“Jika, para bhikkhu, sewaktu para bhikkhu ini sedang menyelidiki pertanyaan resmi itu, muncul perselisihan tanpa akhir, dan tidak ada satu keputusan yang membuat maknanya mejadi jelas. Aku Mengizinkan kalian, para bhikkhu, untuk menyelesaikan pertanyaan resmi seperti ini melalui pemungutan suara umum. Seorang bhikkhu yang memiliki sepuluh kualitas harus ditunjuk untuk mengadakan pemungutan suara umum: seorang yang memiliki kebiasaan bermoral, yang hidupnya terkendali oleh pengendalian Pātimokkha, yang memiliki perilaku baik, melihat bahaya dalam pelanggaran sekecil apapun, yang menjalani dan melatih dirinya dalam aturan-aturan latihan, yang telah banyak mendengar, seorang ahli dalam apa yang didengar, gudang dari apa yang terdengar; hal-hal yang indah di awal, indah di pertengahan, dan indah di akhir, menyatakan dengan penuh semangat, dengan kata-kata bagaikan pengembaraan Brahma yang tuntas, murni sepenuhnya – hal-hal seperti ini telah banyak didengar olehnya, telah dipalajari, diulangi, direnungkan, dipertimbangkan dengan seksama, ditembus dengan baik melalui pandangan, Pātimokkha telah dengan baik diturunkan kepadanya secara terperinci, dikelompokkan dengan baik, pengaturannya baik, diselidiki dengan baik kalimat demi kalimat [95] sehubungan dengan bentuk bahasa; ia menjadi cerdas dalam hal disiplin, tidak tergoahkan; ia berkompten dalam meyakinkan kedua belah pihak yang saling berselisih atas persoalan itu, dalam hal mengatasi mereka, dalam hal membuat mereka merenungkan, dalam hal memahami, dalam hal mendamaikan mereka; ia menjadi terampil dalam hal menyelesaikan pertanyaan resmi yang telah muncul; ia mengetahui apa pertanyaan resmi itu; ia mengetahui bagaimana berkembangnya pertanyaan resmi itu; ia mengetahui berakhirnya pertanyaan resmi itu; ia mengetahui jalan menuju berakhirnya pertanyaan resmi itu. Aku Mengizinkan, para bhikkhu, seorang bhikkhu yang memiliki sepuluh kualitas ini ditunjuk untuk mengadakan pemungutan suara umum. ||19||
“Dan seperti inilah, bagaimana ia seharusnya ditunjuk: Pertama-tama, seorang bhikkhu harus diminta; setelah diminta, Sangha harus diberitahukan oleh seorang bhikkhu yang berkompeten dan berpengalaman, dengan mengatakan: ‘Yang Mulia, Mohon Sangha mendengarkan saya. Sewaktu kami sedang menyelidiki pertanyaan resmi ini muncul perselisihan yang tanpa akhir dan tidak ada seorangpun yang dapat menyelesaikannya. Jika baik menurut Sangha, silahkan Sangha menunjuk bhikkhu anu dan anu untuk menyelesaikan pertanyaan resmi ini melalui pemungutan suara umum. Ini adalah usul. Yang Mulia, Mohon Sangha mendengarkan saya. Sewaktu kami sedang menyelidiki pertanyaan resmi ini … yang dapat menyelesaikannya. Sangha menunjuk bhikkhu anu dan anu untuk menyelesaikan pertanyaan resmi ini melalui pemungutan suara umum. Jika penunjukan bhikkhu anu dan anu untuk menyelesaikan pertanyaan resmi ini melalui pemungutan suara umum sesuai dengan kehendak Yang Mulia, maka Yang Mulia cukup berdiam diri; ia yang tidak menghendaki silahkan berbicara. Bhikkhu anu dan anu ditunjuk oleh Sangha untuk menyelesaikan pertanyaan resmi ini melalui pemungutan suara umum. Ini sesuai dengan kehendak … demikianlah saya memahami hal ini. ||20||
“Jika, para bhikkhu, bhikkhu-bhikkhu ini mampu menyelesaikan pertanyaan resmi ini melalui pemungutan suara umum, ini, para bhikkhu, disebut pertanyaan resmi yang terselesaikan. Terselesaikan dengan apakah? Dengan keputusan yang dihadiri. Dan apakah yang diperlukan di sini untuk suatu keputusan yang dihadiri? Kehadiran aturan, kehadiran disiplin, kehadiran para individu … (seperti pada ||16||) … Jika, para bhikkhu, pertanyaan resmi itu diselesaikan demikian, dan jika orang yang menyelenggarakannya membukanya kembali, dengan membukanya kembali maka ia melakukan pelanggaran yang memerlukan penebusan. ||21||
