//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Abhidhamma & vipassana  (Read 199733 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline HokBen

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.525
  • Reputasi: 100
  • Gender: Male
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #75 on: 31 July 2008, 08:25:37 PM »

Saya tidak tahu apakah pernyataan anda tersebut ditujukan ke saya.
Bila pun tidak, ijinkan saya menjawab demi mendidik para netter disini akan suatu hal.

Terus terang saja, saya yg masih intact egonya dan justru saat ini saya berusaha untuk menjadi orang dengan ego yg sehat dan kuat (berdasarkan definisi psikologis). Saya tidak ingin , orang2 mengira yang bukan-bukan. Demikian juga saya rasa semua netter disini masih memiliki ego.
Persoalan hilangnya ego per definisi buddhist, saya tidak berminat sama sekali untuk merekayasanya.
Dengan demikian, seharusnya pernyataan "untuk tidak merasa tersindir" rasanya tidak relevan untuk dikemukakan, karena tidak ada orang yg demikian disini.

Disisi lain, anda menyatakan masih penuh "aku". Berarti anda, logikanya juga bisa tersindir atau terejek. Tetapi secara tersirat dalam kata-kata anda itu mengandung sindiran.

Saran saya, kalau anda tidak mau tersindir, ya jangan menyindir orang lain.

Dan karena semua netter disini masih orang normal yg bisa tersindir, lalu buat apa main sindir-sindiran?

Ini memang bukan dharma yg tinggi-tinggi, apalagi Abhidhamma, tetapi merupakan norma etika umum dalam masyarakat yang seharusnya sudah seyogyanya kita lakukan sebagai manusia dewasa.


gw menyindir orang laen tah?
halo.. guys.. yang merasa tersindir.. sopo yah??? :hammer:

kalo yg gw tulis dianggep sindiran ya silahken... gw sh ga bermaksud menyindir...
maksud gw kan... kita2, terutama yg udah senior2, kan udah blajar Buddhism... jadi kalo pun ada tulisan yg dianggap / dirasa berunsur sindiran ya ga perlu merasa lah... cuek aje gitu... namanya juga diskusi... toh tulisan2 disini ga separah di FC dulu.... jadi bawa santai aja, kan disini semuanya rekan2 murid Sang Buddha...

sebelum ini dibilang menyindir.. gw camken lagi yah.. ini himbauan.. bukan sindiran....

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #76 on: 31 July 2008, 08:27:50 PM »
Quote
Memang belajar Vipassana harus lepaskan teori.... tapi menurut saya.. belajar dan praktek Abhidhamma adalah Vipassana dalam kehidupan sehari hari...
Pertama bu Lily berkata bahwa,"Teori harus dilepaskan pada akhirnya",
Kedua berdasarkan pendapat dari Bu Lily bahwa,"Belajar dan praktek Abhidhamma adalah Vipassana,....."
Yang saya ingin tanyakan adalah apa maksud dari bu Lily soal "belajar dan praktek Abhidhamma adalah vipasana,.....?"

Quote
dan kalo suatu saat saya belajar Vipassana Formal...saya tidak akan kaget. Soalnya dengan belajar Abhidhamma
Apakah "suatu saat" itu penting untuk "dipikirkan" oleh orang2 yang belajar Abhidhamma?
Bukankah "suatu saat" itu adalah masa yang akan datang?:)

Quote
saya bisa tahu gejala-gejala  citta dan cetasika yang muncul setiap saat itu di dalam kehidupan sehari-hari dan dengan mengerti itu semua...maka kebijaksanaan saya akan bertambah sehingga perbuatan2 buruk bisa berkurang"
Apa manfaatnya bagi anda jika anda mengetahui "gejala2nya?"
Bukankah "mengurangi kejahatan" adalah keinginan dari "Aku" yang ingin "MULIA" "SURGA" "KEBAIKKAN?",sedangkan dalam vipasanna adalah pencerahan atau mungkin vipasanna bagi orang yang belajar Abhidhamma itu berbeda dengan MMD?

