//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Empat Kebenaran Mulia versi Buddha Gotama (benar2 membahagiakan)  (Read 20443 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Empat Kebenaran Mulia versi Buddha Gotama (benar2 membahagiakan)
« Reply #45 on: 17 July 2010, 12:47:16 AM »
“Segala keberadaan adalah Dukkha.” Ini adalah Kebenaran Mulia pertama yang dinyatakan oleh Sang Buddha. Dukkha sering diterjemahkan sebagai ketidakpuasan, penderitaan atau kesedihan. Ia melampaui semua arti ini dan karena kurangnya kata-kata terjemahan yang tepat, kita terus menggunakan ‘dukkha’, arti-nya akan menjadi lebih jelas dibawah ini.

Kemunculan tubuh jasmani dan batin berarti kemunculan dukkha.  Tidak ada suatu keberadaan-pun tanpa dukkha. Perbedaan antara seorang Ariya dan orang yang biasa adalah bahwa Ariya hanya mengalami penderitaan pada tubuh jasmani sedangkan orang biasa mengalami penderitaan tubuh jasmani dan batin.

ASPEK-ASPEK DARI DUKKHA

· Existensi/keberadaan menandakan munculnya kehidupan, yang berarti hadirnya kekuatan hidup atau energi. Energi merujuk pada pergerakan, perubahan, dan kegelisahan. Demikianlah, karena pergerakan dan perubahan yakni ketidakkekalan,semua makhluk menjadi subjek dari proses kelahiran, usia-tua, kesakitan dan kematian yang terus-menerus.

Kelahiran adalah Dukkha. Bayi mengalami ketidak-nyamanan dan bergerak dalam kandungan dan lahir di dunia adalah suatu hal yang mengejutkan. Usia tua adalah Dukkha. Kesakitan adalah Dukkha. Kematian adalah Dukkha. Tidak ada makhluk yang memiliki kehidupan yang kekal abadi. “Segala sesuatu yang muncul adalah subjek dari penghentian.” Ini adalah ajaran dasar dari Sang Buddha.

· Karena ketidakkekalan, maka ada perpisahan dengan yang dicintai. Ini adalah Dukkha. Sang Buddha berkata bahwa yang dicintai membawa kesakitan dan kesedihan, sementara bertemu dengan musuh-musuh juga adalah dukkha.

· Makhluk hidup merasakan ketidaknyaman. Kita tidak dapat mempertahankan posisi tubuh kita untuk waktu yang lama, apakah berdiri, berjalan, duduk atau tidur. Kita perlu secara terus-menerus mengubah posisi. Ini juga adalah dukkha.

· Menyesali tentang masa lampau adalah dukkha. Mengkhawatirkan tentang masa depan adalah dukkha.

· Tidak mendapatkan apa yang diinginkan adalah dukkha. Memiliki apa yang tidak disukai adalah dukkha. Tidak cukup memiliki apa yang diinginkan adalah dukkha. Memiliki apa yang diinginkan tetapi tidak cukup lama adalah dukkha.

· Melekat pada kenikmatan indera yang tidak bisa terpuaskan adalah dukkha.

· Menjadi subjek kepada suasana hati kita yang senantiasa berubah adalah dukkha. Selalu merasa gelisah juga adalah dukkha.

· Tidak merasa puas sebagaimana layaknya adalah dukkha.

· Bahkan kebahagiaan dan kesenangan pada hakikatnya dukkha karena bersifat sementara.

Dukkha dan berakhirnya dukkha. Semua makhluk yang hidup adalah subjek dari dukkha dan satu-satunya jalan untuk pembebasan adalah berjalan di jalan yang menuntun pada akhir dukkha. Jalan ini adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan.
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Empat Kebenaran Mulia versi Buddha Gotama (benar2 membahagiakan)
« Reply #46 on: 17 July 2010, 07:49:34 AM »
Dalam bukunya "Mindfulness, Bliss & Beyond" maupun dalam ceramah-ceramahnya, Ajahn Brahm mengemukakan rumusan Empat Kebenaran Luhur yang dibolak-balik. Misalnya, pada ceramah "Growth of Buddhism in the West", Speech by Venerable Ajahn Brahmavamso, Third Buddhist Summit -- Phnom Penh, Cambodia, December 2002, beliau berkata:

Quote
"We all know that the Lord Buddha said to teach the Dharma in ordinary language (e.g. Aranavibhanga Sutra). Let me give an example of what I think this means. Last century, Western priests and scholars dismissed Buddhism as pessimistic, saying that it only focuses on suffering. This was even repeated by Pope John Paul II in his controversial book on world religions. To avoid this misunderstanding one may rearrange the central Dharma Teaching of the Four Noble Truths as Happiness (Dukkhanirodho); the Cause of Happiness (the Eight-Fold Path); the Absence of Happiness (Dukkha); and the Cause for the Absence of Happiness (Craving). This shifts the focus onto happiness.

