

tadi,.. dini hari pukul 01:30 aku terbangun dari tidur, karena mendengar tangisan mertua ku di kamar istriku. aku segera menuju ke kamar istriku. tampak istriku sedang bergerak-gerak gelisah. tampak sulit bernafas dan kadang matanya terbalik-balik. aku mendekatinya dan mengusap keningnya. sungguh aku mencintai dan menyayanginya. dan aku begitu iba, hingga berderai-derai air mataku.

sejurus, aku melihat sorot pandang istriku, tampaknya ia masih menyimpan kemarahan padaku. aku hanya bisa berharap dalam hati, bahwa dia akan memaafkan aku. karena itulah yang akan bisa menyejukan hatinya yang begitu gersang.

rupanya, istriku sudah tidak tahan dengan sakitnya. ia menghembuskan nafasnya yang terakhir. aku pun tersungkur ditangannya sambil menangis. seandainya dapat, tentu aku ingin turut serta, pergi bersama dia. istriku telah mati, Gan!

saat mengantar jenazah istriku ke pekuburan. anakku yang sulung bertanya, "ayah, kenapa ibu meninggal?"

"Ibu pergi ke surga, nak. nanti kita semua akan berkumpul di sana. nanti kita ketemu ibu lagi." demikian jawabku.

anak ku berkata lagi dengan sedih, "kata kakek, ibu dibunuh sama ayah. benar enggak yah?"

tak kuasa aku menahan derai air mataku. aku tahu, orang-orang memandang aku tak ubahnya sebagai pembunuh istriku. karena dianggap yang menyebabkan istriku jatuh sakit hingga meninggal dunia. lalu, kini apa yang harus aku katakan. haruskah aku berdebat dengan anakku sperti di forum diskusi, untuk menjelaskan mana pandangan yang benar. tidak. itu bukan waktunya berdebat dan berdiskusi. tapi, apakah aku harus membiarkan anakku menanggap ayahnya yang membunuh ibunya? tidak. tak bisa kubiarkan hal itu terjadi. "Mari nak, kita doakan, agar ibumu hidup bahagia di dalam sorga!".

Ampun, Gan!
ingin aku berlari
entah kemana aku harus berlari
ingin aku berteriak
dada ku hendak meledak

aduh, Tuan
hamba memang bersalah
mengapa istriku yang dimatikan
mengapa tidak aku saja
kurasa, hidup merupakan hukuman yang berat dari kematian

ingin rasanya aku pergi ke hutan
menjalani hidup sebagai pertapa
seperti sang bodhisatva
tapi anak-anak ku, bagaimanakah pula

aku berdiri disini sperti patung
tak tahu kemana harus melangkah
maju salah, mundur pun salah
kiri kanan atas bawah
semua serba salah

ampun, Tuan
berilah daku hidup bahagia
sebagaimana dahulu kala
jangan seperti ini

dalam berdiri aku samadhi
menyusuri jejak sang istri
dimana ia berada, kemana ia telah pergi

sungguh sangat kasihan
ia jatuh ke dalam neraka
tejerembab di dalam udara yang berputar
seperti yang terbawa arus sungai
lalu beputar-putar di dalam pusaran air
tampak ia mengharap belas kasihan
dan minta pertolongan

lalu aku datang, untuk menolong dia
dia mengulurkan tangan
hendak meraih tanganku
tapi dia terpental ke belakang
dihembuskan angin kebencian
sungguh aku tidak tahu lagi
bagaimana cara menolongnya

saat ku buka mata
aku melangkah
walaupun sedih dan menderita
tapi hidup harus kulanjutkan
aku harus pergi bekerja
demi anak-anak kami

10
Kafe Jongkok / Re: FlowChart jatuh cinta.. ^^
« on: 08 August 2010, 09:59:45 PM »
izin  copas ya. gw mo ajarin ke murid-murid gw di smk.. he..he..

