Mengabhiseka tidak perlu biaya mahal. Didalam prosedur ajaran tibet, murid selalu memberi persembahan bila ingin belajar suatu dharma. Inilah adalah Fakta di di Tibet. Tidak ada kebohongan yang saya ungkapkan.
Demikian juga, pada saat Mahaguru belajar dharma dari guru-guru tibet, Mahaguru pasti memberikan persembahan untuk mendapatkan suatu ajaran.
Hal ini berbeda dengan ajaran theravada di asia tenggara.
Namun Mahaguru kita sangat berwelas asih. Tidak seperti yang anda bayangkan. Murid-murid Mahaguru kita bisa aja mempunyai pemikiran seperti itu, namun guru saya tidak seperti ini.
btww persembahannya dalam bentuk apa ya, bolehkan kita memberikan dana makanan gt, atao obat obatan tp yaaa yg standard gt, ga sampai mahal gt, misalnya sekitar dibawah Rp 100.000,- kan dana makanan gt....... terus apakah sebagai seorg yg anda sebut sebagai anutara samyaksamboddhi atao beliau yg mengclaim sendiri, masih mengharapkan persembahan dari org yg mao belajar ilmu kepadanya,, kok mirip kyk kesugihan dalam versi is***m, memberikan persembahan dengan mengharapkan sesuatu..... seolah olah mirip jin jin atao mahkluk mahkluk lain yg hanya memberikan bantuan jika ada persembahan, saya rasa seorg anutara samyaksamboddhi tdk memiliki kualitas segitu rendahnya, shg masih saja mengharuskan dan mewajidkan persembahan utk dirinya, mohon anda selidiki dulu kebenaran ini, apakah emank dia yg minta persembahan gt, dan coba anda selidiki apakah pantas dari segi segala pandangan dan sifat sifat Buddha menurut 3 aliran besar, Tantrayana, Mahayana, dan Theravada, beliau pantas disebut Anutara samyak samboddhi jika masih saja melekat pada keharusan persembahan dr murid murid yg hendak di abisseka.
beliau ke diskotik, ke pub, dll. dan bawa wanita lagi... apakah ini benar?
Mahaguru bisa aja ke diskotik ataupun ke pub. Namun yang harus diukur adalah perbuatannya, pikirannya, bukan mengukur tempat-tempat yang tidak layak.
Mahaguru saya jelas sekali menguasai keadaan, pikirannya sendiri. Namun Mahaguru pernah berucap bila seseorang telah berhasil dalam pencapaian sadhana, tidak ada yang salah pergi ke tempat itu.
Bila belum pencapaian pencerahan, di haruskan menjaga sila terlebih dahulu.
lagian ngapain jg beliau ke diskotik dan pub?
? dalam segi ajaran dari Buddhism mana yg memperbolehkan seseorg pergi ketempat demikian? setahu saya baik dalam Buddhism Mahayana, Tantrayana, dan Theravada, menitik beratkan pada pelatihan diri, dan menjauhi segala kesenangan indrawi. baik lah jika anda mengatakan bukan demi kesenangan, terus kenapa jg harus pergi ke tempat demikian, toh beliau sendiri mengetahui kalo tempat demikian adalah tempat tempat hiburan.
sebagai seorg guru yg baik, apakah pantas memberikan contoh yg tdk baik kepada muridnya, contohnya seorg ayah merokok, terus melarang anaknya merokok, karena katanya tdk baik, terus sang anak bertanya, kok ayah sendiri merokok, si ayah menjawab "karena saya sudah dewasa". apakah hal ini pantas, saya rasa jika seseorg melakukan demikian dia tdk boleh hanya mementingkan pandangannya sendiri, tetapi sbg seorg yg bijaksana, seharusnya memberi teladan yg baik bagi muridnya, juga menunjukkan sikap yg baik kepada khalayak ramai..... coba anda lihat Buddha mana yg melakukan hal demikian adanya, Sakyamuni Buddha aja setelah berhasil mencapai pencerahan tertinggi, malah tetap menjalankan kehidupan yang sederhana, kagak kembali lagi ke istana menikmati kemewahan dengan alasan, karena udh berhasil, yang harus diukur adalah perbuatannya, pikirannya, bukan mengukur tempat-tempat yang tidak layak dan fasilitas yang mewah.
Tindakan Mahaguru saya adalah bodhicitta, prajna peduli terhadap insan dan makhluk hidup. Tingkah laku mahaguru tidak memperlihatkan sila tetapi adalah prajna dan bodhicitta.
Seorg yg memiliki Boddhicitta tdk akan menuntut syarat kepada muridnya, dia akan bersikap weles asih kepada semua mahkluk tanpa kecuali baik muridnya maupun bukan, juga tdk mengharuskan dan membedakan hanya org yg memberi persembahan diterima sebagai muridnya, jg tdk membedakan hanya muridnya yang boleh mempelajari ajaran Buddhism menurut versi dia sedangkan org lain ajarannya itu harus dirahasiakan, apakah ini sikap boddhicitta. baiklah jika menganggap bahaya bagi org lain, bukankah ajaran yg benar tdk akan membawa bahaya kepada org lain....
?/
jika suatu tingkah laku tdk memperlihatkan moralitas, maka secara otomatis beliau tdk menghormati moralitas yang merupakan dasar dr pelatihan samadhi dan juga prajna ataupun Boddhicitta, prajna dikembangkan karena mengetahui mana yg pantas dan mana yg tdk pantas sbg seorg umat awam maupun seorg yg telah melepaskan keduniawian (dalam hal ini moralitas lah yg menjadi tolak ukur kepantasan) , jika dia tdk memperlihatkan moralitas, gmana lagi dia mampu memperlihatkan prajna/kebijaksanaan?