[at] Yang terhormat BTY
Sebelumnya terimalah sembah sujud saya ke Bhante. Semoga bhante, saat ini, dalam keadaan baik, sehat dan damai dalam Dhamma. Sebenarnya dalam hal ini, Bhante lebih tahu daripada kita-kita ini. Sejauh pandangan Visuddhimagga, definisi sati dan manasikāra memang demikian adanya. Saya hanya mengutip terjemahan dari Bhikkhu Ñāṇamoli dalam bukunya, "The Path of Purification" mengenai kalimat-kalimat dalam bahasa Pāli yang Bhante kutip di atas.
Dalam Visuddhi-magga sati didefinisikan sebagai :
465. Saranti tāya, sayaṃ vā sarati saraṇamattameva vā esāti sati. Sā apilāpanalakkhaṇā, asammosarasā, ārakkhapaccupaṭṭhānā, visayābhimukhabhāvapaccupaṭṭhānā vā, thirasaññāpadaṭṭhānā, kāyādisatipaṭṭhānapadaṭṭhānā vā. Ārammaṇe daḷhapatiṭṭhitattā pana esikā viya, cakkhudvārādirakkhaṇato dovāriko viya ca daṭṭhabbā.
"By its means they remember (saranti),or it itself remembers, or it is just mere remembering (saraṇa), thus it is mindfulness (sati). It has the characteristic of not wobbling. Its function is not to forget. It is manifested as guarding, or it is manifested as the state of confronting an objective field. Its proximate cause is strong perception, or its proximate cause is the foundations of mindfulness concerned with the body, and so on. It should be regarded, however, as like a pillar because it is firmly founded, or as like a door-keeper because it guards the eye-door, and so on"
Jadi pendapat bhante mengenai ciri, fungsi, manifestasi dan sebab terdekat sati di bawah ini tidak salah, yakni:
Jadi, sati memiliki ciri, fungsi, manifestasi serta sebab terdekat sbb :
Ciri (lakkhaṇā) : tidak hanyut (apilāpana)
Fungsi (rasā) : tidak lupa/lengah (asammosa)
Manifestasi (paccupaṭṭhānā) : mengawal (ārakkha), atau keadaan berhadapan dengan ranah objek (visayābhimukhabhāva)
Sebab Terdekat (padaṭṭhānā) : persepsi yang kuat (thirasaññā), atau landasan sati misalnya badan (kāyādisatipaṭṭhāna).
Selain apa yang telah dijelaskan Bhante, ada satu hal yang ingin saya tambahkan khususnya mengenai definisi kata sati di atas pada kalimat pertama. Kalimat pertama "Saranti tāya, sayaṃ vā sarati saraṇamattameva vā esāti sati" menunjukkan tiga macam definisi yang sangat penting dalam tradisi Theravada yaitu karanasādhana (instrumental-definition), kattusādhana (doer-definition) dan bhavasādhana (the real nature-definition). Sati bisa dianggap sebagai instrumen / alat seperti dalam kalimat 'saranti tāya' (karena itu (sati), mereka mengingat), juga bisa dianggap sebagai pelaku (kattu) sesuai dengan kalimat 'sayaṃ sarati' (itu (sati) itu sendiri mengingat), dan juga sebagai sekedar fenomena sesuai dengan definisi 'saranamatteva esa sati' (sekedar ingatan itulah yang disebut sebagai sati). Dalam Theravāda, dari ketiga definisi di atas, definisi yang terakhir merupakan yang paling benar karena hanya definisi ini tidak mengikutkan campur tangan adanya 'doer' / 'diri', sedangkan dua yang lain digunakan untuk mempermudah pengetahuan saja namun tidak boleh dianggap sebagai kebenaran mutlak. Oleh karena itu, sejauh tradisi Theravāda memandang, sati is mere remembering.
Secara harafiah, sati memiliki arti ingat (Sansekerta : smṛti; Mandarin : 念; Jawa : eling; Inggris : mindful[ness]). Di Thailand maupun di Myanmar tidak diterjemahkan, mereka tetap memakai sati. Saya pribadi juga lebih condong tetap menggunakan sati, tidak diterjemahkan.
Sati bersama manasikāra merupakan salah satu dari ke-52 cetasikā. Saya lebih condong tidak menerjemahkan sati sebagai perhatian murni karena kata perhatian sdh saya siapkan untuk kata manasikāra (attention).