This is a simple re-packaging of the Dharma that retains the essence while being more attractive to modern audiences. It is justified by the Lord Buddha's statement that "Nirvana is the highest happiness" (Dhammapada 203, 204). When I present the Four Noble Truths in such a way, I find all generations listen and come back for more."

Jadi, Sang Buddha mengajarkan:
(1) Dukkha
(2) Penyebab Dukkha
(3) Lenyapnya Dukkha
(4) Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha

dan Ajahn Brahm mengajarkan:
(1) Kebahagiaan (Lenyapnya Dukkha)
(2) Jalan Menuju Kebahagiaan (Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha)
(3) Tidak adanya Kebahagiaan (Dukkha)
(4) Penyebab tidak adanya Kebahagiaan (Penyebab Dukkha).

Alasan beliau, ini adalah siasat bagi promosi Buddhisme di Barat, karena orang Barat sering bilang Buddhisme itu agama pesimistik.

Bagaimana pendapat teman-teman?

Salam,
Hudoyo

Barusan saya sudah menerjemahkan posting yang di atas dan mengirimkannya ke situs Ajahn Brahm (Buddhist Society of Western Australia) dengan permintaan agar diteruskan kepada beliau. Kita tunggu saja respons beliau.

Dear Ajahn Brahm,

There has been a lively discussion among meditators here about your promotional tactics in spreading the Buddha’s teachings to Westerners.

Ajahn Brahm:

"We all know that the Lord Buddha said to teach the Dharma in ordinary language (e.g. Aranavibhanga Sutra). Let me give an example of what I think this means. Last century, Western priests and scholars dismissed Buddhism as pessimistic, saying that it only focuses on suffering. This was even repeated by Pope John Paul II in his controversial book on world religions. To avoid this misunderstanding one may rearrange the central Dharma Teaching of the Four Noble Truths as Happiness (Dukkhanirodho); the Cause of Happiness (the Eight-Fold Path); the Absence of Happiness (Dukkha); and the Cause for the Absence of Happiness (Craving). This shifts the focus onto happiness.

This is a simple re-packaging of the Dharma that retains the essence while being more attractive to modern audiences. It is justified by the Lord Buddha's statement that "Nirvana is the highest happiness" (Dhammapada 203, 204). When I present the Four Noble Truths in such a way, I find all generations listen and come back for more."


COMMENT:

It is not only in the West that human beings have been searching for happiness since time immemorial. Human beings have been doing that at all times, in all places.

Why did the Buddha not teach his spiritual findings as a "teaching of happiness" during his lifetime, as was done by Ajahn Brahm in the 21-st century CE?

Why did the Buddha say that his teachings are very deep and difficult to comprehend by ordinary human beings? Why did he say that only a handful of people are with very little dust covering their eyes?

Why did the Buddha not utilize modern promotional tactics to spread the Dhamma? Does it mean that the Buddha has less wisdom than Ajahn Brahm?

Which of these two statements describes the Buddha's teachings better: "The Buddha taught the cessation of dukkha", or, "The Buddha taught the attainment of supreme happiness"? Or, are the two statements completely identical with each other?

Response from an astute reader:
"to end suffering is easy ...
but to end happiness is difficult ..."

Yes, to end suffering is "easy" because the Buddha has revealed dukkha to us.
But to understand happiness is "difficult" because most people are unable to discern the me being imprisoned behind the happiness.

In my opinion, the Buddha's teachings can only be realized by one who starts to understand dukkha experientially in his/her own mind. If one is only enticed by the promise of happiness, he/she will get bogged down in the realization of the Buddha's teachings.

It is not necessarily so that "attaining highest happiness (whatever it is)" implies "cessation of suffering", but "cessation of suffering" itself IS "attainment of highest happiness". Simple logics does not apply here, like if A = B, then B = A.

