wah, baru dengar tuh, bisa di sharing?
Karna meditasi ada melatih pikiran kearah yang benar dan bijaksana.berbuat benar disini berbuat baik kan yang dimaksud?
Jadi kl pikiran sudah benar, otomatis perbuatan jga sudah benar..
Karna meditasi ada melatih pikiran kearah yang benar dan bijaksana.
Jadi kl pikiran sudah benar, otomatis perbuatan jga sudah benar..
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=17773.msg287809#msg287809 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=17773.msg287809#msg287809)
...
7. “Puṇna, terdapat empat jenis perbuatan yang dinyatakan olehKu setelah menembusnya untuk diriKu sendiri dengan pengetahuan langsung. Apakah empat ini? Ada perbuatan gelap dengan akibat gelap; ada perbuatan terang dengan akibat terang; ada perbuatan gelap-dan-terang dengan akibat gelap-dan-terang; dan ada perbuatan yang bukan gelap juga bukan terang dengan akibat yang bukan gelap juga bukan terang, perbuatan yang mengarah menuju hancurnya perbuatan.
8. “Dan apakah, Puṇṇa, perbuatan gelap dengan akibat gelap? Di sini seseorang menghasilkan bentukan jasmani yang menyakitkan, bentukan ucapan yang menyakitkan, dan bentukan pikiran yang menyakitkan. Setelah menghasilkan bentukan jasmani yang menyakitkan, bentukan ucapan yang menyakitkan, dan bentukan pikiran yang menyakitkan, ia muncul kembali di alam sengsara. Ketika ia telah muncul kembali di alam sengsara, kontak yang menyakitkan menyentuhnya. Karena tersentuh oleh kontak yang menyakitkan, ia merasakan perasaan yang menyakitkan, sangat menyakitkan, seperti pada makhluk-makhluk di [390] neraka. Demikianlah kemunculan kembali suatu makhluk adalah karena suatu makhluk; seorang yang muncul kembali melalui perbuatan yang telah ia lakukan. Ketika ia telah muncul kembali, kontak menyentuhnya. Demikianlah Aku katakan bahwa makhluk-makhluk adalah pewaris perbuatan mereka. Ini disebut perbuatan gelap dengan akibat gelap.
9. “Dan apakah, Puṇṇa, perbuatan terang dengan akibat terang? Di sini seseorang menghasilkan bentukan jasmani yang menyenangkan, bentukan ucapan yang menyenangkan, dan bentukan pikiran yang menyenangkan. Setelah menghasilkan bentukan jasmani yang menyenangkan, bentukan ucapan yang menyenangkan, dan bentukan pikiran yang menyenangkan, ia muncul kembali di alam bahagia. Ketika ia telah muncul kembali di alam bahagia, kontak yang menyenangkan menyentuhnya. Karena tersentuh oleh kontak yang menyenangkan, ia merasakan perasaan yang menyenangkan, sangat menyenangkan, seperti pada para dewa dengan Keagungan Gemilang. Demikianlah kemunculan kembali suatu makhluk adalah karena suatu makhluk; seorang yang muncul kembali melalui perbuatan yang telah ia lakukan. Ketika ia telah muncul kembali, kontak menyentuhnya. Demikianlah Aku katakan bahwa makhluk-makhluk adalah pewaris perbuatan mereka. Ini disebut perbuatan terang dengan akibat terang.
10. “Dan apakah, Puṇṇa, perbuatan gelap-dan-terang dengan akibat gelap-dan-terang? Di sini seseorang menghasilkan bentukan jasmani yang menyakitkan juga menyenangkan, bentukan ucapan yang menyakitkan juga menyenangkan, dan bentukan pikiran yang menyakitkan juga menyenangkan. Setelah menghasilkan bentukan jasmani, bentukan ucapan, dan bentukan pikiran yang menyakitkan juga menyenangkan, ia muncul kembali di alam sengsara juga bahagia. Ketika ia telah muncul kembali di alam sengsara juga bahagia, baik kontak yang menyakitkan maupun menyenangkan menyentuhnya. Karena tersentuh oleh kontak yang menyakitkan juga menyenangkan, ia merasakan perasaan yang menyakitkan juga menyenangkan, campuran kenikmatan dan kesakitan, seperti pada manusia dan beberapa dewa di alam yang lebih rendah. Demikianlah kemunculan kembali suatu makhluk adalah karena suatu makhluk: seorang yang muncul kembali melalui perbuatan yang telah ia lakukan. Ketika ia telah muncul kembali, kontak menyentuhnya. Demikianlah Aku katakan bahwa makhluk-makhluk adalah pewaris perbuatan mereka. Ini disebut perbuatan gelap-dan-terang dengan akibat gelap-dan-terang. [391]
11. “Dan apakah, Puṇṇa, perbuatan bukan gelap juga bukan terang dengan akibat bukan gelap juga bukan terang perbuatan yang mengarah menuju hancurnya perbuatan? Di sini, kehendak untuk meninggalkan jenis perbuatan gelap dengan akibat gelap, dan kehendak untuk meninggalkan jenis perbuatan terang dengan akibat terang dan kehendak untuk meninggalkan jenis perbuatan gelap-dan-terang dengan akibat gelap-dan-terang: Ini disebut perbuatan bukan gelap juga bukan terang dengan akibat bukan gelap juga bukan terang yang mengarah menuju hancurnya perbuatan. Ini adalah empat jenis perbuatan yang dinyatakan olehKu setelah menembusnya untuk diriKu sendiri dengan pengetahuan langsung”
...
