//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Imlek = Hari Raya Agama Khonghucu?  (Read 26410 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Imlek = Hari Raya Agama Khonghucu?
« on: 12 February 2014, 12:08:21 PM »
Tahun Baru Imlek dianggap sebagai hari raya agama Khonghucu apakah benar? Ini hanya terjadi di Indonesia. Misa Imlek di Gereja Khatolik pun sama mereka berniat dilarang. Tridharma (Sanjiao) dipertanyakan. Imlek milik Khonghucu bukan Sanjiao. Lantas gimana sih duduk masalah sebenarnya? Artikel dari pihak Khonghucu:

Makna Tahun Baru Imlek

Ditulis oleh : Ws.Budi S Tanuwibowo

Sejak tahun 2002 Tahun Baru Imlek ditetapkan sebagai Hari Libur Nasional oleh Presiden Megawati Soekarnoputri, setelah dua tahun sebelumnya ditetapkan sebagai Hari Libur Fakultatif oleh Presiden KH.Abdurrahman Wahid. Jauh sebelumnya, pada tahun 1946, Presiden Republik Indonesia Pertama, Ir.Sukarno, telah menetap 4 (empat) Hari Libur Fakultatif bagi masyarakat Tionghoa yang waktu itu mayoritas masih beragama Khonghucu, yakni : Tahun Baru Imlek, Qing Ming (Ceng Beng), Hari Lahir Nabi Kongcu (Kongzi, Confucius) dan Hari Wafat Nabi Kongcu.

Meski sudah dikenal lama dan bahkan telah ditetapkan sebagai Hari Libur Fakultatif sejak tahun 1946, namun karena pernah mengalami masa pengekangan pasca keluarnya Inpres No.14 / 1967 yang membatasi agama, adat istiadat dan budaya Tionghoa (efektif berlaku 1978-1998), banyak orang yang kemudian bingung dan tidak memahami benar makna Tahun Baru Imlek selengkapnya, terutama dikalangan generasi muda.

Agama atau Budaya?
Banyak orang yang bingung dan kemudian berdebat, Tahun Baru Imlek itu hari raya agama, etnis ataukah budaya? Padahal, perdebatan itu sebenarnya sederhana saja dan mudah diakhiri dengan pertanyaan berikut :


Kalau budaya, apakah memerrlukan upcara dan sembahyang yang kita pahami benar menjadi ranah agama?
Kalau etnis (dalam hal ini Tionghoa), mengapa juga dirayakan oleh bangsa-bangsa lain seperti Jepang, Korea, Vietnam dan bangsa lainnya, meski dengan istilah berbeda? Bahkan banyak suku Jawa, Sunda, Manado, Papua dan sebagainya, yang meraykan Tahun Baru Imlek? Bagaimana menjelaskan fenomena ini?
Lihatlah semua hari libur nasional Indonesia, Kalau tidak terkait peristiwa penting nasional, pastti terkait dengan agama. Apa hebatnya suku Tionghoa dibanding suku lainnya, sampai hari raya budaya atau sukunya perlu dirayakan secara khusus? Bagaimana dengan suku Jawa, Madura, Sunda, Batak dan lainnya? Apakah nanti tidak terjadi iri hati?

Masih banyak hal sederhana yang bisa dengan mudah menegaskan bahwa Tahun Baru Imlek sejatinya agama. Namun agar kita tidak terjebak pada kesempitan pandangan, ada baiknya kita membahas makna Imlek secara luas, yang menyangkut berbagai aspek : astronomi, agama, agraris, sosial-budaya, politis dan bisnis.

Makna Agronomi
Ada tiga sistem perhitungan kalender yang setidaknya kita kenal, yakni : solar, lunar dan lunisolar. Kalender solar atau matahari, didasari orbit bumi mengelilingi matahari selama ± 365,25 hari per tahun. Contohnya Kalender Masehi, Kalender Lunar atau bulan, didasari orbit bulan mengelilingi bumi selama ± 29,5 hari per bulan, atau 354 hari per tahun. Contohnya Kalender Hijriyah atau Islam. Itulah sebabnya 1 Muharram, Idul Fitri atau yang lainnya, selalu jatuh maju 11 hari disbanding tahun sebelumnya.

