//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: 16 Vipassana Nana  (Read 30492 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: 16 Vipassana Nana
« Reply #45 on: 05 September 2011, 02:16:57 PM »
Kalau yang bahasa indonesia, sebetulnya ada buku terbitan Ehipassiko Foundation.
[1] Meditasi Vipassana (oleh Mahasi Sayadaw), dan
[2] Satu-satunya Jalan (oleh Sayadaw U Silananda).

Kalau mau baca, silahkeun. Tapi menurut pengalaman saya, baca sutta sudah cukup. Nanti tinggal diperdalam saat retreat, kalau gak ngerti bisa tanya sama pembimbingnya. Kadang buku-buku Dhamma itu, informasinya rada-rada overload. Lagipula, sudah bercampur dengan subjektivitas penulis yang - mungkin saja - belum tentu cocok istilah maupun penerapannya sama kita (saya teringat tentang istilah merenung dan mencatat, di mana kata "mencatat" sampai saat ini membingungkan bagi saya).

Tapi ya, kalau mau baca silahkan saja.

Sebenarnya mencatat ini sangat membantu bagi meditator saat latihan. Saya pernah mencoba tidak mencatat karena beberapa orang bilang "tidak perlu dicatat, cukup disadari saja". Saat saya mencoba hal tersebut, saya terhanyut dalam lamunan  ;D. Setelah itu, saya baru mengerti kenapa harus mencatat. Hanya sekedar sadar merupakan superficial vipassana. Kecuali kalo sudah sampai pada tahap sankharupekha nana barulah pencatatan bisa dilepaskan.  ;D
« Last Edit: 05 September 2011, 02:20:27 PM by rooney »

Offline No Pain No Gain

  • Sebelumnya: Doggie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.796
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
  • ..............????
Re: 16 Vipassana Nana
« Reply #46 on: 05 September 2011, 02:21:36 PM »
Sebenarnya mencatat ini sangat membantu bagi meditator saat latihan. Saya pernah mencoba tidak mencatat karena beberapa orang bilang "tidak perlu dicatat, cukup disadari saja". Saat saya mencoba hal tersebut, saya terhanyut dalam lamunan  ;D. Setelah itu, saya baru mengerti kenapa harus mencatat. Hanya sekedar sadar merupakan superficial vipassana. Kecuali kalo sudah sampai pada tahap sankharupekha nana barulah pencatatan bisa dilepaskan.  ;D

sankharupekha nana itu apa ya?
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: 16 Vipassana Nana
« Reply #47 on: 05 September 2011, 02:29:30 PM »
sankharupekha nana itu apa ya?

Knowledge of Equanimity about Formations.

Seseorang yang bodhicittanya kuat, tidak akan berlatih hingga melewati tahap ini  ;D.

Offline No Pain No Gain

  • Sebelumnya: Doggie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.796
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
  • ..............????
Re: 16 Vipassana Nana
« Reply #48 on: 05 September 2011, 02:32:06 PM »
Knowledge of Equanimity about Formations.

Seseorang yang bodhicittanya kuat, tidak akan berlatih hingga melewati tahap ini  ;D.

kalau sdh memperoleh pengetahuan ini, gunanya buat apa? apakah hanya sekedar mengerti saja atau bgmn?
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: 16 Vipassana Nana
« Reply #49 on: 05 September 2011, 02:38:50 PM »
kalau sdh memperoleh pengetahuan ini, gunanya buat apa? apakah hanya sekedar mengerti saja atau bgmn?

Saya belum tau, Mungkin bisa ditanyakan ke meditator yang sudah sampai pada tahap ini  ;D.