"And what is kamma that is neither dark nor bright with neither dark nor bright result, leading to the ending of kamma? right view, right resolve, right speech, right action, right livelihood, right effort, right mindfulness, right concentration. This is called kamma that is neither dark nor bright with neither dark nor bright result, leading to the ending of kamma."
— AN 4.235
tp udah di coba? / di buktikan bhw hasil dr medit membawa karma baik yg lbh tinggi?
Percayakah anda jika dikatakan bahwa Sang Buddha telah mencapai pencerahan sempurna dan telah mengakhiri dukkha?no comment
no comment
Salam DharmaKarena perbuatan baik jenis lain memberikan sebatas kebahagiaan dalam lingkaran ketidakpuasan yang tidak ada akhirnya, sementara hasil dari meditasi membawa pada akhir dari ketidakpuasan itu sendiri (nibbana/nirvana).
_/\_
Saya pemula yang tidak tahu apa-apa, ingin bertanya kepada senior Buddhis yang lebih tahu
Mengapa sih dalam beberapa ceramah Dharma yang pernah saya ikuti disebutkan bahwa Karma baik yang dihasilkan dalam Meditasi lebih tinggi nilainya bahkan dari menolong orang dari kematian. Hal ini sering saya dengar tapi selalu tanpa penjelasan logis.
Bukankah lebih berguna menolong orang banyak?
Mohon maaf atas pertanyaan bodoh ini, jujur saya pemula...
dan Terima kasih atas kesediaannya menjawab
Salam Dharma
_/\_
Saya pemula yang tidak tahu apa-apa, ingin bertanya kepada senior Buddhis yang lebih tahu
Mengapa sih dalam beberapa ceramah Dharma yang pernah saya ikuti disebutkan bahwa Karma baik yang dihasilkan dalam Meditasi lebih tinggi nilainya bahkan dari menolong orang dari kematian. Hal ini sering saya dengar tapi selalu tanpa penjelasan logis.
Bukankah lebih berguna menolong orang banyak?
Mohon maaf atas pertanyaan bodoh ini, jujur saya pemula...
dan Terima kasih atas kesediaannya menjawab
Salam DharmaPernyataanmu tdk bodoh kokk... wajar2 ajaa... \;D/\;D/\;D/
_/\_
Saya pemula yang tidak tahu apa-apa, ingin bertanya kepada senior Buddhis yang lebih tahu
Mengapa sih dalam beberapa ceramah Dharma yang pernah saya ikuti disebutkan bahwa Karma baik yang dihasilkan dalam Meditasi lebih tinggi nilainya bahkan dari menolong orang dari kematian. Hal ini sering saya dengar tapi selalu tanpa penjelasan logis.
Bukankah lebih berguna menolong orang banyak?
Mohon maaf atas pertanyaan bodoh ini, jujur saya pemula...
dan Terima kasih atas kesediaannya menjawab
itu karena meditasi dianggap sebagai salah satu kunci dalam menghentikan kamma yg merupakan kamma yg paling mulia.timbul pertanyaan huu ;D , apakah org yg telah mencapai jhana telah bebas dari rasa sakit? :D/
memang cukup sulit mengangkat masalah ini ke umat awam, terlebih ke orang2 yg bukan buddhist, krn akan menimbulkan salah tanggap, seperti yg dijelaskan Bro Dhanu diatas. Orang2 akan men-cap Ajaran Buddha ego dan kurang cintakasih. Itu krn ukuran yg mereka pakai adalah 'perbuatan yg dilakukan'.Bro WIll bijakk... ;D ;D ;D/
Namun, Bro Kai telah menjelaskan bahwa tujuan utama Buddhism adalah 'akhir dari dukkha'. Perbuatan2 baik -adalah sila- yg tentu saja berguna dalam jalan menuju kesitu. Namun, dengan sila saja tentu tidak cukup. 10 perintah allah juga termasuk sila, namun hanya sebatas itu saja, bahkan jika motivasi-nya salah, tidak akan membawa perubahan yg berarti bagi kemajuan batin.