"saya bisa tahu gejala-gejala  citta dan cetasika yang muncul setiap saat itu di dalam kehidupan sehari-hari dan dengan mengerti itu semua"
Dengan "menyelami" maka dapat "melihat dengan jelas"
Dengan "mencari" tahu maka "konsep pikiran bergabung dengan apa yang diselami" hasilnya=Saya tidak tahu,mungkin anda sudah tahu jawabannya? :)

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #77 on: 31 July 2008, 08:28:40 PM »
Mungkin karena ada ehipassiko yak, coba kalo di Buddha ada Iman , gak akan ada kek gini :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #78 on: 31 July 2008, 08:34:03 PM »
Quote
kan disini semuanya rekan2 murid Sang Buddha...
Maaf ya,saya tegaskan bahwa saya bukan murid siapapun...:)

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline HokBen

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.525
  • Reputasi: 100
  • Gender: Male
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #79 on: 31 July 2008, 08:39:15 PM »
Mungkin karena ada ehipassiko yak, coba kalo di Buddha ada Iman , gak akan ada kek gini :))

:hammer: kayak tetangga dg, ada Iman, Taqwa, pasrah, berserah pada keputusanNya.... :D

sbenarnya sh mnurut gw karena emang setiap orang itu punya cara belajar Dhamma masing2, sesuai dengan sifat, motivasi, dll dari orang tersebut.

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #80 on: 31 July 2008, 08:42:22 PM »

gw menyindir orang laen tah?
halo.. guys.. yang merasa tersindir.. sopo yah??? :hammer:

kalo yg gw tulis dianggep sindiran ya silahken... gw sh ga bermaksud menyindir...
maksud gw kan... kita2, terutama yg udah senior2, kan udah blajar Buddhism... jadi kalo pun ada tulisan yg dianggap / dirasa berunsur sindiran ya ga perlu merasa lah... cuek aje gitu... namanya juga diskusi... toh tulisan2 disini ga separah di FC dulu.... jadi bawa santai aja, kan disini semuanya rekan2 murid Sang Buddha...

sebelum ini dibilang menyindir.. gw camken lagi yah.. ini himbauan.. bukan sindiran....

Maaf, saya kurang suka permainan pat gulipat.
Saya mengharapkan generasi muda buddhis yang jujur, sportif, ksatria dan bertanggung jawab.

Sebelumnya anda mengatakan :
Quote
rasanya ga perlu sampai ada yang merasa diejek, disindir, ataupun ditertawakan...
bagi seseorang yang sudah "tanpa aku", sudah tidak ada lagi "aku" yang bisa merasa diejek, disindir, ataupun ditertawakan..

Siapakah seseorang yang sudah "tanpa aku" yang anda maksud?
Adakah orang disini menurut anda yang sudah "tanpa aku"?
Dengan demikian, lantas apa artinya anda menuliskan kata-kata tersebut?

Menurut saya, percuma teori Dharma tinggi-tinggi, tapi norma, etika dan etiket yang umum saja tidak dijalankan.

Note : ini bukan kemarahan pribadi. Tapi saya tidak rela bila generasi muda buddhist bermental ngejunk.
Menurut saya, syarat pertama belajar vipassana adalah jujur pada diri sendiri.
« Last Edit: 31 July 2008, 08:50:40 PM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #81 on: 31 July 2008, 08:45:59 PM »
yahhhh, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #82 on: 31 July 2008, 08:46:55 PM »
Ryu, akhirnya....

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #83 on: 31 July 2008, 08:50:07 PM »
Iklan lagiiii :

Kita tidak boleh melupakan, bahwa satu-satunya semangat dari agama Buddha adalah perdamaian. Dalam ketenangan dan kedamaian dari Ajaran Sang Buddha, ada kesempatan dan kemungkinan untuk melenyapkan kebencian, dendam, iri hati serta kejahatan-kejahatan lainnya dari batin kita.

Tidak mengherankan apabila, pada suatu waktu, kehidupan sehari-hari, karena suatu hal, kita marah pada seseorang, Tetapi kita tidak boleh membiarkan perasaan ini timbull dalam diri kita. Kita harus berusaha mengendalikannya, dari mulai perasaan marah itu timbul. Umumnya ada delapan cara untuk mengendalikan kemarahan kita.