WE DO NOT KNOW WHAT 'SUPREME HAPPINESS' IS, BUT WE DO KNOW EXPERIENTIALLY WHAT 'DUKKHA' IS. It is better to beat the me with the stick of dukkha, here and now, rather than enticing it with the carrot of an unknown happiness in the future. That is my understanding of the Buddha’s way.

Substituting ‘happiness’ for ‘cessation of dukkha’ in the Four Noble Truths greatly hinders the perception of the Three Universal Characteristics of aniccam, dukkham & anatta, which are indispensable in the development of a liberating insight.

Conclusion: do not change the sequence of the Four Noble Truths and do not substitute 'happiness' for 'cessation of dukkha'.

Hudoyo Hupudio
From: Indonesia
<hudoyo [at] cbn.net.id>

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Empat Kebenaran Mulia versi Buddha Gotama (benar2 membahagiakan)
« Reply #47 on: 17 July 2010, 09:10:09 AM »
kalau memang Sukkha itu adalah kebalikan dari Dukkha, saya rasa tidak cukup pula untuk mengartikan Sukkha hanya sebatas pada kebahagiaan individu semata.

karena Dukkha sendiri lebih daripada penderitaan semata.
i'm just a mammal with troubled soul



Offline Mahadeva

  • Sebelumnya: raynoism
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 602
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
Re: Empat Kebenaran Mulia versi Buddha Gotama (benar2 membahagiakan)
« Reply #48 on: 17 July 2010, 09:26:21 AM »
mungkin maksud bro ray bahwa "kebahagiaan dlm hidup ini pun adalah dukkha".

saya rasa kalau kata sukha digunakan utk 4km yah ga cocok. sebenarnya yg mau disampaikan adalah sukkha itupun berkondisi/ada sebabnya. karena ada sebabnya sukkha itu tidaklah tetap. dg demikian sukkha pun tidak memuaskan (dukkha). makna dukkha sangat mendalam di 4km ;) yg disampaikan justru mempertegas bahwa hidup adalah dukkha. baik suka maupun duka dalam hidup, semua tidaklah memuaskan. _/\_

dukkha pun berkondisi, pikiran kita yang menentukan itu sukha atau dukkha. Saya juga tidak bermaksud mengganti 4KM, saya cuma mau bilang dukkha dan sukha tidak ada yang mutlak di hidup ini karena masih2 sama2 berkondisi, 4 KM nya diubah2 kayak apa tetap realitanya kita sendiri yang menentukan apakah suatu kejadian bisa dianggap sukha atau dukkha, saya coba memandang dari sisi sukha. Buddha bilang hidup ini penderitaan, karena pada jaman itu lebih banyak orang yang hidup gelandangan sehingga ungkapan dukkha begitu ditekankan sehingga memberi banyak penghiburan thd org2. Di masa sekarang juga banyak kok yang menderita tetapi banyak juga yang merasa bahagia.
Kalo saya pribadi tetap pake 4 KM standard, saya posting hanya ingin diskusi saja bukan tujuan merubah 4KM.

maaf oot dikit: parasetamol itu hepatotoksik

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Empat Kebenaran Mulia versi Buddha Gotama (benar2 membahagiakan)
« Reply #49 on: 17 July 2010, 09:31:46 AM »
dukkha pun berkondisi, pikiran kita yang menentukan itu sukha atau dukkha. Saya juga tidak bermaksud mengganti 4KM, saya cuma mau bilang dukkha dan sukha tidak ada yang mutlak di hidup ini karena masih2 sama2 berkondisi, 4 KM nya diubah2 kayak apa tetap realitanya kita sendiri yang menentukan apakah suatu kejadian bisa dianggap sukha atau dukkha, saya coba memandang dari sisi sukha. Buddha bilang hidup ini penderitaan, karena pada jaman itu lebih banyak orang yang hidup gelandangan sehingga ungkapan dukkha begitu ditekankan sehingga memberi banyak penghiburan thd org2. Di masa sekarang juga banyak kok yang menderita tetapi banyak juga yang merasa bahagia.
Kalo saya pribadi tetap pake 4 KM standard, saya posting hanya ingin diskusi saja bukan tujuan merubah 4KM.

maaf oot dikit: parasetamol itu hepatotoksik
Jika pikiran yang menentukan itu Sukha atau Dukkha, maka tepatlah kata orang-orang yang mengatakan: Buddhisme adalah agama pesimistis. Mengapa demikian? Karena jika pikiran diarahkan pada Sukha, sebetulnya tidak ada dukkha dalam hidup.


Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Empat Kebenaran Mulia versi Buddha Gotama (benar2 membahagiakan)
« Reply #50 on: 17 July 2010, 09:33:07 AM »
mungkin maksud bro ray bahwa "kebahagiaan dlm hidup ini pun adalah dukkha".

saya rasa kalau kata sukha digunakan utk 4km yah ga cocok. sebenarnya yg mau disampaikan adalah sukkha itupun berkondisi/ada sebabnya. karena ada sebabnya sukkha itu tidaklah tetap. dg demikian sukkha pun tidak memuaskan (dukkha). makna dukkha sangat mendalam di 4km ;) yg disampaikan justru mempertegas bahwa hidup adalah dukkha. baik suka maupun duka dalam hidup, semua tidaklah memuaskan. _/\_

dukkha pun berkondisi, pikiran kita yang menentukan itu sukha atau dukkha. Saya juga tidak bermaksud mengganti 4KM, saya cuma mau bilang dukkha dan sukha tidak ada yang mutlak di hidup ini karena masih2 sama2 berkondisi, 4 KM nya diubah2 kayak apa tetap realitanya kita sendiri yang menentukan apakah suatu kejadian bisa dianggap sukha atau dukkha, saya coba memandang dari sisi sukha. Buddha bilang hidup ini penderitaan, karena pada jaman itu lebih banyak orang yang hidup gelandangan sehingga ungkapan dukkha begitu ditekankan sehingga memberi banyak penghiburan thd org2. Di masa sekarang juga banyak kok yang menderita tetapi banyak juga yang merasa bahagia.
Kalo saya pribadi tetap pake 4 KM standard, saya posting hanya ingin diskusi saja bukan tujuan merubah 4KM.

maaf oot dikit: parasetamol itu hepatotoksik

sebenarnya tidak ada masalah sama sekali jika anda ingin beropini. karena di sini kita memang bebas berekspresi. tapi akan jadi masalah jika opini anda itu dikatakan sebagai VERSI BUDDHA GOTAMA.

mengenai parasetamol, di thread sebelah Bro.

Offline Mahadeva

  • Sebelumnya: raynoism
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 602
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
Re: Empat Kebenaran Mulia versi Buddha Gotama (benar2 membahagiakan)
« Reply #51 on: 17 July 2010, 09:43:07 AM »
dukkha pun berkondisi, pikiran kita yang menentukan itu sukha atau dukkha. Saya juga tidak bermaksud mengganti 4KM, saya cuma mau bilang dukkha dan sukha tidak ada yang mutlak di hidup ini karena masih2 sama2 berkondisi, 4 KM nya diubah2 kayak apa tetap realitanya kita sendiri yang menentukan apakah suatu kejadian bisa dianggap sukha atau dukkha, saya coba memandang dari sisi sukha. Buddha bilang hidup ini penderitaan, karena pada jaman itu lebih banyak orang yang hidup gelandangan sehingga ungkapan dukkha begitu ditekankan sehingga memberi banyak penghiburan thd org2. Di masa sekarang juga banyak kok yang menderita tetapi banyak juga yang merasa bahagia.
Kalo saya pribadi tetap pake 4 KM standard, saya posting hanya ingin diskusi saja bukan tujuan merubah 4KM.

maaf oot dikit: parasetamol itu hepatotoksik
Jika pikiran yang menentukan itu Sukha atau Dukkha, maka tepatlah kata orang-orang yang mengatakan: Buddhisme adalah agama pesimistis. Mengapa demikian? Karena jika pikiran diarahkan pada Sukha, sebetulnya tidak ada dukkha dalam hidup.



iya 1 kejadian yang kita alami selalu bisa dipandang dari 2 sisi. Kalo kita mau cari yang jelek2nya pasti ada, kalo mau cari bagus2nya ada juga. Pikiran yang difokuskan pada sukha saja dalam hidup memang bisa membuat kita lebih bahagia. kalau setau saya yang sudah merealisasi nibbana, dia merangkul suka dan duka kok. Dia tidak takut mati dan menderita lagi, dia juga tidak takut merasa bahagia. dia juga tidak takut untuk takut.benar2 tak berkondisi. bahkan samsara pun tidak beda dengan nibbana.
orang yang tercerahkan kalau melihat yang buruk2 tetap biasa2 aja


 [at]  mr indra:  ya udah, yang dimaksud versi itu cuma esensinya saja. kalo dirasa menyimpang dan musti dihapus judulnya, saya nda masalah , tapi saya kan nda bisa hapus, yang bisa kan moderator. mau diganti versi raynoism juga nda pa2, ini kan hanya opini saya. ok