Perbuatan baik (Sila) samadhi dan panna, adalah satu kesatuan yg diperlukan untuk merealisasi akhir dukkha, namun pada akhirnya penembusan itu sendiri akan dicapai melalui meditasi, seperti yg telah dilalui Sang Buddha.
Mungkin sulit membuktikannya, krn kita sendiri belum menembus akhir dukkha, jadi hanya sebatas ngomong doang, bahwa meditasi-lah yg akan membawa kpd penembusan tsb. Tapi, sebenarnya kita sendiri dpt membuktikan dalam perjalanan ini, bahwa meditasi sungguh berguna dlm menuju hal tsb. Jika kita tidak bermeditasi, kelihatan bahwa sila2 yg kita lakukan akan kendor, panna kita juga akan susut... beda jika kita melakukan meditasi rutin, sila kita akan terjaga, juga panna kita akan terus berkembang.
::
bermeditasi pada waktunya, menolong orang lain juga ada saatnya...pasti bro punya cita2 jadi Bodhisatta.... yaa broo yaa? \:D/\:D/\:D/
jika pada saat sy bermeditasi mendqar teriakan minta tolong, mk sy akan bangkit dari mdtsi dan mendgar suara triakan minta tlg...kcuali dlm meditasi sy tidak terdgar suara apapun.
Karena perbuatan baik jenis lain memberikan sebatas kebahagiaan dalam lingkaran ketidakpuasan yang tidak ada akhirnya, sementara hasil dari meditasi membawa pada akhir dari ketidakpuasan itu sendiri (nibbana/nirvana).Jawaban singkat padat dan jelas. =D> =D> =D>
Mengapa sih dalam beberapa ceramah Dharma yang pernah saya ikuti disebutkan bahwa Karma baik yang dihasilkan dalam Meditasi lebih tinggi nilainya bahkan dari menolong orang dari kematian. Hal ini sering saya dengar tapi selalu tanpa penjelasan logis.Menolong orang dari kematian karmanya paling tinggi hanya sebatas duniawi, hasil paling tinggi hanya menikmati kebahagiaan di tingkat sorgawi (sorga tingkat 1- 6).
[...]Kutadanta Sutta menceritakan Brahmana Kutadanta yang ingin melakukan perbuatan baik dengan mengorbankan 700 sapi, 700 kerbau, 700 anak sapi, 700 kambing, dan 700 domba dengan tata upacara yang sempurna. Namun Buddha Gotama mengatakan dibanding upacara super 'wah' itu, pemberian dana tetap ke petapa yang memiliki sila baik lebih bermanfaat.
Namun, Bro Kai telah menjelaskan bahwa tujuan utama Buddhism adalah 'akhir dari dukkha'. Perbuatan2 baik -adalah sila- yg tentu saja berguna dalam jalan menuju kesitu. Namun, dengan sila saja tentu tidak cukup. 10 perintah allah juga termasuk sila, namun hanya sebatas itu saja, bahkan jika motivasi-nya salah, tidak akan membawa perubahan yg berarti bagi kemajuan batin.
[...]
_/\_ Namaste,Bahum Sahassa Mabinimmita sayudhantam...~ :whistle: :whistle: :whistle:
Menurut pemahaman saya begini...Selama 2 jam meditasi, selama 2 jam pula saya akan terhindar dari dua kamma buruk yang ditimbulkan oleh ucapan dan perbuatan badan jasmani. seperti ajaran para buddha, tidak berbuat jahat, perbanyak kebajikan, sucikan hati dan pikiran.
tanpa meditasi bagaimana kita bisa sucikan hati dan pikiran?
Saya punya satu ilustrasi:
Misalnya seorang Ajahn Brahm pada waktu beliau muda dulu tidak jadi masuk monastik, dan beliau hanya sibuk dengan menolong orang dan sibuk dengan kehidupan duniawi yang lainnya tanpa melakukan meditasi, pertanyaan saya: Akankah beliau bisa memberikan begitu banyak dana dhamma seperti yang beliau lakukan sekarang?
Benang merahnya adalah: Jika dibandingkan Ajahn Brahm yang ada pada ilustrasi atau beliau yang sekarang sesungguhnya, manakah kamma baik yang lebih tinggi?
^:)^
Kutadanta Sutta menceritakan Brahmana Kutadanta yang ingin melakukan perbuatan baik dengan mengorbankan 700 sapi, 700 kerbau, 700 anak sapi, 700 kambing, dan 700 domba dengan tata upacara yang sempurna. Namun Buddha Gotama mengatakan dibanding upacara super 'wah' itu, pemberian dana tetap ke petapa yang memiliki sila baik lebih bermanfaat.HIDUP GURUUU!!! Hidup guruu... <:-P <:-P <:-P
Lebih bermanfaat dari dana tetap kepada sila baik tersebut adalah membangun vihara untuk sangha.