Cara pertama adalah merenungkan Ajaran-ajaran Sang Buddha. Pada banyak kesempatan Sang Buddha menerangkan tentang tidak adanya manfaat dari kemarahan. Salah satu nasihat Beliau adalah sebagai berikut:
\"Seandainya ada beberapa penjahat menangkap salah seorang di antara Anda sekalian, dan memutuskan anggota-anggota badannya dengan gergaji; dan bila pada saat itu orang tersebut marah, ia bukan pengikut ajaran-Ku\". (Kakacupama Sutta, M.N.21)

Juga: \"Bagaikan setumpukan kayu dari tumpukan kayu bakar, yang terbakar di kedua ujungnya, dan bagian tengahnya busuk, batang kayu itu tidak dapat dijadikan kayu bakar, maupun bahan bangunan; demikian pula dengan orang pemarah\". (Anguttara Nikaya II, 95)

Lebih lanjut kita dapat mempertimbangkan nasihat-nasihat Sang Buddha yang terdapat dalam Kitab Suci Dhammapada:

4. \"la menghina saya, ia memukul saya, ia mengalahkan saya, ia merampas milik saya; Jika seseorang sudah tidak memiliki lagi pikiran-pikiran semacam itu, maka kebencian akan berakhir\".


5. \"Kebencian tak akan berakhir, jika dibalas dengan kebencian; tetapi kebencian akan berakhir, jika dibalas dengan cinta kasih\".


133. \"Janganlah berbicara kasar pada siapapan; karena mereka yang mendapat perlakuan demikian akan membalas dengan cara yang sama\".


184. \"Kesabaran adalah cara bertapa yang paling tinggi. —Nibbana adalah yang tertinggi dari segalanya—, demikianlah ajaran semua Buddha. Dia yang masih menyakiti orang tain, sesungguhnya bukan seorang petapa (samana)\".


221. \"Hendaklah orang menghentikn kemarahan dan kesombongan, hendaklah ia mengatasi semua belenggu. Orang yang tidak terikat lagi pada batin dan jasmani, yang telah terbebas dari nafsu-nafsu, tak akan menderita lagi\".


223. \"Kalahkan kemarahan dengan cinta kasih, dan kalahkan kejahatan dengan kebajikan. Kalahkan kekikiran dengan kemurahan hati, dan kalahkan kebohongan dengan kejujuran\".


233. \"Hendaklah orang selalu menjaga rangsangan pikiran, hendaklah ia mengendalikan pikirannya. Setelah menghentikan perbuatan-perbuatan jahat melalui pikiran, hendaklah ia giat melakukan perbuatan-perbuatan baïk melalui pikiran\".

Apabila dengan cara merenungkan nasihat Sang Buddha ini, seseorang tak dapat mengekang kemarahannya, maka sebaiknya ia mencoba dengan cara yang kedua.

Biasanya orang yang memiliki sifat jahat bagaimanapun, pasti memiliki beberapa sifat yang baik. Ada orang yang mempunyai pikiran jahat, tetapi dapat berkata dengan bahasa yang berbeda dengan apa yang sedang dipikirkannya, atau melakukan perbuatan dengan cara yang tidak terduga. Namun ada orang yang kasar di dalam berkata-kata saja, tetapi tidak demikian dengan pikiran dan perbuatan mereka. Ada orang yang kasar dan kejam dalam perbuatan, tapi tidak jahat dalam pikiran maupun perkataan. Ada orang yang lemah lembut dalam pikiran, perkataan, maupun perbuatan.

Bila kita marah pada seseorang, sebaiknya kita mencoba mencari hal-hal yang baik pada diri orang tersebut, baik dalam cara berpikir, berbicara, ataupun dalam cara melakukan perbuatannya. Jika kita menemukan hal-hal yang baik pada dirinya, kita harus merenungkan nilai dan hal-hal itu, dan melupakan sifat-sifat buruk yang merupakan kelemahan alamiah, yang terdapat pada setiap orang. Sementara kita berpikir demikian, kita akan merasa kasihan kepada orang itu. Bila kita dapat mengembangkan pikiran seperti ini, maka kita akan dapat mengekang atau melenyapkan kemarahan kita kepada orang itu.

Tetepi, adakalanya cara ini tidak berhasil, maka kita harus mencoba cara ke tiga. Pada dasarnya cara ini dilakukan dengan merenungkan:

\"Ia telahmelakukan kesalahan pada saya; dengan demikian ia telah menodai pikirannya; maka mengapa saya harus menodai atau merusak pikiran saya karena kebodohannya? Kadang-kadang saya mengabaikan bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh sanak saudara saya, kadang-kadang mereka menangis, karena perbuatan-perbuatan saya yang disebabkan kelalaian saya. Sebagai orang yang seperti itu, mengapa saya tidak mengabaikan perbuatan dari orang bodoh itu?\"

\"Ia telah melakukan kesalahan, dan pantas dimarahi, apakah saya juga harus mengikutinya dengan menjadi marah? Apakah bukan bodoh bila menirunya? Ia yang membenci akan rusak dari dalam. Mengapa karena hal ini saya harus merusak reputasi saya?\"

\"Segala sesuatu berubah-ubah. Batin dan jasmani berubah-ubah pula. Jasmani dan pikiran-pikiran yang berbuat kesalahan pada saya, sekarang tak ada lagi. Apa yang saya katakan kepada orang yang sama sekarang adalah pikiran-pikiran dan bagian jasmani yang berbeda dengan pikiran-pikiran dan bagian-bagian jasmani yang mendahului yang telah mengganggu saya, walaupun hal itu merupakan milik dari proses batin-jasmani yang sama. Jadi sebuah pikiran dan sekelompok badan jasmani yang berbuat salah pada saya, dan lenyap pada waktu itu juga, kemudian (hal-hal itu) memberikan kesempatan bagi pikiran-pikiran dan bagian-bagian jasmani baru untuk muncul. Maka pada apakah saya harus marah? Kepada pikiran-pikiran dan bagian-bagian jasmani yang telah lenyap atau kepada pikiran-pikiran atau bagian-bagian jasmani yang tidak melakukan kesalahan? Apakah saya harus marah pada suatu hal yang tak bersalah, karena yang bersalah padaku telah lenyap?\"

\"Yang disebut \'saya\' adalah tidak sama pada dua saat yang berbeda. Pada saat kesalahan dibuat, pada saat itu ada pikiran dan kelompok molekul lain yang kita pandang sebagai \'saya\', sedangkan yang kita anggap sebagaî \'saya\' pada saat sekarang adalah suatu pikiran dan kumpulan molekul yang berbeda dengan yang tadi, walaupun térmasuk bagian dari proses yang sama. Jadi ada molekul yang melakukan kesalahan pada seseorang, dan molekul lain mendapat marah dari orang lain. Apakah hal ini tidak lucu?\"

Bila kita memiliki sifat sebenarnya dari kehidupan kita dan itu terjadi seperti ini, maka kemarahan kita akan mereda atau lenyap pada saat itu juga.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #84 on: 31 July 2008, 08:52:13 PM »
Siapakah seseorang yang sudah "tanpa aku" yang anda maksud?
Adakah orang disini menurut anda yang sudah "tanpa aku"?
Dengan demikian, lantas apa artinya anda menuliskan kata-kata tersebut?

Menurut saya, percuma teori Dharma tinggi-tinggi, tapi norma, etika dan etiket yang umum saja tidak dijalankan.

sabar Bro... sabar.... orang sabar kasihan Tuhan lo 

Sori, becanda...  ;D

maksud sy, ingat tujuan Bro semula mo diskusi dengan para netter disini dan menasehati mereka2 yg terlalu kaku...


::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline HokBen

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.525
  • Reputasi: 100
  • Gender: Male
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #85 on: 31 July 2008, 08:53:31 PM »
Sebelumnya anda mengatakan :
Quote
rasanya ga perlu sampai ada yang merasa diejek, disindir, ataupun ditertawakan...
bagi seseorang yang sudah "tanpa aku", sudah tidak ada lagi "aku" yang bisa merasa diejek, disindir, ataupun ditertawakan..