Kalender Imlek, perhitungan hari per bulannya didasarkan pada edar bulan mengelilingi bumi, namun selisih 11,25 dengan sistem solar selama 19 tahun (19 x 11,25 hari, identik dengan 7 bulan) dikoreksi dengan menyisipkan 7 kali bulan ke-13 selama kurun waktu tersebut. Itulah sebabnya awal tahun penanggalan Imlek tidak maju terus seperti terjadi pada Kalender Hijriyah, namun selalu dalam kisaran 21 januari-19 Februari.

Dengan menggabungkan kedua sistem solar dan lunar, atau lunisolar, maka Kalender Imlek bisa digunakan untuk menghitung bulan baru dan purnama, pasang surut air laut, pergantian musim, dan letak semu matahari terhadap sumbu bumi.

Dari paparan di atas menjadi jelas bahwa Tahun Baru Imlek mempunyai makna astronomi, karena terkait dengan sistem tata surya, sistem penanggalan atau awal dari sebuah tahun baru, yang didasari sistem lunar (yinli, imlek) yang dipadu dengan system solar (yingli atau yanglek) atau sejatinya lebih pas disebut lunisolar (yinyangli atau imyanglek).

Makna Agama
Kalender YinYang Li atau Imlek diciptakan oleh Huang Di, yang merupakan nenek moyang orang Han (suku terbesar yang mendiami wilayah Tiongkok) dan sekaligus salah satu nabi utama dalam Ru Jiao (agama Khonghucu). Oleh karenanya banyak orang yang menamai Kalender Imlek sebagai Kalender Huang Di.

Namun semasa Huang Di berkuasa, Kalender ini belum digunakan. Baru pada masa Dinasti Xia (2205-1766 SM) kalender tersebut digunakan, sehingga lazim disebut pula sebagai Kalender Xia. Setelah Xia runtuh diganti Dinasti Shang (1766-1122 SM), Dinasti Zhou (1122-256 SM) dan Dinasti Qin (256-202 SM), kalender tersebut tidak lagi digunakan dan diganti dengan kalender dari setiap dinasti baru yang berkuasa.

Kalender Xia baru digunakan kembali setelah Kaisar keempat Dinasti Han yang bernama Han Wu Di memerintah. Pada tahun 104 SM, beliau menetapkan digunakannya kembali Kalender Dinasti Xia, mengacu pada sabda Nabi Kongzi yang tersurat pada Kitab Suci Si Shu, bagian Lun Yu, Bab XV, Pasal 11 ayat 2. Pada saat yang bersamaan Han Wu DI juga menetapkan Ru Jiao atau agama Khonghucu sebagai agama resmi negara. Untuk menghormati Nabi Kongzi, Han Wu Di menetapkan tahun pertama kalendernya dihitung sejak 551 SM, yang merupakan tahun kelahiran Nabi Kongzi. Itulah sebabnya Kalender Imlek 551 tahun lebih tua dari tahun Masehi.

Dari paparan di atas jelaslah bahwa ada 4 (empat) tokoh penting yang berperan dalam penggunaan kalender Imlek, yaitu : Huang Di, Xia Yu (pendiri Dinasti Xia), Kongzi dan Han Wu Di. Ketiga tokoh pertama di atas adalah nabi-nabi dalam agama Khonghucu, sedangkan Han Wu Di, adalah Kaisar pertama yang menetapkan Ru Jiao (agama Khonghucu) sebagai agama Negara. Maka jelaslah Kalender Imlek terkait erat dengan Ru Jiao atau agama Khonghucu.

Kalau kita perhatikan ritual yang terkait dengan Tahun Baru Imlek yang dilakukan sejak seminggu sebelumnya (Hari Persaudaraan) sampai dengan dua minggu sesudahnya (Cap Go Meh), jelas tak bisa dibantah bahwa Tahun Baru Imlek adalah Hari Raya Agama Khonghucu.

Makna Agraris
Ketika Huang Di menciptakan penanggalan Imlek, ada dua hal penting yang menjadi dasar pertimbangannya. Pertama menjadi pendoman bagi upacara keagamaan (Ru Jiao), dimana pada setiap musim, dilakukan sembahyang besar yang dipimpin oleh kaisar sendiri. Yang kedua adalah dapat digunakan sebagai pedoman bagi awal bercocok tanam. Itulah sebabnya awal tahun barunya dijaga di antara tanggal 21 Januari hingga 19 Februari, yang masing-masing berkisar 14 hari dari tanggal 5 Februari yang merupakan titik tengah letak semu matahari antara 23,5 derajat lintang selatang dengan khatulistiwa atau batas musim dingin dan semi bagi wilayah di utara khatulistiwa.

