Catatan Perjalanan ke SrilankaSetelah menginap 2 malam di Singapore, rombongan kecil kami berangkat ke Srilanka, pada jam 21:30. Seperti biasanya Singapore Airlines dengan pelayanan yang efisien dan senyum resmi (atau artifisial?
) dari pramugarinya.
Hari Pertama di Srilanka.Setelah dalam terbang 3,5 jam, kita Tiba di Negombo Airport pagi hari jam 00:30. Kesan saya, Negombo Airport walaupun tidak seperti Changi, dan lebih mirip bandara Juanda Surabaya, tetapi jauh lebih bersih dan rapih. Dan membuat surprisa bagi saya karena jauh dari gambaran saya sebelumnya, yg mengira seperti airport di Mumbai yg penuh sesak dan jorok.
Setelah melewati Imigrasi yg seharusnya cepat , karena sudah minta visa via on line, khusus pejabat yang menangani barisan antrian saya; bekerja dengan kecepatan siput. Mau pindah barisan, rasanya sayang karena hanya tinggal 4 orang lagi. Akhirnya tiba giliran saya menghadap pejabat imigrasi yang masih muda, tapi visa online saya dianggap bermasalah, karena didepan tulisan nama saya ada tulisan MR. Tidak sama dengan yang tercetak tanpa MR di passport ; padahal tulisan MR itu muncul karena pilihan yang ada di form online, kalau saya memilih yg MS kan jauh lebih berabe lagi, karena di passport gender saya tercetak Male.
Singkat kata, si petugas agak kebingungan karena nomor Visa sama, nama juga sama tapi yg satu pakai MR, yg satu tidak pakai MR, dan pemimpin rombongan saya yang mulai tidak sabar menunggu akhirnya mendekati petugas tersebut dan mengatakan kita serombongan menggunakan visa online semua, dan berkunjung karena mendapat undangan upacara yang akan dihadiri oleh Y.M Presiden Srilanka, sambil menunjukkan undangan dan susunan acara upacara pada petugas imigrasi yang kelihatannya baru beberapa hari bekerja. Kemudian si petugas mengatakan : “OK, OK” (tapi sambil mengeleng gelengkan kepala) dan meminta saya menunggu , kaburlah dia ke ruang kantor atasannya. Setelah menunggu sekitar 5 menitan, kembalilah si petugas dengan senyum lebar, dan berkata : “No problem Sir, have a nice stay in Srilanka”.
Lolos dari pemeriksaan imigrasi, dan selesai mengambil koper; kita terpaksa menunggu peserta di rombongan lain, yang mendapat masalah yg sama di imigrasi tsb; karena harus berangkat bersama sama, dengan 3 bus besar dan 1 mobil box untuk membawa koper.
Airport Negombo
Perjalanan dari airport Negombo menuju hotel di pusat kota Colombo melewati jalan tol yg relatif baru memakan waktu 1 jam lebih, maka tibalah kami di hotel Kingsbury yg terletak di tepi pantai, pada jam 3:00 pagi.
Dengan kondisi ngantuk dan sdh teler karena beraktifitas sejak pagi di Singapore, praktis belum berisitirahat sama sekali, kami harus menunggu proses check in di hotel kurang lebih 1 jam, karena banyaknya rombongan yg datang sekaligus.
Akhirnya setelah mendapatkan kunci kamar, lalu mandi cepat cepat, langsung menuju tempat tidur , eh ternyata sudah jam 4:30 pagi, padahal kami harus berangkat menuju lokasi acara pada jam 8:00 pagi. Baru saja terlelap, wake up call sudah berbunyi, jam 6:30. Setelah mandi , kami turun ke restoran untuk santap pagi; kualitas makan pagi yg diberikan , sangat bagus , terutama rotinya yang enak sekali seperti roti di Eropa. Kami tidak sempat untuk menikmati hotel Kingsbury yang berbintang lima; setelah breakfast, harus check out karena setelah acara selesai, rombongan kami akan pindah ke kota lain dan menginap disana.
