Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Buddhisme Awal, Sekte dan Tradisi => Theravada => Topic started by: D1C1 on 19 December 2017, 06:29:59 PM

Title: Olahraga dan Buddhisme
Post by: D1C1 on 19 December 2017, 06:29:59 PM
Alo temen2,

Di dalam agama Buddha kita diajarkan untuk makan secukupnya demi menjaga kelangsungan hidup, bukan untuk kesenangan, kecantikan, dll.

Lalu bagaimana dengan orang yg suka olahraga /olahragawan. Dalam hal ini contohnya binaragawan. Mereka tentu makan bukan untuk kelangsungan hidup tapi untuk membesarkan ototnya atau mempertahankan bentuk tubuhnya. Banyak lagi hal2 lain yg bukan untuk menjaga kelangsungan hidup(hidup para bhikkhu),  lalu apakah ini melanggar /Karma buruk?  Terima kasih.
Title: Re: Olahraga dan Buddhisme
Post by: Arya Karniawan on 19 December 2017, 07:48:19 PM
Alo temen2,

Di dalam agama Buddha kita diajarkan untuk makan secukupnya demi menjaga kelangsungan hidup, bukan untuk kesenangan, kecantikan, dll.

Lalu bagaimana dengan orang yg suka olahraga /olahragawan. Dalam hal ini contohnya binaragawan. Mereka tentu makan bukan untuk kelangsungan hidup tapi untuk membesarkan ototnya atau mempertahankan bentuk tubuhnya. Banyak lagi hal2 lain yg bukan untuk menjaga kelangsungan hidup(hidup para bhikkhu),  lalu apakah ini melanggar /Karma buruk?  Terima kasih.

Itu kalo Uposatha kan?  :-?
Title: Re: Olahraga dan Buddhisme
Post by: Pratama Sikkha on 20 December 2017, 09:20:07 AM
Alo temen2,

Di dalam agama Buddha kita diajarkan untuk makan secukupnya demi menjaga kelangsungan hidup, bukan untuk kesenangan, kecantikan, dll.

Lalu bagaimana dengan orang yg suka olahraga /olahragawan. Dalam hal ini contohnya binaragawan. Mereka tentu makan bukan untuk kelangsungan hidup tapi untuk membesarkan ototnya atau mempertahankan bentuk tubuhnya. Banyak lagi hal2 lain yg bukan untuk menjaga kelangsungan hidup(hidup para bhikkhu),  lalu apakah ini melanggar /Karma buruk?  Terima kasih.
bhikkhu ya bhikkhu
binaragawan ya binaragawan

kl bhikkhu mau hidup spt binaragawan, ya jgn jadi bhikkhu
kl binaragawan mau hidup spt bhikku, ya jgn jadi binaragawan

jgn pakai 1 statement unt semua hal lalu dicampur aduk
tar bingung sendiri krn apa2 serba salah
Title: Re: Olahraga dan Buddhisme
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 20 December 2017, 03:39:48 PM
Alo temen2,

Di dalam agama Buddha kita diajarkan untuk makan secukupnya demi menjaga kelangsungan hidup, bukan untuk kesenangan, kecantikan, dll.

Lalu bagaimana dengan orang yg suka olahraga /olahragawan. Dalam hal ini contohnya binaragawan. Mereka tentu makan bukan untuk kelangsungan hidup tapi untuk membesarkan ototnya atau mempertahankan bentuk tubuhnya. Banyak lagi hal2 lain yg bukan untuk menjaga kelangsungan hidup(hidup para bhikkhu),  lalu apakah ini melanggar /Karma buruk?  Terima kasih.

Kata siapa? Kalau profesi dia binaragawan emang masalah? Mempertahankan kelangsungan hidup juga kan?
Title: Re: Olahraga dan Buddhisme
Post by: kullatiro on 20 December 2017, 04:41:04 PM
Olah raga untuk menunjang hidup sehat ada masalah apa? Yang penting tidak over berlebihan karena tubuh kita juga ada batasnya.

Dgn hidup sehat bukan kita bisa memahami dhamma dgn baik, dapat mengeluarkan tenaga untuk menolong orang lain.

Dgn hidup sehat dan baik tidak hanya menunjang diri sendiri, tapi juga lingkungan kita misalnya gotong royong membersihkan sampah dll

Ārogyaparamā lābhā, santuṭṭhῑparamaṁ dhanaṁ; Vissāsaparamā ñāti, nibbānaṁ paramaṁ sukhaṁ.
Kesehatan adalah keuntungan yang paling besar. Kepuasan adalah kekayaan yang paling berharga.
Kepercayaan adalah saudara yang paling baik. Nibbāna adalah kebahagiaan yang tertinggi.

(Dhammapada 204)

Bahkan Buddha menganjurkan diet /makan yang benar kepada Raja Pasenadi dari kosala


Kisah Raja Pasenadi dari Kosala
Suatu hari raja Pasenadi dari Kosala pergi ke Vihara Jetavana setelah menyelesaikan makan pagi. Dikatakan raja telah memakan seperempat keranjang (kira-kira setengah gantang) nasi dengan kari daging pada hari itu. Maka pada saat mendengarkan khotbah Sang Buddha, dia tertidur dan mengantuk sepanjang waktu. Melihat dia mengantuk, Sang Buddha menasehati dia untuk memakan sedikit nasi setiap harinya, dan mengurangi sedikit demi sedikit nasi setiap hari sehingga mencapai jumlah minimum dari seperenambelas jumlah nasi yang biasa dimakan.

Raja melaksanakan nasehat yang dikatakan Sang Buddha. Dengan memakan sedikit nasi, dia menjadi kurus, dan merasa sangat ringan. Raja menikmati kesehatan yang lebih baik.

Ketika dia mengabarkan hal itu kepada Sang Buddha, Beliau berkata kepadanya, “O Raja! kesehatan adalah anugerah yang besar, kepuasan adalah kekayaan yang besar, kepercayaan adalah kerabat terbaik, nibbana adalah kebahagiaan tertinggi.”

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 204 berikut :

Kesehatan adalah keuntungan yang paling besar.
Kepuasan adalah kekayaan yang paling berharga.
Kepercayaan adalah saudara yang paling baik.
Nibbana adalah kebahagiaan yang tertinggi.