Hal di ataslah yang juga menjadi dasar bagi nasihat Nabi Kongzi kala menyarankan digunakannya kembali penanggalan Dinasti Xia atau yang kita kenal sekarang sebagai Penanggalan Imlek. Beliau sangat menekankan arti pentingnya kalender bagi kehidupan rakyat yang waktu itu sepenuhnya hidup dari pertanian. Kalender adalah pedoman bagi rakyat, bukan symbol legitimasi kekuasaan kaisar. Pada zaman itu, setiap kaisar atau dinasti baru muncul, sistem kalendernya selalu diganti, dihitung sejak kaisar tersebut berkuasa. Jelas hal ini membuat fungsi kalender sebagai pedoman bagi rakyat petani menjadi kabur, karena awal perhitungannya tidak lagi terkait dengan musim.

Makna Sosial Budaya
Sejarah Ru Jiao atau agama Khonghucu erat berhimpitan dengan sejarah bangsa Tionghoa. Dan ini terjadi dalam kurun waktu lama, tak terputus selama 5000 tahun lebih lamanya. Tak heran meski pun kini agama orang Tionghoa sudah beraneka ragam, tapi budaya dan sebagian tingkah lakunya terpengaruh kuat dengan Ru Jiao atau agama Khonghucu. Maka konsekuensinya, segala sesuatu yang dulu menjadi ranah agama, lama-lama diterima dan menjadi budaya yang mempengaruhi perilaku social orang per orang, diturunkan turun-menurun oleh orang tua. Salah satunya yang terkait dengan Tahun Baru Imlek.

Hal yang sama menimpa masyarakat atau bangsa Jepang, Korea, Mongolia, Manchuria dan Vietnam. Meski bukan orang Tionghoa, karena terpengaruh ajaran agama Khonghucu, mereka juga merayakan Tahun Baru Imlek meski dengan nama berbeda. Oleh karena tidaklah tepat bila Imlek disebut sebagai hari raya budaya atau etnis. Apalagi Indonesia Imlek juga dirayakan oleh suku-suku lainnya, yang kebetulan menganut agama Khonghucu. Lagi pula, Xia Yu, sang pendiri Dinasti Xia, dinasti yang pertama kali menggunakan Kalender Imlek, sejatinya berasal dari etnis proto Melayu, nenek moyang bangsa Indonesia.

Makna Politis
Sejak dahulu Imlek seolah menjadi barometer politik. Ketika Dinasti Xia runtuh pada 1766 SM, dinasti-dinasti sesudahnya tidak lagi menggunakan Kalender Imlek. Masing-masing dinasti sesudahnya punya kalender tersendiri. Baru setelah Han Wu Di dari dinasti Han menetapkan kembali penggunaannya dan menggunakan tahun kelahiran Nabi Kongzi sebagai acuan dasar, dinasti-dinasti sesudah Han tidak lagi menggunakan kalendernya sendiri.

Di Indonesia, Imlek juga seakan menjadi barometer politik Negara pada agama Khonghucu dan masyarakat Tionghoa. Ketika awal merdeka Imlek pernah menjadi hari raya fakultatif. Kemudian harus dirayakan secara terbatas di lingkungan keluarga. Setelah reformasi ditetapkan sebagai Hari Raya Nasional. Mudah-mudahan ke depan politik diskriminasi hilang lenyap di Negara tercinta yang Bhinneka Tunggal Ika berdasarkan Pancasila ini.

Makna Bisnis
Kehidupan modern tidak lepas dari pengaruh bisnis dan teknologi. Setiap hari raya keagamaan kini tidak terbatas dirayakan oleh umatnya saja, namun juga dimanfaatkan banyak orang untuk kepentingan bisnis, mulai dari pariwisata, entertainment sampai perdagangan. Saat Idul Fitri (Islam), Natal (kr****n-ka****k) sampai Imlek (Khonghucu), mal-mal ramai berhias. Bisnis menggeliat, harga-harga melambung tinggi. Bukan mustahil suatu saat Nyepi (Hindu) dan Waisak (Buddha) juga dimanfaatkan untuk kepentingan bisnis.

Dan kalau sudah demikian, maka kita tidak lagi bisa menbedakan suatu perayaan itu terkait agama, budaya atau apapun namanya. Semuanya berwajah bisnis, yang menjadi roh dunia modern.

Lantas Maknanya Apa?
Tak ada gunanya lagi memperdebatkan soal Imlek itu agama atau budaya. Sudah jelas rohnya adalah agama (Khonghucu). Namun kini ia tidak lagi menjadi monopoli umat Khonghucu, seperti halnya kita bersama menikmati Idul Fitri, Natal, Nyepi, Waisak dan lainnya sebagai Hari Kebersamaan umat manusia. Kita masih banyak membutuhkan hari-hari kebersamaan, agar wajah dunia tidak lagi tersekat-sekat secara eksklusif. Maka marilah kita jadikan Idul Fitri, Natal, Nyepi, Waisak, Imlek dan yang lain sebagai Hari Kebersamaan Umat Manusia, terlepas dari agama, ras, budaya dan atribut-atribut lainnya.

Gong He Xin Xi, Wan Shi Ru Yi. Salam bahagia di tahun, berlaksa perkara sesuai harapan. Shanzai.
« Last Edit: 12 February 2014, 12:13:38 PM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Imlek = Hari Raya Agama Khonghucu?
« Reply #1 on: 12 February 2014, 12:11:00 PM »
Sanggahan:

1.   Penetapan tahun kelahiran Konfusius sebagai tahun pertama perhitungan kalender Imlek adalah HANYA ADA di Indonesia ATAS SARAN Kang Youwei bukan Han Wudi. Tidak ada referensi sejarah Han Wudi menetapkan penanggalan berdasar hari lahir Kongzi. Semua sejarahwan tahu bahwa yang menyarankan penggunaan kalendar Konfusian adalah Kang Youwei. Beliau terinspirasi penggunaan kalendar Masehi yang dihitung dari Yesus. Untuk mendukung reformasinya yang berusaha menjadikan Konfusianisme agama negara, maka dibuatlah kalender Konfusian atas saran muridnya Liang Qichao. Pengaruh gerakan reformasi Kang Youwei ini semakin kental dibawa ketika ia sendiri berkunjung ke Surabaya di Boen Bio.

Dalam buku Chinese Indonesian Reassessed karya Chang Yau Hoon (Phd Asian Studies – University of Western Australia, Assistant Professor of Asian Studies, SMU University) dan DR Sai Siew Min (Assistant Professor Department of History NUS University) ditulis:
“To put matters in historical perspective, it must be stated that the numbering system used in Indonesia to calculate Imlek is indeed “INVENTED TRADITION” of the 19th century which was later appropriated by Confucianists to redefine Confucianism as a religion. It has NO OBVIOUS LINKS with the traditional calendar enforced by Emperor Wu of the Han Dynasty. Emperor Wu’s contribution to the formulation of Chinese calendar is that he united the diverse an inaccurate calendar systems of that time. The numbering of years in the dynastic Chinese calendar is associated with the formal name of the era and with an emperor’s regal title. The Chinese Emperor can use several names to label his era but the beginning of each new era restarts the numbering of the year back to year one. In other words, the Chinese dynastic calendar did not use numbering style like Gregorian calendar which is numbered conventionally from the birth year of . It is likely that Chinese Indonesians have adopted Confucian calendar which was invented by the ethnic Chinese in SURABAYA and Batavia at the end of 19th century. This creative invented tradition has inadvertently contributed to CONFUSION about the connections between the Confucian Calendar, Imlek and Confucius.”

2.   Kang Youwei dan murid utamanya Liang Qichao juga belajar agama Buddha. Kang Youwei pernah berkata jika masyarakat sudah damai tentram melaksanakan Konfusianisme, maka mereka akan berlanjut belajar Taoisme dan terakhir paling sempurna adalah mereka belajar agama Buddha. Ini juga diakui Liang Qichao, Buddhisme adalah satu bentuk agama paling paripurna. Belakangan Liang Qichao, murid utama Kang, malah menentang Konfusianisme sebagai agama negara pada tahun 1902, beliau malah mendalami Buddhisme khususnya filsafat Yogacara dan mempertimbangkan peran Buddhisme pada suatu pandangan akan komunitas dunia (Buddhisme worldview). Pada tahun-tahun belakangan Liang Qichao sangat tertarik mengkaji korelasi antara Buddhisme dengan sains, seperti yang dilakukan juga oleh Zhang Taiyan dan lainnya, mereka semua tertarik akan kemiripan Buddhisme dengan sains, pandangan Buddhisme akan kehidupan dan kesadaran. Murid Kang yaitu Liang Qichao yang sebelum Reformasi 100 Hari getol mempromosikan agama Konfusianiseme, berbalik menentang gerakan gurunya dan mengatakan Konfusianisme bukan agama karena tidak memenuhi syarat-syarat sebagai agama. Segenap intelektual Tiongkok lain pada masa itu seperti Zhang Taiyan, Cai Yuanpei, Hushih menentang Konfusianisme disebut agama dan mereka bukan komunis. Para Konfusianis yang terkenal banyak meyakini beberapa paham Buddhisme, seperti Mou Zongsan pernah menulis satu buku filsafat Buddhisme dan mengungkapkan apresiasinya pada Buddhisme Tiantai. Apakah ini sinkretisme? Mou Zongsan adalah guru Prof. Tu Wei Ming.