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Empat Kebenaran Mulia versi Buddha Gotama (benar2 membahagiakan)
« Reply #52 on: 17 July 2010, 09:58:06 AM »
iya 1 kejadian yang kita alami selalu bisa dipandang dari 2 sisi.
Jika berargumen demikian, maka Ajaran Buddha bukanlah melihat apa adanya, tetapi "tergantung cara pandang"; kalau lihatnya yang bagus-bagus, jadi bagus (hidup adalah sukha), kalau yang jelek-jelek, jadi jelek (hidup adalah dukkha).


Quote
Kalo kita mau cari yang jelek2nya pasti ada, kalo mau cari bagus2nya ada juga. Pikiran yang difokuskan pada sukha saja dalam hidup memang bisa membuat kita lebih bahagia.
Kembali lagi, berarti Buddha mengajarkan kita agar tidak bahagia, dengan membabarkan Anicca-Dukkha-Anatta.


Quote
kalau setau saya yang sudah merealisasi nibbana, dia merangkul suka dan duka kok. Dia tidak takut mati dan menderita lagi, dia juga tidak takut merasa bahagia. dia juga tidak takut untuk takut.benar2 tak berkondisi. bahkan samsara pun tidak beda dengan nibbana.
orang yang tercerahkan kalau melihat yang buruk2 tetap biasa2 aja
Yang ini saya setuju. Memang bagi yang merealisasi nibbana, mereka tidak lagi memiliki sukha/dukkha secara mental. Namun mereka masih merasakan dukkha secara fisik seperti tua, sakit, dan juga mati.

Offline Mahadeva

  • Sebelumnya: raynoism
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 602
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
Re: Empat Kebenaran Mulia versi Buddha Gotama (benar2 membahagiakan)
« Reply #53 on: 17 July 2010, 10:10:15 AM »
iya 1 kejadian yang kita alami selalu bisa dipandang dari 2 sisi.
Jika berargumen demikian, maka Ajaran Buddha bukanlah melihat apa adanya, tetapi "tergantung cara pandang"; kalau lihatnya yang bagus-bagus, jadi bagus (hidup adalah sukha), kalau yang jelek-jelek, jadi jelek (hidup adalah dukkha).


Quote
Kalo kita mau cari yang jelek2nya pasti ada, kalo mau cari bagus2nya ada juga. Pikiran yang difokuskan pada sukha saja dalam hidup memang bisa membuat kita lebih bahagia.
Kembali lagi, berarti Buddha mengajarkan kita agar tidak bahagia, dengan membabarkan Anicca-Dukkha-Anatta.


Quote
kalau setau saya yang sudah merealisasi nibbana, dia merangkul suka dan duka kok. Dia tidak takut mati dan menderita lagi, dia juga tidak takut merasa bahagia. dia juga tidak takut untuk takut.benar2 tak berkondisi. bahkan samsara pun tidak beda dengan nibbana.
orang yang tercerahkan kalau melihat yang buruk2 tetap biasa2 aja
Yang ini saya setuju. Memang bagi yang merealisasi nibbana, mereka tidak lagi memiliki sukha/dukkha secara mental. Namun mereka masih merasakan dukkha secara fisik seperti tua, sakit, dan juga mati.


Buddha mengajarkan kebahagiaan dengan cara menunjukkan pada kita bahwa apapun itu tidak patut untuk dilekati, yang kita lekati berpotensi dukkha. Begini bro, seorang arahat sudah tidak membanding2 kan sukha dan dukkha. Memandang hidup dari sisi yang baik2 kan untuk orang yang belum tercerahkan supaya dapat mencerna dhamma dgn baik, kalau sudah tercerahkan, sudah nda usah repot2 mengubah sudut pandang, semuanya terlihat baik2 saja.

bro ajahn brahm aja bilang, kalau kita mandang hidup yang jelek2 kayak kita ke kandang ayam yang kita bawa ke rumah kotoran ayamnya bukan telur. padahal keluarnya kan sama2 dari ayam. mestinya yang dibawa pulang kan telurnya bukan kotorannya.

kalo mau melihat hidup ini dari yang dukkha2 aja, boleh2 aja bro. saya tidak bilang itu salah, karena kalau mau dilihat yang jelek memang ketemu kok

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: Empat Kebenaran Mulia versi Buddha Gotama (benar2 membahagiakan)
« Reply #54 on: 17 July 2010, 10:16:08 AM »
justru ray, karena mengalamai dukkha (ketidakpuasan/penderitaan) maka org tersebut berusaha utk lepas darinya. klo sebaliknya, sifat dasar manusia yg mau enaknya gak akan melepas sukkha.