“Jika, para bhikkhu, sewaktu bhikkhu-bhikkhu itu sedang menyelidiki pertanyaan resmi itu, di sana terdapat seorang bhikkhu yang adalah seorang pembabar dhamma tetapi yang kepadanya aturan-aturan dan analisa aturan tersebut belum diturunkan, jika ia, tanpa merenungkan maknanya, menyembunyikan maknanya di bawah bayang-bayang kata-kata, para bhikkhu harus diberitahu oleh seorang bhikkhu yang berkompeten dan berpengalaman, dengan mengatakan: ‘ Mohon Yang Mulia mendengarkan saya. Bhikkhu anu adalah seorag pembabar dhamma, tetapi ia adalah seorang yang kepadanya aturan-aturan dan analisa aturan tersebut belum diturunkan; tanpa merenungkan maknanya, ia menyembunyikan maknanya di bawah bayang-bayang kata-kata. Jika baik menurut Yang Mulia, [96] silahkan para bhikkhu, setelah menyingkirkan bhikkhu ini, menyelesaikan pertanyaan resmi ini.’ Jika, para bhikkhu, para bhikkhu itu, setelah menyingkirkan bhikkhu itu, mampu menyelesaikan pertanyaan resmi ini, ini, para bhikkhu, disebut pertanyaan resmi yang terselesaikan. Terselesaikan dengan apakah? Dengan keputusan yang dihadiri. Dan apakah yang diperlukan di sini untuk suatu keputusan yang dihadiri? Kehadiran aturan, kehadiran disiplin, kehadiran para individu … (seperti pada ||16||) … Jika, para bhikkhu, pertanyaan resmi itu diselesaikan demikian, dan jika orang yang menyelenggarakannya membukanya kembali, dengan membukanya kembali maka ia melakukan pelanggaran yang memerlukan penebusan. ||22||
“Jika, para bhikkhu, sewaktu bhikkhu-bhikkhu itu sedang menyelidiki pertanyaan resmi itu, di sana terdapat seorang bhikkhu yang adalah seorang pembabar dhamma dan yang kepadanya aturan-aturan telah diturunkan tetapi analisa aturan tersebut belum diturunkan, jika ia, tanpa merenungkan maknanya, menyembunyikan maknanya di bawah bayang-bayang kata-kata, para bhikkhu harus diberitahu oleh seorang bhikkhu yang berkompeten dan berpengalaman, dengan mengatakan: ‘ Mohon Yang Mulia mendengarkan saya. Bhikkhu anu adalah seorag pembabar dhamma, dan ia adalah seorang yang kepadanya aturan-aturan telah diturunkan tetapi analisa aturan tersebut belum diturunkan; tanpa merenungkan maknanya … … dengan membukanya kembali maka ia melakukan pelanggaran yang memerlukan penebusan. ||23||
“Jika, para bhikkhu, para bhikkhu ini tidak mampu menyelesaikan pertanyaan resmi itu melalui pemungutan suara umum, para bhikkhu, pertanyaan resmi itu harus dikembalikan kepada Sangha oleh para bhikkhu itu, dengan mengatakan: ‘Kami Yang Mulia, tidak mampu menyelesaikan pertanyaan resmi itu melalui pemungutan suara umum. Silahkan Sangha sendiri yang menyelesaikan pertanyaan resmi ini.’ Aku Mengizinkan kalian, para bhikkhu, untuk menyelesaikan pertanyaan resmi ini melalui keputusan suara terbanyak. Seorang bhikkhu yang memiliki lima kualitas harus ditunjuk sebagai pembagi kupon (pemungutan suara) … (seperti pada IV. 9) …’ … Demikianlah saya memahami hal ini. Bhikkhu pembagi kupon (pemungutan suara) harus membagikan tiket (pemungutan suara). Sesuai dengan jumlah suara terbanyak dari para bhikkhu yang menguasai dhamma demikianlah pertanyaan resmi itu diselesaikan. Ini, para bhikkhu, disebut pertanyaan resmi yang terselesaikan. Terselesaikan dengan apakah? Dengan keputusan yang dihadiri dan keputusan suara terbanyak. Dan apakah (yang diperlukan) di sini untuk suatu keputusan yang dihadiri? Kehadiran Sangha, Kehadiran aturan, kehadiran disiplin, kehadiran para individu. Dan apakah di sini kehadiran Sangha? … (seperti pada 14. 16) … Ini di sini adalah kehadiran para individu.
