“Segala keberadaan adalah Dukkha.” Ini adalah Kebenaran Mulia pertama yang dinyatakan oleh Sang Buddha. Dukkha sering diterjemahkan sebagai ketidakpuasan, penderitaan atau kesedihan. Ia melampaui semua arti ini dan karena kurangnya kata-kata terjemahan yang tepat, kita terus menggunakan ‘dukkha’, arti-nya akan menjadi lebih jelas dibawah ini.
Kemunculan tubuh jasmani dan batin berarti kemunculan dukkha. Tidak ada suatu keberadaan-pun tanpa dukkha. Perbedaan antara seorang Ariya dan orang yang biasa adalah bahwa Ariya hanya mengalami penderitaan pada tubuh jasmani sedangkan orang biasa mengalami penderitaan tubuh jasmani dan batin.
ASPEK-ASPEK DARI DUKKHA
· Existensi/keberadaan menandakan munculnya kehidupan, yang berarti hadirnya kekuatan hidup atau energi. Energi merujuk pada pergerakan, perubahan, dan kegelisahan. Demikianlah, karena pergerakan dan perubahan yakni ketidakkekalan,semua makhluk menjadi subjek dari proses kelahiran, usia-tua, kesakitan dan kematian yang terus-menerus.
Kelahiran adalah Dukkha. Bayi mengalami ketidak-nyamanan dan bergerak dalam kandungan dan lahir di dunia adalah suatu hal yang mengejutkan. Usia tua adalah Dukkha. Kesakitan adalah Dukkha. Kematian adalah Dukkha. Tidak ada makhluk yang memiliki kehidupan yang kekal abadi. “Segala sesuatu yang muncul adalah subjek dari penghentian.” Ini adalah ajaran dasar dari Sang Buddha.
· Karena ketidakkekalan, maka ada perpisahan dengan yang dicintai. Ini adalah Dukkha. Sang Buddha berkata bahwa yang dicintai membawa kesakitan dan kesedihan, sementara bertemu dengan musuh-musuh juga adalah dukkha.
· Makhluk hidup merasakan ketidaknyaman. Kita tidak dapat mempertahankan posisi tubuh kita untuk waktu yang lama, apakah berdiri, berjalan, duduk atau tidur. Kita perlu secara terus-menerus mengubah posisi. Ini juga adalah dukkha.
· Menyesali tentang masa lampau adalah dukkha. Mengkhawatirkan tentang masa depan adalah dukkha.
· Tidak mendapatkan apa yang diinginkan adalah dukkha. Memiliki apa yang tidak disukai adalah dukkha. Tidak cukup memiliki apa yang diinginkan adalah dukkha. Memiliki apa yang diinginkan tetapi tidak cukup lama adalah dukkha.
· Melekat pada kenikmatan indera yang tidak bisa terpuaskan adalah dukkha.
· Menjadi subjek kepada suasana hati kita yang senantiasa berubah adalah dukkha. Selalu merasa gelisah juga adalah dukkha.
· Tidak merasa puas sebagaimana layaknya adalah dukkha.
· Bahkan kebahagiaan dan kesenangan pada hakikatnya dukkha karena bersifat sementara.
Dukkha dan berakhirnya dukkha. Semua makhluk yang hidup adalah subjek dari dukkha dan satu-satunya jalan untuk pembebasan adalah berjalan di jalan yang menuntun pada akhir dukkha. Jalan ini adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan.