Sebetulnya yang saya tanyakan bukan yang mana yang benar, tetapi bagaimana umat Buddha menyikapinya.
[at] naviscope
Selama saya baca, memang banyak perbedaan-perbedaan begitu baik besar maupun kecil, tapi tidak mencatatnya karena memang saya baca bukan dengan tujuan nyari2 kesalahan.
Setahu saya, tidak ada kitab suci yang sempurna, pasti semua ada cacatnya. Yang membuat perbedaan adalah bagaimana suatu ajaran menyikapi kitab sucinya.
Ada yang menganggap mutlak, kalau orang lain mempertanyakan, berarti harus dikutuk.
Ada yang menganggap pasti benar, sehingga pihak tertentu memilih menyalahkan ilmu pengetahuan daripada meragukan kitabnya.
Ada lagi yang memilih membenarkan kitabnya, sehingga tafsiran dicocok-cocokkan dengan kebenaran yang diakui.
Nah, saya mau tahu bagaimana umat Theravada menyikapi kenyataan ini.