Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Topik Buddhisme => Buddhisme dengan Agama, Kepercayaan, Tradisi dan Filsafat Lain => Topic started by: sukma on 31 December 2008, 04:45:11 PM

Title: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 31 December 2008, 04:45:11 PM
Tradisi Filsafat telah lama mencari suatu afirmasi tentang subyek otonom dengan bertitik tolak pada Kesadaran diri dan rasionalitas manusia. Kesadaran yang berpusat pada diri dengan dukungan rasionalitas yang kokoh dapat menciptakan peluang bagi pemikiran yang tak terbatas (unlimited thinking) sebagai suatu Kebebasan. Berpikir atas dasar kebebasan adalah proses berpikir yang tidak mengandaikan sesuatu yang lain kecuali pemikiran itu sendiri,atau kita sebut ; "dalam berpikir saya bebas, karena saya tidak menjadi yang lain", Kebebasan seperti ini adalah kebebasan absolut, karena bergantung secara mutlak pada otonom kesadaran diri.

Ketika kebebasan berpikir dan kesadaran diri berjalan bersama dalam suatu gandengan mesra, maka KEBENARAN dapat saja dengan mudah di-kandang-kan dalam suatu ruang pemikiran yang tertutup ; dan sebagai akibat, kemungkinan untuk mengakui  Kebenaran yang lain menjadi terbatas. Filsafat yang tidak memberi ruang untuk Kebenaran yang lain, bahkan mereduksi Kebenaran Yang Lain hanya ke dalam satu Kebenaran tertentu, FILSAFAT seperti ini sepantasnya dituduh sebagai Filsafat Egologi

Manusia, ketika "berpikir" dia mengidentifikasikan batinnya dengan pikirannya, dan keduanya, baik batin maupun pikirannya sama-sama mengafirmasi seluruh eksistensi diri manusia sebagai subyek otonom.inilah yang di sebut Filsafat Totalitas. Totalitas dalam pengertian suatu cara berada yang berpusat pada diri. Cara berada seperti ini bertujuan untuk membentuk Indentifikasi diri. Dalam identifikasi, ada semacam gerakan dari dalam untuk kembali kepada diri. Gerakan yang mengandalkan kekuatan interior, yaitu kekuatan rasio, kesadaran diri, dan keinginan untuk mewujudkan kebutuhan dan kenikmatan yang berpusat pada diri.

Dalam Filsafat Totalitas, diri adalah pusat untuk segala-galanya. Pusat makna untuk memaknai yang lain. Pusat kenikmatan untuk mengobyekkan yang lain. Pusat Kebenaran untuk membenarkan diri. Pusat Nilai untuk menjadi standard bagi yang lain. Ya, Pusat yang menjadi ukuran segala. Ini adalah Totalitas.. Gerak langkah Totalitas adalah gerak langkah mereduksi. Mereduksi Yang Lain kepada yang sama, dalam reduksi ada gerak balik kepada yang sama, kepada diri sendiri, yaitu sang aku sebagai subyek otonom, pusat kebenaran. Kebenaran tidak di Cari di luar diri. Kebenaran berada dalam diri..

Benar bahwa Kebenaran selalu mengimplikasikan suatu pengalam di luar diri, namun setiap pengalaman selalu mempunyai suatu rujukan atau referensi pada subyek ; dan oleh karena itu, setiap pengalaman mesti dibahasakan oleh subyek. Pengalaman tak dapat dipisahkan dari obyek, karena setiap pengalaman adalah pengalaman subyek. Pemikiran Filsafat Totalitas amat sering mengeklusifkan yang transenden, dan mereduksi "Yang Lain" kepada "yang sama", demi cita-cita Filsafat yang Otonom.

Apakah masih mungkin berfilsafat tentang "Yang Lain:.? Sebelum pertanyaan ini dijawab, adalah baik kalau konsep tentang "Yang Lain" mesti di beri batas. Orang Yunani membedakan "Yang Lain" dalam pengertian "heteros" dan "allos". Heteros berarti "Yang Lain" sebagai plural dari antara dua, sedangkan 'allos" berarti "Yang Lain" sebagai "yang satu" di antara banyak "Yang Lain". Dari Heteros muncul kata ; Heteronom dan Heterogen.

Makna tentang "Yang Lain" dapat ditegasi ; "Yang Lain" adalah Yang bukan aku. . Untuk memahami 'Yang Lain" menurut cara dia berada, orang mesti pertama-tama menanggalkan seluruh pemahaman tentang dirinya, tentang dunianya, tentang rasionalitasnya, tentang kesadarn dirinya, tentang kebenarannya, tentang persepsinya, tentang kehendaknya.

Dia yang lain adalah yang bukan aku, untuk memahami "Yang Lain", aku tidak dapat memulai dari diriku, karena memulai dari diri ku berarti memulai dari dunia pemahaman dan persepsiku, Memulai dari Kbenaran yang saya miliki ; Jalan yang Benar untuk memahami "Yang Lain" adalah memulai dari dunianya, yaitu keberlainannya, Dunianya adalah keberlainannya, yang sering saya sebut keluar dari 'Zona Aman" kita.

Yang Lain sebagai yang Heteronom

Aspek heteronom di sini mesti dimengerti dengan merujuk pada makna tenatng "Yang Lain" sebagai Yang Lain secara radikal, radikalnya adalah "keberlainnannya", Filsafat yang memusatkan perhatiannya pada pemikiran tentang "Yang Lain secara absolut", filsafat seperti ini di namakan Filsafat Heteronom. filsafat Heteronom tidak berbicara tentang aspek 'Yang Lain' seperti obyek eksternal di luar kesadaran manusia. Yang Lain sebagai heteronom dicirikan oleh aspek transendensi. Transendensi di sini dapat dimengerti sebagai suatu keberlainan radikal yang melampaui dari sekadar pemahaman yang ontologis. Keberlainnan seperti ini memiliki dimensi dari atas, yaitu Yang Maha Tinggi.

Yang Lain sebagai Yang Eksterior

Esai tentang Eksterioritas ini mengindikasikan membangun suatu Filsafat tentang "ketakberhinggaan" sebagai alternatif untuk mengatasi Filsafat Totalitas. Kalau dilihat sepintas, arti kata eksterior dapat saja dimengerti sebagai suatu realitas yang manusia jumpai di luar kesadaran manusia. Suatu realitas eksternal seperti ,gunung, batu, pohon, yang manusia persepsi, namun Filsafat ketakberhinggaan ini dalam makna kata eksterior merujuk pada suatu Realitas yang transenden, realitas yang melampaui dunia kesadaran manusia, yaitu suatu realitas yang tidak masuk dalam konteks pemahaman ku di Dhamma. Yang eksterior adalah yang transenden, yang melampaui pengetahuan ku.





Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 31 December 2008, 09:23:02 PM
“Yang Lain” sebagai Tak Berhingga  ;

Ketakberhinggaan atau “infini” adalah ide yang sangat signifikan dalam pemikiran Filsafat Levinas, karena ide ini dibicarakan sebagai jalan keluar atas kritiknya terhadap  tradisi filsafat Totalitas. Ide tentang Tak Berhingga dimaksud kan dalam kaitan dengan stuktur dasar relasi antara pikiran dan ideatum sebagai realisasi ketakberhinggaan. Suatu ide selalu berada dalam pikiran, demikianpun tentang ide “yang tak berhingga”. Ide ini terkandung dalam pikiran manusia, Levinas mengakui bahwa studinya tentang “ketakberhinggaan” diterima dari kontaknya dengan Descartes ;

*Pertama-tama saya mulai dari ide Kartesian tentang ketakberhinggaan , dimana -ideatum-, yaitu suatu realitas di mana ide selalu terarah ke sana, adalah Realitas yang lebih besar dan tak berhingga, yang memungkinkan orang dapat memikirkannya. Bagi Descrates, ini adalah suatu pembuktian tentang Eksistensi Tuhan ; pikiran tak dapat memikirkan sesuatu yang melampaui pikiran itu sendiri ; ide ketakberhinggaan semestinya telah diberikan kepada manusia. Orang semestinya terarah kepada Tuhan yang Tak Berhingga, yang menempatkan ide tentang Yang Tak Berhingga di dalam dirinya *

Jelas bahwa Realitas ketakberhinggaan atau ideatum jauh melampaui ide tentang yang tak berhingga. Realitas ini adalah Tuhan. Tuhan menjadi sumber ide Yang Tak Berhingga. Sedangkan ide Yang Tak Berhingga, yang berada dalam pikiran manusia menjadi bagian dari pengetahuan manusia tentang Tuhan, yaitu tentang Tuhan yang senantiasa terbuka, dekat namun tetap transenden, tersembunyi dan lain secara radikal. Pikiran manusia senatiasa dibimbing atau diarahkan oleh “Realitas ketakberhinggaan”. Meskipun demikian Realitas ini tetap lain. “Yang Tak Berhingga adalah yang lain secara radikal dan absolut”. Keberlainnanya melampaui ide tentang yang tak berhingga. Oleh karena itu Realitas ketakberhinggaan tidak dapat digapai sepenuhnya oleh pikiran, meskipun pikiran mempunyai ide tentangnya. Ada keterbatasan pikiran dan pengetahuan manusia untuk menggapai Yang Tak Berhingga. 
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 01 January 2009, 02:27:10 PM
Sesudah sedikit pengantar tentang manusia melalui ilmu Filsafat untuk membicarakan "Yang Lain" yaitu Yang Tak Berhingga di mana pada akhirnya tentu akan muncul suatu kata "Tuhan", dan bagaimana kita sebagai pengikut Dhamma Buddha THERAVADA bisa ikut dalam Dialog Makna kata Tuhan Yang Universal tanpa merusak dasar Dhamma Buddha khususnya dari THERAVADA.?  .

Koreksi saya bila saya salah, Dhamma Buddha kita isinya adalah Pencapaian Pencerahan Sempurna dari Sang Buddha Gautama yang di tuangkan dalam Sutta dan banyak buku Suci lainnya, dan semua Isi tulisan ini dikatakan BIJAKSANA demi membantu pengikut-pengikut Buddha mencapai Pembebasan Sempurna dari penderitaan, adapun segala tulisan Sutta dan buku Suci kita digolongkan sebagai jenis Filsafat,dll. Dan, kita sebagai pengikutnya masing-masing dari awal pembelajaran Dhamma Buddha, tentunya tahu bahwa pembelajaran Dhamma kita tidak menyertai satu pelajaran yang di sebut Teology yaitu suatu pembahasan tentang Tuhan / Sang Pencipta. Tidak adanya pembelajaran Materi Teologi bukan berarti Pengikut Buddhisme adalah termasuk kelompok yang biasanya di sebut Atheis atau Komunis.Tentunya kita bisa berbicara tentang Tuhan karena sejak Sang Buddha Gautama membabarkan Dhamma, kata Ketuhanan Yang Maha Esa telah ada pada Dhamma kita.

Untuk berdialog tentang Makna Tuhan Yang Universal dengan Bijaksana, Intelektual, dan semangat Cinta-Kasih, apakah kita sebagai murid-murid Buddha diperboleh berbicara tentang Teologi tanpa memberi 3 alasan yang classic dibawah ini ;
Beberapa Sikap terhadap Allah /Tuhan ;

1 . Apa yang dikemukan kaum oleh Atheis, mereka memperdebatkannya dan bahkan menolaknya dengan mengatakan Allah /tuhan itu Tidak Ada dan bahwa sesyaty yang seperti Allah itu tidak memiliki Makna yang dapat di Spesifikasi.

2 . Agnostisisme yakni paham yang menegaskan bahwa Akal-Budi manusia tidak dapat mengetahui atau mengatakan apa-apa tentang Allah /Tuhan. Dengan kata lain, adanya Tuhan tidak dapat ditunjukkan dan sekaligus tiadanya Tuhan juga tidak bisa dibuktikan.

3 . Indiferentisme, yakni paham yang mengatakan persoalan mengenai Allah /Tuhan itu Tidak Relevan dan Tidak Banyak Manfaatnya.  

Sebab, manusia adalah mahluk yang terbatas dengan keterbukaan yang tak berbatas....maka bertanya tentang Tuhan tidak pernah akan musnah pertanyaan ini dari Habitat Manusia. Maka, silahkan Vooting suara bila kita mau diskusi tentang Tuhan, maka harus bersikap Fair dengan memakai ilmu Teologi , hal yang sama bila sdr/i yang berbeda Agama nya mau berdiskusi Dhamma Buddha mereka juga siap belajar 8 Jalan Utama kita.

Sebagai kelanjutan Dialog kata Tuhan, maka saya sebagai pengikut Dhamma, menganut paham Dialog seperti di bawah ini ;

Untuk memahami 'Yang Lain" menurut cara dia berada, orang mesti pertama-tama menanggalkan seluruh pemahaman tentang dirinya, tentang dunianya, tentang rasionalitasnya, tentang kesadaran dirinya, tentang kebenarannya, tentang persepsinya, tentang kehendaknya.

Dia yang lain adalah yang bukan aku, untuk memahami "Yang Lain", aku tidak dapat memulai dari diriku, karena memulai dari diri ku berarti memulai dari dunia pemahaman dan persepsiku, Memulai dari Kebenaran yang saya miliki ; Jalan yang Benar untuk memahami "Yang Lain" adalah memulai dari dunianya, yaitu keberlainannya, Dunianya adalah keberlainannya, yang sering saya sebut keluar dari 'Zona Aman" kita.

 _/\_
 


Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 01 January 2009, 08:43:12 PM
Noted ; tujuan saya turunkan tulisan ini bukanlah untuk membela Nama Tuhan pada kepercayaan sdr/i lain, karena sebenarnya tidak bisa apapun di tambah atau di kurangi untuk Eksistensi Tuhan, sebab Dia adalah Sempurna Adanya, di puji pun tidak akan menambah se miligram Kemuliaan atau Kekuasaan NYA., atau pun di hina pun tidak akan mengurangi se miligram Kemuliaan atau Kekuasaan NYA


Sebelum kita berdialog kata "Allah /Tuhan", perlu kiranya kita meditasi kata "Allah / Tuhan", meditasi ini perlu mengingat kata "Allah /Tuhan" bukan sekadar sebuah kata di antara banyak kata tetapi merupakan kata di mana bahasa memahami atau menangkap dirinya sendiri dalam dasarnya, sehingga kita bisa melihat dalam meditasi beberapa aspek makna dari kata "Allah /Tuhan" ini. Dilihat dari ;

Aspek Antropologis ;

Aspek Antropologis berkaitan dengan tiga fakta ;

1 . Kata "Allah /Tuhan" ada dalam bahasa-bahasa manusia. Kita juga sudah lazim menyebut dan mendengarnya. Kenyataan ini cukup membuat kita untuk merenungkan atau memeditasikannya. Lagi pula, kata itu sangat Unique. Keunikkannya terletak dalam hal ini, yaitu bahwa berbeda dengan kata benda-kata benda lainnya. "Allah / Tuhan" adalah nama untuk sesuatu yang tidak nampak dalam ruang dan waktu. Bila batas pengetahuan manusia adalah kenyataan eksternal, maka kata "Allah/Tuhan" sama sekali tidak memenuhi kualifikasi itu. Kata itu seolah tidak mengatakan banyak hal tentang apa yang di maksud atau ditunjuknya, sebagaimana halnya apabila kita mengatakan pohon. batu, meja, atau matahari. Kata itu juga tidak menjalankan fungsi seperti halnya indeks yang menunjuk atau tertuju ke sesuatu yang dijumpai secara langsung di luar kata itu. Sudah jelas di sini, kata 'Allah/Tuhan" bukanlah termasuk realitas kategorial dalam Sejarah, kendati -sebagaimana akan ditunjukan- mendasari atau menopang seluruh kenyataan termasuk bahasa kita.

2 .Apa yang paling sederhana dan tak terhindarkan bagi manusia adalah kenyataan bahwa "kata Allah itu berada dalam eksistensi intelektual dan spiritualnya". Ini berarti bahwa "Allah" turut diketahui dan diafirmasi -kendati secara implisit atau anonim- dalam aktivitas mengetahui suatu hal dan dalam bertindak bebas. Allah berhadapan dengan seluruh realisasi eksistensi kita. Sebagai demikian, Allah menunjuk pada pribadi yang tak terlukiskan dan melampaui semua pengertian kita. Dia adalah Misteri Suci. Mungkin karena hal ini juga, kata "Allah/Tuhan" selalu dapat diabaikan, tidak di-dengar-kan dan dianggap sebagai yang tidak bermakna. Orang-Orang tidak lagi melihat sebagai jawaban atas persoalan-persoalan hidupnya.

3 . ..........

  Manusia sebagai Mahluk Kebebasan

Manusia secara hakiki adalah mahluk kebebasan. Artinya, manusia berada atau bereksistensi sebagai mahluk kebebasan. Menjadi manusia berarti menjadi Bebas. Dalam arti ini, kebebasan bukan suatu dimensi tambahan atau salah satu kesanggupan diantara kesanggupan manusia yang lain. Akan tetapi, kebebasan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kenyataan manusia. Dengan demikian, kebebasan berhubungan erat dengan hal menjadi pibadi. Manusia dapat menciptakan atau merealisasikan sejumlah kemungkinan dirinya justru karena dia adalah mahluk yang senantiasa bebas. Maka, dalam mencintai, dalam menghendaki, dalam bertindak bebas atau dalam aktivitas mengetahui, misalnya, seseorang tidaklah memaksudkan sesuatu yang lain di luar dirinya tetapi sungguh memaksudkan dirinya.

Kebebasan sering dikaitkan dengan kesanggupan untuk memilih melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Saya, misalnya, dapat bebas memilih untuk merokok atau tidak merokok, menikah atau tidak menikah, dan sebagainya. Tentu saja, pemahaman yang melihat kebebasan berhubungan dengan pilihan atau keputusan itu tidaklah keliru. Namun, demikian, pilihan atau keputusan yang diambil itu menjadi mungkin karena dia sebetulnya sudah selalu mengandaikan adanya kebebasan yang disebut kebebasan transendental.

Kebebasan transendental ini bersifat primer, hakiki, mendahului, dan menyiapkan setiap tindakan realisasi diri dalam Sejarah. Realisasi diri manusia dalam Sejarah tidaklah mungkin dipikirkan tanpa adanya kebebasan transendental itu. Ringkasnya, kebebasan adalah kebebasan dalam dan melalui Sejarah / Historis dan dalam ruang waktu. Artinya, dalam kebebasan seorang pribadi berhadapan dengan dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Oleh karena itu, kebebasan berhubungan dengan kondisi dasar manusia yakni keterbukaan dan keterarahan dasarnya pada sesuatu yang lain dari dirinya sendiri yang dalam bahasa Iman di sebut Allah.

Manusia sebagai Mahluk Historis dan Interpersonal ;

Salah satu konsekuensi dari materialitas manusia adalah bahwa dia ada, bergerak, dan hidup dalam dunia, waktu dan Sejarah. Manusia sebagai pribadi dan subyek adalah manusia historis justru karena dia adalah mahluk transenden. Pengalaman transendensinya selalu terjadi dalam arena kehidupan manusia yang konkret. Tindakkan  Kebebasan dan Pengetahuannya menjadi mungkin karena adanya transendensi itu. Bertindak bebas selalu berarti bertindak secara historis ; bertindak dalam ruang dan waktu serta dalam hubungan dengan sesama. Naumun, pada saat yang sama dalam bertindak bebas ditegaskan subyektivitas sekaligus keterarahan seseorang.

Manusia sebagai mahluk historis dan interpersonal menunjuk pada tigal hal.

Pertama, manusia adalah mahluk yang berada dalam Sejarah. Dia berada, bergerak dan hidup dalam ruang dan waktu. Hidupnya dikondisikan oleh situasi kebebasan orang-orang lainnya. Dalam arti itu, dia menemukan dirinya sebagai yang sudah ada, sudah tercantum dalam Sejarah /Historis.

Kedua, dimensi spiritualitas atau transendensi. Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa upaya menafsirkan diri merupakan hal yang Niscaya bagi manusia. Kendati dia berada dalam Sejarah dan serentak dikondisikan oleh situasi kebebasan sesamanya, dia masih dapat mengambil jarak terhadap situasinya itu. Dia tidak pernah berada begitu saja, akan tetapi sudah selalu berupaya mengerti faktisitasnya dan dengan demikian melampauinya. Upaya penafsiran diri ini merupakan kesadaran yang terus menyertai semua semua pengertian atau pengalamannya dalam Sejarah.

Ketiga, aktualisasi trasendensi manusia terjadi dalam Sejarah. Dia merealisasikan kemungkinan-kemungkinannya sebagai mahluk yang bebas di dalam Sejarah dan dalam hubungan dengan orang-orang lain. Keberakarannya dalam dunia dan sejarah merupakan titik tolak untuk transendensi.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: dilbert on 01 January 2009, 11:33:13 PM
Lha karena universal-nya itulah menyebabkan bahwa Dharma itu menjawab memuliakan-NYA  pada tempat tertinggi... Seperti sdri.sukma katakan, dipuja puja tidak akan menambah sekian bobot kemuliaan-NYA, demikian juga kalau di-hina dan di-hujat juga tidak akan mengurangi sekian bobot kemuliaan-NYA...
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Jerry on 02 January 2009, 12:27:46 AM
Makna transendensi itu sendiri malah menjadi berkurang tatkala dibahas sifat2nya.. Semakin banyak dibahas berarti semakin banyak menempelkan label, yg berarti semakin terbentuk sisi2 yg membatasi, mengurangi keluasan pengertian transendensi itu.

Seperti yg pernah saya baca, jelas bila andaikata Tuhan itu turun ke dunia di hari kiamat, Dia akan memilih kaum Atheis dan Agnostis sebagai umat-Nya.

Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Reenzia on 02 January 2009, 01:07:29 AM
ilmu adalah untuk dipelajari, sehingga bermanfaat bagi orang yg mempelajarinya
bukan untuk dibukukan, disampul dengan bagus, dan dipajang di toko atau perpustakaan
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hatRed on 02 January 2009, 08:51:45 AM
Quote
Noted ; tujuan saya turunkan tulisan ini bukanlah untuk membela Nama Tuhan pada kepercayaan sdr/i lain

trus... jadinya maksudnya apa ?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: ryu on 02 January 2009, 09:48:27 AM
Tulisannya susah dimengerti oleh aye nih :))
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: nyanadhana on 02 January 2009, 10:16:59 AM
pengen tanya donk kok Setan lebih aktif kuasanya daripada Tuhan yah?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: dilbert on 02 January 2009, 10:21:03 AM
pengen tanya donk kok Setan lebih aktif kuasanya daripada Tuhan yah?

Karena TUHAN itu sibuk menjawab doa doa umat-nya, sedangkan Setan banyak nganggur... makanya lebih reseh... hehehehe...
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: nyanadhana on 02 January 2009, 10:24:20 AM
emang doa pernah dijawab,kutukan lebih manjur kok daripada doa.habis kalo doa...nomor yang anda tuju sibuk melulu,kadang dijawab sama mailbox.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: ryu on 02 January 2009, 10:26:57 AM
Khan Tuhan kuasanya untuk yang percaya, sedangkan setan itu yang paling banyak dipercaya kakakakak
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 12:30:47 PM
Oentoek sobat ku, Dilbert, Xuvie, Reenzia, hatRed, dan Ryu,

Posting by Sukma ; Noted ; tujuan saya turunkan tulisan ini bukanlah untuk membela Nama Tuhan pada kepercayaan sdr/i lain

Pertanyaan ; hatred ;
trus... jadinya maksudnya apa ?


Sederhana saja kenapa saya mau membuang energi untuk penulisan “Yang Lain” / Tuhan dilihat dari pondasi Ajaran Buddha.?. Sebab, “kita-kita” nya hanya pintar memberi pendapat tanpa pernah mau refleksi pengalaman akan Tuhan Yang Maha Esa (sesuai Dhamma) pada pribadi lepas pribadi. Pernahkan kita refleksi secara Total seluruh Ajaran Sang Buddha Gautama, dari mulai A – Z .? Atau pernahkan kita refleksi pribadi Beliau yang aslinya dari Agama Hindu dengan nota bene ; adanya puluhan dewa dan dewi dan tuhan.? lantas sejak Beliau membabarkan Ajaran Beliau di lingkungan Agama Hindu dengan nota bene puluhan tuhan, dewa, dewi, yang tumbuh begitu subur di masyarakat Hindu dengan segala deritanya mereka.?, Lantas pernahkah kita ikut me-refleksi dari dasar apa Beliau akhirnya merangkum kata Ketuhanan Yang Maha Esa diantara kebudayaan Hindu ini.?

Bisa kah saya juga memakai cara sobat-sobat yang dengan yakinnya berbicara setan-setan, dengan mengasumsi dewa-dewi dan tuhan yang tumbuh dengan ratusan pribadi di zaman Gautama juga adalah setan-setan seperti yang kalian tulis diatas ini.?

Jadi lah Pengikut Sang Buddha yang BIJAKSANA sesuai Ajaran Beliau Yang Bijaksana bila kalian mau berbicara tentang Tuhan maka saran saya ; meditasikan Sang Buddha Gautama ketika Beliau mengambil rujukan kalimat "Ketuhanan Yang Maha Esa"

 _/\_
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: ryu on 02 January 2009, 12:34:21 PM
perasaan sang Buddha tidak pernah mengambil rujukan kalimat "Ketuhanan Yang Maha Esa"
di sutta mana yah ?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: nyanadhana on 02 January 2009, 12:36:40 PM
to sukma:
apakah Ketuhanan yang maha esa itu menurut Sdr.sukma?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Reenzia on 02 January 2009, 12:45:06 PM
 [at] sukma

Quote
Bisa kah saya juga memakai cara sobat-sobat yang dengan yakinnya berbicara setan-setan, dengan mengasumsi dewa-dewi dan tuhan yang tumbuh dengan ratusan pribadi di zaman Gautama juga adalah setan-setan seperti yang kalian tulis diatas ini.?

kalo begitu, tunjukkan lah tanda-tanda bahwa Tuhan ada berdasarkan sifat yang selama ini telah kita kenal
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hatRed on 02 January 2009, 12:49:43 PM
 [at] sukma

:yes: i ngerti maksud anda

CMIIW

maksudnya adalah supaya kita ber"Ehipassiko"kan?

dimana objek ehipassiko yg sukma ajukan sekarang adalah "Yang lain" atau "Tuhan" ini kan?

walau begitu, dalam berehipassiko ini sangatlah sulit, sebab merefleksikan "Yang Lain" ini kepada pemikiran seseorang sangatlah tidak mudah.

apalagi saya rasa rekan2 disini juga merefleksikan hal2 yg sulit selain "Yang lain" itu hanyalah berdasar sutta semata. apalagi merefleksikan "Yang lain" tersebut yg kiranya masih digunjingkan di dalam sutta tersebut.

pemahaman secara langsung, menurut saya lebih efektif. tetapi apakah dalam pemahaman tersebut kita bisa berpikir.........

                           "Bijaksana"   ?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 12:50:42 PM
perasaan sang Buddha tidak pernah mengambil rujukan kalimat "Ketuhanan Yang Maha Esa"
di sutta mana yah ?

Pernah baca buku ; Pedoman Penghayatan dan Pembabaran Agama Buddha Mazhab Theravada di Indonesia, Jakarta, Yayasan Dhammadipa-arama. thn 1979. Ketuhanan Yang Maha Esa di bahas di buku ini.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 12:52:58 PM
to sukma:
apakah Ketuhanan yang maha esa itu menurut Sdr.sukma?

Sang Buddha Gautama telah menjawabnya...
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: ryu on 02 January 2009, 12:54:05 PM
perasaan sang Buddha tidak pernah mengambil rujukan kalimat "Ketuhanan Yang Maha Esa"
di sutta mana yah ?

Pernah baca buku ; Pedoman Penghayatan dan Pembabaran Agama Buddha Mazhab Theravada di Indonesia, Jakarta, Yayasan Dhammadipa-arama. thn 1979. Ketuhanan Yang Maha Esa di bahas di buku ini.
Bisa di COPAS ga tante ;D
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hatRed on 02 January 2009, 12:55:59 PM
perasaan sang Buddha tidak pernah mengambil rujukan kalimat "Ketuhanan Yang Maha Esa"
di sutta mana yah ?

Pernah baca buku ; Pedoman Penghayatan dan Pembabaran Agama Buddha Mazhab Theravada di Indonesia, Jakarta, Yayasan Dhammadipa-arama. thn 1979. Ketuhanan Yang Maha Esa di bahas di buku ini.

kalo menurut i sih, dilihat dari bukunya yg lahir di orde baru ini memang tidak dapat diamini penuh.

karena konteks "ketuhanan yg maha esa" ini adalah salah pengartian. dan hanyalah merupakan tafsir semata dari sekelompok pihak.

jadi tidak menggambarkan keseluruhan umat buddhist. dan i juga "mencium" taktik politis dalam penggunaan "ketuhanan yg maha esa" ini.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 12:58:33 PM
[at] sukma

Quote
Bisa kah saya juga memakai cara sobat-sobat yang dengan yakinnya berbicara setan-setan, dengan mengasumsi dewa-dewi dan tuhan yang tumbuh dengan ratusan pribadi di zaman Gautama juga adalah setan-setan seperti yang kalian tulis diatas ini.?

kalo begitu, tunjukkan lah tanda-tanda bahwa Tuhan ada berdasarkan sifat yang selama ini telah kita kenal

At Reenzia, tidak ada manusia yang bisa berbicara tentang Tuhan tanpa memakai ilmu Teologi, dan dalam Teologi berbicara tentang kemampuan manusia menanggapi Tuhan adalah melalui "Iman" sedang kan apakah itu Iman.? adalah suatu yang perlu kita bahas sebelum berbicara tentang Tuhan. Jadi, pertanyaan Anda tidak mau saya jawab, bukan karena tidak bisa.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: nyanadhana on 02 January 2009, 01:00:36 PM
adoh buku itu dijadikan referensi...bu de. zaman orba gitu,siapapun yang tidak percaya mr.tuhan bisa digorok.
Mau tau apa yang ditemukan Buddha pada saat pencerahan?Beliau menemukan tidak ada satupun yang dinamakan Tuhan di seluruh alam semesta. Manusia oleh kammanya telah berputar2 di dunia ini,justru dengan tidak ada namanya Tuhan ini,orang bisa keluar dari siklus kehidupan dan menemukan nibbana.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 01:01:14 PM
perasaan sang Buddha tidak pernah mengambil rujukan kalimat "Ketuhanan Yang Maha Esa"
di sutta mana yah ?

Pernah baca buku ; Pedoman Penghayatan dan Pembabaran Agama Buddha Mazhab Theravada di Indonesia, Jakarta, Yayasan Dhammadipa-arama. thn 1979. Ketuhanan Yang Maha Esa di bahas di buku ini.
Bisa di COPAS ga tante ;D

Hard Copy , belum lagi di scanning, jadi COPAS nya tertunda
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: nyanadhana on 02 January 2009, 01:01:39 PM
At Reenzia, tidak ada manusia yang bisa berbicara tentang Tuhan tanpa memakai ilmu Teologi, dan dalam Teologi berbicara tentang kemampuan manusia menanggapi Tuhan adalah melalui "Iman" sedang kan apakah itu Iman.? adalah suatu yang perlu kita bahas sebelum berbicara tentang Tuhan. Jadi, pertanyaan Anda tidak mau saya jawab, bukan karena tidak bisa.

Theologi bukanlah sesuatu yang disandingkan dengan Buddhavacana.sudah berbeda konteksnya.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: ryu on 02 January 2009, 01:04:18 PM
“Para Bhikkhu, pada suatu masa yang lampau, setelah berlangsungnya suatu masa yang lama sekali, ‘Bumi ini belum ada’. Ketika itu umumnya makhluk makhluk hidup di alam dewa Abhassara, disitu mereka hidup ditunjang oleh kekuatan pikiran, diliputi kegiuran, dengan tubuh yang bercahaya dan melayang-layang di angkasa hidup diliputi kemegahan, mereka hidup demikian dalam masa yang lama sekali.

Demikian pada suatu waktu yang lampau ketika berakhirnya suatu masa yang lama sekali, bumi ini mulai berevolusi dalam pembentukan, ketika hal ini terjadi alam Brahma kelihatan dan masih kosong. Ada makhluk dari alam dewa Abhassara yang masa hidupnya atau pahala karma baiknya untuk hidup di alam itu telah habis, ia meninggal dari alam Abhassara itu dan terlahir kembali di alam Brahma.

Disini ia hidup ditunjang oleh kekuatan pikirannya, diliputi kegiuran, dengan tubuh yang bercahaya dan melayang-layang di angkasa, hidup diliputi kemegahan, ia hidup demikian dalam masa yang lama sekali. Karena terlalu lama ia hidup sendirian disitu, maka dalam dirinya muncullah rasa ketidakpuasan, juga muncul suatu keinginan, ‘O semoga ada makhluk lain yang datang dan hidup bersama saya disini!’. Pada saat itu ada makhluk lain yang disebabkan oleh masa usianya atau pahala karma baiknya telah habis, mereka meninggal di alam Abhassara dan terlahir kembali di alam Brahma sebagai pengikutnya, tetapi dalam banyak hal sama dengan dia.

Para Bhikkhu, berdasarkan itu, makhluk pertama yang terlahir di alam Brahma berpendapat: “Saya Brahma, Maha Brahma, Maha Agung, Maha Kuasa.

Maha tahu, Penguasa, Tuan dari semua, Pembuat, Pencipta, Maha Tinggi, Penentu tempat bagi semua makhluk, asal mula kehidupan, Bapa dari yang telah ada dan yang akan ada. Semua makhluk ini adalah ciptaanku”. Mengapa demikian? Baru saja berpikir, semoga mereka datang’ dan berdasarkan keinginanku itu maka makhluk-makhluk itu muncul. Makhluk makhluk itupun berpikir ‘Dia Brahma, Maha Brahma, Maha Agung, Maha Kuasa, Maha Tinggi, Penentu tempat bagi semua makhluk, asal mula kehidupan, Bapa dari yang telah ada dan yang akan ada. Kita semua adalah ciptaannya. Mengapa?, sebab, setahu kita, dialah yang lebih dahulu berada disini, sedangkan kita muncul sesudahnya.

Para Bhikkhu, dalam hal ini makhluk pertama yang berada disitu memiliki usia yang panjang, lebih mulia, lebih berkuasa dari pada makhluk-makhluk yang datang sesudahnya.

Para Bhikkhu, selanjutnya ada beberapa makhluk yang meninggal di alam tersebut dan terlahir kembali di bumi. Setelah berada di bumi ia meninggalkan kehidupan berumah tangga dan menjadi pertapa. Karena hidup sebagai pertapa, maka dengan bersemangat, tekad, waspada, dan kesungguhan bermeditasi, pikirannya terpusat, batinnya menjadi tenang dan memiliki kemampuan untuk mengingat kembali SATU kehidupan yang lampau. Tetapi tidak lebih dari itu. Mereka berkata “Dia Brahma, Maha Brahma, Maha Agung, Maha Kuasa, Penguasa, Tuan dari semua, Pembuat, Pencipta, Maha Tinggi, Penentu tempat bagi semua makhluk, asal mula kehidupan, Bapa dari yang telah ada dan yang akan ada. Dialah yang menciptakan kami, ia tetap kekal keadaannya tidak berubah. Ia akan tetap kekal selamanya, tetapi kami yang diciptakannya dan datang kesini adalah tidak kekal, berubah dan memiliki usia yang terbatas.

Dengan mengikuti uraian tentang Maha Brahma dengan segala sifat yang dimilikinya, kita mengerti bahwa wajar dan tepatlah tindakan Sang Buddha menolak paham Maha Brahma ini sebagai Tuhan Pencipta.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Reenzia on 02 January 2009, 01:05:13 PM
 [at] all

si Tuhan ini ada sejak kapan sih? kapan manusia menyadari adanya Tuhan?
kalo dengan Tuhan yg dipercaya oleh suku-suku pedalaman sama ngga sih?
dan bagaimana ceritanya seluruh Tuhan di dunia ini 'disepakati' ada 1 saja, dan
yg mereka maksudkan adalah Tuhan yang sama?

jawabnya yg masuk akal yaa...
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 01:06:40 PM
adoh buku itu dijadikan referensi...bu de. zaman orba gitu,siapapun yang tidak percaya mr.tuhan bisa digorok.
Mau tau apa yang ditemukan Buddha pada saat pencerahan?Beliau menemukan tidak ada satupun yang dinamakan Tuhan di seluruh alam semesta. Manusia oleh kammanya telah berputar2 di dunia ini,justru dengan tidak ada namanya Tuhan ini,orang bisa keluar dari siklus kehidupan dan menemukan nibbana.

Lantas dasar apa Anda bisa percaya ada Nibbana.? Ikut-ikutan kelompok.? Supaya di terima di kelompok.? Atau type manusia yang terima dari pengalaman meditasi orang-orang bahwa mereka telah merasakan Nibbana.? Bagaimana pula pendapat pribadi sendiri bisa di pakai menjadi barometer Umat.? and bleh...blehhh lagi sobat ku.  ^:)^
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hatRed on 02 January 2009, 01:08:09 PM
 [at] sukma

apakah dalam menelusuri "kebenaran" melalui iman ini diperlukan "percaya dan sangat percaya" terlebih dahulu?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 01:13:28 PM
At Reenzia, tidak ada manusia yang bisa berbicara tentang Tuhan tanpa memakai ilmu Teologi, dan dalam Teologi berbicara tentang kemampuan manusia menanggapi Tuhan adalah melalui "Iman" sedang kan apakah itu Iman.? adalah suatu yang perlu kita bahas sebelum berbicara tentang Tuhan. Jadi, pertanyaan Anda tidak mau saya jawab, bukan karena tidak bisa.

Theologi bukanlah sesuatu yang disandingkan dengan Buddhavacana.sudah berbeda konteksnya.

Bila anda menyimak posting saya dari awal, maka saya percaya anda tidak akan mengatakan "sudah keluar konteks"
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hatRed on 02 January 2009, 01:15:01 PM
 [at] ryu

postingannya i baru denger tuh..

kalau begitu mungkin yg dikiran sebagai tuhan itu adalah maha brahma tersebut.

apakah maha brahma tersebut masih ada dan masih berpikir dialah yg maha segalanya setelah adanya samma sambuddha?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: nyanadhana on 02 January 2009, 01:18:39 PM
Lantas dasar apa Anda bisa percaya ada Nibbana.? Ikut-ikutan kelompok.? Supaya di terima di kelompok.? Atau type manusia yang terima dari pengalaman meditasi orang-orang bahwa mereka telah merasakan Nibbana.? Bagaimana pula pendapat pribadi sendiri bisa di pakai menjadi barometer Umat.? and bleh...blehhh lagi sobat ku.

Lantas kenapa anda percaya ada Tuhan di agama Buddha?gara2 Maitreya yang jelas2 blm lahir ke dunia tapi diklaim sekelompok orang untuk menyatakan diri mereka Maitreya?
Pendapat saya bukan pribadi tapi didukung oleh Sutta yang sudah jelas diposting sama ryu
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 01:19:05 PM
[at] sukma

apakah dalam menelusuri "kebenaran" melalui iman ini diperlukan "percaya dan sangat percaya" terlebih dahulu?

Tidak selalu harus di mulai dari "percaya dan sangat percaya terlebih dahulu", sebab sifat Tuhan ada lah Kasih, di mana Dia tidak memaksa si manusia harus datang dan menyembah NYA, karena sebagai manusia kita BEBAS karena mempunyai Free Will / Kehendak Bebas.....
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Reenzia on 02 January 2009, 01:19:52 PM
Quote
namun Filsafat ketakberhinggaan ini dalam makna kata eksterior merujuk pada suatu Realitas yang transenden, realitas yang melampaui dunia kesadaran manusia, yaitu suatu realitas yang tidak masuk dalam konteks pemahaman ku di Dhamma. Yang eksterior adalah yang transenden, yang melampaui pengetahuan ku.

bagaimana bisa disadari kalo hal itu sendiri melampaui dunia kesadaran manusia?

[at] sukma

apakah dalam menelusuri "kebenaran" melalui iman ini diperlukan "percaya dan sangat percaya" terlebih dahulu?

Tidak selalu harus di mulai dari "percaya dan sangat percaya terlebih dahulu", sebab sifat Tuhan ada lah Kasih, di mana Dia tidak memaksa si manusia harus datang dan menyembah NYA, karena sebagai manusia kita BEBAS karena mempunyai Free Will / Kehendak Bebas.....

kalo tidak percaya dan tidak menyembahnya gimana?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: nyanadhana on 02 January 2009, 01:20:13 PM
[at] ryu

postingannya i baru denger tuh..

kalau begitu mungkin yg dikiran sebagai tuhan itu adalah maha brahma tersebut.

apakah maha brahma tersebut masih ada dan masih berpikir dialah yg maha segalanya setelah adanya samma sambuddha?

Yang terlahir ke alam Maha Brahma akan memiliki pemikiran seperti itu,ini dinamakan micchaditthi di alam Brahma
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: ryu on 02 January 2009, 01:20:53 PM
itu yang membadakan ajaran Buddha dengan ajaran lain, nah menurut tante bagaimana?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: nyanadhana on 02 January 2009, 01:22:21 PM
Tidak selalu harus di mulai dari "percaya dan sangat percaya terlebih dahulu", sebab sifat Tuhan ada lah Kasih, di mana Dia tidak memaksa si manusia harus datang dan menyembah NYA, karena sebagai manusia kita BEBAS karena mempunyai Free Will / Kehendak Bebas.....

Kalau begitu dia bukan tuan dari semua makhluk yang dia ciptakan karena dia sendiri tidak pernah sanggup mengontrol ciptaannya sendiri. seperti main The Sims saja.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hatRed on 02 January 2009, 01:24:02 PM
[at] sukma

apakah dalam menelusuri "kebenaran" melalui iman ini diperlukan "percaya dan sangat percaya" terlebih dahulu?

Tidak selalu harus di mulai dari "percaya dan sangat percaya terlebih dahulu", sebab sifat Tuhan ada lah Kasih, di mana Dia tidak memaksa si manusia harus datang dan menyembah NYA, karena sebagai manusia kita BEBAS karena mempunyai Free Will / Kehendak Bebas.....

kalo boleh nanya, apakah sukma dari kristiani ?

bukan maksud apa2 ^:)^

saya sendiri salut dengan iman seorang kr****n terhadap keberadaan Tuhan,
semula saya beranggap iman mereka hanyalah karena faktor psikologis dan emosional semata.

lalu kalau melihat tulisan anda, sepertinya anda dapat berpikir terbuka untuk "meneliti" Tuhan.

namun, apakah arah dari "meneliti" ini adalah mencari "pembenaran" atau "penyangkalan" atau "Kebenaran" itu sendiri.

saya lebih menghargai bila yg dicari adalah "kebenaran" bukan 2 hal lainnya.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Reenzia on 02 January 2009, 01:25:45 PM
adoh buku itu dijadikan referensi...bu de. zaman orba gitu,siapapun yang tidak percaya mr.tuhan bisa digorok.
Mau tau apa yang ditemukan Buddha pada saat pencerahan?Beliau menemukan tidak ada satupun yang dinamakan Tuhan di seluruh alam semesta. Manusia oleh kammanya telah berputar2 di dunia ini,justru dengan tidak ada namanya Tuhan ini,orang bisa keluar dari siklus kehidupan dan menemukan nibbana.

Lantas dasar apa Anda bisa percaya ada Nibbana.? Ikut-ikutan kelompok.? Supaya di terima di kelompok.? Atau type manusia yang terima dari pengalaman meditasi orang-orang bahwa mereka telah merasakan Nibbana.? Bagaimana pula pendapat pribadi sendiri bisa di pakai menjadi barometer Umat.? and bleh...blehhh lagi sobat ku.  ^:)^


saia sendiri blm percaya kok, yg jelas, kalo gak/belum percaya saia ngga diancam masuk neraka
justru disini lah kita diharapkan tidak langsung percaya begitu saja, blind faith
justru harus di ehipassiko dlu donk...
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 01:28:01 PM
Lantas dasar apa Anda bisa percaya ada Nibbana.? Ikut-ikutan kelompok.? Supaya di terima di kelompok.? Atau type manusia yang terima dari pengalaman meditasi orang-orang bahwa mereka telah merasakan Nibbana.? Bagaimana pula pendapat pribadi sendiri bisa di pakai menjadi barometer Umat.? and bleh...blehhh lagi sobat ku.

Lantas kenapa anda percaya ada Tuhan di agama Buddha?gara2 Maitreya yang jelas2 blm lahir ke dunia tapi diklaim sekelompok orang untuk menyatakan diri mereka Maitreya?
Pendapat saya bukan pribadi tapi didukung oleh Sutta yang sudah jelas diposting sama ryu

Satu ; Saya sama sekali tidak terkontaminasi dengan doktrin Maitreya untuk berdialog tentang Tuhan.

Dua ; Pernahkah anda merefleksi betapa banyaknya pelencengan dari buku Sutta hanya karena kesalahan yang sepele yaitu terjemahan / human error.? Belum lagi kita berbicara untuk yang lebih ekstrem...
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 01:39:21 PM
[at] sukma

apakah dalam menelusuri "kebenaran" melalui iman ini diperlukan "percaya dan sangat percaya" terlebih dahulu?

Tidak selalu harus di mulai dari "percaya dan sangat percaya terlebih dahulu", sebab sifat Tuhan ada lah Kasih, di mana Dia tidak memaksa si manusia harus datang dan menyembah NYA, karena sebagai manusia kita BEBAS karena mempunyai Free Will / Kehendak Bebas.....

kalo boleh nanya, apakah sukma dari kristiani ?

bukan maksud apa2 ^:)^

saya sendiri salut dengan iman seorang kr****n terhadap keberadaan Tuhan,
semula saya beranggap iman mereka hanyalah karena faktor psikologis dan emosional semata.

lalu kalau melihat tulisan anda, sepertinya anda dapat berpikir terbuka untuk "meneliti" Tuhan.

namun, apakah arah dari "meneliti" ini adalah mencari "pembenaran" atau "penyangkalan" atau "Kebenaran" itu sendiri.

saya lebih menghargai bila yg dicari adalah "kebenaran" bukan 2 hal lainnya.

Yup.! tidak ada lain yang di cari, selain Mengabdi Kebenaran Universal, ingat, ada kebenaran lain di Agama atau Sekte lain dan jangan Ego mengatakan Buddha Theravada adalah yang paling Benar, walaupun Theravada bisa dikatakan hampir menyerupai Ajaran asli dari Gautama....tapi umumnya kebenaran itu hanya lah kebenaran sepotong, seperti kita bermain puzzle, dan mendapat sepotong dari puzzle tersebut untuk di susun. Maka, saya bergerak menuju Kebenaran Universal itu.... ^:)^

Penambahan penting ; Saya bukan mengadopsi doktrin ; Lau Bu Nio / Xiu Tao atau Say Baba
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 01:45:10 PM
Tidak selalu harus di mulai dari "percaya dan sangat percaya terlebih dahulu", sebab sifat Tuhan ada lah Kasih, di mana Dia tidak memaksa si manusia harus datang dan menyembah NYA, karena sebagai manusia kita BEBAS karena mempunyai Free Will / Kehendak Bebas.....

Kalau begitu dia bukan tuan dari semua makhluk yang dia ciptakan karena dia sendiri tidak pernah sanggup mengontrol ciptaannya sendiri. seperti main The Sims saja.

Boleh kah saya bertanya kepada Anda.? Dari dasar apa seh Anda bisa dengan Mantap and PD mengungkapkan bahwa Dia tidak pernah sanggup mengontrol ciptaan NYA?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hatRed on 02 January 2009, 01:46:47 PM
untuk tema yg diangkat sekarang yaitu "Tuhan" sendiri, apakah bagi Sukma sendiri sudah menemukan "Kebenaran" akan hal tersebut?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Reenzia on 02 January 2009, 01:48:52 PM
Tidak selalu harus di mulai dari "percaya dan sangat percaya terlebih dahulu", sebab sifat Tuhan ada lah Kasih, di mana Dia tidak memaksa si manusia harus datang dan menyembah NYA, karena sebagai manusia kita BEBAS karena mempunyai Free Will / Kehendak Bebas.....

Kalau begitu dia bukan tuan dari semua makhluk yang dia ciptakan karena dia sendiri tidak pernah sanggup mengontrol ciptaannya sendiri. seperti main The Sims saja.

Boleh kah saya bertanya kepada Anda.? Dari dasar apa seh Anda bisa dengan Mantap and PD mengungkapkan bahwa Dia tidak pernah sanggup mengontrol ciptaan NYA?

nah ini kan mirip pertanyaan saia tadi, atas dasar apa siapapun mengungkapkan Dia sanggup mengontrol ciptaan Nya?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: ryu on 02 January 2009, 01:53:49 PM
Maksud tante yang lain itu sudah tahu atau senang bermain2 dengan ciptaannya?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: 7 Tails on 02 January 2009, 01:56:27 PM
kaya postigan kemenyan pagi ini

suruh tuhannya sambar gw pake petir sekarang juga ( soalnya gw gak percaya )

kalau besok2 gw gak posting lagi berarti kesambar ;D
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 01:57:10 PM
untuk tema yg diangkat sekarang yaitu "Tuhan" sendiri, apakah bagi Sukma sendiri sudah menemukan "Kebenaran" akan hal tersebut?

SATU POINT UTAMA .! ; dengan Kesadaran saya menulis ; bahwa saya sedang dalam PROSES menuju jalan "KEBENARAN" yang sudah saya temukan, arti kata "proses" hendak mengatakan bahwa saya setiap detik bisa jatuh atau melenceng dari JALAN KEBAHAGIAN SEJATI, yang gampang sebagai contoh; dialog kita pada Web DC ini mempunyai Peluang /Potensi yang sangat Besar untuk terpeleset dari JALAN itu ^:)^ bila....? _/\_
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Reenzia on 02 January 2009, 02:11:57 PM
untuk tema yg diangkat sekarang yaitu "Tuhan" sendiri, apakah bagi Sukma sendiri sudah menemukan "Kebenaran" akan hal tersebut?

SATU POINT UTAMA .! ; dengan Kesadaran saya menulis ; bahwa saya sedang dalam PROSES menuju jalan "KEBENARAN" yang sudah saya temukan, arti kata "proses" hendak mengatakan bahwa saya setiap detik bisa jatuh atau melenceng dari JALAN KEBAHAGIAN SEJATI, yang gampang sebagai contoh; dialog kita pada Web DC ini mempunyai Peluang /Potensi yang sangat Besar untuk terpeleset dari JALAN itu ^:)^ bila....? _/\_

oooh saia mengerti maksud anda.....
nah kalo begitu, bagaimana Tuhan itu sendiri menurut anda? [hingga saat ini, apa yang telah anda dapatkan mengenai kebenaran tentang Tuhan?]
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hatRed on 02 January 2009, 02:18:36 PM
 [at] sukma
Quote
bahwa saya sedang dalam PROSES menuju jalan "KEBENARAN" yang sudah saya temukan

"jalan" tersebut seperti apa? dan apa saja hasil2 yg setidaknya sudah dicapai?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 02:20:58 PM
Tidak selalu harus di mulai dari "percaya dan sangat percaya terlebih dahulu", sebab sifat Tuhan ada lah Kasih, di mana Dia tidak memaksa si manusia harus datang dan menyembah NYA, karena sebagai manusia kita BEBAS karena mempunyai Free Will / Kehendak Bebas.....

Kalau begitu dia bukan tuan dari semua makhluk yang dia ciptakan karena dia sendiri tidak pernah sanggup mengontrol ciptaannya sendiri. seperti main The Sims saja.

Boleh kah saya bertanya kepada Anda.? Dari dasar apa seh Anda bisa dengan Mantap and PD mengungkapkan bahwa Dia tidak pernah sanggup mengontrol ciptaan NYA?

nah ini kan mirip pertanyaan saia tadi, atas dasar apa siapapun mengungkapkan Dia sanggup mengontrol ciptaan Nya?

Reenzia,

Terima Kasih atau dengan kalimat lain saya mengungkapkan bahwa ; saya / kita terlahir jadi manusia, bukan terlahir jadi binatang. Peluang sebagai manusia sangat besar sekali untuk mematahkan roda terlahir kembali. Keistimewaan sebagai MANUSIA hanya DI FREE WILL / Kehendak Bebas.

Tahukah kita apa itu Free Will bila di bicarakan dari kepercayaan bahwa manusia ada karena diciptakan Tuhan.?

Tuhan itu tidak berubah, bila Dia berubah maka Dia bukanlah Tuhan, sekali Free Will diciptakan pada habitat manusia, maka Tuhan itu tidak pernah kontrakdisi dengan Diri NYA dengan mencabut Free Will ini dari diri manusia dengan tujuan agar si manusia ini semuanya menjadi Yes Man kepada NYA. :o

Tsunamai , Peperangan, Pemerkosaan, dan segudang penderitaan lain lagi, arrrkhh di mana Engkau Tuhan.? Atau meminjam bahasa Ebiet G Ade bertanya kepada rumput yang bergoyang.? Lantas dengan bodoh-bodoh pintar kita mulai meng-Claim Tuhan.? Ohhh... wake up please, mau di kemana kan Free Will manusia ini.? Apakah kejahatan ini juga karena Tuhan, bukan karena saya,?

Contoh ; Saya terjun dari Menara Petronas di Kuala Lumpur karena sudah bosan hidup, baru jatuh melewati 2 lantai, lantas saya dapat pencerahan dan menginginkan hidup lagi, Oh.. Tuhan.!!! tolong saya cabut hukum Gravitasi ini agar tubuhku tidak jatuh dan hancur di bawah tanah, saya masih mau hidup  ^:)^, bruuukk, tubuh ku hancur terbentur di tanah, oh Tuhan ...kejam nya Engkau tidak mencabut hukum gravitasi dengan Kemaha Kuasaan Mu........... :o

Lantas, sekumpulan manusia bijaksana pun mulai meng-claim Tuhan dengan deretan caci maki nya.... :))
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Reenzia on 02 January 2009, 02:29:10 PM
jadi maksud anda, Tuhan memang menciptakan segala dan merencanakan segalanya
tapi manusia tetap memiliki free will?

so buat apa orang berdoa? buat apa orang memuja-muja dan memujinya, dan bagaimana dengan mempercayainya akan membawa kita ke surga? dengan adanya free will, berarti Tuhan gk punya otoritas lagi terhadap manusia donk yah? harusnya berarti dia menciptakan tus gak ikut campur lagi donk?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: 7 Tails on 02 January 2009, 02:34:13 PM
kalau tuhan bilang menguji saya..  sudah takdirnya
maka kalau bener2 ada dan saya ketemu dia, akan saya bom bunuh diri
gr....
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 02:36:50 PM
Quote
namun Filsafat ketakberhinggaan ini dalam makna kata eksterior merujuk pada suatu Realitas yang transenden, realitas yang melampaui dunia kesadaran manusia, yaitu suatu realitas yang tidak masuk dalam konteks pemahaman ku di Dhamma. Yang eksterior adalah yang transenden, yang melampaui pengetahuan ku.

bagaimana bisa disadari kalo hal itu sendiri melampaui dunia kesadaran manusia?

[at] sukma

apakah dalam menelusuri "kebenaran" melalui iman ini diperlukan "percaya dan sangat percaya" terlebih dahulu?

Tidak selalu harus di mulai dari "percaya dan sangat percaya terlebih dahulu", sebab sifat Tuhan ada lah Kasih, di mana Dia tidak memaksa si manusia harus datang dan menyembah NYA, karena sebagai manusia kita BEBAS karena mempunyai Free Will / Kehendak Bebas.....

kalo tidak percaya dan tidak menyembahnya gimana?

Kenapa kita harus tunduk dan menyembah Tuhan.? Bukan kah kita punya Free Will.? Sama seperti kenapa saya harus percaya dengan S. Gautama yang mengajarkan cara manusia terlepas dari penderitaan dengan tidak terlahir kembali.?   Kenapa Free Will ku mau mengikuti Ajaran Dhamma Theravada, dan bukan sekte Sukhavati.? Jadi, se-bebas-bebas nya kita wong manusia bebas berkendak memilih toch.?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: William_phang on 02 January 2009, 02:39:48 PM
Quote
namun Filsafat ketakberhinggaan ini dalam makna kata eksterior merujuk pada suatu Realitas yang transenden, realitas yang melampaui dunia kesadaran manusia, yaitu suatu realitas yang tidak masuk dalam konteks pemahaman ku di Dhamma. Yang eksterior adalah yang transenden, yang melampaui pengetahuan ku.

bagaimana bisa disadari kalo hal itu sendiri melampaui dunia kesadaran manusia?

[at] sukma

apakah dalam menelusuri "kebenaran" melalui iman ini diperlukan "percaya dan sangat percaya" terlebih dahulu?

Tidak selalu harus di mulai dari "percaya dan sangat percaya terlebih dahulu", sebab sifat Tuhan ada lah Kasih, di mana Dia tidak memaksa si manusia harus datang dan menyembah NYA, karena sebagai manusia kita BEBAS karena mempunyai Free Will / Kehendak Bebas.....

kalo tidak percaya dan tidak menyembahnya gimana?

Kenapa kita harus tunduk dan menyembah Tuhan.? Bukan kah kita punya Free Will.? Sama seperti kenapa saya harus percaya dengan S. Gautama yang mengajarkan cara manusia terlepas dari penderitaan dengan tidak terlahir kembali.?   Kenapa Free Will ku mau mengikuti Ajaran Dhamma Theravada, dan bukan sekte Sukhavati.? Jadi, se-bebas-bebas nya kita wong manusia bebas berkendak memilih toch.?

Dengan demikian ada tuhan ato tidak toh tidak ada bedanya kan??...terus kenapa kita harus berputar-putar dengan makhkuk yang tidak jelas ini?..
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hatRed on 02 January 2009, 02:47:48 PM
dalam kr****n kalau tidak salah (CMIIW) konsep Tuhan ini adalah sebagai "yang sepatutnya"

ibaratnya seperti yg pernah i kemukakan dulu. yaitu penggembala dengan dombanya.

setiap domba memiliki free will sendiri, namun bila ia tidak mematuhi sang penggembala (Tuhan) maka sang penggembala tentunya tidak dapat melindungi domba2 tersebut.

maka itu dalam kr****n ditanamkan bahwa kita sebagai domba, bersyukur dan menuruti apa kata sang penggembala karena dialah yg melindungi kita dari serangan serigala liar, dialah yang memberikan kandang tempat bernaung, dialah yang memberikan makan (jangan dianggap secara harafiah), dialah pemilik domba.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 02:51:09 PM
jadi maksud anda, Tuhan memang menciptakan segala dan merencanakan segalanya
tapi manusia tetap memiliki free will?

so buat apa orang berdoa? buat apa orang memuja-muja dan memujinya, dan bagaimana dengan mempercayainya akan membawa kita ke surga? dengan adanya free will, berarti Tuhan gk punya otoritas lagi terhadap manusia donk yah? harusnya berarti dia menciptakan tus gak ikut campur lagi donk?

Noted ; Diskusi kita bukan dari pondasi Dhamma kita, tapi dari pondasi Agama Sdr/i kita yang meng-Amini Tuhan sebagai Pencipta mereka.

1 . Yes, siapa berani menyangkal bahwa dia sebagai manusia WARAS tidak memiliki Free Will?

2 . So buat apa Aliran Zen yang mengajarkan meditasi nafas menganjurkan kita menyebut nama Sang Buddha.? Yang Jelas saran ini bukan untuk meminta, kita sepakati dulu ini, dan baru nanti kita buka topic DOA.

3 .Pertanyaan bagaimana mempercayai Tuhan akan membawa kita ke Surga, maka pertanyaan ini equivalen dengan ; dari mana bukti Sang Buddha bilang mengikuti 8 Jalan Arya serta mendengar Dhamma and so on ... bisa memutuskan penderitaan dengan tidak terlahir lagi,? Bagaimna kita harus percaya ini.?

4 . Tentang Tuhan tidak mempunyai Otoritas terhadap manusia, terlalu naif bila saya mengatakan Iya,. Dia Sama Sekali Tidak Mempunyai Otoritas terhadap manusia, sementara Dia yang menciptakan kita, baca diatas tentang Free Will di mana Tuhan bukan lah Tuhan bila Ia bisa berubah dengan mencabut Free Will yang telah diberi kepada kita, Tuhan tidak penah kontradiksi dengan Diri NYA, tapi manusia lah yang dengan bijaksana mengkontradiksi semuanya ini. Point ke 4 ini sangat dalam bila mau di bahas dari pondasi Dhamma kita .
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 02:56:33 PM
Quote
namun Filsafat ketakberhinggaan ini dalam makna kata eksterior merujuk pada suatu Realitas yang transenden, realitas yang melampaui dunia kesadaran manusia, yaitu suatu realitas yang tidak masuk dalam konteks pemahaman ku di Dhamma. Yang eksterior adalah yang transenden, yang melampaui pengetahuan ku.

bagaimana bisa disadari kalo hal itu sendiri melampaui dunia kesadaran manusia?

[at] sukma

apakah dalam menelusuri "kebenaran" melalui iman ini diperlukan "percaya dan sangat percaya" terlebih dahulu?

Tidak selalu harus di mulai dari "percaya dan sangat percaya terlebih dahulu", sebab sifat Tuhan ada lah Kasih, di mana Dia tidak memaksa si manusia harus datang dan menyembah NYA, karena sebagai manusia kita BEBAS karena mempunyai Free Will / Kehendak Bebas.....

kalo tidak percaya dan tidak menyembahnya gimana?

Kenapa kita harus tunduk dan menyembah Tuhan.? Bukan kah kita punya Free Will.? Sama seperti kenapa saya harus percaya dengan S. Gautama yang mengajarkan cara manusia terlepas dari penderitaan dengan tidak terlahir kembali.?   Kenapa Free Will ku mau mengikuti Ajaran Dhamma Theravada, dan bukan sekte Sukhavati.? Jadi, se-bebas-bebas nya kita wong manusia bebas berkendak memilih toch.?

Dengan demikian ada tuhan ato tidak toh tidak ada bedanya kan??...terus kenapa kita harus berputar-putar dengan makhkuk yang tidak jelas ini?..

Sobat, seharusnya, kita tidak berputar-putar dengan kata Tuhan ini, tapi karena kita-kita ini sangat bijaksana memberi pendapat tentang Tuhan dengan pemahaman yang dangkal, maka jadi lah putar-putar ini
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 03:01:57 PM
dalam kr****n kalau tidak salah (CMIIW) konsep Tuhan ini adalah sebagai "yang sepatutnya"

ibaratnya seperti yg pernah i kemukakan dulu. yaitu penggembala dengan dombanya.

setiap domba memiliki free will sendiri, namun bila ia tidak mematuhi sang penggembala (Tuhan) maka sang penggembala tentunya tidak dapat melindungi domba2 tersebut.

maka itu dalam kr****n ditanamkan bahwa kita sebagai domba, bersyukur dan menuruti apa kata sang penggembala karena dialah yg melindungi kita dari serangan serigala liar, dialah yang memberikan kandang tempat bernaung, dialah yang memberikan makan (jangan dianggap secara harafiah), dialah pemilik domba.

hatRed, ungkapan diatas tidaklah menjadi tolok ukur dari Agama sdr/i kita karena itu hanya berupa pengalaman pribadi tertentu dalam memberi kesaksian, dan hal yang sama kita lakukan pada forum meditasi di mana para Netter memberi pengalaman mediatasi mereka.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Reenzia on 02 January 2009, 03:05:51 PM
untuk tema yg diangkat sekarang yaitu "Tuhan" sendiri, apakah bagi Sukma sendiri sudah menemukan "Kebenaran" akan hal tersebut?

SATU POINT UTAMA .! ; dengan Kesadaran saya menulis ; bahwa saya sedang dalam PROSES menuju jalan "KEBENARAN" yang sudah saya temukan, arti kata "proses" hendak mengatakan bahwa saya setiap detik bisa jatuh atau melenceng dari JALAN KEBAHAGIAN SEJATI, yang gampang sebagai contoh; dialog kita pada Web DC ini mempunyai Peluang /Potensi yang sangat Besar untuk terpeleset dari JALAN itu ^:)^ bila....? _/\_

oooh saia mengerti maksud anda.....
nah kalo begitu, bagaimana Tuhan itu sendiri menurut anda? [hingga saat ini, apa yang telah anda dapatkan mengenai kebenaran tentang Tuhan?]

yg ini dijawab donk sis, mungkin tambah sedikit lagi, selain mengenai kebenaran ttg Tuhan, tapi juga apa sih yg telah anda pahami hingga saat ini setelah mengungkapkan apa yg telah anda babarkan diatas?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 03:10:32 PM
[at] sukma
Quote
bahwa saya sedang dalam PROSES menuju jalan "KEBENARAN" yang sudah saya temukan

"jalan" tersebut seperti apa? dan apa saja hasil2 yg setidaknya sudah dicapai?
[at] sukma
Quote
bahwa saya sedang dalam PROSES menuju jalan "KEBENARAN" yang sudah saya temukan

"jalan" tersebut seperti apa? dan apa saja hasil2 yg setidaknya sudah dicapai?

hatRed, pertanyaan nya sama dengan Reenzia, maka sekalian saya jawab ya. Belum saatnya saya bisa memberi kesaksian dalam pengalaman mendapat "Jalan" seperti yang kalian maksudkan,karena pembicaraan ini sangat tidak etik bila saya jabarkan dengan memakai Fasilitas Web DC yang kita cintai ini.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 03:12:49 PM
untuk tema yg diangkat sekarang yaitu "Tuhan" sendiri, apakah bagi Sukma sendiri sudah menemukan "Kebenaran" akan hal tersebut?

SATU POINT UTAMA .! ; dengan Kesadaran saya menulis ; bahwa saya sedang dalam PROSES menuju jalan "KEBENARAN" yang sudah saya temukan, arti kata "proses" hendak mengatakan bahwa saya setiap detik bisa jatuh atau melenceng dari JALAN KEBAHAGIAN SEJATI, yang gampang sebagai contoh; dialog kita pada Web DC ini mempunyai Peluang /Potensi yang sangat Besar untuk terpeleset dari JALAN itu ^:)^ bila....? _/\_

oooh saia mengerti maksud anda.....
nah kalo begitu, bagaimana Tuhan itu sendiri menurut anda? [hingga saat ini, apa yang telah anda dapatkan mengenai kebenaran tentang Tuhan?]

yg ini dijawab donk sis, mungkin tambah sedikit lagi, selain mengenai kebenaran ttg Tuhan, tapi juga apa sih yg telah anda pahami hingga saat ini setelah mengungkapkan apa yg telah anda babarkan diatas?

He...he...baru di posting pertanyaan Reenzia diatas di mana saya gabungkan dengan Posting hatRed
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: g.citra on 02 January 2009, 03:13:27 PM
Bro hatRed...
Saya plesetin dikit yah...  :)

dalam kr****n kalau tidak salah (CMIIW) konsep Tuhan ini adalah sebagai "yang sepatutnya"

ibaratnya seperti yg pernah i kemukakan dulu. yaitu Boss dengan pegawainya

setiap pegawai memiliki free will sendiri, namun bila ia tidak mematuhi sang Boss maka sang Boss tentunya tidak dapat menggaji pegawai-pegawainya tersebut.

maka itu dalam kantor ditanamkan bahwa kita memang pegawai, bekerja sesuai dengan apa kata sang Boss karena dialah yg menggaji kita untuk memenuhi kebutuhan hidup kita, dialah yang memberikan tempat untuk kita bekerja, dialah yang memberikan uang, dialah pemilik kantor.

Nah kalau begini apakah Tuhan = Boss ?  :)

Namo Buddhaya...  _/\_ ...

Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Reenzia on 02 January 2009, 03:15:34 PM
 [at] sis sukma

=__= yaah ngambang donk........gk seru ah............
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hatRed on 02 January 2009, 03:15:43 PM
loh kok tidak etik :o

apakah ada unsur penyalahgunaan SARA atau apa. kalau i sih justru kesaksian sukma itu penting sekali tuk membangun diskusi ini, karena kita ingin membahas tentang pengalaman pribadi sendiri toh, bukan hanya berdasar suatu kitab.

dhamma diajarkan sang Buddha juga karena kesaksian loh
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 03:18:28 PM
Bro hatRed...
Saya plesetin dikit yah...  :)

dalam kr****n kalau tidak salah (CMIIW) konsep Tuhan ini adalah sebagai "yang sepatutnya"

ibaratnya seperti yg pernah i kemukakan dulu. yaitu Boss dengan pegawainya

setiap pegawai memiliki free will sendiri, namun bila ia tidak mematuhi sang Boss maka sang Boss tentunya tidak dapat menggaji pegawai-pegawainya tersebut.

maka itu dalam kantor ditanamkan bahwa kita memang pegawai, bekerja sesuai dengan apa kata sang Boss karena dialah yg menggaji kita untuk memenuhi kebutuhan hidup kita, dialah yang memberikan tempat untuk kita bekerja, dialah yang memberikan uang, dialah pemilik kantor.

Nah kalau begini apakah Tuhan = Boss ?  :)

Namo Buddhaya...  _/\_ ...



Saya percaya hatRed atau Reenzia tidak setuju dengan ungkapan Anda di mana kini mereka mulai merenungkan makna "Free Will" manusia, sehingga analogi g-Citra kurang tepat buat Bos and I yang di analogi ke Tuhan nya
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: g.citra on 02 January 2009, 03:23:40 PM
oke sis Sukma kita lihat saya apa mereka setuju atau tidak...

btw... ini plesetan aja lho... :))
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hatRed on 02 January 2009, 03:25:36 PM
kok i dijadiin ajang taruhan sih :ngomel:

jadi bgemana nih ? kelanjutannya?

i pertama kali denger free will/kehendak bebas ney di film "Bruce almighty"
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Reenzia on 02 January 2009, 03:26:42 PM
 [at] sis sukma

berdasarkan pendapat dari citra
berarti menurut anda, Tuhan yg maha Kuasa itu bukan berarti ia berkuasa atas free will?
berarti anda tak menyetujui mengenai : "semua terjadi atas kehendak-Nya"?

Tuhan yg anda maksudkan disini tak seperti Tuhan dengan sifat-sifat Tuhan yg pada umumnya? ato mungkin anda mempunyai refrensi sendiri tentang sifat Tuhan yg lain?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 03:28:00 PM
loh kok tidak etik :o

apakah ada unsur penyalahgunaan SARA atau apa. kalau i sih justru kesaksian sukma itu penting sekali tuk membangun diskusi ini, karena kita ingin membahas tentang pengalaman pribadi sendiri toh, bukan hanya berdasar suatu kitab.

dhamma diajarkan sang Buddha juga karena kesaksian loh

Sama sekali tidak ada unsur SARA, karena yang kita bicarakan adalah Kebenaran Universal miliknya manusia. Maaf, bila saya terlalu sensitiv dengan mengatakan saya takut di tegur Moderator karena menjual produk yang tidak di butuhkan di forum ini, sekali lagi maaf. ^:)^
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hatRed on 02 January 2009, 03:30:10 PM
kalo i sebagai pribadi sih gak masalah, mo jualan apa disini, selama dalam batas hukum dan norma sih gak apa2.

tapi kalo dari mod/admin gak tau juga ya. ini kan situs mereka ^-^
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: ryu on 02 January 2009, 03:30:33 PM
Ketika seseorang melemparkan bola dan memantul, apakah Tuhan tahu bola itu akan memantul kemana? apakah kekiri terus kekanan, apakah kebawah? apakah keatas?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: nyanadhana on 02 January 2009, 03:33:16 PM
emang sukma mau jual produk apa toh disini?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 03:44:14 PM
[at] sis sukma

berdasarkan pendapat dari citra
berarti menurut anda, Tuhan yg maha Kuasa itu bukan berarti ia berkuasa atas free will?
berarti anda tak menyetujui mengenai : "semua terjadi atas kehendak-Nya"?

Tuhan yg anda maksudkan disini tak seperti Tuhan dengan sifat-sifat Tuhan yg pada umumnya? ato mungkin anda mempunyai refrensi sendiri tentang sifat Tuhan yg lain?


1 . Tuhan itu memang Maha Kuasa, karena Cinta-kasih NYA kepada manusia, Dia tidak akan mencampuri urusan Free Will manusia, dan manusia itu adalah tuan atas dirinya sendiri, tinggal pilih ; mau masuk dalam lingkaran tumimbal lahir, maka tidaklah perlu mengikuti Dhamma, dan sebaliknya.

2 .Saya rubah kalimat anda "Semua terjadi atas kehendak-NYA" menjadi semua "semuanya terjadi atas Izin -NYA" Hati-hati dengan kata "Izin" ini, perlu meditasikan dulu sebelum ambil M16 dor..dor...

3 . Tuhan dalam Masyarakat yang mana.? Tuhan nya orang Atheis lain , Tuhan orang Agnotisisme lain lagi, Tuhan orang Indiferentisme.? Yang Benar saya membicarakan Tuhan dalam Sejarah /Historis manusia, karena Sejarah ada di dalam Ruang dan Waktu nya manusia.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: ryu on 02 January 2009, 03:50:33 PM
boleh minta referensi nya tante :)
3 . Tuhan dalam Masyarakat yang mana.? Tuhan nya orang Atheis lain , Tuhan orang Agnotisisme lain lagi, Tuhan orang Indiferentisme.? Yang Benar saya membicarakan Tuhan dalam Sejarah /Historis manusia, karena Sejarah ada di dalam Ruang dan Waktu nya manusia.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Reenzia on 02 January 2009, 03:58:19 PM
 [at] sis sukma

1. nah dari mana tau kalo Tuhan maha kuasa yg meciptakan dunia dan isinya? apa uda diketahui kebenaran bahwa Dia lah yg mencipta?
2. apa mungkin si Tuhan tak memberi Izin-Nya?
3. Tuhan agama samawi la
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 02 January 2009, 03:59:54 PM
Kagak jelas nih.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 04:00:45 PM
boleh minta referensi nya tante :)
3 . Tuhan dalam Masyarakat yang mana.? Tuhan nya orang Atheis lain , Tuhan orang Agnotisisme lain lagi, Tuhan orang Indiferentisme.? Yang Benar saya membicarakan Tuhan dalam Sejarah /Historis manusia, karena Sejarah ada di dalam Ruang dan Waktu nya manusia.

Om, sudah ada sedikit kupasan tentang Tuhan orang Atheis di posting saya kemarin
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hatRed on 02 January 2009, 04:03:01 PM
i atheis tapi gak ngaku tuhan tuh :whistle:
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: ryu on 02 January 2009, 04:06:13 PM
at tante : tetap bingung nih :)
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 04:10:49 PM
[at] sis sukma

1. nah dari mana tau kalo Tuhan maha kuasa yg meciptakan dunia dan isinya? apa uda diketahui kebenaran bahwa Dia lah yg mencipta?
2. apa mungkin si Tuhan tak memberi Izin-Nya?
3. Tuhan agama samawi la

Tahukah teori evolusi Darwin di nyatakan Gagal dalam pembuktian Ilmiah.? Sabar, sedikit hari lagi, du mana saya akan beri referensi ini.

Lantas, apa saya juga harus menelan begitu saja tentang Proses kejadian Alam Semesta atau Big Bang...? di mana sampai hari ini umat manusia semua nya setuju bahwa Alam Semesta terjadi karena proses alami nya.? para pakar tidak bisa menjawab poijt ini, hasil proklamir satu dua orang toch bukan mewakili seluruh umat manusia.?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: nyanadhana on 02 January 2009, 04:12:48 PM
pengikut Lia Eden yah?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Reenzia on 02 January 2009, 04:12:59 PM
eh ya, berarti anda menganut paham yg apa tuh namanya, saia lupa
yg dimana, Tuhan yg menciptakan dunia beserta isinya, dan kemudian keluar?

gak perlu masalahin teori darwin, alam semesta atau bigbang, kita gk lg bahas itu

yg saia tanyain, Tuhan yg menciptakan itu tau darimana?
tus kalo emank bener dia yg menciptakan, so what? percaya ato ngga, so what?

saia mengakui ato ngga atas ke kuasaan-Nya, so what? ada pengaruh apa saia percaya ato ngga terhadap diri-Nya?

kl gk ada apa-apa atas percaya ato tidaknya saia terhadap-Nya, jd buat apa saia memusingkan tentang diri-Nya?

Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hatRed on 02 January 2009, 04:18:25 PM
makin lama kok i jadi makin bingung.

 [at] sukma

^:)^ tolong semuanya diberikan secara jelas, jangan sepotong2 gitu. kek filem sinetron aja bkn penasaran. malah binun.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: William_phang on 02 January 2009, 04:21:11 PM
eh ya, berarti anda menganut paham yg apa tuh namanya, saia lupa
yg dimana, Tuhan yg menciptakan dunia beserta isinya, dan kemudian keluar?

gak perlu masalahin teori darwin, alam semesta atau bigbang, kita gk lg bahas itu

yg saia tanyain, Tuhan yg menciptakan itu tau darimana?
tus kalo emank bener dia yg menciptakan, so what? percaya ato ngga, so what?

saia mengakui ato ngga atas ke kuasaan-Nya, so what? ada pengaruh apa saia percaya ato ngga terhadap diri-Nya?

kl gk ada apa-apa atas percaya ato tidaknya saia terhadap-Nya, jd buat apa saia memusingkan tentang diri-Nya?



Sis Reenzia,

kayak posting CKRA di thread argumen penutup ketiadaan tuhan:

Ibarat kata Einstein, "Bila Tuhan itu memang ada, maka kekuasaan Tuhan hanyalah pada saat menciptakan sistem alam semesta ini. Setelah alam semesta ini bekerja dan hasilnya ada yang tidak sesuai dengan kehendakNya, sekalipun Tuhan menyesal sudah tidak ada gunanya. Karena Dia sudah tidak punya kuasa untuk melakukan perubahan."

Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 04:26:25 PM
eh ya, berarti anda menganut paham yg apa tuh namanya, saia lupa
yg dimana, Tuhan yg menciptakan dunia beserta isinya, dan kemudian keluar?

gak perlu masalahin teori darwin, alam semesta atau bigbang, kita gk lg bahas itu

yg saia tanyain, Tuhan yg menciptakan itu tau darimana?
tus kalo emank bener dia yg menciptakan, so what? percaya ato ngga, so what?

saia mengakui ato ngga atas ke kuasaan-Nya, so what? ada pengaruh apa saia percaya ato ngga terhadap diri-Nya?

kl gk ada apa-apa atas percaya ato tidaknya saia terhadap-Nya, jd buat apa saia memusingkan tentang diri-Nya?



Baik, saya jawab : dari Iman.! Sdr/i kita men-Imani bahwa Tuhan adalah Sang PENCIPTA, sekali lagi hanya dengan Iman. Apa itu Iman.?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: William_phang on 02 January 2009, 04:28:24 PM
eh ya, berarti anda menganut paham yg apa tuh namanya, saia lupa
yg dimana, Tuhan yg menciptakan dunia beserta isinya, dan kemudian keluar?

gak perlu masalahin teori darwin, alam semesta atau bigbang, kita gk lg bahas itu

yg saia tanyain, Tuhan yg menciptakan itu tau darimana?
tus kalo emank bener dia yg menciptakan, so what? percaya ato ngga, so what?

saia mengakui ato ngga atas ke kuasaan-Nya, so what? ada pengaruh apa saia percaya ato ngga terhadap diri-Nya?

kl gk ada apa-apa atas percaya ato tidaknya saia terhadap-Nya, jd buat apa saia memusingkan tentang diri-Nya?



Baik, saya jawab : dari Iman.! Sdr/i kita men-Imani bahwa Tuhan adalah Sang PENCIPTA, sekali lagi hanya dengan Iman. Apa itu Iman.?

Iman itu kan permainan pikiran dan perasaan..bagaimana kalo iman itu menipu??
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 04:30:35 PM
i atheis tapi gak ngaku tuhan tuh :whistle:

hatRed, ini posting saya kemarin tentang Atheis ;

Untuk berdialog tentang Makna Tuhan Yang Universal dengan Bijaksana, Intelektual, dan semangat Cinta-Kasih, apakah kita sebagai murid-murid Buddha diperboleh berbicara tentang Teologi tanpa memberi 3 alasan yang classic dibawah ini ;
Beberapa Sikap terhadap Allah /Tuhan ;

1 . Apa yang dikemukan kaum oleh Atheis, mereka memperdebatkannya dan bahkan menolaknya dengan mengatakan Allah /tuhan itu  Tidak Ada dan bahwa sesyaty yang seperti Allah itu tidak memiliki Makna yang dapat di Spesifikasi.

2 . Agnostisisme yakni paham yang menegaskan bahwa Akal-Budi manusia tidak dapat mengetahui atau mengatakan apa-apa tentang Allah /Tuhan. Dengan kata lain, adanya Tuhan tidak dapat ditunjukkan dan sekaligus tiadanya Tuhan juga tidak bisa dibuktikan.

3 . Indiferentisme, yakni paham yang mengatakan persoalan mengenai Allah /Tuhan itu Tidak Relevan dan Tidak Banyak Manfaatnya.


Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 04:32:42 PM
eh ya, berarti anda menganut paham yg apa tuh namanya, saia lupa
yg dimana, Tuhan yg menciptakan dunia beserta isinya, dan kemudian keluar?

gak perlu masalahin teori darwin, alam semesta atau bigbang, kita gk lg bahas itu

yg saia tanyain, Tuhan yg menciptakan itu tau darimana?
tus kalo emank bener dia yg menciptakan, so what? percaya ato ngga, so what?

saia mengakui ato ngga atas ke kuasaan-Nya, so what? ada pengaruh apa saia percaya ato ngga terhadap diri-Nya?

kl gk ada apa-apa atas percaya ato tidaknya saia terhadap-Nya, jd buat apa saia memusingkan tentang diri-Nya?



Baik, saya jawab : dari Iman.! Sdr/i kita men-Imani bahwa Tuhan adalah Sang PENCIPTA, sekali lagi hanya dengan Iman. Apa itu Iman.?

Iman itu kan permainan pikiran dan perasaan..bagaimana kalo iman itu menipu??

Luar biasa, cari dulu di dictionary apakah itu Iman.?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hatRed on 02 January 2009, 04:34:34 PM
keknya i termasuk ketiga3nya.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Reenzia on 02 January 2009, 04:35:50 PM
eh ya, berarti anda menganut paham yg apa tuh namanya, saia lupa
yg dimana, Tuhan yg menciptakan dunia beserta isinya, dan kemudian keluar?

gak perlu masalahin teori darwin, alam semesta atau bigbang, kita gk lg bahas itu

yg saia tanyain, Tuhan yg menciptakan itu tau darimana?
tus kalo emank bener dia yg menciptakan, so what? percaya ato ngga, so what?

saia mengakui ato ngga atas ke kuasaan-Nya, so what? ada pengaruh apa saia percaya ato ngga terhadap diri-Nya?

kl gk ada apa-apa atas percaya ato tidaknya saia terhadap-Nya, jd buat apa saia memusingkan tentang diri-Nya?



Sis Reenzia,

kayak posting CKRA di thread argumen penutup ketiadaan tuhan:

Ibarat kata Einstein, "Bila Tuhan itu memang ada, maka kekuasaan Tuhan hanyalah pada saat menciptakan sistem alam semesta ini. Setelah alam semesta ini bekerja dan hasilnya ada yang tidak sesuai dengan kehendakNya, sekalipun Tuhan menyesal sudah tidak ada gunanya. Karena Dia sudah tidak punya kuasa untuk melakukan perubahan."



lah kan itu uda jelas...seandainya Tuhan memang ada, berarti blm 100% donk? siapa yg bs membuktikan bahwa Tuhan 100% memang ada? kenapa hanya berandai-andai bahwa Tuhan memang ada, berandai-andai Tuhan begini, Tuhan begitu, tau darimana kalo Tuhan emank begini ato begitu sesuai yg anda katakan? emank anda Tuhan? kok tahu kalo Tuhan begini ato begitu?

bukankah sikap seperti ini malah seperti membodohi diri sendiri saja?

kalo emank mo tau kenapa gk dibuktikan saja? kalo blm bs membuktikan fair aja kan kalo gk percaya? saia sendiri pun sebenarnya bukannya tidak percaya, tapi BELUM PERCAYA, hanya meragukan saja...

lagian pa gunanya mengetahui hal itu ato ngga? toh dia gk bs ngapa-ngapain kan? cm liat doank dari atas?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 04:38:44 PM
sudah lima jam lebih saya duduk di warnet, sudah saatnya saya check out, akan kita lanjutkan setelah saya di rumah.  _/\_
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: William_phang on 02 January 2009, 04:40:06 PM
eh ya, berarti anda menganut paham yg apa tuh namanya, saia lupa
yg dimana, Tuhan yg menciptakan dunia beserta isinya, dan kemudian keluar?

gak perlu masalahin teori darwin, alam semesta atau bigbang, kita gk lg bahas itu

yg saia tanyain, Tuhan yg menciptakan itu tau darimana?
tus kalo emank bener dia yg menciptakan, so what? percaya ato ngga, so what?

saia mengakui ato ngga atas ke kuasaan-Nya, so what? ada pengaruh apa saia percaya ato ngga terhadap diri-Nya?

kl gk ada apa-apa atas percaya ato tidaknya saia terhadap-Nya, jd buat apa saia memusingkan tentang diri-Nya?



Baik, saya jawab : dari Iman.! Sdr/i kita men-Imani bahwa Tuhan adalah Sang PENCIPTA, sekali lagi hanya dengan Iman. Apa itu Iman.?

Iman itu kan permainan pikiran dan perasaan..bagaimana kalo iman itu menipu??

Luar biasa, cari dulu di dictionary apakah itu Iman.?

Selama saya sekolah di sekolah Katholik..iman dijelaskan adalah jawaban manusia atas panggilan Tuhan....
nah masalahnya bagaimana saya bisa memastikan bahwa yang memanggil itu adalah TUHAN??....bagaimana ada makhluk brahma ato dewa yang menyamar bahwa mereka ada Tuhan??...toh tidak ada yg bisa mengetahui kan?... jd semua ini juga spekulasi..
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: ryu on 02 January 2009, 04:45:41 PM
sepertinya jadi debat tidak berguna lagi :)
LOCK!!!!
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: g.citra on 02 January 2009, 05:06:14 PM
Sekedar masukan...  :))

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=8018.0

Namo Buddhaya ...  _/\_ ...
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 06:58:23 PM
sepertinya jadi debat tidak berguna lagi :)
LOCK!!!!

Sobat Ryu, bagaimana agar dialog ini jadi berguna.? saya tidak melihat posting dari posting ini ada yang di debatkan.? mereka bertanya saya menjawab, dan belum ada kata dan kalimat yang menohok ke sentimen negativ toch.?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 07:10:45 PM
eh ya, berarti anda menganut paham yg apa tuh namanya, saia lupa
yg dimana, Tuhan yg menciptakan dunia beserta isinya, dan kemudian keluar?

gak perlu masalahin teori darwin, alam semesta atau bigbang, kita gk lg bahas itu

yg saia tanyain, Tuhan yg menciptakan itu tau darimana?
tus kalo emank bener dia yg menciptakan, so what? percaya ato ngga, so what?

saia mengakui ato ngga atas ke kuasaan-Nya, so what? ada pengaruh apa saia percaya ato ngga terhadap diri-Nya?

kl gk ada apa-apa atas percaya ato tidaknya saia terhadap-Nya, jd buat apa saia memusingkan tentang diri-Nya?



Sis Reenzia,

kayak posting CKRA di thread argumen penutup ketiadaan tuhan:

Ibarat kata Einstein, "Bila Tuhan itu memang ada, maka kekuasaan Tuhan hanyalah pada saat menciptakan sistem alam semesta ini. Setelah alam semesta ini bekerja dan hasilnya ada yang tidak sesuai dengan kehendakNya, sekalipun Tuhan menyesal sudah tidak ada gunanya. Karena Dia sudah tidak punya kuasa untuk melakukan perubahan."



lah kan itu uda jelas...seandainya Tuhan memang ada, berarti blm 100% donk? siapa yg bs membuktikan bahwa Tuhan 100% memang ada? kenapa hanya berandai-andai bahwa Tuhan memang ada, berandai-andai Tuhan begini, Tuhan begitu, tau darimana kalo Tuhan emank begini ato begitu sesuai yg anda katakan? emank anda Tuhan? kok tahu kalo Tuhan begini ato begitu?

bukankah sikap seperti ini malah seperti membodohi diri sendiri saja?

kalo emank mo tau kenapa gk dibuktikan saja? kalo blm bs membuktikan fair aja kan kalo gk percaya? saia sendiri pun sebenarnya bukannya tidak percaya, tapi BELUM PERCAYA, hanya meragukan saja...

lagian pa gunanya mengetahui hal itu ato ngga? toh dia gk bs ngapa-ngapain kan? cm liat doank dari atas?

Reenzia, nick name anda masih muncul tapi apakah orangnya ada di depan Computer.? Baik, saya akan jawab pertanyaan Anda di atas.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: ryu on 02 January 2009, 08:08:03 PM
sepertinya jadi debat tidak berguna lagi :)
LOCK!!!!

Sobat Ryu, bagaimana agar dialog ini jadi berguna.? saya tidak melihat posting dari posting ini ada yang di debatkan.? mereka bertanya saya menjawab, dan belum ada kata dan kalimat yang menohok ke sentimen negativ toch.?
masalahnya topic ini sudah terlalu sering di bahas, dan akhirnya masing2 punya pilihan sendiri toh :)
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 09:03:18 PM
Bukti-bukti Positif ;

Selama berabad-abad, para Filsuf dan orang Suci mengajukan berbagai-bagai petunjuk tentang keberadaan Tuhan. Sebagian orang menyebutnya "bukti atau argumen" (dalih). Mungkin yang paling terkenal adalah yang berasal dari St Thomas Aquinas, dan biasanya disebut sebagai "Lima Cara" atau "Lima Jalan". Thomas, bukanlah orang pertama yang menunjukkan (dari akal budi dan pengalaman) cara bagaimana orang  mengenal keberadaan dan sifat Tuhan. Kita juga perlu ingat bahwa banyak dari petunjuk tentang keberadaan Tuhan itu sampai kepada kita dari suatu masa di mana para filsuf itu dapat mengandaikan adanya kepercayaan Universal pada Yang Illahi. Melalui Sejarah, kebanyakan orang yang waras mengakui adanya sesuatu keillahian.

Thomas menyusun Lima Cara berdasarkan landasan yang telah dibentangkan oleh Plato dan Aristoteles, keduanya orang Yunani yang tidak mengenal Tuhan, yang hidup empat abad sebelum Yesus Kristus. Landasan kedua orang inilah merupakan Wibawa atau Wewenang primer bagi St Thomas di dalam menunjukkan cara bagaimana kita dapat mengetahui keberadaan Tuhan. Semua petunjuk tentang keberadaan Tuhan dapat disurutkan menjadi, entah pengalaman inderawi ("melihat berarti percaya"), entah apa yang di sebut bukti, yaitu dalih-dalih nalar yang melakukan runutan, pelacakan, bergerak mundur ke balik suatu bukti, dari Akibat-Akibat kepada suatu Sebab yang niscaya dari akibat-akibat itu, seperti yang mungkin di lakukan sekelompok detektif di tempat kejadian perkara ; dengan akal budi melacak seorang pencuri dari adanya jejak kaki, sidik jari, dan jejak-jejak yang lain yang ditinggalkannya. Karena "tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah", semua petunjuk mengenai keberadaannya merupakan Petunjuk Ilmiah.

Cara yang ditempuh ;

Thomas mengawali ke Lima Cara nya dengan "argumen gerakan". Kita juga dapat menyebutnya argumen dari "perubahan" atau "perkembangan". Mulainya dari suatu fakta sederhana segala sesuatu di dunia yang kita alami dan kita ketahui mengalami perubahan, bergerak dari potensi menjadi nyata. Segala sesuatu bergerak atau berubah. Namun, tak ada yang bergerak atau berubah sendiri. Semua yang bergerak pasti digerakan oleh sesuatu yang sudah bergerak. Namun, rangkaian pengerak itu tidak bisa dirunut mundur sampai tak terhingga. Pasti ada sesuatu permulaan yang tidak bergerak. Pengerak pertama (Prime Mover) yang tidak bergerak itu di sebut Thomas adalah Tuhan.

Suatu analogi ;

Bayangkan anda berkendaraan sampai di suatu lintasan kereta api, hanya untuk melihat kereta api melintas, saat anda sampai dilintasan kereta, anda melihat gerbong demi gerbong, belasan gerbong dan kemudian puluhan gerbong lagi, anda sampai ditempat itu ketika kereta sudah berjalan, sehingga anda tidak melihat mesin Lokomotif nya. Tetapi anda tentu yakin bahwa kereta itu pasti punya mesin ; karena jika anda melihat suatu kereta bergerak, anda tahu ada sesuatu yang menggerakannya, suatu mesin Lokomotif menariknya. Jika anda berusaha memecahkan masalah dengan menempatkan fakta serangkaian gerbong yang tak ada habisnya itu sebagai dasar argumen, maka anda tidak perlu menghentikan jalannya kereta itu untuk menjelaskan gerakannya. Jika anda menyangkal adanya mesin Lokomotif itu, maka anda memperbesar lagi lingkup permasalahan anda itu, untuk mendapatkan Penyebab yang jauh lebih besar lagi dan luar biasa dari gerakan rangkaian gerbong yang sedemikian panjang itu.

Analogi kereta itu mengantar pada Cara Thomas yang kedua ; argumen penyebab efisien. Argumen ini sama dengan argumen yang pertama. Mulanya dengan memerhatikan bahwa setiap Akibat punya suatu Sebab. Namun, rangkaian sebab-akibat tidak dapat melampaui rangkaian gerak dalam hal ketidak-terhinggaannya. Namun, setiap Sebab dalam rangkaian itu tidak dapat dianggap sebagai permulaan yang paling ujung ; sebab, jika kita menyangkal adanya Akibat yang sekaligus Sebab, kita menihilkan seluruh rangkaian Akibat itu. Kita tidak dapat mundur Tak Terhingga merunut Sebab-Sebab, kita harus menempatkan suatu Argumen dasar tentang Sebab Pertama yang Tidak Ada Penyebabnya lagi, dan Sebab Pertama itu adalah Tuhan.

Cara yang Ketiga berdasarkan Kemungkinan dan Keniscayaan. Kita memperhatikan semua hal berubah. Keberadaannya berasal dari suatu yang lain. Semua yang kita lihat di dunia ini tidak muncul tiba-tiba dari ketiadaan, melainkan berasal dari sesuatu Yang Lain, terkait dengan keberadaan sesuatu yang lain itu. Dan sekali lagi, rantai asal muasal yang tak terhingga adalah Tak Terpikirkan, absurd. Tidaklah cukup menyatakan suatu rangkaian keberadaan, yang masing-masing dan semuanya, membutuhkan adanya suatu Sebab. Jika keberadaan-keberadaan bersifat bergantung pada yang lain, maka harus ada keberadaan terakhir yanf Tidak Berubah dan Tidak Bergantung pada Yang Lain, namun, niscaya -berada dalam dan dari dirinya sendiri. Dan Keniscayan itu kita sebut Tuhan.

Dalam ketiga Cara-Cara pertama ini, St Thomas mengemukakan Argumen kosmologis. Ia melakukan penalaran dari bukti fisik. Dalam Dua Cara selanjutnya, ia mengalihkan dasarnya, dari penalaran kosmologis kepada penalran Teologis, dari pemikiran tentang Asal Muasal kepada pemikiran tentang Maksud dan Tujuan Terakhir. Cara keempat berkenan dengan "derajat kesempurnaan", St Thomas memerhatikan bahwa kita semua menilai segala sesuatu punya tingkatan kesempurnaan lebih atau kurang dari yang lain. Kita mengatakan sesuatu Lebih Benar atau Kurang Benar, Lebih Bagus atau Kurang Bagus, dan sebagainya. Pengukuran semacam itu mengandaikan adanya suatu ukuran standard (baku) yang mutlak. Suatu pita pengukur tentu menunjukan jarak diantara kedua ujung. Kadarnya mungkin dalam inchi(atau sentimeter),kaki, atau meter, atau mil (kilometer) di cantumkan pada pita itu berkaitan dengan standar yang mutlak atau konstan(tetap). Ini berlaku untuk segala kualitas. Namun, pasti ada semacam Standard yang Sempurna yang merupakan dasar pengukuran segala kualitas itu, Dan kepenuhan segala kesempurnaan itu kita sebut Tuhan.

Cara yang Kelima, adalah "argumen rancangan" atau "finalitas" (dengan kata lain "tindakan pengertian"). St Thomas berawal dari pengamatan bahwa semua yang kekurangan pengertian tetap bertindak menuju maksud tertentu. Tampaknya mereka punya tujuan tertentu dan mengikuti pola tertentu, 'hukum" alam tertentu , hukum gravitasi, termodinamika, dan sebagainya. Dan semua hukum yang banyak ragamnya ini tampaknya bekerja dengan suatu tatanan yang teratur. Jika kita menerapkan bukti-bukti ini pada Fisika Modern, kita berdiri dalam suatu kosmos yang menakjubkan, yang berfungsi dengan cara yang stabil dan dapat diperkirakan kendati ada peristiwa-peristiwa kesalahan(anomali)yang terjadi terus menerus dalam tingkatan sub-atomik(dibawah tingkat atom). Kendati ada bermacam-macam teori evolusi dan beberapa komentator berusaha menentang rancangan cerdas Thomas ini, namun sebenarnya hanya menegaskan Cara Kelima ini. Bagi Charles Darwin dan Thomas, alam mengikuti hukum besi tertentu dan mengejar tujuan tertentu dalam tatanan yang teratur dan dapat diramalkan. Sekalipun dalam Darwinisme alam mengikuti suatu proses seleksi ; yang terkuat akan bertahan. Semuanya ini menyiratkan adanya tujuan, tatanan, standar dan akhir.

Ambilah analogi ;

Anda berjalan dipantai dan melihat sesuatu yang berkilat-kilat terkena sinar matahari, anda memungutnya, suatu benda logam kecil, bulat dan permukaannya dilapisi kaca. Anda memerhatikan ada suara tik-tik-tik, dan anda melihat di balik kaca itu ada gigi-gigi, per, sekrup dan tanda-tanda ukuran. Semua benda itu digabungkan dengan tepat dan kompak. Nah, apakah benda itu.? Dan bagaimana proses keberadaannya.?. Apakah karena hasil dari gelombang yang tak terbilang banyaknya yang melandai pantai, mengerus karang jadi pasir yang kemudian dibentuk kembali oleh angin dan kemudian menghasilkan konfigurasi yang bergerak dengan sangat tepat itu.?

Dapat kah otak manusia membayangkan proses semacam ini.? Ya, tetapi proses seperti itu tidak mungkin. Dengan Cara yang sama, ketika anda mempelajari Ciptaan, anda melihat bukti desain, dan desain itu merujuk kepada seorang desainer. Mata merupakan suatu system dari kompleksitas yang tidak dapat di reduksi, yang terdiri dari suatu retina, kornea, lensa, pelumas yang mengandung air dan bersifat seperti kaca. Mata seperti itu tidak mungkin menjadi hasil dari suatu proses yang sembarangan. Mata diciptakan dengan suatu desain tertentu, dan di buat untuk melihat ; dan masing-masing bagiannya mengandaikan berfungsi nya seluruh bagian yang lain. Apakah organ itu melayani tahap-tahap hipotetis sebelumnya -sebelum organ itu bisa melihat.? Sama sekali tidak. Mata itu di buat dengan mengingat tujuannya ; untuk melihat. Segala sesuatu juga mengandung kebenaran seperti itu, dari partikel sub-atomik dan sel-sel sampai pada system dan galaksi matahari. Ilmu empiris menjadi mungkin karena Alam Semesta ini Teratur, terpola, simetris, dapat di cermati, dan (sekurang-kurangnya dalam derajat tertentu) dapat diukur dan dapat diduga. Kita dapat menyimpulkan dengan Nalar bahwa alat yang kita temukan di pantai itu berasal dari suatu pabrik, dan pabrik pembuat itu punya tujuan ketika membuatnya. Sebuah jam tentu memerlukan pembuat jam. Dengan demikian, Alam Semesta yang Teratur juga memerlukan adanya Pencipta Yang Cerdas, dan kita menyebut Pencipta itu Tuhan

Masih segudang Cara yang lain untuk membuktikan Keberadaan Tuhan. ^:)^   
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 09:05:13 PM
sepertinya jadi debat tidak berguna lagi :)
LOCK!!!!

Sobat Ryu, bagaimana agar dialog ini jadi berguna.? saya tidak melihat posting dari posting ini ada yang di debatkan.? mereka bertanya saya menjawab, dan belum ada kata dan kalimat yang menohok ke sentimen negativ toch.?
masalahnya topic ini sudah terlalu sering di bahas, dan akhirnya masing2 punya pilihan sendiri toh :)

Ryu, betul topic ini telah terlalu sering di bahas, tapi tolong di pilah-pilah cara orang membahasnya tuh.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Reenzia on 02 January 2009, 09:30:17 PM
bukankah lebih bijaksana bila melihat objek adalah apa adanya, atau bila ingin mengetahui secara jelasnya yaitu dengan melakukan penelitian dan pengamatan secara langsung, daripada membuat kesimpulan dan asumsi bagaimana semua ini bisa terjadi

seperti contoh analogi ini

Quote
Anda berjalan dipantai dan melihat sesuatu yang berkilat-kilat terkena sinar matahari, anda memungutnya, suatu benda logam kecil, bulat dan permukaannya dilapisi kaca. Anda memerhatikan ada suara tik-tik-tik, dan anda melihat di balik kaca itu ada gigi-gigi, per, sekrup dan tanda-tanda ukuran. Semua benda itu digabungkan dengan tepat dan kompak. Nah, apakah benda itu.? Dan bagaimana proses keberadaannya.?. Apakah karena hasil dari gelombang yang tak terbilang banyaknya yang melandai pantai, mengerus karang jadi pasir yang kemudian dibentuk kembali oleh angin dan kemudian menghasilkan konfigurasi yang bergerak dengan sangat tepat itu.?

bagaimana jika orang yg menemukan benda itu adalah manusia jaman batu? yg malah berasumsi benda tersebut memiliki kekuatan gaib didalamnya dan digerakkan oleh mahluk penunggu, ini salah satu cara berasumsi juga, yah mending kalo anda memang tau itu benda apa dan paham cara pembuatan dan cara kerjanya

lah kalo ngga? apakah anda malah akan berasumsi yg lebih aneh-aneh lagi, nah ini lah yg akhirnya menjadi kepercayaan yg lama kelamaan diyakini secara total sebagai suatu kebenaran
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 09:38:58 PM
bukankah lebih bijaksana bila melihat objek adalah apa adanya, atau bila ingin mengetahui secara jelasnya yaitu dengan melakukan penelitian dan pengamatan secara langsung, daripada membuat kesimpulan dan asumsi bagaimana semua ini bisa terjadi

seperti contoh analogi ini

Quote
Anda berjalan dipantai dan melihat sesuatu yang berkilat-kilat terkena sinar matahari, anda memungutnya, suatu benda logam kecil, bulat dan permukaannya dilapisi kaca. Anda memerhatikan ada suara tik-tik-tik, dan anda melihat di balik kaca itu ada gigi-gigi, per, sekrup dan tanda-tanda ukuran. Semua benda itu digabungkan dengan tepat dan kompak. Nah, apakah benda itu.? Dan bagaimana proses keberadaannya.?. Apakah karena hasil dari gelombang yang tak terbilang banyaknya yang melandai pantai, mengerus karang jadi pasir yang kemudian dibentuk kembali oleh angin dan kemudian menghasilkan konfigurasi yang bergerak dengan sangat tepat itu.?

bagaimana jika orang yg menemukan benda itu adalah manusia jaman batu? yg malah berasumsi benda tersebut memiliki kekuatan gaib didalamnya dan digerakkan oleh mahluk penunggu, ini salah satu cara berasumsi juga, yah mending kalo anda memang tau itu benda apa dan paham cara pembuatan dan cara kerjanya

lah kalo ngga? apakah anda malah akan berasumsi yg lebih aneh-aneh lagi, nah ini lah yg akhirnya menjadi kepercayaan yg lama kelamaan diyakini secara total sebagai suatu kebenaran



Reenzia, please tolong di mengerti, analogi diatas hanya mau menempatkan pembuktian keberadaan Tuhan, sesuai permintaan Anda. Jadi, tolong jangan di larikan jawabannya ke Konsentrasi Pengamatan dalam Kesadaran kita melihat sesuatu. Thanks bila Anda mau memahaminya
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 09:43:20 PM
Maksud tante yang lain itu sudah tahu atau senang bermain2 dengan ciptaannya?

Ryu, rupanya pertanyaan Anda terlewatkan ya.? Apa seh maksud pertanyaannya bila bisa diperjelas please.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Reenzia on 02 January 2009, 09:45:22 PM
dari artikel diatas tak satupun yg membuktikan adanya Tuhan secara nyata dan rasional, secara logis maupun ilmiah
semuanya hanya argumen, pemikiran dan kemungkinan semata....

dan hal itu jelas-jelas tak cukup untuk dapat diterima oleh pikiran rasionalitas ..........

analogi 1 : bagaimana ternyata jika gerbong itu bukanlah gerbong kereta api, tapi ternyata adalah roda yang berputar?
analogi 2 : telah gugur bila analogi 1 diterapkan
analogi 3 : berdasarkan kemungkinan dan keniscayaan yg tak dapat dibuktikan, hanya asumsi
analogi 4 : standar kesempurnaan itu refrensinya dari mana? bukankah ternyata dari jaman dahulu hingga jaman sekarang standar tersebut ternyata tak satupun yang mutlak? bahkan alam pun merubah titik keseimbangannya!
analogi 5 : kenapa berpikir bahwa ada perancangnya? bukankah alam selalu bergerak menuju titik keseimbangan adalah merupakan sifatnya? memikirkan bahwa ada perancangnya pun adalah suatu argumen semata, tak dapat dibuktikan kebenarannya, pernyataan ini sama saja seperti ini :
a= "mengapa air mengalir ketempat yang lebih rendah?"
b= "karena dirancang oleh perancangnya menjadi seperti itu"
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 09:49:52 PM
Sekedar masukan...  :))

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=8018.0

Namo Buddhaya ...  _/\_ ...

g-Citra, tidak ada yang istimewa sesudah saya melihat Religion is Bullsheet..! Yang lebih ekstrem dari George Carlin masih banyak tuh.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 09:58:27 PM
dari artikel diatas tak satupun yg membuktikan adanya Tuhan secara nyata dan rasional, secara logis maupun ilmiah
semuanya hanya argumen, pemikiran dan kemungkinan semata....

dan hal itu jelas-jelas tak cukup untuk dapat diterima oleh pikiran rasionalitas ..........

Tentu saya toleransi cara penangkapan makna Anda sesudah membaca artikel diatas, di perlukan Waktu untuk bisa melihatnya, saya juga sering mengalami kondisi baca seperti ini.

Sekedar tambahan. apakah Dhamma Buddha kita siap dan bisa di telusuri bukti-bukti otentik nya berdasarkan penyelidikan Ilmiah seperti pembuktian yang telah banyak di lakukan oleh para pakar dari segala bidang buat pembuktian ; Historis, Alkitab, dan lain sebagainya. Saya meragukannya.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Reenzia on 02 January 2009, 10:09:12 PM
sejujurnya memang blm semua dhamma dapat saia telusuri secara ilmiah, terutama dari kisah-kisahnya
namun berbeda dengan yang diungkapkan dalam agama samawi, yang dengan jelas sekali telah melenceng jauh dari rasionalitas, sejauh ini hanya dhamma lah yang paling bisa diterima dari sisi rasionalitas dan logika saia

sejak sd,smp,sma saia sekolah di sekolah K, dlu lumayan sering ke G juga, bahkan pernah dibaptis
tapi ternyata semua mengecewakan sekali, benar-benar melenceng dari rasionalitas
setidaknya dalam dhamma, tak satupun yg keluar dari pemahaman rasionalitas saia, mungkin bbrp tak dapat saia jelaskan, itu karena memang saia sadari belum saia pahami, tapi tak keluar dari pemahaman rasionalitas

namun tingkat pemahaman tiap org kan berbeda, mungkin anda paham tentang hal tsb, dan saia sendiri lebih dapat menerima dhamma dari sisi rasionalitas saia, jadi saia rasa itu fair saja, deal?

saia rasa sih ini berpengaruh dari cara pendekatan pemahaman individu masing masing saja
satu sisi menggunakan dasar logika dan rasionalitas
yg lainnya menggunakan dasar argumentasi, pemikiran dan kemungkinan

Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 02 January 2009, 10:14:22 PM
sejujurnya memang blm semua dhamma dapat saia telusuri secara ilmiah, terutama dari kisah-kisahnya
namun berbeda dengan yang diungkapkan dalam agama samawi, yang dengan jelas sekali telah melenceng jauh dari rasionalitas, sejauh ini hanya dhamma lah yang paling bisa diterima dari sisi rasionalitas dan logika saia

sejak sd,smp,sma saia sekolah di sekolah K, dlu lumayan sering ke G juga, bahkan pernah dibaptis
tapi ternyata semua mengecewakan sekali, benar-benar melenceng dari rasionalitas
setidaknya dalam dhamma, tak satupun yg keluar dari pemahaman rasionalitas saia, mungkin bbrp tak dapat saia jelaskan, itu karena memang saia sadari belum saia pahami, tapi tak keluar dari pemahaman rasionalitas

namun tingkat pemahaman tiap org kan berbeda, mungkin anda paham tentang hal tsb, dan saia sendiri lebih dapat menerima dhamma dari sisi rasionalitas saia, jadi saia rasa itu fair saja, deal?



Reenzia, harus saya akui Anda termasuk pe Dialog Ulung.! Saya bangga dengan Ungkapan Jujur dan  Bijaksana ANDA. Yah.. satu sisi Anda sudah benar dalam hal Rasionalitas, tapi perlu di tambah lagi buat hal Transenden ini, karena sangat terbantu buat meditasi kita.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: 7 Tails on 02 January 2009, 10:20:17 PM
ada yang percaya ada yang tidak terus..
manusia yang percaya tuhan kan keliatan di kalender tahun 2009 (setelah masehi)
manusia yang percaya dewa matahari jauh sebelum masehi
bearti dewa matahari kakak nya tuhan jaman sekarang dong
ok kakaknya mungkin udah mati tinggal nyusul dd nya ^-^
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Reenzia on 02 January 2009, 10:32:41 PM
sejujurnya memang blm semua dhamma dapat saia telusuri secara ilmiah, terutama dari kisah-kisahnya
namun berbeda dengan yang diungkapkan dalam agama samawi, yang dengan jelas sekali telah melenceng jauh dari rasionalitas, sejauh ini hanya dhamma lah yang paling bisa diterima dari sisi rasionalitas dan logika saia

sejak sd,smp,sma saia sekolah di sekolah K, dlu lumayan sering ke G juga, bahkan pernah dibaptis
tapi ternyata semua mengecewakan sekali, benar-benar melenceng dari rasionalitas
setidaknya dalam dhamma, tak satupun yg keluar dari pemahaman rasionalitas saia, mungkin bbrp tak dapat saia jelaskan, itu karena memang saia sadari belum saia pahami, tapi tak keluar dari pemahaman rasionalitas

namun tingkat pemahaman tiap org kan berbeda, mungkin anda paham tentang hal tsb, dan saia sendiri lebih dapat menerima dhamma dari sisi rasionalitas saia, jadi saia rasa itu fair saja, deal?



Reenzia, harus saya akui Anda termasuk pe Dialog Ulung.! Saya bangga dengan Ungkapan Jujur dan  Bijaksana ANDA. Yah.. satu sisi Anda sudah benar dalam hal Rasionalitas, tapi perlu di tambah lagi buat hal Transenden ini, karena sangat terbantu buat meditasi kita.

transenden apaan ya?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: ryu on 02 January 2009, 10:57:35 PM
Maksud tante yang lain itu sudah tahu atau senang bermain2 dengan ciptaannya?

Ryu, rupanya pertanyaan Anda terlewatkan ya.? Apa seh maksud pertanyaannya bila bisa diperjelas please.
Menurut tante, "yang lain" itu sebenarnya sekarang lagi ngapain, trus menurut tante berarti semua bencana itu juga keteraturan ya untuk memusnahkan ciptaannya? kok terdengar seperti psikopat yang senang bermain2 dengan ciptaannya :))
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: ryu on 02 January 2009, 11:05:54 PM
Menurut tante berarti percaya bahwa segala sesuatu itu asalnya tidak ada? kosong? trus tiba2 muncul Tuhan? Teorinya bagaimana tuh masa tiba tiba muncul yang namanya TUHAN :)
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: 7 Tails on 03 January 2009, 02:11:53 AM
kalo yang baik dari tuhan kalo yang buruk dari iblis
uda lempar batu sembunyi tangan ^-^

tuhan mana hayo?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hatRed on 03 January 2009, 09:38:37 AM
Bukti-bukti Positif ;

Selama berabad-abad, para Filsuf dan orang Suci mengajukan berbagai-bagai petunjuk tentang keberadaan Tuhan. Sebagian orang menyebutnya "bukti atau argumen" (dalih). Mungkin yang paling terkenal adalah yang berasal dari St Thomas Aquinas, dan biasanya disebut sebagai "Lima Cara" atau "Lima Jalan".

dari sekian lama ngalor ngidul, ini baru bahan diskusi yg berguna


Quote
Cara yang ditempuh ;

Thomas mengawali ke Lima Cara nya dengan "argumen gerakan". Kita juga dapat menyebutnya argumen dari "perubahan" atau "perkembangan". Mulainya dari suatu fakta sederhana segala sesuatu di dunia yang kita alami dan kita ketahui mengalami perubahan, bergerak dari potensi menjadi nyata. Segala sesuatu bergerak atau berubah. Namun, tak ada yang bergerak atau berubah sendiri. Semua yang bergerak pasti digerakan oleh sesuatu yang sudah bergerak. Namun, rangkaian pengerak itu tidak bisa dirunut mundur sampai tak terhingga. Pasti ada sesuatu permulaan yang tidak bergerak. Pengerak pertama (Prime Mover) yang tidak bergerak itu di sebut Thomas adalah Tuhan.

hmmm... argumen ini memang menarik, tetapi sayangnya Thomas tdk melihat secara keseluruhan dari apa yang disebut "argumen gerakan" tersebut, dilihat dari kedua argumen thomas sendiri yang di bold, malah kontradiksi. bagaimana mungkin sebuah penggerak tidak digerakkan oleh yang lain.

kalaupun misal objek Tuhan ini sebagai penggerak, pastilah Tuhan ini juga digerakkan oleh yang lain, karena dalam argumen disebutkan Semua yang bergerak pasti digerakan oleh sesuatu yang sudah bergerak

lalu dalam statement ke dua tentang Objek Tuhan yang Tidak Bergerak hal ini menurut saya tidak mungkin, dalam menggerakan hal lain, ada suatu perpindahan energi, dimana perpindahan energi tersebut dapat disebut "gerak", jadi nonsense sesuatu yg menggerakan itu tidak bergerak.



Quote
Cara Thomas yang kedua ; argumen penyebab efisien. Argumen ini sama dengan argumen yang pertama. Mulanya dengan memerhatikan bahwa setiap Akibat punya suatu Sebab. Namun, rangkaian sebab-akibat tidak dapat melampaui rangkaian gerak dalam hal ketidak-terhinggaannya. Namun, setiap Sebab dalam rangkaian itu tidak dapat dianggap sebagai permulaan yang paling ujung ; sebab, jika kita menyangkal adanya Akibat yang sekaligus Sebab, kita menihilkan seluruh rangkaian Akibat itu. Kita tidak dapat mundur Tak Terhingga merunut Sebab-Sebab, kita harus menempatkan suatu Argumen dasar tentang Sebab Pertama yang Tidak Ada Penyebabnya lagi, dan Sebab Pertama itu adalah Tuhan.

hal ini sama saja seperti diatas, Thomas memikirkan sesuatu yg tdk bisa dipikirkan namun membulatkannya, tanpa dasar yang jelas. hal ini seperti merangkum tanpa kerangka.
seperti halnya 1/0 yg hasilnya tdk terjangkau, Thomas berusaha menyimpulkannya menjadi kalimat sederhana yang tdk berdasar.

Quote
Cara yang Ketiga berdasarkan 1. Kemungkinan dan Keniscayaan. Kita memperhatikan semua hal berubah. Keberadaannya berasal dari suatu yang lain. Semua yang kita lihat di dunia ini tidak muncul tiba-tiba dari ketiadaan, melainkan berasal dari sesuatu Yang Lain, terkait dengan keberadaan sesuatu yang lain itu. Dan sekali lagi, 2. rantai asal muasal yang tak terhingga adalah Tak Terpikirkan, absurd. Tidaklah cukup menyatakan suatu rangkaian keberadaan, yang masing-masing dan semuanya, membutuhkan adanya suatu Sebab. Jika keberadaan-keberadaan bersifat bergantung pada yang lain, 3. maka harus ada keberadaan terakhir yanf Tidak Berubah dan Tidak Bergantung pada Yang Lain, namun, niscaya -berada dalam dan dari dirinya sendiri. Dan Keniscayan itu kita sebut Tuhan.
1. dilihat lagi itu adalah kemungkinan, dari situ saja saya sudah dapat memprediksi kalimat selanjutnya tidak dapat dijadikan pegangan

2. nah disinilah lucunya Thomas dia mengajukan statement awal, lalu............ ^-^

3 dilihat disinilah yg saya sebut tanpa dasar menyimpulkan, dilihat dari kata awal "maka". darimana buktinya kalau "begini" maka "begitu". kenapa "maka" seperti itu ???

Quote
Cara keempat berkenan dengan "derajat kesempurnaan", St Thomas memerhatikan bahwa kita semua menilai segala sesuatu punya tingkatan kesempurnaan lebih atau kurang dari yang lain. Kita mengatakan sesuatu Lebih Benar atau Kurang Benar, Lebih Bagus atau Kurang Bagus, dan sebagainya. Pengukuran semacam itu mengandaikan adanya suatu ukuran standard (baku) yang mutlak. Suatu pita pengukur tentu menunjukan jarak diantara kedua ujung. Kadarnya mungkin dalam inchi(atau sentimeter),kaki, atau meter, atau mil (kilometer) di cantumkan pada pita itu berkaitan dengan standar yang mutlak atau konstan(tetap). Ini berlaku untuk segala kualitas. Namun, pasti ada semacam Standard yang Sempurna yang merupakan dasar pengukuran segala kualitas itu, Dan kepenuhan segala kesempurnaan itu kita sebut Tuhan.

Lihat, harap simak dulu ketiga argumen sebelumnya thomas, bahwa sebenarnya sesuatu akibat diakibatkan sebab, dan tidak berujung. dan juga pengerak pastilah digerakkan, dan tidak ada satupun yang bergerak itu tdk disebabkan penggerak, maka itu mana mungkin ada suatu yg penuh dalam kesempurnaan tersebut, jadi kalimat tuk argumen keempat ini hanyalah permainan kata2 semata. dan bohong besar.

Quote
Cara yang Kelima, adalah "argumen rancangan" atau "finalitas"
Cara Kelima ini. Bagi Charles Darwin dan Thomas, alam mengikuti hukum besi tertentu dan mengejar tujuan tertentu dalam tatanan yang teratur dan dapat diramalkan. Sekalipun dalam Darwinisme alam mengikuti suatu proses seleksi ; yang terkuat akan bertahan. Semuanya ini menyiratkan adanya tujuan, tatanan, standar dan akhir.

Pencipta itu Tuhan

untuk yang kelima ini sama saja dengan argumen sebelumnya, tidak mempunyai dasar yang jelas. dan penyimpulannya terlalu cepat tanpa memikirkan matang2 terlebih dahulu


Kesimpulan

Saat saya melihat bagaimana barisan kalimat dibuat, bagaimana anda menguraikannya dan susunan kalimatnya, saya melihatnya hanyalah sebagai "pembenaran" =)) bukan sebagai "kebenaran"

dan dari kalimat yg ilmiah Thomas berputar2, lalu pada kesimpulan akhir dia menyimpulkan sesuai egonya sendiri, sama halnya saya membuat kalimat seperti berikut
 
    "1+1=2, 5 adalah bilangan ganjil, maka hatRed adalah malaikat" =))

 dan juga pada kesimpulan-kesimpulan akhir yang notabene menyatakan "itulah Tuhan" bisa saja saya ganti "itulah Setan" atau  "itulah hatRed". =))

dasar2 yg diberikan saja gak nyambung dengan point2 dari Tuhan yg menyebabkan dia menjadi kesimpulan2 tersebut :))

sabda hatRed :
   
          "Pembenaran akan melihat segalanya sebagai sesuatu yang benar, bilalah begitu, wahai Ananda bagaimana mungkin Kebenaran dapat diperoleh tanpa adanya Kesalahan"
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: ryu on 03 January 2009, 09:50:58 AM
makanya walau bagaimanapun orang berusaha menggambarkan Sosok " Yang Lain" tidak akan ada yang benar2 benar, kebanyakan pastinya punya kebenaran argumen sendiri dan itu masih dapat di bantah :))

"Johan saceng mode=on"
Pertanyaan :
Kenapa harus Tuhan?
Kebaikan di identikan dengan Tuhan kejahatan di identikan dengan Setan kenapa?
Apabila manusia punya kehendak bebas, apa kerja Tuhan selama ini? Menonton? mengatur? Menghakimi? Menghidupkan?
Apabila Tuhan ada, apakah Tuhan menyesal menciptakan manusia?
Tahun berapa Tuhan itu menciptakan semuanya? ;D
Apa Tuhan sudah Lapor RT/RW ketika hendak menciptakan?
Apakah Tuhan itu berkeluarga?
Apakah Tuhan itu adanya di Surga?
Apakah di surga ada TV LCD super mega yang terhubung kedunia?
Merk apa TV LCD nya kalau boleh tahu?
Para malaikat yang menghibur Tuhan itu Pakai alat musiknya apa saja?
Apa cantik2 malaikatnya?
Mohon bersabar ya menjawabnya thanks, nanti kalau bisa menjawab nanti di kasih GRP ;D


"Johan saceng mode=off"

;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Reenzia on 03 January 2009, 11:08:07 AM
 [at] sukma

nah setelah saia renungkan, seandainya sajalah si Tuhan emank benar adalah sebagai awal segalanya......
berarti Dia sendiri pun puny alasan atas semua tindakannya tersebut......
saia harap anda punya bbrp refrensi tentang hal tsb......
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Nevada on 03 January 2009, 12:32:03 PM
Masih saja mendeskripsikan Tuhan sebagai personal...??  :-?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: johan3000 on 03 January 2009, 01:07:13 PM
makanya walau bagaimanapun orang berusaha menggambarkan Sosok " Yang Lain" tidak akan ada yang benar2 benar, kebanyakan pastinya punya kebenaran argumen sendiri dan itu masih dapat di bantah :))

"Johan saceng mode=on"
Pertanyaan :
Kenapa harus Tuhan?
   Karena ini BRAND udah lama dan mantep... taukah bertapa besarnya membangun suatu BRAND?
Kebaikan di identikan dengan Tuhan kejahatan di identikan dengan Setan kenapa?
   Memang jawaban ini tidak memuaskan.... tetapi begitulah kehidupan... BOSS IS ALWAYS RIGHT!
Apabila manusia punya kehendak bebas, apa kerja Tuhan selama ini? Menonton? mengatur? Menghakimi? Menghidupkan?
   Itu kan semua disesuaikan BESARNYA PASAR, dan SEGMEN nya PASAR... selama pasar menginginkan...
Apabila Tuhan ada, apakah Tuhan menyesal menciptakan manusia?
  Kalau itu gw ngak bisa jawab...yg menciptakan.....
  Tapi kalau ada yg MULUS2 spt di foto Ryu... bisa gw BUKTIKAN gimana menciptakan manusia...
     walaupun tidak sekali nyoba langsung berhasil..........

Tahun berapa Tuhan itu menciptakan semuanya? ;D
   Tidak ada cacatan... karna TUHAN lupa menciptakan komputer (MIS) sebelum menciptakan manusia
Apa Tuhan sudah Lapor RT/RW ketika hendak menciptakan?
   Kelihatannya ngak .... para2 RT/RW juga sedang sibuk menciptakan....
Apakah Tuhan itu berkeluarga?
   Ya keluarga besar tuh.... banyak bidadarinya.... sayang gw ngak kebagian...
Apakah Tuhan itu adanya di Surga?
   Ya tidaklah.... setiap hari makan pecel kan bosan.... pindah2 deh DIA...
Apakah di surga ada TV LCD super mega yang terhubung kedunia?
   Merk apa TV LCD nya kalau boleh tahu?
   Ngak ada... karna disana ngak ada services center....
Para malaikat yang menghibur Tuhan itu Pakai alat musiknya apa saja?
   Yang paling baik adalah alat musik GESEK! karna mutu suaranya paling indah!
Apa cantik2 malaikatnya?
   Jelas cantik lah... mana ada produk yg PACKAGINGNYA ngak NGEHHHH
Mohon bersabar ya menjawabnya thanks, nanti kalau bisa menjawab nanti di kasih GRP ;D
"Johan saceng mode=off"

;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D ;D

Bro Ryu...
yg suka tanya.... sekali-kali menjadi penjawab yg SABAR deh...

semoga terhibur ya....

Note: Biola adalah alat musik yg memiliki kwalitas suara paling baik diantara semua alat musik...
cara memainkannya adalah MENGGESEK!....

 :'(  :'(  :'(  :'(  :'(  :'(  :'(  :'(  :'(  :'(  :'(  :'(  :'(  :'(  :'(  :'(  :'(  :'(  :'(  :'(  :'(  :'(  :'(  :'(

Bro jangan lupa... tuh...GBR  (God Bless Ryu)
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 03 January 2009, 01:18:59 PM
Sobat-sobat, sebelum tambah dalam diskusi kita ini dalam menjawab pertanyaan Ryu,hatRed, Reenzia, dan tentunya dalam menjawab dialog kata Tuhan ini tidak bisa terlepas dari empat point di bawah ini ;

Empat Hal yang Harus Diterima (by, Scott Hahn)

Adalah berbahaya untuk mengatakan bahwa logika pada umum nya diakui, karena dalam arti tertentu kenyataannya tidak demikian. Dewasa ini ada orang-orang yang sangat cerdas, yang menyangkal Validitas logika. Mereka menyatakan bahwa hukum logika hanyalah suatu manifestasi dari struktur kekuasaan tertentu. Mereka menyatakan bahwa kekuatan logika itu hnyalah suatu yang imajiner, di tentukan oleh kebudayaan yang berasal dari Barat, dan bahkan mengandung bias gender. Dan semua orang yang mengutuk logika dalam cara itu melakukannya dengan argumen-argumen yang sangat hebat dan berjalan…berdasarkan hukum logika.!

Tidak dapat dielakkan, logika adalah semata-mata suatu refleksi atas caranya pikiran membangun gagasannya, yang pada dirinya sendiri juga merupakan cerminan dari struktur yang sebenarnya dari kenyataan. Hukum logika bisa dinyatakan oleh filsuf Barat tertentu dalam dunia kuno, namun mereka dipatuhi dengan setia oleh orang-orang sezaman dari Timur dan para pendahulunya.

Logika adalah suatu penalaran. Logika itu bukanlah semata-mata seperangkat aturan bagi ketaatan sendiri seperti yang diyakini oleh sebagian dari kita. Sebagaimana dinyatakan oleh G.K Chesterton yang tiada duanya, tidak ada yang lebih taat-asas pada dirinya daripada seorang gila. Namun, prinsip-prinsip logika adalah prinsip-prinsip penalaran atau dunia kenyataan (bukan fanrasi)

Jika kita meninggalkan logika, kita hanya mempunyai pernyataan tanpa prinsip, yang kekuatannya bergantung pada kekuatan kasar(atau senjata)dari orang yang menyatakannya. Jika kita bermaksud untuk menunjukan suatu logika yang tidak memadai, maka kita harus menunjukan secara logis. Pikiran kita meniuntut hal itu, begitu juga teman bicara kita. Ada buku-buku hebat yang akan mengajarkan kiat logika kepada kita, dan dengan senang hati saya menganjurkan hal ini sebagai persiapan kita berargumen. Dan logika merupakan unsur yang penting untuk setiap hubungan yang bersifat dia-logika (artinya, perjumpaan di antara orang-orang yang sama-sama menggunakan logika). Dibawah ini Thomas akan menyampaikan empat pokok yang pendek saja. Empat proposisi yang secara Universal di Terima sebagai Benar, dan praktis tidak dapat disangkal. Karena empat point ini merupakan titik tolak yng paling baik bagi dialog atau percakapan mengenai Keberadaan Tuhan.

1 .Prinsip tidak-kontradiksi.

Ini adalah suatu konsep yang sungguh sederhana, walaupun sangat sulit untuk menyampaikannya secara sederhana. Sesuatu (misalkan A), tidak bisa sekaligus A dan bukan A pada waktu dan dengan cara yang sama. Kontradiksi adalah omong-kosong, tidak bermakna , aku tidak bisa menjadi Sukma yang sekaligus bukan Sukma. Atau dengan menggunakan contoh dari Aritoteles ;suatu jalan tertentu tidak bisa dikatakan jalan menuju Megara tetapi juga bukan jalan menuju Megara sekaligus. Beberapa orang kuno berusaha bermain dengan kata-kata dan menyatakan semua proposisi sekaligus Benar dan Salah. Namun, Aristoteles menyatakan bahwa para filsuf ini tidak dapat menjalankan hidup mereka dengan cara seperti itu. Mereka toh harus tetap akan menempuh jalan ke Megara kalau ingin sampai di Megara,Lagi pula, kalau mereka menyangkal hukum tidak-kontradiksi, penyangkalan mereka itu sekaligus menyangkal validitas mereka sendiri.

2 .Keterandalan Umum atas persepsi Inderawi.

Indra-indra kita menangkap realitas sebagaimana keberadaan mereka yang bebas, tidak terkait dengan persepsi atau persepsi kita. Jika seseorang mengatakan bahwa indra anda tidak bisa dipercaya, tanyakan bagaimana ia mengetahui hal itu. Dan jika merujuk pada Ilusi Optik (penglihatan) atau Ilsui Auditer(pendengaran)untuk menunjukkan bahwa indra dapat tertipu, tunjukanlah bahwa kita mengetahui ilusu optic menjadi sungguh-sungguh ilusi hanya jika indra yang lain menggagalkan indra yang tertipu itu, atau penalaran kita menemukan penyebab ilusi itu. Jika sebuah pensil yang di masukan kedalam segelas air tampak bengkok , kita tahu kenyataan nya pensil itu tidak bengkok. Perbedaan diantara apa yang di laporkan kedua indra ini menggerakkan penalaran kita sehingga kita menemukan hukum-hukum optic. Kita memercayai indra perasa kita dan membiarkannya menggagalkan salah persepsi awal dari indra penglihatan. Kita memercayai penalaran kita untuk menemukan sebabnya mengapa indra-indra kita kadang-kadang keliru menangkap kenyataan. Namun, persepsi indra pada umumnya dapat diandalkan. Penalaran menggenapkan kekurangannya. Namun, sungguh bodoh menolak indra-indra itu hanya karena kadang-kadang mereka menipu kita, sama seperti menolak matematik karena kita kadang-kadang membuat kekilruan dalam memeriksa buku tabungan kita.

3 .Prinsip Sebab- Akibat ;

Setiap Akibat tentu mempunyai Penyebab. Yang saya maksud dengan “akibat” adalah setiap hal yang kemudian tidak pasti, terbatas, atau berubah, dan saya menyisihkan persoalan mengenai dunia “sub-atomik” yang aneh yang tampaknya melanggar hukum ini. Kita ingin focus pada tingkatan kenyataan di mana kita hidup dan bertindak dan pada tataran sehari-hari ini bahkan para ahli fisika “sub-atomik” pun hidup dan bertindak berdasarkan hukum kausalitas (sebab-akibat). Hukum ini mendasari baik bekerjanya logika maupun bekerjanya persepsi indrawi. Kita melihat bunga, coklat, dan kemudian suatu ciuman, dan kita menyimpulkan bahwa di sana ada suatu hubungan sebab – akibat yang sedang bekerja. Para ilmuwan keniscayaan tentu mengandaikan setiap akibat yang sedang mereka teliti mempunyai suatu sebab, kalau tidak mereka tidak punya sesuatu yang perlu dijelaskan dan mereka tidak dapat menjelaskan sesuatu itu. Jika seseorang menyangkal kausalitas / sebab-akibat, sekali lagi, ia tentu menyajikan sesuatu pernyataan yang merusak diri sendiri.

4 .Pengertian akan Kesadaran diri ;

Ini mengingatkan aku, bahwa aku ada. Aku mungkin percaya bahwa segala sesuatu adalah Ilusi, tetapi aku nyata ada dengan diri saya –entitas yang berhadapan dengan ilusi itu. Kesadaran diri merupakan pra anggapan bahwa ada suatu diri, apapun adanya diri itu. Aku tahu bahwa aku ada, sekalipun aku berpura-pura tidak yakin tentang segala yang lain. Ada banyak lagi prinsip logika , bukan hanya empat pokok ini, namun kita dapat mengandalkan keempat pokok ini diiantara bulu-bulu(katakanlah)  yang ada pada sayap penalaran akal-budi. 
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 03 January 2009, 01:23:04 PM
Adakah yang bisa mengatakan bahwa seorang Buddhisme bila berbicara tentang Tuhan maka orang itu bukanlah Buddhisme.?

Apakah yang Tidak Membicarakan Tuhan, lebih Buddhisme dari sdr/i nya yang juga adalah sesama Buddhisme.?  ^:)^

 _/\_
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Nevada on 03 January 2009, 01:31:45 PM
[at] Sukma selaku Umat Buddha yang baik...

Artikel Anda menarik... Namun tetap saja belum mampu menyanggah Konsep Buddhisme mengenai anatta, bahkan tidak pula sampai mengguncangkannya dari sisi penalaran...  :)

Adakah yang bisa mengatakan bahwa seorang Buddhisme bila berbicara tentang Tuhan maka orang itu bukanlah Buddhisme.?

Apakah yang Tidak Membicarakan Tuhan, lebih Buddhisme dari sdr/i nya yang juga adalah sesama Buddhisme.?  ^:)^

 _/\_

Anda benar, namun tidak sepenuhnya tepat... Sebagai orang Buddhis, Anda bertentangan dengan konsep anatta...  _/\_
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hatRed on 03 January 2009, 01:34:27 PM
 [at] sukma

mengenai 4 hal yg baru itu bisa diterima, yg saya heran adalah pernyataan Thomas sebelumnya yang menyatakan "tidak A" tetapi konklusinya "maka A" maka itu i anggap itu suatu yg lucu :)
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hatRed on 03 January 2009, 01:37:01 PM
Adakah yang bisa mengatakan bahwa seorang Buddhisme bila berbicara tentang Tuhan maka orang itu bukanlah Buddhisme.?

Apakah yang Tidak Membicarakan Tuhan, lebih Buddhisme dari sdr/i nya yang juga adalah sesama Buddhisme.?  ^:)^

 _/\_

 [at] sukma

yg membedakan bukan pembicaraannya, tetapi Kebenarannya serta Tujuannya.

 [at] upasaka

saya rasa sejak awal sukma mengajak kita tuk meninggalkan "konsep" terlebih dahulu dan mulai melakukan penelaahan dari awal.

btw : olimpc kan dah lwat om (see avatar)  :))
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Reenzia on 03 January 2009, 01:41:29 PM
 [at] sis sukma

umat buddhist tak menganggap apapun tabu, tak layak dibicarakan, halal, atau diharamkan, aib, ataupun tak boleh untuk diungkapkan

secara pribadi, saia sendiri tak menganggap membicarakan Tuhan adalah hal yang tabu atau tak patut untuk dibicarakan, tak ada yg tabu untuk diungkapkan, tak ada yang tak patut untuk dibahas, saia rasa umat buddhist kebanyakan pun sependapat dengan saia

yang ada adalah manfaat didalam pengungkapan dan pembahasan itu sendiri
dan yang terjadi adalah pengungkapan, pembahasan dan pendiskusian mengenai Tuhan adalah sesuatu dirasa
yg kurang bermanfaat bagi umat buddhist kebanyakan, sehingga kurang ingin dibahas, karena masing-masing mereka pun telah menyadari dan memahami sendiri hal itu kurang bermanfaat, jadi kurang ingin dibahas, bukan karena menolak/menganggap tabu/menghindari membicarakan Tuhan

mengenai artikel diatas, benar bahwa logika tak bisa dibenarkan secara 100%
saia rasa anda pun harus membaca pembahasan diskusi kami dengan bro CM, dimana dia sendiri adalah ahli logika
tapi jika menggunakan 100% logika, itu pun adalah dualisme, cara pandang sepihak dan satu sisi saja
setidaknya dengan logika dan penalaran, itu mempunyai cara pikir atau jalur yg benar
pemahaman dhamma tak cukup ditelurusi dengan logika semata, pasti akan keluar jalur
karena logika tak dapat berdiri sendiri untuk memahami dhamma sepenuhnya
tapi lepas dari itu semua, logika dan rasionalitas berperan sangat penting untuk memahami dhamma

sedangkan argumentasi? itu tanpa logika dan rasionalitas...itu hanya pendapat
seandainya orang yg tak mengenal agama ditanya mengenai bagaimana terjadinya semesta
dan jika dia mempunyai cara pemikiran tanpa logika dan nalar, ia pasti dapat juga mengarang
argumentasi lain yg berbeda dari pemahaman agama samawi, dan seperti itulah cara agama, Tuhan dan umatnya lahir di dunia ini

orang dengan dasar logika akan berkembang melihat cara pandang kepercayaan
akan berkembang ke arah yg lebih luas menjadi orang yang rasional

sedangkan orang dengan dasar kepercayaan/faith melihat ke arah logika
akan berkembang ke arah yg lebih luas menjadi orang yang beriman

inilah perbedaan mendasar umat buddhist dan umat agama samawi, yaitu perbedaan mendasar cara pandang
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: bond on 03 January 2009, 01:47:28 PM
Adakah yang bisa mengatakan bahwa seorang Buddhisme bila berbicara tentang Tuhan maka orang itu bukanlah Buddhisme.? Seorang Buddhisme mau ngomong tuhan atau tidak bukan masalah yg penting. Yang paling penting pengertianya. PENGERTIAN BENAR--Ini baru bisa dibilang seorang buddhis

Apakah yang Tidak Membicarakan Tuhan, lebih Buddhisme dari sdr/i nya yang juga adalah sesama Buddhisme.?  ^:)^ tentu tidak. Tidak ada yg tabu untuk membicarakan tuhan atau tidak dalam buddhisme. Hanya seseorang harus memiliki dasar pengertian benar dengan cara membuktikan bukan berteori saja

 _/\_
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: johan3000 on 03 January 2009, 02:17:59 PM
Bro Sukma...

pada

1 .Prinsip tidak-kontradiksi.

Apakah sebuah Atom itu berhenti atau bergerak?

2 .Keterandalan Umum atas persepsi Inderawi.

Bagaimana mata dpt melihat sesuatu yg terlalu kecil atau
terlalu cepat, atau merupakan pantulan dari cermin...
dlm sebuah magic show ?

Mohon bantuannya... thanks!

GBU (God Bless U..... max 1 posting/hari)
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Nevada on 03 January 2009, 02:25:45 PM
Sekedar informasi...  :)

- Buddhisme : aliran / agama Buddha
- Buddhis : orang / umat Buddha

[at] hatRed

Abis maskotnya lucu seh...  :P Trus gambar icon ini bisa 'berbicara'...  ;D
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hatRed on 03 January 2009, 02:54:38 PM
:o

bisa "berbicara"....

maksudnya gmana om?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Nevada on 03 January 2009, 03:02:46 PM
[at] hatRed

Misalnya :
warna maskot ini merah, jadi sesuai dengan saya yang sedang memakai baju berwarna merah...  :P
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: ryu on 03 January 2009, 03:07:21 PM
:backtotopic:
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hendrako on 03 January 2009, 10:23:25 PM
Tulisan di awal thread nuansa Levinasnya kental sekali.

Descartes , "cogito, ergo sum.", "Aku berpikir, jadi/maka aku ada."
Levinas , "Respondeo, ergo sum.", "Aku bertanggung jawab, jadi/maka aku ada."

Komentar singkat,
Kedua pemikiran di atas bersumber pada "AKU", Levinas setali tiga uang dengan R. Descartes, malah justru lebih menguatkan keber-ada-an "AKU" dengan konsepnya tentang "YANG LAIN".

Hal ini bertolak belakang dengan ajaran Buddha Gotama, terutama Anatta, tiada AKU/Diri.
(Silakan membaca buku terbaru terbitan DC, tulisan YM. Mahasi Sayadaw, softcopy dapat didownload di situs Dhammacitta ini)

Apabila tiada "AKU" , apalagi dengan "YANG LAIN".
"Yang Lain" timbul/di-ada-kan, karena memegang konsep "AKU" ada.

Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Jerry on 03 January 2009, 10:36:51 PM
Makanya berkebalikan dr tesis 'cogito ergo sum', saat 'aku' ini tidak berpikir.. ya tidak ada 'aku'.. buddhism banget tuh heheh ;D

Setuju, pertama dgn adanya konsep 'aku' ya kemudian muncul konsep 'yang lain' dalam upaya menjawab misteri yg ada..
yg bermain itu kan 'aku' ;)
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 03 January 2009, 10:55:34 PM
benar kata hatRed ;
saya rasa sejak awal sukma mengajak kita tuk meninggalkan "konsep" terlebih dahulu dan mulai melakukan penelaahan dari awal.


Sobat-sobat DC,

Sepertinya saya mau mengajak kita semua nya pulang kampoeng nya Sang Buddha Gautama di India untuk berbicara tentang Tuhan dari India, tapi kalian harus sabar mau mebacanya dengan serius.

Mencari Titik Temu Sistematis ; Filsafat India dan Filsafat Barat.

Bhattacharya, yang bernama lengkap "Krisna Chandra Bhattacharya" hidup 1875-1949. Beliau adalah sorang Filsuf India yang cukup terkenal pada awal abad ke 20, dan berasal dari dearah Benggali, India. Karya-karyanya ditulis dalam bahasa Inggris, antara lain "Studies in Philosophy", "The False and the Subjectivity", 'Concept of the Absolute and its Alternative Forms", "Studies in Vendata".etc. Kepribadiannya yang jenius, kesederhanaan hidup dan keutuhan pribadinya memikat banyak muridnya.

Filsafat India pada abad ke 19 sangat sering di sebut sebagai Filsafat INDIA Modern yang di ciri khas dengan "Renaisans India". Ciri khas seperti ini terkesan luhur dan mengagumkan, tetapi justru dipersoalkan, karena tidak sesuai dengan realitas historis pada masa itu di India. Sejak kedatangan bangsa Portugis di bawah Vasco da Gama pada tahun 1498 sampai dengan puncak imperialisme Inggris di abad ke 19, kontak budaya India dengan budaya Barat dan cara berpikir Barat membawa akibat pada Ketaklukan Budaya India. Konflik dan pembenturan Filsafat ini tampak dengan jelas ketika kaum cendikiawan India memelajari Filsafat Barat, khususnya Filsafat Kant, dengan maksud untuk menerapkan secara radikal kebudayaan Barat dan cara berpikirnya ke bumi India.

Prinsip hidup Barat, yaitu prinsip 'Akal Budi", meskipun prinsip ini tampil di alam budaya asing di tengah Tradisi Hindu, memerlihatkan satu kekuatan yang destruktif terhadap tradisi Hindu yang sudah berabad-abad berurat akar di India. Untuk menghadapi bahaya pengrusakan budaya sendiri oleh dampak negativ kebudayaan Barat, tampilah para pembaru di kalangan kaum cendikiawan, seperti Ram Mohan Roy dan Nehru, mereka berusaha untuk membuat sintesis antara kebudayaan India dan kebudayaan Barat. Pembaruan yang mereka jalankan mengarah ke dua hal, yaitu di satu pihak penghidupan kembali filsafat Klasik India seperti Vedanta dan di lain pihak penerapan Filsafat Barat yang menurut keyakinan mereka membuat nilai-nilai humanitis-universal. Orang mendapat kesan seolah-olah usaha pembaruan itu dapat terlaksana dengan mudah, tetapi ternyata pada akhir abad ke 19 usaha pembaruan itu terasa sulit, karena ada jurang yang tak terjembatani antara masa rakyat dan kaum cendikiawan. Masa rakyat masih hidup terikat erat dengan tradisi budaya dan keagamaan mereka, sementara kaum cendikiawan sudah terpengaruhi dan terbuai oleh kebudayaan dan cara berpikir Barat.

Maka munculah pertanyaan mendasar ; "Apakah memang benar bahwa filsafat Barat dan budayanya menawarkan unsur-unsur Humanistis-Universal" yang menjadi milik bersama.? De facto. India dan dunia Barat sama sekali berbeda dalam ruang dan waktu sehubungan dengan proses terjadinya budaya mereka. Adalah meragukan bahwa di India orang memandang budaya Barat sebagai yang memiliki Nilai Humanistis - Universal. Karena itu, orang lalu menimbangkan apakah ada titik temu sistematis yang menjadi tempat perjumpaan antara kebudayaan tradisional  Hinduisme dan Filsafat Klasik India di satu pihak dan di pihak lain dunia modern yang diwakili oleh kebudayaan Barat dan filsafatnya.

Pad akhir abad ke 19 dan awak abad ke 20 timbulah harapan bahwa filsafat modern yang dipandang sebagai "yang khsa milik India", dalam arti bahwa filsafat India memiliki satu kekhasan yang berbeda secara hakiki dari filsafat Barat. Kekhasan filsafat India itu lalu ditemukan dalam istilah dan pengertian "Spiritualitas", yang merupakan inti sari atau unsur hakiki Filsafat India. Bagi orang India, spiritualitas berarti baik pengetahuan maupun perwujudan diri.

Dalam konteks istilah pengertian "Spiritualitas" itu, filsafat India modern mencoba  menemukan satu jalan alternattif yang dapat menghubungkan budaya tradisional India dengan Filsafat Barat yang diterima di INDIA. Jalan alternatif inilah -mungkin jalan alternatif ini dijumpai dalam masa postmodernisme- yang disebut sebagai satu titik temu sistematis. Di sana dapat di kenal lagi kekhasan filsafat India yang tercermin dalam filsafat Klasik India, kususnya Vedanta, dan dari pengenalan kembali filsafat India pada waktu yang sama orang dapat mengolah dan menemukan elemen-elemen inklusif dari filsafat Barat, khususnya prinsip 'Akal-budi" dan "Ilmu Pengetahuan".

Krisna justru merupakan salah satu tokoh yang memerlihatkan semangat dan usaha untuk menemukan jalan alternatif itu dalam refleksi filosofinya. Filsafat nya di satu pihak berpusat pada pengolahan terhadap Tradisi Vedanta, dan lain pihak pada pengolahan terhadap filsafat Barat dalam pertemuan dengan Filsafat India Klasik, khususnya Tradisi Vedanta.

Mencari Realitas Mutlak dalam Tradisi Neo-Vedanta.

Vedanta adalah satu sistem filsafat yang berbicara tentang "Brahman-Atman". Brahman adalah Realitas Absolut (Mutlak) yang bersifat kekal dan satu, smentara Atman adalah Brahman itu sendiri dalam rupa manusia.....dilanjutkan nanti....
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 03 January 2009, 11:14:23 PM
Filsafat Vedanta merupakan hasil refleksi dan sebuah penafsiran terhadap tulisan-tulisan Upanishad dan terhadap bahan-bahan dari tradisi lisan pada abad ke 8 samapai ke 6 sebelum masehi. Pendiri aliran filsafat ini adalah Badarayana, dan dalam perkembangan selanjutnya munculah beberapa aliran Vedanta yang memiliki corak yang berbeda (Dvaita-Vedanta ; Advaita-Vedanta ; Visistadvaita-Vedanta). Semantara itu, Neo Vedanta adalah satu aliran filsafat Vedanta yang berkembang di abad ke 20 . Aliran ini tidak menyangkal ajaran dasar Vedanta, tetapi menambah gagasan bahwa Realitas Brahman sebagai Realitas Mutlak hanya dapat di mengerti secara lebih baik melalui usaha pencarian yang terus-menerus. Manusia mencoba melukiskan Brahman sebagai Realitas Mutlak bukan untuk mencapainya, tetapi untuk memahaminya secara lebih Baik.

Realitas Brahman sebagai Realitas Mutlak itulah yang justru menjadi perhatian utama Krisna. Realitas Brahman sebagai realitas mutlak di lukiskan Krisna dalam tiga konsep utama,yaitu sebagai ;

YANG TAK DITENTUKAN, sebagai SUBYEK  dan sebagai ALTERNATIF


Realiatas Mutlak (Brahman) sebagai YANG TIDAK DITENTUKAN ;

selanjutnya.... 
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 04 January 2009, 12:32:53 AM
Realitas Mutlak (Brahman) sebagai Yang Tidak Ditentukan ;

Sejalan dengan ajaran Upanishad, Krisna mengartikan Realitas Mutlak sebagai Realitas yang Tidak Ditentukan. Satu rumusan terkenal yang memerlihatkan karakter itu secara negatif adalah "neti,neti" (bukan itu, bukan itu) . Secara harfiah Realitas Mutlak itu adalah "bukan itu, bukan itu". Ia tidak dapat di defenisikan. Setiap kali manusia berusaha untuk menentukan dan merumuskannya, maka apa yang ditentukan dan dirumuskan Tidak Identik dengan nya. Realitas Mutlak selalu luput dari peneropongan manusia. Pernyataan logis yang mengandaikan bahwa Dia dapat dipikirkan, sama sekali tidak mengena. Dia hanya dikenal dan di-Wahyu-kan.

Karakter semacam itu tentu saja membawa problem terhadap Logika. Bagaimana orang dapat mendefinisikan Realitas Yang Tak Ditentukan ? Untuk menjawab persoalan ini, Krisna menjelaskan bahwa orang mendekati Realitas Absolut dengan "Akal-Budi" yang dengan cara "pengikaran atau negasi" membuat Realitas itu mudah dimengerti. Akal-Budi di-identifikasikan dengan "Pengingkaran". Negasi adalah bentuk yang hidup-hidup dalam proses berpikir, dan dalam penilaian  dan penyimpulan diasalkan dari negasi. Dalam beberapa prosedur logis tertentu munculah beberapa type negasi yang menuntun manusia untuk memahami Realitas Yang Tak Ditentukan, misalnya negasi tingal sebagai negasi tanpa hubungannya dengan sesuatu yang lain (ungkapannya berbunyi ; "Realitas Yang Tak Ditentukan tinggal sebagai Realitas Yang Tak Ditentukan), atau satu afirmasi ada sejauh dia didefenisikan melalui negasi (ungkapannya berbunyi ; Realitas yang ditentukan hanya ada sejauh dia dinegasikan oleh Realitas Yang Tak Ditentukan)

Logika menurut Krisna hanya menyibukan diri dengan Obyek Ilmu Pengetahuan dan dengan semua kemungkinan yang dapat dipikirkan. Dalam hubungannya dengan Realitas Mutlak, logika hanya bertujuan untuk membuat Realitas Mutlak mudah dimengerti, tetapi bukan untuk menentukan apa itu Realitas Mutlak. Karena itu, ada diferensiasi abstrak yang menyeluruh antara apa yang dapat dikatakan dalam logika dan apa yang tidak dapat dikatakan di balik apa yang dapat dikatakan. Diferensiasi ini ditunjuk dengan jelas dalam satu prinsip yang melawan logika tradsional Barat ( dialetika, logika formal, dan logika empiris). Prinsip itu berbunyi ; "Hal Yang Tak Terbatas dan yang terbatas adalah satu dan bukan satu" . Realitas Mutlak menurut Krisna memilki logikanya sendiri yang dikenal melalui simbolisme. Setiap Pernyataan tentang Tuhan sebagi Realitas Mutlak, seperti Teologi Christian baik Teologi afirmatif maupun Teologi negatif hanya melambangkan Realitas Mutlak sebagai diri. Diri dilambangkan dengan "AKU" tetapi mentransendensi aku empiris. Teologi menurutnya secara ekpresif menunjuk kepada negasi terhadap "AKU" (Teologi negatif) atau kepada pengakuan terhadap 'Aku" (Teologi Afirmatif) . Teologi hanya punya arti simbolis tanpa menetapkan atau menentukan secara pasti apa yang dilambangkan.

Realitas Mutlak sebagai Subyek ;
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 04 January 2009, 01:25:27 AM
 Realitas Mutlak sebagai Subyek ;

Realitas Mutlak sebagai yang tidak ditentukan menuntut dari dirinya sendiri untuk diwujudkan. Ini hanya mungkin melalui perwujudan batiniah yang gradual dari Subyek. Dengan itu Krisna tiba pada fase kedua filsafatnya, yang didalamnya ia mendefenisikan Realitas Mutlak sebagai Subyek . Arti ini diambil Krisna dari rumusan Uphanishad, yaitu "Tat tvam asi" (Engkau adalah itu atau Itulah Engkau).
Didalam buku Krisna, The Secret of Freedom. ia sendiri menjelaskan antitesis antara Subyek dan Obyek, antitesis yang mengantar dia kepada pemahaman bahwa Realitas Mutlak selalu merupakan Subyek dan bahwa Obyek hanyalah semu. Antitesis ini yang muncul secara gradual dalam proses berpikir manusia merupakan kategori fundamental. Misalnya, ia menjelaskan antitesis itu sebagai berikut ; 'Obyek adalah apa saja yang diartikan....Subyek adalah apa yang tidak diartikan". Obyek dikenal sebagai sesuatu yang terpisah dari Subyek, sementara Subyek dikenal dalam dirinya sendiri. Obyek terjadi hanya melalui alienasi diri dari subyek dan mempunyai arti hanya dalam hubungan dengan Subyek. Antitesis semacam itu diolah Krisna secara rinci dalam konsepnya tentang psikologi trasenental dan penerangan psikologi ini pada jenjang-jenjang (Stadium) subyektivitas.

Psikologi Transendental berupaya secara umum untuk mengenal hal pengetahuan (knowing) melalui pengolahan spiritual akan sikap subyektif. Psikologi ini menganalisis bukan hanya proses kesadaran subyek dalam upaya pembebasan diri dari subyek untuk memeroleh kebebasan subyek, tetapi juga modus kebebasan yang sama sekali tidak menunjuk pada Obyek. Psikologi trasendental berpusat pada hubungan antara Subyek dan Obyek, tetapi pada waktu yang sama pada subyek murni sebagai kebebasan.

Dalam hubungan dengan pengolahan spiritual sikap subyektif, Krisna mengemukakan tiga modus atau jenjang umum subyektivitas yang di dalamnya berlangsung proses pembebasan subyek dari obyek. Tiga stadium itu ialah ; Subyektivitas Jasmani, Subyektivitas Psikis, Subyektivitas Spiritual.

Subyektivitas Jasmani adalah "aku" dilengkapi dengan "tubuhku" sebagai bagian dari Fisik. Pembebasan subyek dari belenggu tubuh adalah satium pertama subyektivitas menuju stadium kedua, yaitu subyektivitas Psikis. Subyektivitas Psikis mempunyai kegiatannya sendiri dan terarah kepada Obyek dengan bantuan imajinasi, ide, dan pemikiran. Dalam jenjang ini proses pembebasannya berjalan melalui kegiatan subyek untuk membebaskan pikiran dari obyek pemikiran yang tak dikenal. Untuk itu stadium ketiga, yaitu subyektivitas spiritual menjadi penting.

Subyektivitas spiritual bermula dari 'rasa" . Rasa bersifat subyektif tanpa merujuk kepada satu obyek tertentu. Karena itu, rasa adalah kebebasan yang tidak bergantung kepada kemungkinan-kemungkinan yang dapat dipikirkan. Subyek mersa bebas dari segala obyek yang dipikirkan dalam sikap subyektifnya ketika intropeksi berhasil dihayati. Intropeksi merupakan stadium subyektivitas murni dan absolut yang di dalam nya hanya terdapat kebebasan subyekyang bersifat murni semata-mata.

Pengolahan spiritual terhadap sikap subyektif merupakan satu usaha untuk perwujudan diri yang memuncak pada pencapaian kebebasan absolut. Pada setiap jenjang di atas subyektivitas menuntut pembebasan dari obyek-obyek semu menuju kepada jenjang terakhir ketika sikap subyektif menjadi "satu tuntutan spiritual yang sadar untuk intuisi subyek selaku kebebasan absolut, yaitu subyek yang secara absolut tidak bersifat obyektif . Pada puncak dari perwujudan diri tinggal realitas mutlak sebagai Subyek Murni.


Realitas Mutlak sebagai Alternatif ; (Terakhir...)   ^:)^  _/\_
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 04 January 2009, 01:26:11 PM
Posting Hendarko ;

Tulisan di awal thread nuansa Levinasnya kental sekali.

Descartes , "cogito, ergo sum.", "Aku berpikir, jadi/maka aku ada."
Levinas , "Respondeo, ergo sum.", "Aku bertanggung jawab, jadi/maka aku ada."


Komentar singkat,
Kedua pemikiran di atas bersumber pada "AKU", Levinas setali tiga uang dengan R. Descartes, malah justru lebih menguatkan keber-ada-an "AKU" dengan konsepnya tentang "YANG LAIN".

Hal ini bertolak belakang dengan ajaran Buddha Gotama, terutama Anatta, tiada AKU/Diri.
(Silakan membaca buku terbaru terbitan DC, tulisan YM. Mahasi Sayadaw, softcopy dapat didownload di situs Dhammacitta ini)

Apabila tiada "AKU" , apalagi dengan "YANG LAIN".
"Yang Lain" timbul/di-ada-kan, karena memegang konsep "AKU" ada.


Xuvie posting ;

Makanya berkebalikan dr tesis 'cogito ergo sum', saat 'aku' ini tidak berpikir.. ya tidak ada 'aku'.. buddhism banget tuh heheh

Setuju, pertama dgn adanya konsep 'aku' ya kemudian muncul konsep 'yang lain' dalam upaya menjawab misteri yg ada..
yg bermain itu kan 'aku'



Tergelitik saya  :outoftopic: untuk menanggapi postingan konsep "aku" diatas, sebelum melanjuti Perjalan mencari Tuhan ke India yang tertinggal satu serie ; Realtas Mutlak sebagai Alternatif.
Latihan kebijaksanaan berpusat pada pengembangan kebijaksanaan (vipassana-bhavana), yaitu cara pandang yang mendalam dan menyeluruh terhadap sifat keberadaan hidup. Cara pandang tersebut memungkinkan pemahaman kebenaran dari keberadaan hidup kita dalam ruang lingkup yang dapat lansung kita capai, yaitu dalam pengalaman kita sendiri. Pada umumnya kita tenggelam dalam pengalaman kita sehari-hari. Kita juga mengidentifikasikan diri kita dengan pengalaman itu dengan begitu menyeluruhnya sampai-sampai kita tidak lagi memahaminya. Kita menjalani pengalaman itu namun tidak memahami sifatnya. Karena ketidakmampuan kita melihat inilah maka pengalaman itu akhirnya tidak kita pahami.

Pengalaman kita dipenuhi oleh kebodohan batin berupa anggapan tentang ; ketidakberubahan, kepuasan, dan tentang Inti diri. Di antara penyimpangan pemahaman tersebut, yang terpatri paling dalam dan yang paling sulit dilenyapkan adalah kebodohan batin berupa anggapan mengenai adanya inti diri. Gagasan ini menyatakan bahwa dalam Inti keberadaan hidup kita terdapat suatu "aku" yang benar-benar ada dan yang kita anggap merupakan diri kita sendiri. Buddha mengajarkan bahwa gagasan mengenai inti diri adalah Hal yang Salah, yaitu sekedar pengandaian yang tidak merujuk pada sesuatu yang benar-benar ada. Namun, walaupun memang berupa pengandaian belaka, gagasan mengenai inti diri tersebut tidaklah berakibat ringan. Sebaliknya gagasan tersebut membawa akibat yang bisa sangat fatal. Karena kita menjadi kan pandangan tentang diri tersebut sebagai titik pandang yang kita pakai untuk memandang dunia ini, maka pikiran kita membagi segala sesuatu menjadi dualitas "aku" dan "bukan aku", apa yang merupakan "Miliku" dan yang "bukan Miliku". Karena terperangkap dalam kedua kutub pandang ini, kita lalu akan menjadi korban kotoran batin yang berasal dari ke dua kutub pandang ini. Kita juga akan terdorong untuk MEMILKI  dan MENGHANCURKAN  _/\_ , dan pada akhirnya kita akan menjalani penderitaan yang pasti akan tiba. ^:)^

Untuk membebaskan diri kita dari semua kotoran batin dan penderitaan, pandangan salah mengenai "inti diri" yang menopang kotoran batin dan pendertaan tersebut harus dilenyapkan dan dihancurkan dengan pemahaman mengenai tiadanta "Inti diri". Inilah yang sebenarnya yang harus dilakukan dalam PENGEMBANGAN KEBIJAKSANAAN. (KUTIPAN DARI BHIKKHU BODHI)

Semoga bisa meditasikan tentang "aku" yang di maksud Sang Buddha. ;D
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 04 January 2009, 02:30:45 PM
Realitas Mutlak sebagai Alternatif ;

Realitas Mutlak menurut Krisna dapat dimengerti sebagai satu yang bersifat Alternatif dalam Lingkup Pemahaman tentang kesadaran dan hubungan antara isi kesadaran dan kesadaran sendiri. Ada tiga bentuk kesadaran, yaitu ; Mengetahui (knowing), Menghendaki (Willing). Merasa (feeling). Di dalam setiap bentuk kesadaran, hubungan antara isi kesadaran dan kesadaran dijalin secara berbeda. Karena itu, ketiga bentuk kesadaran itu mengungkapkan isi kesadaran itu dalam rumusan mereka secara berbeda pula.

Pada soal "Mengetahui"(knowing),  isi kesadarannya dirumuskan sebagai kebenaran, dalam arti bahwa Realitas Mutlak adalah Kebenaran. Pada soal 'Menghendaki" (Willing),  isi kesadaran dirumuskan sebagai kebebasan, dalam arti bahwa Realitas Mutlak adalah Kebebasan. Dan dalam soal "Merasa"(feeling),  isi kesadaran dirumuskan sebagai Nilai, dalam arti Realitas Mutlak adalah Nilai.

Perumusan semacam itu tidak membawa arti bahwa ada tiga realitas mutlak. Hanya ada Realitas Mutlak di dalam hal 'Mengetahui", ada Realitas Mutlak di dalam hal "Menghendaki" dan ada Realitas Mutlak di dalam hal 'Merasa". Ketiga perumusan tentang Realitas Mutlak itu dimengerti bersama-sama, tetapi tidak dimengerti sebagai yang ada bersama-sama. Maksudnya, perumusan semacam itu mengungkapkan Realitas Mutlak yang tampil atau sebagai Kebenaran atau sebagai Kebebasan, atau sebagai Nilai. Inilah Sifat Alternatifnya Realitas Mutlak dalam perumusannya, dan sifat ini justru memberi ciri khas pada Filsafat Alternatif yang dikembangkan Krisna.

Filsafat Alternatif yang dikembangkan Krisna di mengerti sebagai satu jalan alternatif filsafat antara filsafat dogmatis dan filsafat integratif. Filsafat dogmatis menekankan bahwa hanya ada "satu" Realitas Mutlak dan hanya ada "satu" jalan menuju Realitas Mutlak, sementara filsafat integratif menegaskan bahwa ada banyak jalan menuju "satu realitas mutlak yang sana". Filsafat Alternatif Krisna menolak kedua pandangan itu dan menegaskan bahwa ada banyak jalan menuju banyak puncak yang manusia pilih. Puncak yang manusia capai tidak menunjuk pada satu realitas mutlak tertentu, tetapi realitas mutlak tampil pada puncak sebagai "Satu Alternatif" yang manusia pilih dan yang padanya manusia menjalankan komitmennya. Dalam Filsafat Altenatif tersedia satu sistem logis yang didasarkan pada pilihan terhadap satu alternatif diantara banyak alternatif yang lain.

Mengetahui, Menghendaki, Merasa, adalah kegiatan kesadaran yang memiliki prosesnya sendiri untuk menuntun manusia kepada Realitas Mutlak. Proses "Mengetahui" berjalan menuju puncak, yaitu menuju kebenaran mutlak. Proses ini ditempuh dalam empat tingkatan ; pemikiran empiris, yang mencakup obyek yang ditanggapi dan yang dibayangkan ; Pemikiran Kontemplatif atau obyek murni yang mencakup isi obyek yang tidak dapat ditanggapi ; Pemikiran Spiritual yang menolak sikap obyektif tetapi menerima obyek sebagai simbol ; Pemikiran Transendental yang berisikan Kebenaran Absolut.

Proses Menghendaki berjalan menuju puncak yaitu Kebebasan Mutlak. Proses ini ditempuh melalui "Yoga" yang tidak lain dari pada kegiatan subyek yang sadar akan diri untuk tidak mengetahui realitas mutlak, tetapi menjadi bebas di dalam dirinya (Samadhi).