11
Kafe Jongkok / Re: Selamat Tinggal Alam Gaib
« on: 08 August 2010, 09:56:25 PM »
aku baca juga loh...
Saran saya, coba membuat karangan sejenis cerpen untuk buku2 remaja / koran / majalah... mungkin bakat anda menulis dapat tersalurkan dan anda bisa mendapatkan honor ...


hmmm.... mungkin anda orang yang ke-100 yang mengatakan demikian terhadap saya.

sebenarnya, saya udah ditawarin untuk menulis buku oleh sebuah penerbit di Bandung. sayang, tema yang ditawarkan tidak sesuai dengan minat saya, yaitu membuat buku tentang Seni Budaya dan Keterampilan. akhirnya, sudah hampir setahun, buku itu malah belum rampung juga. itu akibat kurangnya minat.

saya juga punya banyak pengalaman spiritual yang sangat ajaib dan menakjubkan. tetapi, bila itu ditulis dipublikasikan, dengan sangat terpaksa saya harus menyebutnya "kisah fiksi" alias "cerpen". jika tidak, maka saya harus bersiap disebut gila, sesat, dicaci maki atau dihujat. hal ini pula yang membuat saya akhirnya tidak tertarik untuk menulis buku untuk dipublikasikan. saya menulis buku, untuk saya simpan sendiri, dan ingin saya wariskan kepada anak-anak saya kelak.

Pernah juga saya datang ke salah satu penerbit terkenal di Bandung untuk menawarkan karya tulis saya berjudul "Logika Praktis". Pihak penerbit berkata, "Buku anda sungguh bagus, tapi kami tidak dapat menerbitkannya, karena kami mempertimbangkan popularitas diri anda." lalu pihak penerbit memperlihatkan buku-buku terbitannya, semua ditulis oleh para pengarang terkenal, seperti halnya Prof. Dr. Djalaludin Rahmat. dengan kata lain, kalau saya ingin menerbitkan "buku berat" seperti Logika, saya harus sepopuler Kang Djalal.

sudah dua tahun terakhir ini, saya lebih bisa menyalurkan bakat menulis saya, karena bergaung dengan Asosiasi Wartawan Indonesia, serta aktif di sebuah surat kabar. tapi, saya rasanya lebih suka curhat, dari pada menulis berita. dimana-mana, di forum sana sini, gw curhat melulu. sepertinya gw lebih cocok jadi "wartawan curhat", yang diomongin selalu tentang "aku, aku, aku dan aku". cari perhatian kayaknya. karena diperhatikan orang itu, nikmat sekali rasanya. :) kita bisa memanjakan ego kita, seperti memanjakan tubuh dengan membiarkannya terlelap diayunan tidur.

12
Kafe Jongkok / Re: Aisyah, Maafkanlah Daku!
« on: 08 August 2010, 09:41:02 PM »
| siapa siaga... barangkali ada yang mo jitak pala gw | :)

13
Kafe Jongkok / Re: Aisyah, Maafkanlah Daku!
« on: 08 August 2010, 09:37:50 PM »
Eh kayaknya jangan minta maaf sama Aisyah saja, tapi minta maaflah sama istri anda juga.
Kalau dia tahu kan sedih.

Terlepas anda Muslim atau Buddhist atau apa pun juga, kan tidak diajarkan untuk bikin orang lain sedih.
Kecuali kalau istri anda memang sudah menyatakan kesediaan rela suaminya lirik-lirik di luaran - tapi sekali lagi menduakan pasangan hidup (baik poligami atau hanya lirik-lirik), sebagian besar berakibat kesedihan buat si istri sah. Kuno itu kalau ada yang bilang istri sah bisa 100% bahagia dimadu suami atau suaminya lirik-lirik di luar.

Kesalahan anda pada istri sah lebih besar daripada terhadap Aisyah lo.

istriku amat baik dan pengertian.

bila aku jatuh cinta lagi, aku tidak pernah sembunyi-sembunyi. selalu berterus terang padanya. seperti kisah ku berikut ini tentang Erlita.

di kampus ada gadis cantik, putri dekan. aku suka sekali pada nya. aku suka ngeliatin wajahnya, sebelum masuk kelas. dia suka lari terbirit-birit. karena masih kepengen ngeliatin wajahnya yang cantik itu, saya ikutin kemana dia pergi. lalu dia marah, "kenapa sih ngikutin aja?"