“Dan apakah di sini keputusan suara terbanyak? Apapun yang diselenggarakan, dilakukan, dilaksanakan, disetujui, diterima, tanpa penolakan atas suatu sidang (resmi) (diselesaikan) melalui keputusan suara terbanyak, ini adalah keputusan suara terbanyak. Para bhikkhu, jika suatu pertanyaan resmi diselesaikan demikian, dan jika seseorang yang mengadakannya membukanya kembali, dengan membukanya maka ia melakukan pelanggaran yang memerlukan penebusan. Jika seseorang yang telah memberikan persetujuan mengkritiknya, dengan mengkritik maka ia melakukan pelanggaran yang memerlukan penebusan. ||24|| [97]
Pada saat itu di Sāvatthī, suatu pertanyaan resmi muncul sedemikian, telah berkembang sedemikian. Kemudian para bhikkhu ini tidak puas dengan penyelesaian pertanyaan resmi itu oleh Sangha di Sāvatthī. Mereka mendengar bahwa dikatakan: “Di suatu tempat tertentu terdapat beberapa bhikkhu senior yang telah mendengar banyak, yang kepada mereka tradisi telah dturunkan, ahli dalam dhamma, ahli dalam disiplin, ahli dalam pengelompokan, terpelajar, berpengalaman, cerdas, berhati-hati, teliti, gemar berlatih; jika para bhikkhu senior ini dapat menyelesaikan pertanyaan resmi ini menurut aturan, menurut disiplin, menurut instruksi Sang Guru, maka dengan demikian pertanyaan resmi ini terselesaikan dengan baik.” Kemudian para bhikkhu ini, setelah mendatangi tempat kediaman itu, berkata kepada para bhikkhu senior itu: “Pertanyaan resmi ini, Yang Mulia, muncul demikian, berkembang demikian. Baik sekali, Yang Mulia, jika para bhikkhu di sini dapat menyelesaikan pertanyaan resmi ini menurut aturan, menurut disiplin, menurut instruksi Sang Guru. Sehingga pertanyaan resmi ini dapat terselesaikan dengan baik.” Kemudian para bhikkhu senior itu berpikir: “Karena pertanyaan resmi ini telah diselesaikan oleh Sangha di Sāvatthī, maka berarti telah diselesaikan dengan baik,” dan mereka menyelesaikan pertanyaan resmi itu dengan cara yang sama. Kemudian para bhikkhu ini tidak puas dengan penyelesaian pertanyaan resmi oleh Sangha di Sāvatthī, mereka tidak puas dengan penyelesaian pertanyaan resmi oleh beberapa bhikkhu senior itu.