Lebih bermanfaat dari membangun vihara tersebut adalah dengan berlindung pada Buddha, Dhamma, dan Sangha.
Namun lebih bermanfaat dari berlindung pada Tiratana adalah menjalankan sila itu sendiri.
Dan yang terakhir, lebih bermanfaat dari menjalankan sila adalah menjalankan dhamma, mengembangkan jhana dan menembus kesucian. Tidak ada yang lebih bermanfaat daripada hal ini.
karma.. baik ataupun buruk, tetap saja karma.. alias bensin untuk, yah katakanlah kehidupan yang akan datang lagi.Bro pasti seorg meditator, met gabung ya bro yaaa <:-P <:-P <:-P
meditasi buddhist memiliki tujuan utama, yakni mencapai keadaan penyerapan meditatif mendalam atau "Jhana". agar setelah bangun dari jhana kita dapat memiliki samadhi yang kuat untuk merenungi segenap fenomena melalui dhamma dan ketika itu dilakukan rutin pencerahan akan menyusul.
begitu kira2 uraian yang sangat2 sederhananya.
kalau melihat dari judul "Mengapa Meditasi memberikan Karma Baik tertinggi?", saya pribadi lebih melihat nya sbg.. "Mengapa Meditasi "buddhist" memberikan Karma Baik tertinggi untuk ORANG LAIN bukan diri sendiri?
karena jika kita melaksanakan meditasi buddhist, maka pemikiran mendapatkan suatu "karma baik" sebenarnya sudah tidak lagi ada, dan jika anda benar2 tercerahkan.. ya pasti nya karma baik luar biasa buat orang2 di sekitar anda yang beruntung bisa hidup dengan jodoh karma bertemu dengan seorang arahat ;D
just my opinion, kl ada yg kurang berkenan, mohon maap harap maklum, pemula.com Y_Y
namo buddhaya
Kutadanta Sutta menceritakan Brahmana Kutadanta yang ingin melakukan perbuatan baik dengan mengorbankan 700 sapi, 700 kerbau, 700 anak sapi, 700 kambing, dan 700 domba dengan tata upacara yang sempurna. Namun Buddha Gotama mengatakan dibanding upacara super 'wah' itu, pemberian dana tetap ke petapa yang memiliki sila baik lebih bermanfaat.
Lebih bermanfaat dari dana tetap kepada sila baik tersebut adalah membangun vihara untuk sangha.
Lebih bermanfaat dari membangun vihara tersebut adalah dengan berlindung pada Buddha, Dhamma, dan Sangha.
Namun lebih bermanfaat dari berlindung pada Tiratana adalah menjalankan sila itu sendiri.
Dan yang terakhir, lebih bermanfaat dari menjalankan sila adalah menjalankan dhamma, mengembangkan jhana dan menembus kesucian. Tidak ada yang lebih bermanfaat daripada hal ini.
Karena perbuatan baik jenis lain memberikan sebatas kebahagiaan dalam lingkaran ketidakpuasan yang tidak ada akhirnya, sementara hasil dari meditasi membawa pada akhir dari ketidakpuasan itu sendiri (nibbana/nirvana).
3. PENERIMA DANA.
Kualitas penerima dana dari kita sangat menentukan besarnya pahala yang dihasilkan.
Di Dalam Velamaka Sutta, urutan daripada buah jasa yang diperoleh sesuai dengan tingkat-tingkat si penerima dan sesuai dengan hakikat / sifat perbuatan Dana tersebut adalah sebagai berikut :
1. Memberikan makanan kepada seseorang yang telah mencapai kesucian tingkat Sotapanna (tingkat kesucian pertama), akan menghasilkan buah jasa yang lebih banyak daripada memberikan Dana ke-empat jurusan, yang dilakukan oleh Brahmana Velamaka selama 7 tahun, 7 bulan dan 7 hari.
2. Memberikan makanan sekali kepada seorang Sakadagami (tingkat kesucian kedua) akan lebih banyak menghasilkan buah daripada 100 orang Sotapana.
3. Kepada seorang Anagami ( tingkat kesucian ketiga ) akan menghasilkan buah jasa lebih banyak daripada 100 orang Sakadagami.
4. Kepada seorang Arahat (tingkat kesucian keempat/terakhir) akan menghasilkan buah jasa yang lebih banyak daripada 100 orang Anagami.
5. Kepada seorang Pacceka Buddha akan menghasilkan buah jasa yang lebih banyak daripada 100 orang Arahat.( Pacceka Buddha yang tidak mengajarkan Dharma tetapi hanya mengabdikan dirinya kepada semua makhluk yang menderita ).