"salahmu sendiri. kenapa kau cantik? jadi aku suka padamu!"

"aku udah punya pacar". terang Erlita, gadis itu.

"gak peduli. aku suka padamu, bukan suka pada pacarmu"

"idih kamu!"

lama-lama aku gak tahan, ketika anak-anak kampus berkerumun di taman kampus, aku mencegat dia di tengah keramaian. dan aku teriak :

"teman-teman, sodara-sodara sekalian. dengarkanlahm aku di sini berdiri untuk mengumumkan bawa aku mencintai seorang gadis cantik bernama Erlita." teriak saya.

kontak semua orang menoleh. dan wajah Erlita tampak marah.

"bukannya kamu sudah punya istri?" tanya Erlita

"benar".

"huuuuu....." sorak orang-orang

"lalu kenapa bilang cinta sama aku?"

"emank, aku cinta. Tuhan yang menciptakan cinta di hatiku, bukan diriku sendiri." jawabku.


"ngaca dulu donk! loe itu seusia bapak gue. amit-amit pacaran ama mahasiswa tuir kayak eloe!".

"alhamdulillah! dapatkah kau keluarkan kata-kata yang lebih menyakitkan dari itu?"

Quote from: mushab bin umar
Hehehe..

Jadi geli dan senyum2 sendiri baca ceritanya kang Jhana...

Hehe, ga nyangka ternyata antum suka nekad juga ya kang?

ya begitulah diriku, kang. itu semua berkat pendidikan yang saya peroleh dari seorang guru sufi. beliau selalu menasihati aku, "janganlah dirimu munafik, jangan berupaya menyelimuti kebodohanmu, jangan mencoba menyelimuti kekuranganmu, agar orang lain selalu melihatmu tampak baik. katan sebagaimana yang dikatakan hatimu. jika kau suka sesuatu, katakan suka. jika benci, katakan benci. jika marah, marah saja. jika sedih, menangis saja. jangan so suci, selalu tampil sebagai penyabar, ramah tamah, dan alim, padahal di dalam nafsumu penuh gejolak. berbuatlah alami, apa adanya. hanya aku berpesan, setiap hendak melakukan apapun ucapkanlah bismillah."

ajaran guruku itu meresap ke dalam sanubariku. maka ketika aku jatuh cinta sama erlita, aku jujur saja pada semua orang bahwa aku jatuh cinta. termasuk pada istriku sendiri, aku gak pernah menutupinya. biarlah dia tahu. "bu, di kampus ada seorang gadis cantik bernama Erlita. aku jatuh cinta padanya"

"begitu ya?" tanya istriku, yang dalam panggilan mesra aku memanggil "ibu" sebagaimana panggilan anakku padanya.

"iya. gimana, apakah ibu mengizinkan Ayah untuk mendekatinya?"

"ayah, kalau dia mau, ntar dia mo di kasih makan apa? hidup kita berdua aja susah. lagian dia itu anak Dekan, anak orang berada. mana mau sama ayah. ada ada aja si Ayah ini." jelas istriku.

"jadi, jika Ayah sanggup mencukup kehidupan dua orang istri, ibu mengizinkan ayah untuk memiliki dua istri?" tanyaku.

"ya, terserah ayah saja lah!" jawab istriku.

"kalau begitu, bantulah Ayah bikin surat untuk Erlita!" pintaku.

istriku membantuku membuat surat cinta kepada Erlita. aku mencoba membuat kata-kata terindah. kadang-kadang istriku tertawa cekikikan mentertawakan kesalahan kata-kata yang aku buat. kadang-kadang dia mengoreksi untaian kata-kata puisi yang kubuat. akhirnya, surat cinta itu selesai kubuat sebanyak tiga halaman, dengan bantuan istriku. istriku melipatnya dan memasukan ke dalam amplop bergambar bunga. lalu menyerahkannya kepadaku. aku mengucapkan terima kasih, mencium keningnya dan memeluknya. begitu baiknya istriku.