Sebelum menaiki bus, semua peserta rombongan diperiksa oleh petugas keamanan istana kepresidenan; sehingga memakan waktu yg cukup lama, menjelang jam 9:00 barulah bus bergerak.
Ternyata karena jumlah peserta jauh lebih banyak dari perkiraan semula, lokasi acara peluncuran perdana buku Dhammapada dalam bahasa Sinhala, diubah dari di Temple Tree menjadi ke gedung Parlemen Srilanka. Setelah memutari beberapa blok karena jalan satu arah, akhirnya rombongan tiba di gedung Parlemen Srilanka yang jaraknya .......200 meter dari hotel tempat kami menginap. Ketepu deh..... ...
Kalau tahu begini , kan lebih baik jalan kaki.
Gedung Parlemen Srilanka yg bersejarah itu dibangun pada abad 19, dan tempat berdebat para politisi sejak jaman penjajahan Inggris. Bangunan yg indah dengan tangga kayu dan ornamen yang artistik.
Delegasi yang hadir selain dari Srilanka sendiri, kebanyakan dari Malaysia, Singapore, Taiwan, dan Jepang yang dipimpin oleh seorang bhikkhu, entah dari tradisi yg mana, yg jelas begitu banyak pengawal berdasi yang mengawal beliau; mungkin beliau memiliki pengaruh politik yang besar di Jepang.
Acara dimulai dengan pidato pidato pembukaan, ada yang dalam bahasa Inggris, tetapi juga ada yang dalam bahasa Sinhala. Alat penterjemah yang disediakan, tidak terlalu membantu.
Sekitar jam 11:00 barulah Y.M Mahinda Rajapaksa, Presiden Republik Srilanka tiba, dan berpidato yang menyatakan terimakasih kepada semua delegasi yang membantu pencetakan buku Dhammapada dalam bahasa Sinhala yang Pertama, (selama ini selalu dalam bahasa Pali; maka tidak heran di Srilanka, Buddhism mirip tradisi kepercayaan mayoritas di Indonesia, rata rata tahu, bisa baca , hapal Paritta, tapi tidak memahami) untuk diberikan kepada sekolah sekolah di seluruh Srilanka. Dan ucapan terimakasih terutama diberikan kepada Y.A. Weragoda Sarada selaku pemrakarsa dan penterjemah.
Sambutan dari Y.A. Weragoda Sarada yang disampaikan dengan penuh semangat tapi dalam bahasa Sinhala (dan kecepatan penterjemah yang jauh lebih lambat dan terputus-putus, malah bikin bingung), membuat saya tidak mengerti. Singkat kata, secara simbolis Y.A Weragoda Sarada memberikan buku Dhammapada tsb kepada Presiden, dan secara resmi Presiden menerima pemberian tersebut dan sebaliknya memberikan sebuah Buddharupang kepada Y.A Weragoda Sarada. Setelah itu buku tersebut juga diberikan kepada Maha Nayaka Sangha Theravada Srilanka, dan juga kepada para bhikkhu ketua Vihara dari berbagai Vihara yang berpengaruh di Srilanka .
Terakhir adalah pemberian dana dari Jepang, kepada rakyat Srilanka yang disampaikan oleh bhikkhu dari Jepang; (saya hanya menangkap kata-kata sekian juta Yen, untuk perpustakaan di sekolah yg hancur terkena Tsunami, sumbangan dari umat Buddha di Jepang); dan Presiden Srilanka sebagai balasannya memberikan sebuah Buddha Rupang dari batu pualam putih, kira kira 60cm dan tampak sangat berat karena digotong 8 orang.
Setelah itu Presiden meninggalkan tempat acara, dan para peserta semua keluar menaiki bus untuk pindah tempat ke lokasi lain untuk acara persembahan makanan kepada para bhikkhu yang berjumlah lebih dari 500 orang; kalau tidak salah di gedung milik militer Srilanka.
Sangha yang menantikan persembahan dana makanan dari umat.