Mereka mendengar bahwa dikatakan: “Di suatu tempat tertentu terdapat tiga orang bhikkhu senior … dua orang bhikkhu senior … seorang bhikkhu senior yang telah mendengar banyak, yang kepadanya tradisi telah dturunkan … gemar berlatih; jika para bhikkhu senior ini dapat menyelesaikan pertanyaan resmi ini menurut … menurut instruksi Sang Guru, maka dengan demikian pertanyaan resmi ini terselesaikan dengan baik.” Kemudian para bhikkhu ini, setelah mendatangi tempat kediaman itu, berkata kepada bhikkhu senior itu: “Pertanyaan resmi ini, Yang Mulia, muncul demikian, berkembang demikian. Baik sekali, Yang Mulia, jika para bhikkhu di sini dapat menyelesaikan pertanyaan resmi ini menurut … menurut instruksi Sang Guru. Sehingga pertanyaan resmi ini dapat terselesaikan dengan baik.” Kemudian bhikkhu senior itu berpikir: “Karena pertanyaan resmi ini telah diselesaikan oleh Sangha di Sāvatthī, karena pertanyaan resmi ini telah diselesaikan oleh beberapa bhikkhu senior, karena pertanyaan resmi ini telah diselesaikan oleh tiga orang bhikkhu senior, karena pertanyaan resmi ini telah diselesaikan oleh dua orang bhikkhu senior, maka berarti telah diselesaikan dengan baik,” dan ia menyelesaikan pertanyaan resmi itu dengan cara yang sama. Kemudian para bhikkhu ini tidak puas dengan penyelesaian pertanyaan resmi oleh Sangha di Sāvatthī, tidak puas dengan penyelesaian pertanyaan resmi oleh beberapa bhikkhu senior ... oleh tiga orang bhikkhu senior … oleh dua orang bhikkhu senior, tidak puas dengan penyelesaian pertanyaan resmi oleh seorang bhikkhu senior, menghadap Sang Bhagavā; setelah menghadap, mereka mengadukan persoalan ini kepada Sang Bhagavā. Beliau berkata: “Para bhikkhu, pertanyaan resmi ini telah selesai, sudah tidak ada, telah diselesaikan, terselesaikan dengan baik. ||25||
“Aku Mengizinkan, para bhikkhu, untuk meyakinkan para bhikkhu ini, tiga metode pemungutan suara: secara rahasia, membisikkan ke telinga, secara terbuka. Dan apakah, para bhikkhu, metode rahasia dalam pemungutan suara? Bhikkhu yang menjadi pembagi tiket pemungutan suara, [98] setelah membuat tanda yang berbeda pada tiket-tiket itu, setelah mendatangi tiap-tiap bhikkhu, harus memberitahukan: ‘Tiket ini adalah untuk orang yang berpandangan begini, tiket ini adalah untuk orang yang berpandangan begitu. Ambillah yang mana yang engkau inginkan.’ setelah mengambilnya, ia harus diberitahu: ‘Dan jangan perlihatkan pada orang lain.’ Jika ia mendapati bahwa mayoritas adalah yang menguasai bukan-dhamma dan berpikir (bahwa pemungutan suara) telah dilakukan secara keliru, maka (hasilnya) harus ditolak. Jika ia mendapati bahwa mayoritas adalah yang menguasai dhamma dan berpikir (bahwa pemungutan suara) telah dilakukan dengan benar, maka (hasilnya) harus diumumkan. Ini, para bhikkhu, adalah metode rahasia dalam pemunguta suara.
“Dan apakah, para bhikkhu, metode pemungutan suara dengan membisikkan ke telinga? Bhikkhu yang menjadi pembagi tiket pemungutan suara, harus membisikkan ke telinga tiap-tiap bhikkhu, mengatakan: ‘Tiket ini adalah untuk orang yang berpandangan begini, tiket ini adalah untuk orang yang berpandangan begitu. Ambillah yang mana yang engkau inginkan.’ setelah mengambilnya, ia harus diberitahu: ‘Dan jangan perlihatkan pada orang lain.’ Jika ia mendapati bahwa mayoritas adalah yang menguasai bukan-dhamma dan berpikir (bahwa pemungutan suara) telah dilakukan secara keliru, maka (hasilnya) harus ditolak. Jika ia mendapati bahwa mayoritas adalah yang menguasai dhamma dan berpikir (bahwa pemungutan suara) telah dilakukan dengan benar, maka (hasilnya) harus diumumkan. Ini, para bhikkhu, adalah metode membisikkan ke telinga dalam pemunguta suara.