"bismillahirrahmanirahim. dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang, yang menciptakan perasaan cinta pria pada wanita, yang menciptakan rasa kasih sayang di antara sesama manusia. rabbana maa khalaqta haadza baatila. ya Allah, mustahil engkau menciptakan rasa cinta di dalam sanubariku secara batil. tentu ada hikmah yang akan engkau tunjukan padaku. maka dengan menyebut namamu, aku teguhkan hatiku untuk melaksanakan niatku menyampaikan hasrat hati kepada Erlita, tanpa sedikitpun ada maksud di hatiku melukai sebuah hati yang lembut lagi baik, seperti hati istriku ini." dan aku semakin erat memeluk istriku. tampak air mata istriku menetes. entahlah apa itu artinya.

http:///forum/index.php/topic,63779.0.html

aku pernah share cerita cintaku tersebut di forum lain.




14
Kafe Jongkok / Re: Selamat Tinggal Alam Gaib
« on: 07 August 2010, 11:00:29 PM »
wah ternyata panjang banget ya.. gw sanksi ada yang mo baca, kalo panjang begitu. apalagi kalo malam-malam gini....

15
Kafe Jongkok / Selamat Tinggal Alam Gaib
« on: 07 August 2010, 10:58:50 PM »
biasa bro... cyrat. maksud ku curhat...   :)

sejak tahun 2000, saya gemar berinternet. Kini kegemaran berinternet ini sudah menjadi kegemaran umum. Dapat dikatakan, "tidak ada yang tak gemar internet". Tetapi, orientasi dan motivasi masing-masing orang dalam berinternet itu berbeda-beda. Saya sebagai contoh, orientasi utama dalam berinternet adalah untuk menemukan artikel-artikel menarik, mengembangkan pengetahuan dan hiburan. Inti dari semua itu adalah "cara untuk memperoleh hal yang menyenangkan".

Hal yang paling saya sukai dalam berinternet adalah diskusi di forum-forum online. Menekuni dunia diskusi di forum-forum diskusi dunia maya, memiliki manfaat yang cukup besar. Terutama untuk mengembangkan kedewasaan berpikir kita, dan membuat pikiran kita bisa lebih membumi. Seperti saya contohnya,  mulanya memiliki pemikiran yang sangat idealis, jauh dari jangakauan pemikiran orang lain, seperti mengambang diawang-awang, sulit diraih (difahami) orang lain. Dengan seringnya berdiskusi, saya jadi mengerti mana pemikiran-pemikiran yang bisa diterima oleh orang lain dan mana yang tidak. Akhirnya, saya merasa "bangun" dari mimpi. Dan ini adalah salah satu bentuk manfaat dari diskusi online.

"Bangun dari mimpi" bukan berarti saya mengakui bahwa selama ini saya telah hidup di dalam mimpi atau terbuai oleh halusinasi. Tetapi kini saya menyadari bahwa pengetahuan-pengetahuan yang berusaha saya transoformasikan kepada publik, bagaikan mimpi bagi mereka. Dan saya sadar, bahwa saya harus berbicara sesuai dengan tarap pemikiran publik. Dulu saya tidak mengerti, mengapa orang-orang itu membantah kebenaran yang saya sampaikan. Kini saya mengerti bahwa hal itu disebabkan karena apa yang saya sampaikan tidak berpijak terhadap pemikiran mereka sendiri. Pemikiran saya melangit, mengambang diangkasa. Tapi, karena penolakan-penolakan itu, maka saya sperti turun ke bumi, berpijak di atas tanah, sehingga dapat disentuh makhluk bumi. Inilah yang saya sebut "bangun dari mimpi". Sementara bagi saya, itu hanyalah bentuk perubahan metoda, kepada suatu bentuk metoda yang lebih dapat diterima oleh publik, sedangkan publik akan melihat saya sebagai seseorang "baru keluar dari ilusi". Tak mengapa, karena saya harus menggunakan istilah-istilah berpijak kepada cara pandang publik, sehingga saya tidak keberatan  untuk dinilai sebagai "orang yang bangun" dari mimpi dalam makna yang negatif.