Siapakah seseorang yang sudah "tanpa aku" yang anda maksud?
Adakah orang disini menurut anda yang sudah "tanpa aku"?
Dengan demikian, lantas apa artinya anda menuliskan kata-kata tersebut?

Menurut saya, percuma teori Dharma tinggi-tinggi, tapi norma, etika dan etiket yang umum saja tidak dijalankan.

siapapun yang "merasa" sudah "tanpa aku"..
ada atau nggak di forum ini yah... mungkin ada mungkin nggak.. kan yang tahu apakah masih ada aku atau nggak ini cuma diri sendiri aje...

apa artinya gw tulis itu? yah seperti yg gw bilang tadi.. kita disini blajar Buddhism, salah satu tujuannya untuk menghilangkan aku, ya kalo udah berusaha untuk mencapai itu, ga perlu lagi merasa tersindir...

btw, apa anda merasa tersindir? nggak kan???
kalo merasa tersindir.. ya sory2 aje dh... :D

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #86 on: 31 July 2008, 08:55:20 PM »
Saya rasa, "kemarahan" yang sehat masih tetap perlu.
Saya beri tanda kutip karena artinya relatif. Sesuatu motif pendidikan dari seseorang bisa saja dipersepsikan sebagai amarah.

Suatu kritik, atau sikap menegur, kalau tidak dilakukan oleh pembina Buddhist secara tegas, saya rasa hanya akan menghasilkan generasi muda buddhis yang tak tahu etika dan norma kesantunan.

Takut menegur atau melakukan tindakan tegas karena khawatir nanti dianggap ber-ego atau belum suci, menurut saya adalah suatu bentuk ego yang sangat mendalam dan sukar dihilangkan.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #87 on: 31 July 2008, 08:56:52 PM »
Quote
sabar Bro... sabar.... orang sabar kasihan Tuhan lo

Sori, becanda...  Grin

maksud sy, ingat tujuan Bro semula mo diskusi dengan para netter disini dan menasehati mereka2 yg terlalu kaku...

Tenang aja bro, saya santai kok.
Cuman sekedar pas ketemu moment aja untuk menuangkan 'niat edukatif' saya yg terpendam selama ini melihat diskusi2 di DC ini (bukan pada topik ini saja loh).

Menurut saya , memiliki etiquette dengan kaku itu dua hal yg berbeda.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #88 on: 31 July 2008, 08:57:09 PM »
Quote
apa artinya gw tulis itu? yah seperti yg gw bilang tadi.. kita disini blajar Buddhism, salah satu tujuannya untuk menghilangkan aku, ya kalo udah berusaha untuk mencapai itu, ga perlu lagi merasa tersindir...
Menurut saya bahwa "berusaha" mencapai dan "tujuan" itu bukan "Nibbana" dan oleh karena dia bukan NIBBANA maka disana ada AKU sebab ada AKU pasti ada AKU BENCI,AKU KECEWA,bla2....
Apakah dengan hanya sebatas "mengerti" apa itu AKU lantas anda tidak bisa "tersindir?
Lantas apakah dengan begitu saja,anda dinyatakan BEBAS DARI AKU karena anda "mengerti" apa itu AKU?

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #89 on: 31 July 2008, 08:58:22 PM »
Saya rasa, "kemarahan" yang sehat masih tetap perlu.
Saya beri tanda kutip karena artinya relatif. Sesuatu motif pendidikan dari seseorang bisa saja dipersepsikan sebagai amarah.

Suatu kritik, atau sikap menegur, kalau tidak dilakukan oleh pembina Buddhist secara tegas, saya rasa hanya akan menghasilkan generasi muda buddhis yang tak tahu etika dan norma kesantunan.

Takut menegur atau melakukan tindakan tegas karena khawatir nanti dianggap ber-ego atau belum suci, menurut saya adalah suatu bentuk ego yang sangat mendalam dan sukar dihilangkan.
Ya,saya setuju...:)
_/\_

Salam,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...