6. Kepada seorang Samma Sambuddha akan menghasilkan buah jasa yang jauh lebih banyak daripada 100 orang Pacekka Buddha. Samma Sambuddha adalah guru tertinggi para dewa dan manusia yang tiada tandingannya dalam mengajarkan Dharma yang Agung, dan ini adalah tingkatan Buddha yang tertinggi. Sang Buddha Gotama/ Sakyamuni Buddha adalah salah satunya.
7. Pemberian kepada Sangha (Pesamuan para Bhikkhu), akan menghasilkan buah jasa jauh lebih banyak daripada Samma-Sambuddha.
8. Pemberian sebuah Catudisa Sanghika Vihara menghasilkan buah jasa yang jauh lebih banyak. Ini adalah pemberian berupa dana materi yang tertinggi.
9. Lebih menghasilkan buah jasa yang besar adalah Berlindung kepada Sang Tiratana ( Tri Ratna ) yakni Buddha, Dhamma dan Sangha..
10. Lebih menghasilkan buah jasa yang besar adalah mematuhi / melaksanakan Pancasila Buddhis ( lima peraturan ).
11. Lebih menghasilkan buah jasa yang besar adalah melatih Samatha Bhavana ( meditasi ketenangan bathin) untuk beberapa saat.
12. Lebih menghasilkan buah jasa yang besar adalah melatih Vipassana Bhavana ( Meditasi Pandangan Terang ).
_/\_
Salam Dharma
_/\_
Saya pemula yang tidak tahu apa-apa, ingin bertanya kepada senior Buddhis yang lebih tahu
Mengapa sih dalam beberapa ceramah Dharma yang pernah saya ikuti disebutkan bahwa Karma baik yang dihasilkan dalam Meditasi lebih tinggi nilainya bahkan dari menolong orang dari kematian. Hal ini sering saya dengar tapi selalu tanpa penjelasan logis.
Bukankah lebih berguna menolong orang banyak?
Mohon maaf atas pertanyaan bodoh ini, jujur saya pemula...
dan Terima kasih atas kesediaannya menjawab
berarti bukan perbuatan meditasi tetapi hasil meditasi yang mengakhiri kamma?Kira-kira sama, meditasi adalah kamma (perbuatan), dan hasilnya (vipaka) adalah terhentinya kelahiran kembali.
semua hanya ilusi ;D ^:)^ ^:)^
Kira-kira sama, meditasi adalah kamma (perbuatan), dan hasilnya (vipaka) adalah terhentinya kelahiran kembali.
semua hanya ilusi ;D ^:)^ ^:)^meditasi pun ilusi? :P
kalau melakukan meditasi tetapi tidak ada hasil gimana?
sesuai dengan pertanyaan ts yang menanyakan meditasi memberikan karma baik tertinggi
Salam Dharma
_/\_
Saya pemula yang tidak tahu apa-apa, ingin bertanya kepada senior Buddhis yang lebih tahu
Mengapa sih dalam beberapa ceramah Dharma yang pernah saya ikuti disebutkan bahwa Karma baik yang dihasilkan dalam Meditasi lebih tinggi nilainya bahkan dari menolong orang dari kematian. Hal ini sering saya dengar tapi selalu tanpa penjelasan logis.
Bukankah lebih berguna menolong orang banyak?
Mohon maaf atas pertanyaan bodoh ini, jujur saya pemula...
dan Terima kasih atas kesediaannya menjawab
usaha lagi alias meditasi lagi sampai bisa dan berhasil ;D
tidak semua manusia menerima hasil meditasi dalam kehidupan saat ini.
menurut pandangan kami, 2 reply yang ditulis diatas sperti pertanyaan & pernyataan berikut
A: saya sudah makan
b: gmn rasanya kalau sudah makan ?
A: kenyang dong
b: hmmm, masa sih... knapa saya tidak merasakan kenyang ?
A: karena kamu (B) tidak/belum makan ?!?!?!?
maaf kalau kami belum mampu menjawab pertanyaan tsb
bisa dijelaskan lebih detail
anda sudah menyimak pertanyaan saya gak?
kalau melakukan meditasi tetapi tidak ada hasil gimana?Jika meditasi dilakukan dengan benar, tidak mungkin tidak ada hasilnya. Semua usaha pasti membuahkan sesuatu, hanya saja mungkin belum sampai pada tahap yang hasilnya terlihat jelas. Ini seperti dikatakan di sutta tentang tambang yang menjadi aus karena gesekan, basah oleh air dan terjemur matahari. Selama tambang itu belum putus, tampaknya tidak ada perubahan apa-apa di sana, tidak ada yang mengetahui ke-aus-annya. Ketika putus, maka baru terlihat dan disadari bahwa tali itu sudah aus. Begitu juga dengan meditasi, jika dilakukan dengan benar, pasti ada hasilnya walaupun belum terlihat. Setelah melewati tahap tertentu, perubahan bathin terlihat jelas, barulah ketika kita menyadari itu semua adalah hasil 'timbunan' sedikit-sedikit yang tampaknya sia-sia tersebut.