Orang-orang di forum diskusi, yang telah banyak mengkritik saya, merekalah yang telah membangunkan saya dari mimpi. Mereka telah menunjukan bahwa pengalaman-pengalaman spiritual yang saya alami, ternyata tidak ada harganya sama sekali bagi kehidupan ini, atau mungkin hanya sedikit saja harganya. Bagi mereka, tiada guna sama sekali, seandainya saya seorang yang sakti, mampu melihat sorga, neraka, mampu menembus bumi, berjalan diatas air, atau dapat memindahkah gunung himalaya sekalipun, bila ternyata kemampuan saya ini tidak berefek apapun terhadap mereka. Apalagi bila aku tidak sehebat itu. Inilah fakta baru yang aku lihat.

Selama ini, saya merasa telah masuk ke dunia spiritual yang menakjubkan. Betapa tidak, saya mengalami pengalaman spiritual yang luar biasa, seperti melihat surga, neraka, makhluk-makhluk halus, dan mukjizat-mukjizat yang luar biasa. Tetapi, jika diukur, semua itu seperti tak ada manfaatnya sama sekali bagi kehidupan. Ibu saya mengalami sakit bertahun-tahun, dan saya tidak dapat menolongnya. Kerabat saya mengalami kesulitan ekonomi yang parah, sedangkan saya pun tidak dapat membantu mereka. Bahkan istri saya sendiripun mengalami sakit yang menahun, tak juga kunjung sembuh. Jadi, apa manfaat dari semua kemajuan kebatinan yang aku alami bagi istriku?

Saya telah menceritakan pengalaman spritual saya ketika mati suri, melihat surga dan neraka, bagaimana sifat surga, neraka, dan bagaimana saya bertemu para arwah dan malaikat. Hasilnya, 90 % manusia menganggap pengakuan saya tersebut sebagai kisah "dusta". Mereka menunjukan bahwa di dunia ini, banyak orang yang mengalami mati suri, dan mereka mengalami pengalaman spritual sesuai dengan keyakinan agama masing-masing. Orang kr****n mengaku bertemu Yesus. Orang Islam mengaku bertemu Muhammad. Dan belakangan ini, saya membaca artikel yang menceritakan seorang Bikhu Budhis yang melihat sang Budha di dalam neraka, sehingga bikhu tersebut akhirnya masuk kr****n. Karena itulah, mereka menyimpulkan bahwa pengalaman-pengalaman spiritual tersebut hanyalah halusinasi belaka. Dan kata mereka, "seandainya itu pengalaman yang nyata, tetapi apa manfaat dari semua itu untuk kehidupan ini?"  ku renungkan hal itu, ada benarnya juga. Pengalaman spiritual seseorang bersifat sangat pribadi, diluar jangkauan pengalaman orang lain. Oleh karena itu, ia tidak dapat dijadikan argumentasi bagi kebenaran yang disampaikan kepada orang lain.

Ku akui, bahwa perkembangan mental dan spiritual saya telah memberikan cukup banyak manfaat bagi kehidupan. Paling tidak, bagi diri saya sendiri, saya dapat memperoleh kebahagiaan hidup yang muncul karena kemampuan dalam mengembangkan ketenangan, mampu mengatasi persoalan-persoalan mental yang pelik, serta menyelesaikan problem-problem yang berkaitan dengan mistik.

Sekali, pernah ada seorang perempuan yang sedang sekarat. Saya hadir disitu, sehingga saya melihat perempuan itu menghembuskan nafasnya yang terakhir. Tetapi secara batin, saya melihat ada yang janggal. Ada 5 ruh yang keluar dari tubuh perempuan itu. Dan salah satunya seperti diseret secara paksa. Saya mengikuti kemana perginya para arwah tersebut. Dan saya menemukan ruh perempuan itu ada di jurang neraka, terjepit oleh dua batu besar, sehingga membuat perempuan itu sesak. Seandainya kedua batu tersebut terbuka, maka jatuh lah ia ke dalam api  yang berkobar-kobar. Saya menarik menolong perempuan itu dari sana, setelah bernegosiasi dengan para penjaga neraka.