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: 16 Vipassana Nana
« Reply #50 on: 05 September 2011, 03:28:52 PM »
Sebenarnya mencatat ini sangat membantu bagi meditator saat latihan. Saya pernah mencoba tidak mencatat karena beberapa orang bilang "tidak perlu dicatat, cukup disadari saja". Saat saya mencoba hal tersebut, saya terhanyut dalam lamunan  ;D. Setelah itu, saya baru mengerti kenapa harus mencatat. Hanya sekedar sadar merupakan superficial vipassana. Kecuali kalo sudah sampai pada tahap sankharupekha nana barulah pencatatan bisa dilepaskan.  ;D

Saya artikan kata "melamun" sebagai "terlepas dari perhatian (lepas dari 4 landasan perhatian)".

Tentang Melamun: ShowHide

Beberapa saat yang lalu, saya memikirkan hal ini. Tolong dikoreksi kalau kurang tepat.

Melamun inilah pelopor kekotoran batin (munculnya LDM).

Kalau saya kaitkan dengan Digha Nikaya 21 (Pertanyaan Sakka), sepertinya "melamun" itu sama dengan kata "pemikiran" di sutta tersebut. Kalau mau tau penyebab dan akibat dari 'melamun' coba baca kutipan berikut.

Quote
2.2. Kemudian Sakka, setelah [277] mengungkapkan penghargaannya, menanyakan pertanyaan selanjutnya: ‘Tetapi, Yang Mulia, apakah yang memunculkan kecemburuan dan ketamakan, apakah asal-mulanya, bagaimanakah hal itu muncul? Karena adanya apakah, hal-hal tersebut muncul, karena tidak adanya apakah, hal-hal tersebut tidak muncul?’ ‘Kecemburuan dan ketamakan, Raja para Dewa, muncul dari rasa suka dan tidak suka,(*25) ini adalah asal-mula, inilah bagaimana hal-hal tersebut muncul, ketika suka dan tidak suka ini muncul, maka muncullah kecemburuan dan ketamakan, ketika suka dan tidak suka tidak ada, maka kecemburuan dan ketamakan tidak muncul.’ ‘Tetapi, Yang Mulia, apakah yang menimbulkan suka dan tidak suka? ... karena adanya apakah, hal-hal tersebut muncul, karena tidak adanya apakah, hal-hal tersebut tidak muncul?’ ‘Hal-hal tersebut muncul, Raja para Dewa, dari keinginan(*26) ... karena ada keinginan, maka hal-hal tersebut muncul, karena tidak adanya keinginan, maka hal-hal tersebut tidak muncul.’ ‘Tetapi, Yang Mulia, apakah yang menimbulkan keinginan? ....’ ‘Keinginan, Raja para Dewa, muncul dari pemikiran(*27) ... ketika pikiran memikirkan sesuatu, maka keinginan muncul; ketika pikiran tidak memikirkan apa-apa, maka keinginan tidak muncul.’ ‘Tetapi, Yang Mulia, apakah yang menimbulkan pemikiran? ....’ ‘Pemikiran, Raja para Dewa, muncul dari kecenderungan untuk mendapatkan lebih banyak(*28) ... ketika kecenderungan ini ada, maka pemikiran muncul, ketika kecenderungan ini tidak ada, maka pemikiran tidak muncul.’

catatan kaki untuk pemikiran:

*27. Vitakka: RD mengatakan: 'Kata ini digunakan, tidak dengan makna psikologis, tetapi dalam makna populernya ... “memikirkan” ... “telah dipenuhi dengan pikiran tentang”’.


Setelah kutipan ini, dijelaskan juga tentang praktik yang menuju lenyapnya kecenderungan untuk mendapatkan lebih banyak, dst. Kalau tertarik, silakan baca kelanjutannya di sini:

http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_21:_Sakkapanha_Sutta

Tapi kalau kembali ke Digha Nikaya 22 (Mahasatipatthana Sutta), maka "tidak melamun" adalah yang dibold:

