Anggap saja saya tidak mempercayai apapun. Bukan cung-cung cep, bukan yang brewok, bukan yang botak, dan bukan yang gendut dan juga bukan yang tidak tampak. Nilailah saya yang langsung menjudge dari sudut pandang saya sendiri.
Jadi kenapa perlu? Karena inti yang ingin diperlihatkan kepada saya dari dogma-dogma yang dipercayai adalah TUNJUKANLAH. Seperti tunjukkanlah yang tidak tampak bahwa yang tidak tampak itu ada, maka secara langsung semua umat manusia PASTI LANGSUNG PERCAYA bahwa yang tidak tampak itu ada. Tunjukkanlah bahwa yang botak itu sakti dan bebas dari penderitaan, pasti secara langsung semua umat manusia PASTI LANGSUNG PERCAYA PERCAYA bahwa botak itu ternyata sakti dan PASTI semuanya terbebas dari penderitaan. dll
Tetapi pada kenyataan ini, walaupun umat yang mempercayai hanya berpegang pada sejarah dan mereka mempercayainya begitu saja, kenapa? karena sesuai dengan logika, apakah terbebas dari segala penderitaan itu adalah sesuai dengan logika?
Pertanyaan selanjutnya kenapa saya menjudge Buddha adalah seorang dukun. Lagi2 ini adalah pandangan saya sendiri, saya melihat sama saja dengan dukun sekarang ini, dipercayai oleh sebagian orang karena dia sakti, tetapi dihadapan saya tidak sakti sama sekali bahkan seperti artis yang mempunyai fans yang tergila2 padanya, disinggung sedikit maka amarah fans akan meledak.
Inti: kenapa tidak ditunjukkan saja kesaktiannya jika memang mampu, kehidupan bhikkhu hanya sebatas menjalankan sila yang banyak, tetapi bagaimana dengan umat biasa yang menjalankan sila lebih banyak dari bhikkhu? apakah dia sebut bhikkhu juga? TIDAK, dia tetap disebut umat biasa, maka bhikkhu hanya predikat saja. Jika merasa mampu mengeluarkan kesaktian tanpa trick (atau teman2 bisa beritahu saya siapa yang akan menjadi arahat) maka saya akan beli tiket kemana pun juga hingga saya menjual diri saya, untuk menemui orang tersebut. dan memberitahu kepada semua umat manusia, INI LOH BENERAN ADA