Acara Persembahan Makanan yang ditutup dengan Pelimpahan Jasa oleh para bhikkhu, selesai jam 13:00. Dan kami yang sudah teler karena kurang tidur ditambah lagi badan kami masih memakai body clock Indonesia/Singapore sdh kelaparan karena merasakan seperti sudah jam 15:30 tapi belum makan siang.
Setelah berdiskusi sejenak, rombongan kecil kami (8 orang) kembali ke hotel Kingsbury untuk santap siang.
Dalam perjalanan ke hotel, sempat membuat foto Colombo yang tidak terlalu ketinggalan jaman.
Sampai di hotel, restoran utama , penuh sesak tidak ada tempat duduk, sehingga kami ditempatkan di restoran ditepi pantai yang hanya menyediakan snack/makanan ringan; tempat lebih baik tapi service lebih lambat karena jauh dari dapur di restoran utama.
Setelah selesai, rombongan menunggu jam 15:00 untuk ke Temple Tree tempat kediaman Presiden untuk Afternoon Tea. Waktu tersedia cukup banyak, sedangkan semua sudah check out, akhirnya kita beristirahat di Tea Lounge yang menyediakan High Tea, (minum teh sambil menyantap berbagai Snack, yang kalau dilihat dari variasinya, cukup untuk membuat kenyang). Karena baru saja santap siang, rombongan kami tidak memilih Hightea, hanya memesan kopi, sedangkan saya dengan 2 teman saya memilih minum Earl Grey Tea. Yang memesan kopi, kecewa karena kualitas kopi yang jauh dibawah kopi yang biasa disajikan di hotel hotel di Indonesia, yang biasa menyajikan kopi kualitas terbaik dunia seperti Gayo, Toraja, Kintamani dll. Maklum Srilanka produsen teh, bukan produsen kopi. Sedangkan teh yang dipesan, excellent, betul betul berkualitas prima.
Singkat kata , rombongan menuju Temple Tree, dan disana dilakukan lagi scanning, semua tas, ponsel dan kamera harus disimpan ditempat penjaga. Kami memasuki kompleks istana Kepresidenan, yang kalau dibandingkan dengan Istana Merdeka , jauh lebih kecil; dan dibawa ke kebun di belakang yang dipenuhi oleh pohon pohon tua.
Salah satu halaman depan Temple Tree yang rimbun dan hijau, yang sempat difoto sebelum kamera dan ponsel diserahkan ke petugas jaga
Jalan masuk ke kediaman Presiden
Acara pertama sore itu berlokasi di bawah pohon Boddhi, untuk pemberkahan dua Buddha Rupang yang tadi diberikan oleh Presiden.
Pembacaan Paritta dan Pemberkahan dilaksanakan setelah Presiden hadir.
Setelah itu Presiden kembali ke ruang kerjanya dan kami dipersilahkan minum teh atau mengudap Snack, juga disediakan juice, dan saya menemukan juice yang belum pernah dilihat yaitu Apple Wood Juice, yang ternyata adalah jus yang kalau di Indonesia adalah buah Kawista; dan sekarang sudah termasuk buah langka. Waktu kecil saya suka sekali dengan buah ini, dan sekarang hanya bisa beli sirupnya saja di kota Rembang. Kreatif juga orang Srilanka, dibuat juice ternyata enak sekali.
Sayang sekali tidak ada ponsel maupun kamera yg bisa digunakan untuk memotret selama acara di Temple Tree, kediaman resmi Presiden Mahinda Rajapaksa.
Setelah acara minum selesai , kami digiring ke sebuah lapangan yang lumayan luas untuk foto bersama Presiden; dan menunggu cukup lama sampai sekretaris rumah tangga Presiden memberikan permintaan maaf sambil menjelaskan bahwa Presiden sedang menemui anak anak sekolah dari daerah yang berkunjung untuk bertemu Presiden. Sekretaris negara menerangkan bahwa Presiden Mahinda Rajapaksa sangat memperhatikan pendidikan anak; Presiden meluangkan waktunya 2 jam sehari untuk bertemu dengan rombongan anak sekolah dari 4 sekolah di Srilanka yang datang secara bergiliran.
