Teman-teman sekalian,
Seringkali kita mendengar kata-kata jangan melekat kepada sesuatu apapun, tapi seringkali mereka yang mendengar mengenai hal ini menjadi salah menerapkan dalam kehidupan, dalam pengertian umum, mereka berpendapat seseorang tidak boleh melekat kepada harta, doktrin, dsbnya.
Bagaimana kemelekatan terhadap isteri? terhadap anak? Atau bagaimana dengan perbuatan baik? jangan melekat juga? meditasi juga jangan melekat? Jangan patuh hukum karena patuh hukum juga sebagai suatu bentuk kemelekatan? Begitukah? Seringkali karena tidak mengerti sering orang mengatakan jangan melekat!! Untuk menghilangkan kebingungan mengenai hal ini saya ingin membahas mengenai ketidak-melekatan.
Tidak melekat memang baik dan seringkali kita perlukan, tetapi bukan demikian esensi ketidak-melekatan yang dimaksudkan, ketidak-melekatan yang dimaksudkan dalam meditasi adalah ketidak melekatan pada pancakhandha. Harus diingat bahwa sumber dari semua kemelekatan adalah pada pancakhandha, Untuk mengatasi kemelekatan pada pancakhandha maka kita dapat melatih meditasi Vipassana.
Prosesnya demikian, dalam melatih Vipassana sedikit demi sedikit meditator mulai dapat melepaskan diri dari pancakhandha, ia mulai melihat bentuk bentuk pikiran, ingatan dan perasaan seperti suatu benda terpisah, ia melihat suatu bentuk pikiran muncul dan lenyap kembali terkadang tanpa mengetahui apa isi dari bentuk pikiran tersebut, biasanya dalam kehidupan sehari-hari meditator tak pernah melihat pikiran sebagai suatu bentuk, ia biasanya hanya masuk dan terlibat dan bergumul dengan bentuk pikiran tersebut,. Demikian juga dengan perasaan, bila perasaan muncul ia serta merta terlibat dan bergumul dengan bentuk perasaan tersebut.
Pada waktu bermeditasi Vipassana ia mulai melihat semakin jelas bentuk pikiran ingatan dan perasaan tersebut dari muncul hingga lenyap kembali, semakin lama semakin jelas ia melihat proses pemunculan dan lenyap kembali tersebut. Sehingga ia semakin tidak terlibat di dalam bentukan-bentukan batin tersebut. Semakin tidak terlibat dalam bentukan-bentukan batin inilah yang dimaksud dengan semakin tidak-melekat pada pancakhandha.
Semakin matang latihan Vipassana seseorang semakin cepat bentukan-bentukan batin yang muncul tersebut lenyap kembali, karena bagai lampu pelita yang dipotong sumbunya, dengan cepat apinya akan mati, demikian juga dengan bentukan-bentukan batin, semakin lama semakin cepat lenyap bila batin kita semakin tak terlibat.
Pada tahap tertentu seorang meditator bahkan dapat melihat bahwa dirinya dan bentukan-bentukan batin benar-benar terpisah, inilah yang sebenarnya yang dimaksud tidak melekat pada khandha. Batin tidak melekat pada bentukan-bentukan diantaranya berupa bentuk pikiran (sankhara), ingatan/kesan (sanna) dan perasaan (vedana). Dengan demikian semakin lama batin semakin seimbang dan tak terpengaruh oleh bentukan-bentukan batin, tergantung tingkat sati dan konsentrasinya, semakin tingkat sati dan konsentrasinya maka semakin cepat ia dapat terlepas dari bentukan-bentukan batin.
Guru-guru meditasi Vipassana mengatakan bahwa pada tingkat Sankharupekkha nana bila ada bentuk pikiran muncul maka secara otomatis akan lenyap kembali tak dapat melekat pada batin meditator bagai air yang dituangkan di daun talas/teratai akan turun kembali tanpa melekat pada daun tersebut.
Batin yang masak inilah yang umumnya menjadi fondasi pencapaian Magga-Phala. Ini adalah salah satu contoh konsistensi antara teori dalam Sutta, Abhidhamma dan praktek dalam Vipassana.
Semoga teman-teman berusaha mencapai ketidak-melekatan yang sesungguhnya.