Kisah-kisah seperti itu, tentu hanya akan menjadi bahan tertawaan orang-orang. Bila lebih banyak diceritakan, berarti lebih banyak mengumpulkan "tuduhan gila" atau "pengkhayal" atau "sesat" terhadap diriku sendiri. Tapi, apapun tuduhan mereka, perempuan yang terjepit di jurang neraka itu, telah mengakui kebenarannya. Dan ia hidup kembali di dunia ini seperti sedia kala. Keluarga nya pun gembira. Hidup nya kembali perempuan yang sudah mati tersebut, merupakan manfaat yang nyata dari kamampuan batin yang selama ini aku miliki, terlepas dari berbagai tuduhan miring tentangnya. Terlepas dari apaka orang lain mengakui kebenarannya atau pun tidak, diriku sendiri telah dapat melihat manfaat ilmu kebatinan yang luar biasa. Akan tetapi, seperti seseorang yang tercebur ke laut dan hampir tenggelam, seandainya dilemparkan emas intan permata, tentu tak berguna baginya sama sekali. Karena satu-satu nya yang dia perlukan saat itu adalah sesuatu yang bisa menyelamatkan nyawanya dari tenggelam, seperti ban bekas atau pelampung. Demikian pula, segenap kemajuan saya dalam ilmu kebatinan, saat ini ia seperti emas intan permata yang di ku genggam saat diriku terpeleset jatuh ke laut. Justru, jika emas intan tersebut tidak ku buang, aku bisa lebih cepat tenggelam ke dasar laut tanpa terselamatkan. Oleh karena itu, kini aku lepaskan baju kebatinan yang memberatkan hidup ku itu. Seakan-akan aku berkata, "selamat tinggal alam gaib, sampai jumpa lagi nanti!"

Ada banyak pengetahuan yang ku lihat di alam gaib. Semakin aku menyelami kebatinan, maka semakin banyak fakta-fakta gaib yang kulihat, dan aku sudah  pasti terdesak untuk mentranformasikan pengetahuan tersebut kepada publik. Jika itu terjadi, maka orang-orang akan berduyun-duyun mendatangi ku, sebagai menonton "orang gila", masih untung bila aku tidak diseret-seret masuk ke rumah sakit jiwa.

Aku dapat pergi menyepi sendiri, ke hutan atau tinggal di dalam gua, seperti seorang pertapa untuk menyelami kebenaran sendirian. Tetapi untuk apa, justru aku berasal dari sana, dari alam kesendirian. Dan kebenaran tidaklah dapat difahami di sana. Di sana, tidak ada yang disebut kebenaran atau kesalahan. Justru aku datang ke sini, karena tertarik untuk menyelami apa yang disebut benar, salah, keadilan dan ketidak adilan. Semua ini di luar jangkauan pemikiran publik. Sehingga tidak ada jalan bagi mereka untuk bisa menilai bahwa semua itu adalah benar. Tapi untunglah, sebelum saya mencoba mentransformasikan pengetahuan di dunia nyata, aku menguji cobakannya di dunia maya, di forum-forum diskusi online. Setidaknya, konflik yang ditimbulkan tidak terlalu keras. Dan setelah melalui diskusi-diskusi yang panjang itu, akhirnya aku membatalkan niat untuk menstranformasikan pengetahuan-pengetahuan ku kepada umat manusia.

Saat ini, orientasi saya dalam berinternet sudah mulai berubah. Saya mulai tertarik dengan peluang bisnis di internet. Saya merasa tidak punya cukup waktu lagi seperti dahulu. Keadaan saya sekarang, seperti tukang bajaj yang dikejar-kejar setoran. Hal itu karena saya sudah merasa begitu jemu hidup tinggal di rumah kontrakan. Dengan harapan memperoleh penghasilan yang cukup untuk bisa menabung, dengan maksud tabungannya kelak bisa untuk membeli rumah, maka saya mencoba mencari peluang-peluang bisnis yang bisa mewujudkan keinginan saya tersebut. Saya tidak punya banyak waktu lagi untuk berdiskusi ria di internet, ngobrol ngalor ngidul hingga berjam-jam memperdebatkan soal agama atau filsafat. Saya merasa terdesak, harus menggunakan waktu sefektif mungkin, paling tidak, agar saya bisa memenuhi kebutuhan keluarga.