Menurut Sekretaris Negara, Presiden menanyakan masalah anak sekolah, fasilitas yang dirasakan kurang oleh anak anak tsb; dan akan memerintahkan menteri pendidikan untuk menyelesaikannya.
Di Srilanka, sekolah sampai dengan setingkat SMA. Gratis, dan dibiayai oleh negara, demikian juga pelayanan di rumah sakit umum, semuanya gratis. (Kapan nih dinegara kita begini?). Demikian juga perumahan rakyat , disediakan dan bisa disewa dengan biaya yang murah.
Akhirnya Presiden muncul dan bergegas menuju rombongan yang sudah berderet rapi untuk foto bersama. Dan dalam rombongan dari Malaysia, ada beberapa anak yang ikut bersama orang tuanya. Disinilah saya melihat bahwa Presiden Srilanka betul betul mengasihi anak anak, beliau dengan ramah mengajak anak anak tersebut untuk berdiri disamping kiri dan kanan beliau untuk berfoto.
Acara foto yang kurang dari 5 menit itupun selesai. Dan rombongan kami yang berdelapan kembali ke bus untuk mengunjungi vihara tempat Bhante Weragoda Sarada berdiam sebelum beliau tinggal di Singapore untuk memimpin Buddhist Meditation Center di Jl. Mas Puteh, Singapore.
Perjalanan yang cukup jauh kurang lebih 3 jam, sehingga kami tiba ketika cuaca sudah betul betul gelap. Lokasi vihara tsb disebuah desa di daerah yang bernama Kalutara. Kami tiba disambut oleh Bhante Weragoda Sarada, yang dibantu dengan umat dan pelajar SMA yg pada saat kami tiba sedang berlatih menari; setelah berkeliling Vihara yang memiliki Stupa yang cukup besar dan ke Bhaktisala, rombongan diajak ke ruang serbaguna, dan disitu disediakan buah kelapa yang meskipun ukurannya tidak besar , airnya terasa manis menyegarkan, mereka menyebutkan bahwa kelapa tersebut berjenis King Coconut.
Stupa besar di vihara di Kalutara.
Selesai berbincang bincang dengan Bhante Weragoda Sarada, kami melanjutkan perjalanan ke Beruwala. Keluar dari Vihara , kami mencari rumah makan yang masih buka di kota Kalutara, yang kalau di Indonesia kurang lebih seperti Kecamatan; hampir semuanya sudah tutup. Untunglah ada sebuah restaurant yang menyebutkan Chinese dan International Food yang masih buka.
Kami melihat menu, ada yang memesan chinese food seperti ayam saus asam-manis, stir fried mixed vegetables (capcay kalau disini); sedangkan saya dan 3 teman yang lain memesan Nasi Goreng Indonesia, karena beranggapan itulah menu yang paling aman.
Dan betul juga, yang memesan Chinese Food kecewa karena tidak sesuai dengan selera mereka. Kami juga terkejut karena 1 porsi nasi goreng yang dihidangkan dipiring oval yang besar, cukup untuk makan 3 sampai 4 orang. Dan akhirnya yang memesan Chinese Food juga memilih makan Nasi Goreng Indonesia, yang betul betul enak rasanya.
Setelah makan, kami bergegas kembali ke bus untuk melanjutkan perjalanan ke hotel Palm Tree di Beruwala. Tiba disana sudah jam 11:00 malam dan sudah mengantuk, karena kalau di Indonesia sudah jam 1:30 pagi, diperparah lagi dengan kurang tidur dan istirahat; saya sempat berkeliling sebentar disekitar lobby yang sudah gelap, dan mendengar suara ombak yang menarik perhatian saya untuk mendekat ke pantai yang gelap, hanya diterangi satu lampu sorot besar.
Hotel tersebut terletak di tepi Samudra India. Selesai proses check in diselesaikan oleh tour guide, segera kami masuk kamar, setelah mandi dan baca Paritta sebentar, langsung kesadaran saya pindah ke alam mimpi.