sesuai dengan pertanyaan ts yang menanyakan meditasi memberikan karma baik tertinggi
bisa dijelaskan lebih detail
saya edit :
gimana jika saya belum makan dan hanya melihatnya saja, tetapi saya menganggapnya sebagai perbuatan makan
Jika meditasi dilakukan dengan benar, tidak mungkin tidak ada hasilnya. Semua usaha pasti membuahkan sesuatu, hanya saja mungkin belum sampai pada tahap yang hasilnya terlihat jelas. Ini seperti dikatakan di sutta tentang tambang yang menjadi aus karena gesekan, basah oleh air dan terjemur matahari. Selama tambang itu belum putus, tampaknya tidak ada perubahan apa-apa di sana, tidak ada yang mengetahui ke-aus-annya. Ketika putus, maka baru terlihat dan disadari bahwa tali itu sudah aus. Begitu juga dengan meditasi, jika dilakukan dengan benar, pasti ada hasilnya walaupun belum terlihat. Setelah melewati tahap tertentu, perubahan bathin terlihat jelas, barulah ketika kita menyadari itu semua adalah hasil 'timbunan' sedikit-sedikit yang tampaknya sia-sia tersebut.
Usaha meditasi ini, jika dilakukan dengan benar dan terus-menerus, walaupun perlu berkalpa-kalpa agar mencapai nibbana, namun berkalpa-kalpa adalah sangat singkat ketimbang lingkaran tumimbal lahir tanpa akhir ini. Segala kamma baik yang lain, akan membuahkan berbagai jenis kebahagiaan, namun tetap tidak akan membawa pada akhir dari penderitaan. Menurut saya, karena hal itulah maka meditasi (dalam konteks ini adalah Satipatthana) dianggap sebagai kamma baik tertinggi.
itu lah kekuatan imajinasi dan khayalan, blum makan tp sudah merasa makan (menganggapnya sebagai perbuatan makan) hanya dengan melihat saja... luar biasa...
menurut dato' anda tipe orang yg bs membuat pesawat tempur, tanpa anda harus mempelajari disiplin ilmu yg berkaitan dengan itu... yg anda lakukan cm melihat nya saja... itu lah yg dikatakan imajinasi dan khayalan...
paham ? dato' cm bs geleng2 dan mengatakan : ciloko... !!
kalau melakukan meditasi tetapi tidak ada hasil gimana?selama seseorang berpikir tentang hasil, maka berarti orang itu belum bermeditasi...
sesuai dengan pertanyaan ts yang menanyakan meditasi memberikan karma baik tertinggi
selama seseorang berpikir tentang hasil, maka berarti orang itu belum bermeditasi...Bukannya teori yang bener juga akan mengarahkan orang agar 'mengamati' rumput, bunga, pohon, dan jembatan dalam perjalanan, dan tidak berpikir tentang apa yang telah berlalu dan ke mana tujuannya, om morph?
meditasi itu seperti sebuah perjalanan, tampak rumput2 yg ditiup angin, bunga berwarna-warni, pohon2 yg rindang, jembatan di atas sungai yang mengalir. semua pemandangan ini diamati dan dinikmati saja.
berpikir tentang hasil hanya akan mengacaukan pengamatan pemandangan yang ada. itulah kadang2 bahayanya kalo terlalu membaca banyak teori. teori akan membebani meditasi dan menimbulkan harapan2 dan ambisi2. hidup di dalam dunia harapan dan ambisi berarti hidup di masa depan, tidak lagi mengamati saat ini (present).
nyimak dulu baru komentar, jangan asal ngecap
arti kata 'ngecap' apa ya ? ???
Bukannya teori yang bener juga akan mengarahkan orang agar 'mengamati' rumput, bunga, pohon, dan jembatan dalam perjalanan, dan tidak berpikir tentang apa yang telah berlalu dan ke mana tujuannya, om morph?tergantung apa yang anda sebut sebagai teori itu. menurut saya, instruksi meditasi sudah cukup untuk memulai meditasi. seterusnya bisa ditemukan sendiri dalam meditasinya. kalo itu yg anda sebut sebagai "teori", ya memang benar.