“Dan apakah, para bhikkhu, metode terbuka dalam pemungutan suara? Jika ia mendapati bahwa mereka yang menguasai dhamma adalah mayoritas, dengan keyakinan ini , ia melakukannya secara terbuka. Ini, para bhikkhu, adalah metode terbuka dalam pemungutan suara. Ini, para bhikkhu, adalah tiga metode pemungutan suara. ||26||
“Berapakah (jenis) keputusan bagi suatu pertanyaan resmi yang muncul dari celaan disepakati? Suatu pertanyaan resmi yang muncul dari celaan disepakati melalui empat (jenis) keputusan: melalui keputusan yang dihadiri, melalui keputusan tidak bersalah, melalui keputusan kegilaan yang telah lewat, melalui keputusan atas kesalahan tertentu. Jika seseorang mengatakan: ‘Mungkinkah bahwa, sehubungan dengan suatu pertanyaan resmi yang muncul dari celaan, tanpa melalui dua (jenis) keputusan – keputusan kegilaan yang telah lewat dan keputusan atas kesalahan tertentu – seseorang menyetujuinya melalui dua (jenis) keputusan – keputusan yang dihadiri dan keputusan tidak bersalah?’ ia harus dijawab: ‘Mungkin saja’. Ini adalah sebagai berikut: Ini adalah sebuah kasus di mana seorang para bhikkhu memfitnah seorang bhikkhu dengan tuduhan tidak berdasar bahwa ia telah jatuh dari kebiasaan bermoral. Para bhikkhu, keputusan tidak bersalah harus dijatuhkan kepada bhikkhu tersebut yang telah mengingat sepenuhnya. Dan beginilah, para bhikkhu, bagaimana keputusan itu dijatuhkan: Bhikkhu itu, setelah mendatangi Sangha, setelah merapikan jubah atasnya di satu bahunya, setelah bersujud di kaki para bhikkhu senior, setelah duduk berlutut, setelah memberi hormat dengan merangkapkan tangan, harus mengucapkan: ‘Yang Mulia, para bhikkhu memfitnah saya dengan tuduhan tidak berdasar bahwa saya telah jatuh dari kebiasaan bermoral. Tetapi Saya, Yang Mulia, setelah mengingat sepenuhnya, memohon agar Sangha menjatuhkan keputusan tidak bersalah.’ Dan untuk kedua kalinya keputusan itu dimohon. Dan untuk ketiga kalinya keputusan itu dimohon. Sangha harus diberitahukan oleh seorang bhikkhu yang berkompeten dan berpengalaman, dengan mengatakan: ‘Yang Mulia, mohon Sangha mendengarkan saya. Para bhikkhu memfitnah bhikkhu ini dengan tuduhan tidak berdasar bahwa ia telah jatuh dari kebiasaan bermoral; ia, setelah mengingat sepenuhnya, memohon agar Sangha menjatuhkan keputusan tidak bersalah. [99] Jika baik menurut Sangha … (seperti pada IV. 4. 10) … Demikianlah saya memahami hal ini.’ Ini, para bhikkhu, disebut pertanyaan resmi yang terselesaikan. Terselesaikan dengan apakah? Dengan keputusan yang dihadiri dan keputusan tidak bersalah. Dan apakah yang diperlukan di sini untuk suatu keputusan yang dihadiri? Kehadiran Sangha, kehadiran aturan, kehadiran disiplin, kehadiran para individu … (seperti pada IV. 14. 16) … Dan apakah di sini kehadiran para individu? Siapapun yang bertengkar dan dengan siapa ia bertengkar, jika kedua pihak itu saling berhadapan, ini adalah kehadiran para individu.
“Dan apakah di sini yang diperlukan untuk suatu keputusan yang tidak bersalah? Apapun yang diselenggarakan, dilakukan, dilaksanakan, disetujui, diterima, tanpa penolakan atas suatu suatu sidang resmi untuk menjatuhkan keputusan tidak bersalah, itu adalah apa yang diperlukan untuk suatu keputusan tidak bersalah. Para bhikkhu, jika suatu pertanyaan resmi diselesaikan demikian, dan jika seseorang yang mengadakannya membukanya kembali, dengan membukanya maka ia melakukan pelanggaran yang memerlukan penebusan. Jika seseorang yang telah memberikan persetujuan mengkritiknya, dengan mengkritik maka ia melakukan pelanggaran yang memerlukan penebusan. ||27||