Offline Mahadeva

  • Sebelumnya: raynoism
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 602
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
Re: Empat Kebenaran Mulia versi Buddha Gotama (benar2 membahagiakan)
« Reply #55 on: 17 July 2010, 10:18:47 AM »
justru ray, karena mengalamai dukkha (ketidakpuasan/penderitaan) maka org tersebut berusaha utk lepas darinya. klo sebaliknya, sifat dasar manusia yg mau enaknya gak akan melepas sukkha.

benar sekali sdr hendra, dan memang demikian sukha kan ada akhirnya dan seperti kata bro sendiri sukha kan harus dilepas karena kalau sukha tidak dilepas dukkhanya pasti ikut. Kebenaran mulia ke empat versi saya apa coba?

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Empat Kebenaran Mulia versi Buddha Gotama (benar2 membahagiakan)
« Reply #56 on: 17 July 2010, 10:20:37 AM »
Bro raynoism, ada tanggapan untuk pertanyaan saya di bawah ini?


http://en.wikipedia.org/wiki/Dukkha#Meaning

ada bagian roda yang tidak pas

ketidakpuasan dan penderitaan. lawannya sukha ada di wikipedia
Menurut Anda, tiga karekteristik kehidupan adalah: anicca, dukkha, anatta   --- atau ---   anicca, sukha, anatta?

Offline Mahadeva

  • Sebelumnya: raynoism
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 602
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
Re: Empat Kebenaran Mulia versi Buddha Gotama (benar2 membahagiakan)
« Reply #57 on: 17 July 2010, 10:25:22 AM »
Bro raynoism, ada tanggapan untuk pertanyaan saya di bawah ini?


http://en.wikipedia.org/wiki/Dukkha#Meaning

ada bagian roda yang tidak pas

ketidakpuasan dan penderitaan. lawannya sukha ada di wikipedia
Menurut Anda, tiga karekteristik kehidupan adalah: anicca, dukkha, anatta   --- atau ---   anicca, sukha, anatta?

kalau saya tetap teguh dengan pendirian saya bro
anatta, dukkha, anicca..(ha4)

saya tidak bermaksud merubah apapun bro, cuma ini opini saya saja.
sukha memang masuk ke dalam dukkha

saya cuma ingin menyampaikan apa yang tersirat dalam 3 corak dunia itu
bahwa sukha itu termasuk dukkha bro.  (sukha yang masih berkondisi)

semua hal kalau masih ada syarat (kondisinya) pasti ada hal yang tidak memuaskan.

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: Empat Kebenaran Mulia versi Buddha Gotama (benar2 membahagiakan)
« Reply #58 on: 17 July 2010, 10:25:56 AM »
justru ray, karena mengalamai dukkha (ketidakpuasan/penderitaan) maka org tersebut berusaha utk lepas darinya. klo sebaliknya, sifat dasar manusia yg mau enaknya gak akan melepas sukkha.

benar sekali sdr hendra, dan memang demikian sukha kan ada akhirnya dan seperti kata bro sendiri sukha kan harus dilepas karena kalau sukha tidak dilepas dukkhanya pasti ikut. Kebenaran mulia ke empat versi saya apa coba?

pointnya bukan di sukha ray, tp di dukkha

Offline Mahadeva

  • Sebelumnya: raynoism
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 602
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
Re: Empat Kebenaran Mulia versi Buddha Gotama (benar2 membahagiakan)
« Reply #59 on: 17 July 2010, 10:27:08 AM »
justru ray, karena mengalamai dukkha (ketidakpuasan/penderitaan) maka org tersebut berusaha utk lepas darinya. klo sebaliknya, sifat dasar manusia yg mau enaknya gak akan melepas sukkha.

benar sekali sdr hendra, dan memang demikian sukha kan ada akhirnya dan seperti kata bro sendiri sukha kan harus dilepas karena kalau sukha tidak dilepas dukkhanya pasti ikut. Kebenaran mulia ke empat versi saya apa coba?

pointnya bukan di sukha ray, tp di dukkha

okay bro hendra, saya setuju. Pointnya adalah dukkha

 

anything