Kalau dalam Abhidhamma, kamma baik tertinggi = Maha Kusala Citta....koreksi dikit bro dilbert.. :)
dan biasanya di dalam meditasi (samadhi) yang benar --- baik samatha dan vipasanna --- akan bangkit Maha Kusala Citta, baik yang lokiya kusala citta maupun lokkutara kusala citta (CMIIW)
Here ‘maha’ – ‘great’ means ‘greater in number’. Maha-kusalajadi kata 'maha' disini hanya bermakna tinggi dalam angka/jumlah total cittanya, bukan perbuatan baiknya yang tertinggi...
citta is also known as kamavacara-kusala citta. As there are 8
kamavacara-kusala cittas, 5 rupavacara-kusala cittas, 4 arupavacarakusala
cittas and 4 lokuttara (supramundane) kusala cittas, the
number of kamavacara-kusala cittas is greatest.
tergantung apa yang anda sebut sebagai teori itu. menurut saya, instruksi meditasi sudah cukup untuk memulai meditasi. seterusnya bisa ditemukan sendiri dalam meditasinya. kalo itu yg anda sebut sebagai "teori", ya memang benar.Ada orang yang hanya memerlukan sedikit teori untuk mempraktikkan, tapi ada juga yang memerlukan 'asupan' intelektual yang banyak sebelum yakin untuk proses 'de-learning' itu. Saya lihat orang yang skeptik cenderung pada type ke dua. Sampai ia mengerti secara intelektual bahwa apa yang dijalaninya itu 'tidak merugikan', maka ia baru melakukannya. Bagaimana instruksi untuk melakukannya itu memang sangat sederhana dan bisa dilakukan tanpa tahu teori detail. Lalu bagaimana teori detail berguna bagi orang yang belum meditasi?
di luar instruksi, itu sudah terlalu banyak.
problem terlalu banyak teori itu adalah cara kerja pikiran (thought) yang sangat halus dan licin.
semakin kita mencoba mengatur dan mengarahkan pikiran sesuai teori tertentu, semakin kacau jadinya.
semakin dicoba untuk dijelaskan secara intelektual, semakin jauh dengan realita observasinya, malahan batin akan mengantisipasi dan mencocok-cocokkan teori dengan hasil observasinya.
makanya agak konyol kalo ada yang mencoba menanyakan dan mempelajari teori meditasi sampai sedetil-detilnya untuk menyakinkan dirinya sebelum mencoba memulai bermeditasi. seperti menolak tubuh basah, tapi pengen belajar berenang dari kursus tertulis.
menurut saya, dalam praktik meditasi kita tidak melakukan proses learning (intelektual), tapi justru melakukan proses de-learning, artinya melupakan semua teori yg sudah pernah dibaca, hanya melakukan pengamatan sejujur2nya, sepenuhnya berada di saat ini.
apakah yg saya tulis di atas juga teori? yah, terserah pembaca, yg penting semoga pesannya jelas...
Ada orang yang hanya memerlukan sedikit teori untuk mempraktikkan, tapi ada juga yang memerlukan 'asupan' intelektual yang banyak sebelum yakin untuk proses 'de-learning' itu. Saya lihat orang yang skeptik cenderung pada type ke dua. Sampai ia mengerti secara intelektual bahwa apa yang dijalaninya itu 'tidak merugikan', maka ia baru melakukannya. Bagaimana instruksi untuk melakukannya itu memang sangat sederhana dan bisa dilakukan tanpa tahu teori detail. Lalu bagaimana teori detail berguna bagi orang yang belum meditasi?berlawanan dengan pendapat anda, menurut saya orang yang skeptik atau meragukan segala sesuatu justru lebih cocok untuk melakukan eksperimen dan praktik sendiri ketimbang mempelajari terlalu banyak teori secara mendetail. semua yang dibacanya dari buku juga sifatnya spekulatif dan bisa salah. bisa saja dia sudah merasa yakin dengan sebuah teori ini tidak merugikan, begitu dipraktekkan ternyata kenyataannya berbeda. seseorang yg skeptik itu seharusnya open, netral, tidak ada prasangka atau prejudice apapun...
Tidak ada teori dan intelektual dalam meditasi, ini saya sangat setuju. Namun teori dan intelektual itu diperlukan untuk penjelasan di luar meditasi. Seperti berenang itu, ada orang trauma karena pernah tenggelam, lalu tidak mau menyentuh kolam. Kita tidak bisa bilang, 'yang penting cemplung dulu, alami dulu airnya', karena itu bukan penjelasan, bukan jaminan yang meyakinkan. Kita bisa mengajarkan teori ke mana-mana seperti anatomi, berat jenis, dan lain-lain yang meyakinkan bahwa kita bisa mengapung kalau kita tetap tenang dan mengatur nafas, sebabnya karena begini-begitu. Setelah yakin, adalah mungkin bahwa orang itu bisa memiliki dorongan dan keberanian untuk cemplung lagi ke kolam. Tidak ada aplikasi teori pengukuran berat jenis waktu berenang, tidak ada pengamatan anatomi waktu berenang, yang ada hanya mengikuti instruksi saja. Namun apakah teori tidak berguna?