3.   Menurut Zhang Taiyan (peletak dasar bopomofo), di Tiongkok tidak pernah ada agama negara. Kalau kita kaji sejarah, tiap dinasti di Tiongkok selau berbeda-beda ideologi yang dipegangnya. Mereka akan berkiblat ke satu agama dari sanjiao untuk mengukuhkan pemerintahan kekuasaan mereka, namun tetap mendukung ketiga sanjiao. Misal Dinasti Tang dan Song yang berkiblat ke ideologi agama Tao, juga mendukung sanjiao bahkan Buddhisme mencapai puncak kejayaan masa Dinasti Tang. Lalu Dinasti Sui, Yuan (Mongol) dan Qing (Manchu) berkiblat ke Buddhisme, para kaisar dianggap chakravartin, namun mereka juga mendukung sanjiao.

4.   Para Kaisar Dinasti Han, misalnya Han Huandi mempersembahkan persembahan pada altar yang di sana duduk Kaisar Huangdi, Laozi dan Buddha secara sejajar. Beberapa Kaisar Dinasti Han, setelah Buddhisme masuk, dalam aspek magis menggabungkan pemujaan Huang-Lao dengan Buddha. Kaisar Han Wudi yang sebelumnya menetapkan Konfusianisme sebagai ideologi kerajaan Han, juga memuja rupang Buddha dan ada dilukiskan di Dunhuang. Jikalau benar, apa bukan sinkretisme?

5.   Yang menganggap Huangdi sebagai nabi bukan Konfusianisme saja tapi juga Taoisme sehingga jika Huangdi dijadikan alasan bahwa Imlek hari raya agama Khonghucu maka agama Tao-nya dikemanain? Semua umat Taois menganggap Huangdi adalah bapak Tao, berbeda dengan para sejarahwan Barat yang menganggap Tao dimulai dari Laozi. Maka dari itu ada filosofi Taoisme yang sangat populer era Dinasti Han dikenal dengan nama Huang-Lao (Huangdi – Laozi). Sangat populer sekali sebelum Kaisar Han Wudi menggantinya dengan Konfusianisme. Pemikiran Huang-Lao menghasilkan Huangdi Sijing 黄帝四经. Beberapa kitab Taois lain juga berkenaan dengan Huangdi misal Huangdi Yinfujing. Umat Tao menyebutkan kalender Taois (Daoli) adalah kalender dinasti Xia - Xiali atau Huangli yang dimulai sekitar 4700 tahun yang lalu. Kaum Taois menyebut tahun 2014 sebagai tahun 4711 dikarenakan kepercayaan mereka bahwa kaisar Huangdi adalah pembuka ajaran Tao. Sun Yatsen juga menyarankan perhitungan ini. Secara umum, masyarakat menyebutnya adalah kalender Huangli. Jika demikian maka sebenarnya Imlek itu hari raya agama Tao atau Khonghucu? Atau sebenarnya cuma perayaan budaya saja yang kemudian dikaitkan dengan aspek agamis?