Quote
Demikianlah ia berdiam merenungkan jasmani sebagai jasmani secara internal,[19] merenungkan jasmani sebagai jasmani secara eksternal, merenungkan jasmani sebagai jasmani secara internal dan eksternal. Ia berdiam merenungkan munculnya fenomena[20] di dalam jasmani. Ia berdiam merenungkan lenyapnya fenomena[21] di dalam jasmani. Ia berdiam merenungkan muncul dan lenyapnya fenomena di dalam jasmani. Atau, penuh perhatian bahwa “ada jasmani” muncul dalam dirinya hanya sejauh yang diperlukan bagi pengetahuan dan kesadaran.[22] Dan ia berdiam tanpa bergantung, tidak melekat pada apa pun di dunia ini. Dan itu, para bhikkhu, adalah bagaimana seorang bhikkhu berdiam merenungkan jasmani sebagai jasmani.’

catatan kaki:

[22] Hanya mempertahankan pikiran dalam pikiran tanpa berspekulasi, pikiran-mengembara, dan sebagainya.


Demikian pula dengan landasan perhatian yang lain (selain jasmani).

http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_22:_Mahasatipatthana_Sutta


Menurut saya, selain penyebab melamun di kutipan DN 21 di atas, melamun juga disebabkan oleh kebiasaan yaitu keadaan batin yang belum terlatih.

Tentang 'mencatat', saya pribadi merasa tidak perlu. Sebelum mencatat, pasti ada perhatian yang muncul lebih dulu. Adanya perhatian saja sudah cukup. Mencatat hanya menambah pekerjaan yang tidak perlu. Justru saya merasa lebih kaku karena tertahan di momen itu sedikit lebih lama karena mencatat, padahal fenomena adalah sesuatu yang fleksibel dan berubah-ubah begitu saja dan sangat bervariasi.

Jadi yang perlu dilatih adalah menciptakan kebiasaan baru yaitu senantiasa ingat untuk memperhatikan. Ini bisa dilatih saat meditasi duduk atau jalan mondar-mandir.

Tentang ingat (sati) dan perhatian (sampajāna), ini ada kutipan bagus, saya ambil dari sini: http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=13943.30

Spoiler: ShowHide
Dalam Visuddhi-magga sati didefinisikan sebagai :
465. Saranti tāya, sayaṃ vā sarati saraṇamattameva vā esāti sati. Sā apilāpanalakkhaṇā, asammosarasā, ārakkhapaccupaṭṭhānā, visayābhimukhabhāvapaccupaṭṭhānā vā, thirasaññāpadaṭṭhānā, kāyādisatipaṭṭhānapadaṭṭhānā vā. Ārammaṇe daḷhapatiṭṭhitattā pana esikā viya, cakkhudvārādirakkhaṇato dovāriko viya ca daṭṭhabbā. (Karena saat ini saya sedang di luar kota, ada yang bisa bantu carikan terjemahan bahasa Inggrisnya di buku "The Path of Purification"?)

Jadi, sati memiliki ciri, fungsi, manifestasi serta sebab terdekat sbb :
Ciri (lakkhaṇā)         : tidak hanyut (apilāpana)
Fungsi (rasā)         : tidak lupa/lengah (asammosa)
Manifestasi (paccupaṭṭhānā)   : mengawal (ārakkha), atau keadaan berhadapan dengan ranah objek (visayābhimukhabhāva)
Sebab Terdekat (padaṭṭhānā)   : persepsi yang kuat (thirasaññā), atau landasan sati misalnya badan (kāyādisatipaṭṭhāna)

Secara harafiah, sati memiliki arti ingat (Sansekerta : smṛti; Mandarin : 念; Jawa : eling; Inggris : mindful[ness]). Di Thailand maupun di Myanmar tidak diterjemahkan, mereka tetap memakai sati. Saya pribadi juga lebih condong tetap menggunakan sati, tidak diterjemahkan.

Sati bersama manasikāra merupakan salah satu dari ke-52 cetasikā. Saya lebih condong tidak menerjemahkan sati sebagai perhatian murni karena kata perhatian sdh saya siapkan untuk kata manasikāra (attention).

Sampajāna (adjective; sampajañña, noun) : clear comprehension (pemahaman nan jernih?).

Biasanya saya menjelaskan hubungan sati dan sampajāna sbb : sati adalah selalu "ingat" mengarahkan kamera "perhatian" pada ranah/medan objek sehingga memiliki pemahaman yang jernih terhadap apa saja yang terjadi pada objek-objek (here and now; kāya, vedanā, citta dan dhamma) yang berada dalam ranah pengamatannya. Cmiiw.
Spoiler: ShowHide

Definisi manasikāra dalam Visuddhi-Magga adalah sbb :
473. Kiriyā kāro. Manamhi kāro manasikāro. Purimamanato visadisamanaṃ karotītipi manasikāro. Svāyaṃ ārammaṇapaṭipādako, vīthipaṭipādako, javanapaṭipādakoti tippakāro.
Tattha ārammaṇapaṭipādako manamhi kāroti manasikāro. So sāraṇalakkhaṇo, sampayuttānaṃ ārammaṇe saṃyojanaraso, ārammaṇābhimukhabhāvapaccupaṭṭhāno, ārammaṇapadaṭṭhāno. Saṅkhārakkhandhapariyāpanno, ārammaṇapaṭipādakattena sampayuttānaṃ sārathi viya daṭṭhabbo. Vīthipaṭipādakoti pana pañcadvārāvajjanassetaṃ adhivacanaṃ. Javanapaṭipādakoti manodvārāvajjanassetaṃ adhivacanaṃ. Na te idha adhippetā.

Bagaimana pendapat Peacemind?

« Last Edit: 05 September 2011, 03:36:03 PM by Mayvise »

Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: 16 Vipassana Nana
« Reply #51 on: 05 September 2011, 03:40:07 PM »
Tentang 'mencatat', saya pribadi merasa tidak perlu. Sebelum mencatat, pasti ada perhatian yang muncul lebih dulu. Adanya perhatian saja sudah cukup. Mencatat hanya menambah pekerjaan yang tidak perlu. Justru saya merasa lebih kaku karena tertahan di momen itu sedikit lebih lama karena mencatat, padahal fenomena adalah sesuatu yang fleksibel dan berubah-ubah begitu saja dan sangat bervariasi.

Jadi yang perlu dilatih adalah menciptakan kebiasaan baru yaitu senantiasa ingat untuk memperhatikan. Ini bisa dilatih saat meditasi duduk atau jalan mondar-mandir.

Tentang ingat (sati) dan perhatian (sampajāna), ini ada kutipan bagus, saya ambil dari sini: http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=13943.30

Kenapa bisa tertahan ? Kalau saya justru setelah dicatat, fenomena mental langsung reda dan bisa kembali ke objek utama.

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: 16 Vipassana Nana
« Reply #52 on: 05 September 2011, 04:01:51 PM »
^ ^ ^  Maksudnya, saat memperhatikan suatu sensasi, misalnya mendengar suara petasan. Saat itu muncul perhatian, lalu selesai. Kalau kita catat: mendengar, mendengar, mendengar, jadinya butuh waktu lebih lama.

Untuk kemunculan sensasi yang lebih kuat/kompleks misalnya kemarahan, diperhatikan saja sensasi tubuh atau reaksi pikiran yang sedang berlangsung (dan pengaruhnya), atau apa pun. Tapi memang kalau objek yang diperhatikan tidak tepat, atau perhatian belum kuat, bisa makin berabe (kemarahan bisa makin besar). Mencatat memang lebih netral tapi kurang seru.

Lagipula, nanti ada proses pencarian kata-kata untuk mencatat. Ini juga agak ribet bagi saya.

Offline DragonHung

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 963
  • Reputasi: 57
  • Gender: Male
Re: 16 Vipassana Nana
« Reply #53 on: 05 September 2011, 04:06:06 PM »
Untuk latihan pada awalnya sih memang harus mencatat, ntar kalau perhatian dan kesadarannya sudah terlatih cukup kuat biasanya cukup diketahui saja tanpa perlu mencatat langsung hilang fenomena itu.

Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: 16 Vipassana Nana
« Reply #54 on: 05 September 2011, 04:51:23 PM »
Ya uda, mungkin cocok-cocokan juga kali.

Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: 16 Vipassana Nana
« Reply #55 on: 05 September 2011, 05:35:34 PM »
Ya uda, mungkin cocok-cocokan juga kali.

Sepertinya sis Mayvise suka berlatih ya  ;D

Offline No Pain No Gain

  • Sebelumnya: Doggie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.796
  • Reputasi: 73
  • Gender: Male
  • ..............????
Re: 16 Vipassana Nana
« Reply #56 on: 05 September 2011, 05:45:15 PM »
5.   Pharana piti (kegairahan yang merembes)

Dalam piti ini:
a.   Perasaan sejuk menyebar di sekujur tubuh.
b.   Kedamaian pikiran muncul sekali-sekali.
c.   Muncul perasaan gatal di sekujur tubuh.
d.   Muncul perasaan mengantuk dan meditator tidak ingin membuka matanya.
e.   Meditator tidak berkeinginan untuk bergerak.
f.   Terjadi sensasi penyiraman dari kaki ke kepala atau sebaliknya.
g.   Tubuh merasa sejuk seolah-olah sedang mandi atau menyentuh es.
h.   Meditator melihat warna-warni biru atau hijau zamrud.
i.   Perasaan gatal seolah-olah serangga merayap di wajah mungkin terjadi.


apakah pharana piti ini jg terjadi pada saat berlatih samatha? apakah poin2 di atas bisa hanya terjadi beberapa poin saja (seperti A, B, E, G)?

trus apakah jenis piti bisa berubah2 setiap latihan atau 1 jenis saja bagi setiap individu?
« Last Edit: 05 September 2011, 05:55:33 PM by No Pain No Gain »
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Offline Kang_Asep

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 528
  • Reputasi: -14
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: 16 Vipassana Nana
« Reply #57 on: 05 September 2011, 07:31:53 PM »
Di dalam agama lain, tidak ada teori pencerahan yang begitu sistematis dan terperinci seperti dalam penjelasan 16 pencerahan vipassana tersebut. semua bentuk-bentuk pencerahan itu sangat indah dan mengagumkan, tapi tidak mudah untuk dicapai. Bagi mereka yang sangat sulit mencapainya, pencerahan-pencerahan tersebut seperti fatamorgana belaka, karena mereka hanya sampai pada kemampuan mengira-ngira dengan persepsi tanpa dapat mengalami langsung, bagaimana bentuk-bentuk pencerahan tersebut.

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: 16 Vipassana Nana
« Reply #58 on: 06 September 2011, 08:01:53 AM »
Sepertinya sis Mayvise suka berlatih ya  ;D

Ya, suka sih walaupun tidak selalu mulus. Saya merasa bahwa ketika kita tidak latihan, banyak sekali penderitaan yang sebetulnya tidak perlu. Tapi bukan berarti kita berlatih karena membenci penderitaan. Lucu kan? Ada yang pernah bilang bahwa proses mengenal seluk-beluk diri adalah permainan terseru yang pernah ada ;D

Tentang berlatih, sepertinya ada 2 tipe pemula. Tipe pertama bisa berlatih sendiri, menemukan cara dan jalan yang tepat untuk (konsisten) berlatih. Ia memiliki kecerdasan dan kemampuan memilih apa yang baik, tidak condong ke salah satu ekstrem.

Tapi ada tipe kedua, yang butuh dorongan dan petunjuk yang tepat. Kalau seperti ini, carilah guru yang tepat dan/atau teman yang baik. Kalau sudah ditemukan, kuatkan fondasi dengan berjalan bersama mereka hingga suatu saat kita bisa berjalan sendiri.
« Last Edit: 06 September 2011, 08:09:19 AM by Mayvise »