Yang bro morph maksud, menurut saya adalah yang saya sebut 'teori salah', yaitu teori yang tidak tepat guna, seperti anak TK belum kenal angka, dikasih perkalian matriks, akhirnya jadinya hafalan bukan pengertian operasinya. Karena penyampaian tidak tepat, ia mengerti dengan salah, dan otomatis menerapkannya dengan salah. Baik 'teori salah' dan 'praktik salah', keduanya adalah tidak bermanfaat.
berlawanan dengan pendapat anda, menurut saya orang yang skeptik atau meragukan segala sesuatu justru lebih cocok untuk melakukan eksperimen dan praktik sendiri ketimbang mempelajari terlalu banyak teori secara mendetail. semua yang dibacanya dari buku juga sifatnya spekulatif dan bisa salah. bisa saja dia sudah merasa yakin dengan sebuah teori ini tidak merugikan, begitu dipraktekkan ternyata kenyataannya berbeda. seseorang yg skeptik itu seharusnya open, netral, tidak ada prasangka atau prejudice apapun...Saya pikir kalau orang tidak tahu lalu mencoba, itu bukan skeptik, tapi cenderung nekad. Orang yang skeptik tulen dan objektif akan terbuka pada potensi bagus, juga potensi jeleknya. Memang bukan berarti skeptik demikian langsung berpaling mencari teori. Tidak juga. Tapi kebanyakan tidak juga langsung melakukannya, melainkan melakukan penelitian seperti mengamati perubahan orang-orang yang menjalani meditasi. Atau ada juga yang melakukan, tapi tidak total mengikutinya, tapi mencoba sedikit pada batas yang menurutnya dapat diterima, membuktikan sebagian, sampai menurutnya 'aman', baru menjalankan benar2 sesuai instruksi.
dalam analogi belajar berenang tadi, saya tidak menyebutkan "langsung nyebur", saya hanya menyebutkan "basah". demikianlah tahap-tahap belajar berenang. si praktisi mulai bereksperimen, mengalami apa itu air, apa itu basah, menyentuh air dengan tangan dan kakinya, merasakan dinginnya air. setelah mendapat pengalaman kecil ini, si praktisi mendapatkan sedikit kesimpulan mengenai sifat2 air dan bagaimana aksi tubuh mempengaruhi air. dia mulai masuk ke tempat dangkal, merasakan berjalan di air dangkal, sedikit lebih dalam, merasakan air yg bergerak akibat kayuhan tangan dan kaki, merasakan beratnya gerakan tangan, merasakan tubuh yang "ringan", mengalami rasanya meniupkan nafas di dalam air, mengalami rasanya mencelupkan kepala di air, dst dst...Iya, ini salah satu pendekatan yang mungkin. Seperti definisi saya yang 'mencoba sebatas yang bisa diterimanya'. Nah, guru yang baik itu mengetahui sebatas mana nalar dan intelektual muridnya, sehingga bisa 'mendorong' sebatas maksimal yang bisa diterima tapi tidak sampai menimbulkan reaksi penolakan.
saya merasa demikian pula dengan meditasi. sedikit demi sedikit bereksperimen, si praktisi mengambil kesimpulan kecil-kecilan (namun tidak melekati), bereksperimen, mengambil kesimpulan, eksperimen, mengambil kesimpulan. sebuah proses mengamati dan belajar yang terus-menerus, mengalami transformasi batin dari yang terkecil sampai kepada yang lebih tinggi. tidak melekat dan terus praktik.
mohon anggap ini sebagai diskusi, karena saya sendiri juga tidak bisa memastikan kebenarannya untuk semua orang. apa yg saya tulis di atas adalah hasil pengalaman sendiri, hasil wawancara dari beberapa teman meditator, yg berhasil maupun yg tidak. dari sana ada pola yang bisa saya simpulkan, pola yang konsisten, yg sudah saya share di atas.Ya, tentu saja ini adalah diskusi, masih belum ada 100% kesimpulan pasti. :)
mungkin saja anda benar, yg berbahaya adalah teori yg over dosis, yang dihafalkan secara membuta. kalo menurut saya, apabila seseorang mempelajari terlalu banyak teori, secara otomatis, tanpa sadar, batinnya akan mengingat-ingat, mengantisipasi dan proses mencocok-cocokkan akan berlangsung sewaktu bermeditasi.
ayo temn2 kk cc ibu bpk om tante dedek,pd md2..mdit itu bikin nagihh dn uenakkk tenan :P 8)
_/\_