6.   Bicara agama kr****n dan Islam rasanya terlalu jauh, kita bicara Taoisme dan Buddhisme Mahayana saja. Sepanjang sejarah, para Kaisar berbagai Dinasti di Tiongkok selalu menggetolkan sanjiao agar negara hidup dalam harmonis, tidak tonjok satu sama lainnya. Walaupun Kaisar itu menganut Buddhis atau Taois, mereka selalu getol akan sanjiao, bahkan kaisar Yuan Mongol yang notabene bangsa asing juga begitu, sanjiao. Kaisar Dinasti Qing, Qianlong yang merupakan umat Buddhisme Tibetan tradisi Gelugpa yang amat taat itu juga menggetolkan sanjiao. Kaisar Dinasti Qing juga merayakan hari raya Imlek dan pada waktu hari raya itu mereka memuja para Buddha dan dewata Tao di lingkup istana. Satu kasus di Korea, dinasti Joseon yang terakhir mengadopsi Neo Confucianism sebagai ideologi negara. Ini disebabkan para skolar Konfusianisme waktu itu menggusur posisi Buddhisme di kerajaan yang sebelumnya berabad-abad lamanya menjadi pegangan negara dan kerajaan. Para skolar itu mengambil posisi ekstrim, tidak mengindahkan guru mereka Yi Saek, yang sebagai terpelajar agama Khonghucu tapi juga belajar agama Buddha. Yi Saek lebih mengutamakan sanjiao, namun murid2nya yang menjadikan Konfusianisme saja sebagai ideologi tidak mau mendengar guru mereka. Raja pertama Dinasti Joseon bahkan marah sekali terhadap para skolar Konfusian yang terus menerus menyudutkan Buddhisme sambil berkata, ”Konfusianisme macam apa yang kalian pelajari? Bahkan Yi Saek-pun percaya agama Buddha!”

Saya juga bukan pro sinkretisme. Tridharma harus diredefinisi sebagai tiga agama satu rumah, bukan sintesa ketiganya. Karena satu rumah, maka sah-sah saja dan sepantasnya juga sebaiknyalah bisa belajar satu sama lainnya. Sebagai Buddhis, keyakinan pada Triratna dipegang teguh, namun juga bisa belajar kitab Konfusius dan Taois, sebagaimana para bhiksu agung Tiongkok zaman dahulu, atau para Taois Quanzhen yang belajar Buddha dan Konfusianisme juga. Pun para Konfusian seperi Zhou Dunyi, Zhu Xi dan Wang Yangming juga pernah belajar Buddhisme, msekipun pada akhirnya Zhu Xi menentang Buddhisme, Zhou Dunyi tidak.

7.   Pembandingan penulis dengan mengaitkan Imlek juga dirayakan bangsa Jepang sungguh aneh. Agama negara Jepang adalah Shinto dan mereka tetap merayakan tahun baru yang sama dengan Imlek. Aneh bukan kalau Shinto merayakan hari yang konon merupakan tahun baru Konfusianisme? Bahkan di sana waktu tahun baru diadakan upacara setsupun di kuil Shinto dan vihara-vihara Buddhis. Vihara penuh sesak oleh umat Jepang, demikian juga yang terjadi di Tiongkok, waktu tahun baru Imlek, vihara juga penuh sesak. Penganut Konfusianisme di Jepang sangat sedikit sekali.

Jadi menurut saya Imlek selama ribuan tahun dirayakan baik umat Buddha, Tao maupun Khonghucu sebagai perayaan budaya tahun baru yang kemudian dikatikan dengan aspek agamis masing-masing agama, baik Tao ataupun Khonghucu. Belakangan Buddhisme juga merayakannya sebagai lahir Maitreya Bodhisattva karena kebiasaan pengaruh Buddhisme Tibetan - Tahun Baru Monlam Chenmo bertepatan imlek yang mengarak Maitreya dan gerakan pemberontakan Tiongkok di berbagai dinasti yang mengagung-agungkan suatu  di bawah bimbingan Maitreya, suatu pandangan bahwa tiap tahun baru adalah tahun2 mendekati era Maitreya itu.
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Imlek = Hari Raya Agama Khonghucu?
« Reply #2 on: 12 February 2014, 01:10:30 PM »
Bahkan banyak suku Jawa, Sunda, Manado, Papua dan sebagainya, yang meraykan Tahun Baru Imlek? Bagaimana menjelaskan fenomena ini?

emang ada ya??
...

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Imlek = Hari Raya Agama Khonghucu?
« Reply #3 on: 12 February 2014, 01:17:03 PM »
Kalau etnis (dalam hal ini Tionghoa), mengapa juga dirayakan oleh bangsa-bangsa lain seperti Jepang, Korea, Vietnam dan bangsa lainnya, meski dengan istilah berbeda?

yah krn itu chinese new year... dirayakan dalam cara berbeda dgn japanese new year,
walau hari nya sama...krn pake tanggalan yg sama...
yg jd "chinese"nya krn tradisinya beda... (asal -usul perayaannya beda), cara merayainnya juga beda...krn beda jd khas sendiri

kecuali vietnam new year..krn kebudaayn china udah di serap banyak jd mirip...
...