Sebenarnya memang sangat sulit untuk menerjemahkan kata sati yang tepat ke bahasa Indonesia. Ini disebabkan karena kata ini memiliki arti yang lebih dalam dibandingkan dengan terjemahan2 saat ini. Oleh karenanya, saya berpendapat bahwa Myanmar dan Thailand telah mengambil cara yang paling bijaksana untuk tidak menerjemahkan kata ini. Terjemahan sati ke 'perhatian murni' juga bisa menimbulkan kontroversi terutama jika kita mengingat bahwa Sang BUddha juga menyebutkan adanya micchasati. Perhatian murni lebih condong ke hal yang positif, sedangkan micchasati bersifat negatif. Salah satu definisi Micchasati telah dijelaskan kitab komentar sebagai, "Ye vā pana tesaṃ laddhiṃ gahetvā rattiṭṭhāne divāṭhāne nisinnā sajjhāyanti vīmaṃsanti, tesaṃ ‘‘karoto na karīyati pāpaṃ, natthi hetu, natthi paccayo, mato ucchijjatī’’ti tasmiṃ ārammaṇe micchāsati santiṭṭhati" - "Setelah memegang pandangan2nya, setelah duduk siang dan malam, mereka yang melafal dan memeriksa obyek2 demikian, 'setelah melakukan perbuatan (jahat) kejahatan tidak dilakukan; tidak ada sebab dan kondisi; setelah mati, semuanya akan lenyap /terputus', sesungguhnya telah berada pada micchāsati.
Sampajāna (adjective; sampajañña, noun) : clear comprehension (pemahaman nan jernih?).
Biasanya saya menjelaskan hubungan sati dan sampajāna sbb : sati adalah selalu "ingat" mengarahkan kamera "perhatian" pada ranah/medan objek sehingga memiliki pemahaman yang jernih terhadap apa saja yang terjadi pada objek-objek (here and now; kāya, vedanā, citta dan dhamma) yang berada dalam ranah pengamatannya. Cmiiw.
Yap, saya setuju dengan pendapat di atas terutama mengingat arti sati yang positif dalam hubungannya dengan sampajāna / fully knowing / clear comprehension, dan juga mengingat fungsi sati kaitannya dengan vipassana yang menekankan pada perhatian / tepatnya 'selalu ingat' saat ini dan sekarang terhadap empat landasan (kāya, vedana, citta dan dhamma).
Definisi manasikāra dalam Visuddhi-Magga adalah sbb :
473. Kiriyā kāro. Manamhi kāro manasikāro. Purimamanato visadisamanaṃ karotītipi manasikāro. Svāyaṃ ārammaṇapaṭipādako, vīthipaṭipādako, javanapaṭipādakoti tippakāro.
Tattha ārammaṇapaṭipādako manamhi kāroti manasikāro. So sāraṇalakkhaṇo, sampayuttānaṃ ārammaṇe saṃyojanaraso, ārammaṇābhimukhabhāvapaccupaṭṭhāno, ārammaṇapadaṭṭhāno. Saṅkhārakkhandhapariyāpanno, ārammaṇapaṭipādakattena sampayuttānaṃ sārathi viya daṭṭhabbo. Vīthipaṭipādakoti pana pañcadvārāvajjanassetaṃ adhivacanaṃ. Javanapaṭipādakoti manodvārāvajjanassetaṃ adhivacanaṃ. Na te idha adhippetā.
Diterjemahkan oleh Bhikkhu Ñāṇamoli sebagai berikut:
"It is the maker of what is to be made, it is the maker in the mind (manamhi kāro), thus it is attention (bringing-to-mind-manasikāra). It makes the mind different from the previous (life-continuum) mind, thus it is attention. It has three ways of doing this: as the controller of the object, as the controller of the cognitive series, and as the controller of impulsions. Herein, the controller of the object is the maker in the mind,thus it is attention. That has the characteristic of conducting (sāraṇa). Its function is to yoke associated states to the object. It is manifestated as confrontation with the object. Its proximate cause is an object. It should be regarded as the conductor (sārathi) of associated states by controlling the objects, itself being concluded in the formations aggregate. Controller of the cognitive series is a term for the five-door adverting. Controller of impulsions is a term for the mind-door adverting. These last two are not included here."
Mohon koreksinya jika salah.