 



Semua persoalan hidup ini dapat saya abaikan, dan saya bisa tetap tenggelam di alam spiritual yang indah. Tapi, bila aku harus bangun dari mimpi yang indah itu, aku harus melihat bahwa kini aku harus membangun kehidupan ekonomi. Aku tidak lagi dapat berpikir seperti dulu, "tak usahlah mengkhawatirkan dirimu tak berpakaian, sebab tuhan telah memberi mu badan." intinya, aku bersyukur bahwa tuhan telah memberiku tubuh yang sempurna, tidak cacat. Tetapi, bila sebagai suami, aku tidak dapat membelikan rumah bagi anak istriku, maka serasa aku menjadi pria yang cacat. Terdorong oleh rasa takut akan munculnya penderitaan yang ditimbulkan oleh lemahnya ekomomi, aku bangkit untuk bekerja dan mencari peluang-peluang bisnis yang baru. Dan untuk itu, sepertinya aku harus mengubah kebiasaan lama ku, yaitu menghabiskan waktu untuk berfilsafat ria. Karena aku harus memulai bisnis.

Hal yang membuatku terbuai oleh filsafat adalah kemampuan ku untuk menggali ide-ide tanpa harus beranjak dari tempat duduk. Dengan keterampilan meditasi tertentu, aku mampu mengembangkan pemikiran. Selalu saja ada ide-ide baru yang menarik untuk aku tulis. Pengetahuan-pengetahuan meditatif tersebut merupakan filsafat. Tak ubahnya seperti pertapa yang selalu memperoleh bisikan dewa-dewa.

Dengan keterampilan meditasi ilmu, aku menjadi orang yang produktif dalam menulis. Aku menjadi orang yang tidak pernah kehabisan ide untuk menulis. Sekali saja aku bermeditasi, maka berhari-hari aku tahan duduk di dalam kamar, untuk menulis banyak sekali ide-ide yang menarik untuk ditulis. Walaupun apa yang disebut menarik, itu merupakan hal yang relatif menurut masing-masing, tetapi seorang penulis, akan memulia tulisannya dari apa yang menarik menurut dirinya sendiri. Bila ia menemukan hal-hal yang menarik, berarti dia memiliki ide dan bahan tulisan.

Aku sudah membuat 3 jilid buku, yang masing-masing buku terdiri dari 600 halaman. Ditambah lagi, aku telah mengumpulkan sekitar 12 ribu artikel yang belum aku bukukan. Belum lagi artikel-artikel yang pernah aku tulis di forum-forum online. Murni karya tulis ku sendiri. Hal ini menunjukan bahwa aku cukup produktif dalam menulis. Dan produktifitas ini dipengaruhi oleh kemampuan kebatinan tadi.

Cukup dengan melatih sedikit konsentrasi, menjaga agar perut tidak terlalu kenyang, tidak terlalu lapar, tidak terlalu banyak tidur, tidak pula kekurangan tidur, maka otak kita akan selalu dialiri oleh intuisi-intuisi yang peka terhadap pengetahuan yang akan menjadi bahan tulisan. Pemahaman tentang tata cara mengembangkan pemikiran tersebut, menunjukan bahwa saya memiliki metoda khusus dalam mengembangkan pengetahuan tanpa beranjak dari tempat duduk.

Berkembangnya kemampuan kebatinan dan filsafat di dalam diriku, telah membuatku semakin jauh dari manusia. Pemikiran ku melangit bukan karena aku memiliki khayalan tinggi, tapi karena apa yang menjadi objek pemikiran ku jauh di luar jangakauan pemikiran orang-orang pada umumnya. Sehingga hal itu membuat saya menemukan kesulitan dalam menstranformasikan pengetahuan kepada orang lain dan membuat saya malas untuk membicarakan pengetahuan  sesuai dengan taraf pemikiran orang lain.

Pages: [1] 2 3 4 5 6 7 8 ... 55
anything