Offline allthingmustpass

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 144
  • Reputasi: 11
  • Gender: Male
  • life is suffering
Re: Imlek = Hari Raya Agama Khonghucu?
« Reply #4 on: 12 February 2014, 03:35:26 PM »
Bahkan banyak suku Jawa, Sunda, Manado, Papua dan sebagainya, yang meraykan Tahun Baru Imlek? Bagaimana menjelaskan fenomena ini?

emang ada ya??

ane dari medan (kota yang konsentrasi suku tionghoanya lebih tinggi dari jakarta).
kalau melihat barongsai, ikut makan kue bakul, minta angpao dianggap merayakan imlek... maka suku yang lain bisa dikatakan ikut merayakan imlek :D
Do not pursue the past. Do not lose yourself in the future. The past no longer is. The future has not yet come. Looking deeply at life as it is. In the very here and now

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Imlek = Hari Raya Agama Khonghucu?
« Reply #5 on: 12 February 2014, 03:39:23 PM »
pemerintah indonesia terobsesi dengan agama ::)
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Imlek = Hari Raya Agama Khonghucu?
« Reply #6 on: 12 February 2014, 04:02:41 PM »
Kurasa ini berkaitan dg fatwa haram mengucapkan selamat hari raya agama lain. Kalo dianggap bukan perayaan agama kan boleh mengucapkan gong xi fa cai.... ;D
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.153
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Spring festival di RRC loh
« Reply #7 on: 13 February 2014, 02:20:26 AM »
Aneh di RRC nya sendiri saja bilang nya "Spring festival" tapi di Indonesia konfusiasisme berusaha menjadikan nya hari raya nya sendiri, bukan nya ke bablasan tah?

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Imlek = Hari Raya Agama Khonghucu?
« Reply #8 on: 13 February 2014, 06:10:41 AM »
kesimpulan, hari raya Imlek dirayakan sesuai hari dan bulan penanggalan dan sebagian orang2 merayakan dengan menyediakan kue2, memakai baju baru, liburan kerja, mengunjungi kerabat, ada angpao, bahkan 'dewa2' juga diundang dan dianggap akan merayakan imlek, dan apapun nama dan istilahnya, keadaan yang terjadi pada saat sekarang ini. ;D
« Last Edit: 13 February 2014, 06:13:27 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Imlek = Hari Raya Agama Khonghucu?
« Reply #9 on: 13 February 2014, 08:15:24 AM »
ane dari medan (kota yang konsentrasi suku tionghoanya lebih tinggi dari jakarta).
kalau melihat barongsai, ikut makan kue bakul, minta angpao dianggap merayakan imlek... maka suku yang lain bisa dikatakan ikut merayakan imlek :D
dgn pola pikir yg sama..maka idulfitri bukan perayaan agama islam..krn agama lain juga ikut bermaaf2an...dan makan ketupat...
...

Offline allthingmustpass

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 144
  • Reputasi: 11
  • Gender: Male
  • life is suffering
Re: Imlek = Hari Raya Agama Khonghucu?
« Reply #10 on: 13 February 2014, 11:04:49 AM »
dgn pola pikir yg sama..maka idulfitri bukan perayaan agama islam..krn agama lain juga ikut bermaaf2an...dan makan ketupat...

benar, itu yang diinginkan oleh ketua MATAKIN di artikel ini

Quote
Tak ada gunanya lagi memperdebatkan soal Imlek itu agama atau budaya. Sudah jelas rohnya adalah agama (Khonghucu). Namun kini ia tidak lagi menjadi monopoli umat Khonghucu, seperti halnya kita bersama menikmati Idul Fitri, Natal, Nyepi, Waisak dan lainnya sebagai Hari Kebersamaan umat manusia. Kita masih banyak membutuhkan hari-hari kebersamaan, agar wajah dunia tidak lagi tersekat-sekat secara eksklusif. Maka marilah kita jadikan Idul Fitri, Natal, Nyepi, Waisak, Imlek dan yang lain sebagai Hari Kebersamaan Umat Manusia, terlepas dari agama, ras, budaya dan atribut-atribut lainnya.

salam
allthingmustpass
Do not pursue the past. Do not lose yourself in the future. The past no longer is. The future has not yet come. Looking deeply at life as it is. In the very here and now

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Imlek = Hari Raya Agama Khonghucu?
« Reply #11 on: 13 February 2014, 11:30:11 AM »
Quote
benar, itu yang diinginkan oleh ketua MATAKIN di artikel ini

Artikelnya malah membuat bingung. Perbandingan dengan Idul Fitri / Natal adalah sangat aneh krn tentu jika bukan umat Muslim / kr****n tidak akan ikut salat / pergi ke gereja meskipun ikut makan ketupat atau ikut makan Christmas party.

Sedangkan, waktu Imlek, baik Buddha dan Tao juga merayakannya secara relijius. Kesannya maksa klo mau di-Konfusianiskan semua, apalagi legitimasi Imlek klo pake pemikiran orang Khonghucu, sebenarnya juga ada di Tao, sedangkan Buddha masih impor. Itulah klo ada Misa Imlek di gereja Khatolik, orang2 Khonghucu ini geregetan, krn ikut2an memaknai secara relijius.

 _/\_
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Imlek = Hari Raya Agama Khonghucu?
« Reply #12 on: 13 February 2014, 11:31:39 AM »
Quote
Aneh di RRC nya sendiri saja bilang nya "Spring festival" tapi di Indonesia konfusiasisme berusaha menjadikan nya hari raya nya sendiri, bukan nya ke bablasan tah?

Mereka akan pakai alasan, ah RRC kan komunis  ::) ::) :)) :))
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline abhassara

  • Teman
  • **
  • Posts: 93
  • Reputasi: -3
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Imlek = Hari Raya Agama Khonghucu?
« Reply #13 on: 03 February 2018, 05:05:47 PM »
Kalau etnis (dalam hal ini Tionghoa), mengapa juga dirayakan oleh bangsa-bangsa lain seperti Jepang, Korea, Vietnam dan bangsa lainnya, meski dengan istilah berbeda?

yah krn itu chinese new year... dirayakan dalam cara berbeda dgn japanese new year,
walau hari nya sama...krn pake tanggalan yg sama...
yg jd "chinese"nya krn tradisinya beda... (asal -usul perayaannya beda), cara merayainnya juga beda...krn beda jd khas sendiri

kecuali vietnam new year..krn kebudaayn china udah di serap banyak jd mirip...
imlek itu tradisi orang china. Theravada gak perlu keharusan buat ngerayain itu. ntr dikirain agama china. Theravada rayain hari-hari penting dalam agama buddha, tahun baru theravada itu hari Vaisak atau yang internasional (1 januari). klo jepang, korea, itu ada sejarahnya: kira kira singkatnya orang china sebagian menjalankan misi ke arah matahari terbit (jepang), mereka ditugaskan ke jepang untuk mencari obat abadi, di tengah perjalanan mereka kelaparan, akhirnya mereka makan ikan hidup-hidup (sashimi), karena gak ketemu obat abadi, singkat cerita mereka gak mau kembali ke china, karena kalau misi gagal, bisa tahulah akibatnya; mereka menjadi jepang, (sebagian pindah ke korea). makanya bahasa jepang sama korea dulu pakai tulisan china, korea uda gak pakai tulisan china lagi karena ribet. jepang mencampur tulisan china dengan tulisan buatan mereka (jepang). itu ceritanya tahun baru china bisa mirip jepang, korea. tahun baru china itu ditandai dengan musim gugur, biasanya dipajang bunga plum, klo jepang pakai bunga sakura. bunga sakura itu dari meksiko sebenarnya.
« Last Edit: 03 February 2018, 05:11:08 PM by abhassara »
Buddhisme awal = theravada, bukan sekte ekayana/buddhayana. Baca Mahavamsa dan Dipavamsa. Jangan biarkan sejarah terkubur. jangan biarkan fiksi buddhis menutup nonfiksi. tdk ada yg perlu disembunyikan. sadhu 3x
KBTI (keluarga Buddhayana Tsu chi indonesia). STI (Sangha Theravada Indonesia) #SaveSTI

Offline abhassara

  • Teman
  • **
  • Posts: 93
  • Reputasi: -3
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Imlek = Hari Raya Agama Khonghucu?
« Reply #14 on: 04 February 2018, 04:27:21 AM »
*musim semi
Buddhisme awal = theravada, bukan sekte ekayana/buddhayana. Baca Mahavamsa dan Dipavamsa. Jangan biarkan sejarah terkubur. jangan biarkan fiksi buddhis menutup nonfiksi. tdk ada yg perlu disembunyikan. sadhu 3x
KBTI (keluarga Buddhayana Tsu chi indonesia). STI (Sangha Theravada Indonesia) #SaveSTI

 

anything