Proses "Merasa" berjalan menuju Realitas Mutlak sebagai Nilai. Nilai adalah Rasa Mutlak. Rasa diarti kan Krisna sebagai "atau KEGEMBIRAAN ESTESIS atau sesuatu yang digembirakan secara 'estetis". Puncak dari proses "merasa" adalah pencapaian Rasa Estetis yang di-identikkan dengan isi estetis atau rasa mutlak. Perjalanan Rasa pun menempuh tingkatan, yaitu Rasa Primer yang adalah rasa sentuhan langsung dengan obyek ; Rasa Simpatik yang menyangkut rasaku dengan rasa dari pribadi lain ; Rasa Kontemplatif yang menyentuh pengalaman rasaku akibat hubungan antar dua pribadi yang lain ; Rasa Estetis yang adalah Pencapaian Rasa Mutlak.

Selesai sudah perjalanan sangat singkat ke India melalui pemikiran cendikiawan Filsafat India, entah di dalam merangkum ini apakah Krisna juga masuk kan Ajaran Dhamma kita atau tidak.?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 04 January 2009, 02:37:11 PM
Upasaka Posting ; Artikel Anda menarik... Namun tetap saja belum mampu menyanggah Konsep Buddhisme mengenai anatta, bahkan tidak pula sampai mengguncangkannya dari sisi penalaran...  

Sama sekali saya tidak ada kemampuan untuk "mengguncangkannya", lantas terpaksa saya memakai kata ;

U = ntung

S  = aya

A  = pa.

 ;D
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Nevada on 04 January 2009, 04:25:18 PM
Upasaka Posting ; Artikel Anda menarik... Namun tetap saja belum mampu menyanggah Konsep Buddhisme mengenai anatta, bahkan tidak pula sampai mengguncangkannya dari sisi penalaran...  

Sama sekali saya tidak ada kemampuan untuk "mengguncangkannya", lantas terpaksa saya memakai kata ;

U = ntung

S  = aya

A  = pa.

 ;D

Maksud saya, konseptional artikel Anda itu belum mampu memberikan satu cara pandang baru yang berbeda dari selama ini mengenai konsep anatta di Buddhisme...  :)
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 04 January 2009, 06:03:16 PM
Upasaka Posting ; Artikel Anda menarik... Namun tetap saja belum mampu menyanggah Konsep Buddhisme mengenai anatta, bahkan tidak pula sampai mengguncangkannya dari sisi penalaran...  

Sama sekali saya tidak ada kemampuan untuk "mengguncangkannya", lantas terpaksa saya memakai kata ;

U = ntung

S  = aya

A  = pa.

 ;D

Maksud saya, konseptional artikel Anda itu belum mampu memberikan satu cara pandang baru yang berbeda dari selama ini mengenai konsep anatta di Buddhisme...  :)

Oh..,malah saya tidak berpikiran masuk ke koridor Anatta di Buddhisme...saya hanya mau berdiri diatas Kebenaran Universal dengan Ajaran Buddhisme, maka judulnya pun "Yang Lain",serta dari awal sengaja saya masukan ilmu Filsafat baik Barat mau pun akhirnya saya pilih Filsafat dari India demi go back to the basic nya kebudayaan Hindu nya Sang Buddha Gautama   :) , paling tidak bila berbicara nama Tuhan, saya tidak sendirian lagi khususnya di thread ini.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Reenzia on 04 January 2009, 06:09:17 PM
 [at] sis sukma

hemmm...maap untuk bbrp artikel terakhir ini saia kurang bs menangkap apa isinya....
soalnya panjang buanggeet...jd binun mo comment apaan...
yg dikasi artikel terus sih....ini artikelnya sis sukma yg tulis sndr ato cuma copas saja?
kalo copas, kenapa tak sekali-sekali anda mengutarakan pendapat sendiri saja?

yg pasti dari sudut rasional, saia tak menangkap apa yg bisa dijadikan alasan kuat
bahwa si Tuhan memang nyata adanya....
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 04 January 2009, 06:33:11 PM
Reenzia, siap ini posting ini ya saya masuk kedalam pertanyaan Ree.

Upasaka Posting ; Masih saja mendeskripsikan Tuhan sebagai personal...?? 

Boleh beri masukan ya.., banyak orang salah persepsi dengan Tuhan sebagai Personal atau Pribadi. Suatu cara di mana "Yang Lain" menampakkan Diri-NYA...tapi apa itu Diri, Personal atau Pribadi untuk Tuhan.? Jawaban atas pertanyaan ini cukup sulit di jelaskan lewat jalan pintas. Namun, pertama-tama mesti di pahami, Wajah,Personal atau Pribadi yang di maksudkan di sini bukan dalam pengertian "Fisis-Biologis", Personal/Pribadi atau Wajah di sini tidak di mengerti sebagai badan jasmani manusia.

Pada prinsipnya, Metafisika melampaui atau mendahului Ontologi. Makna Personal/Pribadi atau Wajah yang Metafisik mesti dilihat seturut pengertian Metafisika itu sendiri. Point "Metafisika" mengandung pengertian --ta meta ta physika--, yang berarti melampaui yang Fisis, yang berada di seberang hal-hal yang Fisis. Wajah / Personal yang Metafisik serempak menampakkan aspek transendensi di dalam dirinya, yaitu aspek yang mengandung Infinitas. Wajah dan Infinitas dibicarakan dalam satu kesatuan karena keduanya saling mengandaikan, Wajah/Personal menafifestasikan suatu Infinitas. Manifestasi seperti ini di namakan Epifani, dalam Epifani Wajah/Personal mewahyukan sesuatu yang hidup. Ada Kehadiran Yang Hidup.....
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 04 January 2009, 06:57:36 PM
[at] sis sukma

hemmm...maap untuk bbrp artikel terakhir ini saia kurang bs menangkap apa isinya....
soalnya panjang buanggeet...jd binun mo comment apaan...
yg dikasi artikel terus sih....ini artikelnya sis sukma yg tulis sndr ato cuma copas saja?
kalo copas, kenapa tak sekali-sekali anda mengutarakan pendapat sendiri saja?

yg pasti dari sudut rasional, saia tak menangkap apa yg bisa dijadikan alasan kuat
bahwa si Tuhan memang nyata adanya....

Baik, kita bicara yang Rasional aja yah ;

Setiap kebudayaan pada umumnya setuju bahwa yang BAIK harus dilakukan dan yang JAHAT harus dihindari. Mari kita bicara Norma Moral tertentu yang berlaku jauh sebelum Sang Buddha Gautama lahir.

Setiap orang di bumi ini, dan setiap kebudayaan dalam Sejarah, "Memuji Keberanian dan Mengecam Kepengecutan". Tidak ada ceritera-ceritera epik lama yang menghormati orang yang lari meninggalkan teman-temannya dalam pertempuran. Sikap uiversilitas seperti ini meluas pada berbagai norma dalam bidang-bidang lain kehidupan juga. Suatu contoh ; walaupun suku-suku berbeda dalam hal-hal khusus mengenai moralitas seksual, tidak ada suatu masyarakat yang tidak menerapkan aturan tertentu mengenai seksualitas manusia. Rasa Pengertian Moral ini sebutlah ; "hati nurani" memerlukan Standard di mana orang menimbang permasalahan keadilan.

Moral bukanlah semata-mata suatu masalah preferensi pribadi. Sedikit sekali orang yang dapat menerima pembunuhan berantai atau perkosaan sebagai suatu gaya hidup alternatif. Namun, setiap kecaman atas tindakan-tindakan ini memerlukan pengertian tentang suatu Standard Universal yang sudah pasti. Setiap pengakuan atas hak-hak asasi dan kewajiban manusia lintas budaya se-bumi mengandaikan pengakuan atas hak dan kewajiban dasar yang dinyatakan oleh Penguasa Tertinggi. Dan Penguasa itu di sebut orang "Tuhan".

Reenzia, bagaimana orang sedunia bisa sepakat dengan nilai moral diatas.?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Reenzia on 04 January 2009, 07:18:55 PM
 [at] sis sukma

nah..kebenaran yg anda sebutkan diatas, seperti moral, norma, kebudayaan, tradisi, trend, adat istiadat, dan itu semua kan adalah kebenaran konvensional yang terbentuk dari hubungan sosial manusia, bukannya kebenaran hakiki

kebenaran konvensional tsb tidak mutlak
tiap jaman, daerah, kebiasaan, lingkungan, budaya membentuk kebenaran konvensional
yang berbeda sesuai dengan tingkat intelegensi, dan kebiasaan dilingkup masyarakat itu sendiri

special thankz untuk xuvie atas refrensi vocab saia :))
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 04 January 2009, 07:31:55 PM
Nah, sekarang ini banyak orang menyatakan bahwa ada perilaku-perilaku tertentu yang sudah biasa terjadi dimana- mana dan terutama dikalangan masyarakat Barat. Misalnya banyak orang mendustai pasangan hidupnya, memalsukan angka laporan pajak, dan bahkan merencanakan pemusnahan bayi mereka yang masih dalam kandungan.

Apakah mereka ini sungguh tahu bahwa mereka melakukan hal yang SALAH.? Jawabannya aku yakin ; YA.!

Mereka tahu pada kadar tertentu, melakukan hal-hal yang SALAH. Aku kenal beberapa orang yang berbohong, bahkan biasa berbohong ; namun, pembohong yang paling hebat sekalipun tidak mau dibohongi oleh orang lain. Banyak orang berselingkuh ; tetapi orang yang paling sering selingkuh pun tidak mau di balas dengan di khianati. Para penipu pajak tidak ingi di dustai orang lain. Dan tidak seorang pelaku aborsi pun yang menginginkan peralatan yang di gunakan untuk aborsi itu memotong anggota badan atau bagian tubuhnya yang Vital. Maka mereka yang bertindak melawan kaidah moral yang paling dasar pun tetap berpegang pada kaidah-kaidah itu terhadap hal-hal yang melawan dirinya, dan berdasarkan rasa keadilan yang paling dalam. Mereka mungkin bertindak tidak adil, tetapi mereka itu tetap mengharapkan orang lain berlaku adil pada mereka.

Bukanlah suatu kebetulan bahwa pembunuhan, pencurian, dusta, dan perzinahan ada diantara dosa-dosa yang terlarang di dalam Sepuluh Perintah Allah, yaitu Hukum Dasar yang diberikan Allah kepada Musa di Gunung Sinai. Namun tidak ada warna yang khas dalam Hukum-Hukum ini, bukan warna yang khas "Yahudi" dan juga bukan khas "Christiani". Hukum-Hukum itu berlaku Umum, Universal.

Ada orang yang meragukan adanya kemungkinan Norma-Norma yang berlaku Universal. Namun, pernyataan-pernyataan dasar mereka, seperti alasan yang melawan logika bersifat kontradiktif (melawan diri sendiri) 

Yang saya mau bahas pada kalimat yang di bold biru ini, dari mana bisa terjadi kesepakatan tanpa diatur di seluruh bumi dalam hati nurani si manusia.? apakah karena hukum sebab-akibat.? atau adakah kekuatan "Yang Lain"?   
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 04 January 2009, 07:53:28 PM
[at] sis sukma

nah..kebenaran yg anda sebutkan diatas, seperti moral, norma, kebudayaan, tradisi, trend, adat istiadat, dan itu semua kan adalah kebenaran konvensional yang terbentuk dari hubungan sosial manusia, bukannya kebenaran hakiki

kebenaran konvensional tsb tidak mutlak
tiap jaman, daerah, kebiasaan, lingkungan, budaya membentuk kebenaran konvensional
yang berbeda sesuai dengan tingkat intelegensi, dan kebiasaan dilingkup masyarakat itu sendiri

special thankz untuk xuvie atas refrensi vocab saia :))

Contoh ;

Ketika orang mengunjungi kamp pembantaian di Auswitch, orang-orang tidak tersenyum dan berkata ; "Para Algojo Auswitch itu mempunyai nilai-nilai yang berbeda dengan ku. Dunia ini memang sangat kejam!". Tidak.! mereka berkata "Itu jahat sekali". Seseorang tak perlu mengadakan telaah untung-rugi untuk mengecam pembunuhan dan tindakan sadis yang bersifat massal itu. Darah para korban sepertinya berseru-seru meminta keadilan dari tempat-tempat itu.

Orang biasanya akan segera mengenali mana yang JAHAT, walaupun mereka lamban mengakui Kebaikan. Orang bisa saja melihat suatu tindakan yang tampaknya bersifat kepahlawanan dan membayangkan adanya motif yang mementingkan diri sendiri atau sebaliknya -hasrat untuk menjadi terkenal, keinginan untuk mendapat pujian, tetapi sedikit sekali orang yang lamban mengecam sesuatu yang Jahat, tapi sangat cepat Claim Tuhan itu tidak ada, mana keadilan, etc   ^:)^
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Reenzia on 04 January 2009, 08:39:24 PM
Quote
Nah, sekarang ini banyak orang menyatakan bahwa ada perilaku-perilaku tertentu yang sudah biasa terjadi dimana- mana dan terutama dikalangan masyarakat Barat. Misalnya banyak orang mendustai pasangan hidupnya, memalsukan angka laporan pajak, dan bahkan merencanakan pemusnahan bayi mereka yang masih dalam kandungan.

Apakah mereka ini sungguh tahu bahwa mereka melakukan hal yang SALAH.? Jawabannya aku yakin ; YA.!

salah ato tidak nya itu kan tergantung trend, hukum dan adat istiadat setempat
di jaman yg lain, trend memusnahkan bayi mrk tidak selalu adalah hal yg salah

selingkuh dan diselingkuhi pun juga merupakan trend, cara pikir anda seperti ini
dimana anda menilai suatu hal baik ato tidak itu terpengaruh oleh kebiasaan saat ini

contohnya saja saat ini, ada yg berpendapat euthanasia yg dilakukan ketika
ibu yg akan melahirkan nyawanya terancam oleh bayi yg dikandungnya sendiri
ada bbrp pendapat bahwa menyelamatkan sang ibu lebih penting
karena sang ibu telah mempunyai banyak hubungan sosial dengan org lain
sehingga dengan meninggalnya ibu dapat berpengaruh besar pada org2 yg telah mengenalnya

ada pula yg berpendapat bahwa menyelamatkan si anak lebih penting
karena permintaan dari sang ibu atau sang ayah, ada juga yg berpendapat
bahwa si anak tak pantas mati karena tak berdosa, ia berhak untuk hidup
dan si anak harusnya diberikan hak untuk menjalani hidupnya

semua itu hanyalah pendapat dan argumentasi semata
argumentasi berdasarkan tingkat intelegensi dan sudut pandang masing-masing org

sedangkan dalam buddhist, cara pandang dan argumentasi tersebut memang semua bisa benar
tapi benar didalamnya adalah benar secara konvensional, bukanlah kebenaran mutlak

buat mengenali mana yg jahat atau tidak itu juga dilihat dari sudut subjektif masing-masing pribadi

negara a dan negara b berperang karena ada alasan masing-masing
bagi negara masing-masing mrk mempunyai nilai kebenaran yg belum tentu sama
masing-masing melihat dari sudut subjektif masing-masing

saia pun yakin mrk juga yakin atas kebenaran mereka sendiri
keyakinan dan kebenaran mereka sendiri yang ternyata adalah bertentangan
dan akhirnya berakibat perang diantara mereka

mengenai mengclaim Tuhan ada atau tidak, terlepas dari apa yg telah tertulis
di kitab atau tipitaka maupun dimanapun
bagi saia sendiri itu tidak penting, saia sendiri tak mengatakan Tuhan itu benar ada atau tidak
karena memang tak dapat dibuktikan sendiri oleh saia

tapi hingga saat ini, saia sendiri tak menemukan tanda maupun bukti apapun mengenai kehadiran-Nya
bagi saia memikirkan mengenai-Nya sama saja memikirkan sesuatu yg belum jelas kebenarannya
so buat apa dipermasalahkan? bukankah itu adalah tindakan yg useless?

pernyataan terakhir saia mengenai Tuhan, lagi-lagi terlepas dari apa yg tertulis,
adalah saia belum mengakui adanya Tuhan, tapi juga belum mengakui tidak adanya Tuhan
tapi 99% saia meragukan benar adanya mahluk itu sih, soalnya dari banyak nya refrensi,
pengakuan, bukti-bukti ternyata 100% mematahkan pemikiran rasional
makin banyak mengecewakan tentang keberadaan-Nya
maka makin besar keraguan saia...

apalagi ditambah dengan banyaknya orang yg mengakui kebenaran tentang si Dia
tapi argumentasi, pengakuan dan pernyataan tersebut malah dengan sangat mudah
dipatahkan oleh pemikiran rasional, maka si Dia makin diragukan adanya




Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: 7 Tails on 04 January 2009, 08:44:14 PM
Ketika orang mengunjungi kamp pembantaian di Auswitch, orang-orang tidak tersenyum dan berkata ; "Para Algojo Auswitch itu mempunyai nilai-nilai yang berbeda dengan ku. Dunia ini memang sangat kejam!". Tidak.! mereka berkata "Itu jahat sekali". Seseorang tak perlu mengadakan telaah untung-rugi untuk mengecam pembunuhan dan tindakan sadis yang bersifat massal itu. Darah para korban sepertinya berseru-seru meminta keadilan dari tempat-tempat itu.

yakin ama contohnya?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Reenzia on 04 January 2009, 09:03:46 PM
Quote
14/11/08 16:22
Gereja: Tidak Ada Komuni Bagi Pendukung Obama


Columbia, Carolina Selatan (ANTARA News) - Seorang pendeta Gereja ka****k Roma di Carolina Selatan berkhotbah pada jemaatnya bahwa mereka tidak boleh menerima Komuni Suci jika mereka memilih Barack Obama karena Presiden terpilih dari Partai Demokrat itu mendukung aborsi dan menyebut ka****k pendukung Obama telah bekerjasama dengan iblis.

Pendeta Jay Scott Newman mengatakan dalam satu surat yang ditujukannya Minggu kepada para jemaat Gereja ka****k St. Mary, Greenville, bahwa mereka telah menaruh jiwanya dalam bahaya besar jika menghadiri Komuni Suci tanpa melakukan dulu "pengakuan dosa" karena telah memilih Obama.

"Bangsa kita telah memilih politisi pendukung aborsi paling radikal selama karirnya di Senat dan kampanye presidensialnya, sebagai pemimpin negara ini," tulis Jay yang menyebut nama Obama secara penuh, termasuk nama tengah presiden AS baru itu, Hussein.

Memilih politisi proaborsi saat ada alternatif prokehidupan yang lebih terpercaya, sama artinya bekerjasama dengan iblis, dan jemaat ka****k yang mendukung politisi itu telah menempatkan dirinya berada di luar Komuni penuh Gereja ka****k dan akan menghadapi hukum Tuhan, tegasnya.

"Orang yang berada dalam kondisi seperti itu tidak boleh menerima Komuni Suci sampai dia berekonsiliasi dengan Tuhan di bawah Sakramen Pengakuan Dosa. Jangan sampai mereka memakan dan meminum kutukannya sendiri," kata Pendeta Jay.

Sepanjang kampanye Pemilu 2008 ini, uskup-uskup bersuara jauh lebih nyaring mengenai aborsi dibanding empat tahun sebelumnya.

Mereka mendesak para politisi dan pemilih ka****k menempatkan isu aborsi sebagai bahan pertimbangan terpenting dalam merumuskan kebijakan dan menentukan kandidat mana yang boleh dipilih.

Sejumlah kecil pemuka gereja bahkan menyebut para jemaat telah merusak jiwa suci mereka jika memilih kandidat yang mendukung aborsi.

Namun, para uskup berbeda pendapat dalam soal apakah para pengambil kebijakan dan pemilih ka****k dilarang menerima Komuni jika mereka tidak mengikuti ajaran gereja mengenai aborsi.

Sebenarnya, masing-masing uskup mempunyai kebijakannya sendiri-sendiri, tergantung paroki atau lingkup keuskupannya.

Dalam pertemuan tahunan lalu, para uskup Gereja ka****k AS dengan sangat jelas menentang kebijakan Obama yang mendukung hak-hak warga negara untuk melakukan aborsi.

Tetapi, berdasarkan jajak pendapat nasional, 54 persen orang ka****k justru memilih Obama yang adalah seorang pemeluk Protestan.

Sementara di Keresidenan Greenville --secara tradisional dikenal salah satu diantara wilayah-wilayah paling konservatif-- 61 persen pemilih memberikan suaranya kepada kandidat Republik, sedangkan Obama hanya mendapat 37 persen.

"Larangan mengikuti Komuni bukanlah upaya partisan. Kalaupun kandidat Republik yang proaborsi dan kandidat Demokrat yang justru prokehidupan, apapun yang telah saya tuliskan tak akan berubah," tandas Jay.

Pada Pemilu 2004, kalangan ka****k konservatif mengkritik kandidat Demokrat John Kerry karena mendukung aborsi, dan tidak sedikit yang mengingatkan John untuk tidak menerima Komuni Suci karena pandangannya berseberangan dengan ajara gerejani.

Namun, Biarawati Mary Ann Walsh, juru bicara untuk Konferensi Uskup ka****k AS justru mengatakan dia tidak mendengar gereja-gereja lain akan mengambil posisi anti kemenangan Obama seperti ditunjukkan Pendeta Jay.

Bahkan, sebuah kelompok ka****k Demokrat yang berpusat di Boston menyebut larangan menerima Komuni Suci itu terlalu ekstrem.

"Romo Newman keterlaluan. Dia bertindak di atas kewenangan parokinya dengan mengatakan apa yang dikerjakannya benar. Sayang, dia telah mengorbankan kepentingan para jemaat yang telah memilih Senator Obama dan Biden. Akan ada risiko spiritual akibat perkataannya itu," komentar kelompok itu.

Sebaliknya, seorang pria yang selama 18 tahun setia menjadi jemaat Gereja St. Mary menyambut pesan Newman dan memperkirakan larangan itu akan mengilhami diskusi lebih mendalam mengenai aborsi di gerejanya.

"Saya tak bisa memahami seseorang yang mengaku kr****n, khususnya ka****k, lalu memilih kandidat yang pro aborsi. Kalian sedang membicarakan pembunuhan anak tidak berdosa," kata Ted Kelly (64) yang dalam sisa hidupnya mengabdikan diri sebagai relawan untuk gereja St. Mary. (*)

http://www.antara.co.id/arc/2008/11/14/gereja-tidak-ada-komuni-bagi-pendukung-obama/

mana yg bener nih?
umat gereja ada disegala penjuru dunia loh
barack obama juga bukan org yg bisa dianggap enteng
bahkan belakangan dia jadi primadona bahkan di Indonesia  ^-^
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Nevada on 04 January 2009, 09:04:42 PM
Quote from: sukma
Moral bukanlah semata-mata suatu masalah preferensi pribadi. Sedikit sekali orang yang dapat menerima pembunuhan berantai atau perkosaan sebagai suatu gaya hidup alternatif. Namun, setiap kecaman atas tindakan-tindakan ini memerlukan pengertian tentang suatu Standard Universal yang sudah pasti. Setiap pengakuan atas hak-hak asasi dan kewajiban manusia lintas budaya se-bumi mengandaikan pengakuan atas hak dan kewajiban dasar yang dinyatakan oleh Penguasa Tertinggi. Dan Penguasa itu di sebut orang "Tuhan".

1) Setiap pengakuan hak asasi dan kewajiban manusia itu disepakati oleh kaum mayoritas di suatu populasi. Seiiring berkembangnya zaman, kesepakatan ini menjadi norma adat atau nilai peri kemanusiaan.

2) Anda menyebut "Penguasa Tertinggi". Kata 'penguasa' merujuk pada 'seseorang' atau pribadi yang menguasai.

3) Penguasa Tertinggi = Tuhan. Jadi Anda menyiratkan dengan jelas sekali bahwa Tuhan itu PERSONAL sifatnya.

4) Penguasa Tertinggi aka Tuhan tidak pernah secara langsung menetapkan norma kemanusiaan berdasarakan hak dan kewajibannya. Sekali lagi saya tekankan, yang menentukan adalah kaum mayoritas dalam suatu populasi. Dan kesepakatan ini pun tumbuh menjadi nilai peri kemanusiaan yang seolah sudah mendarah-daging di setiap insan yang mengaku sebagai bagian dari spesies unggulan bernama manusia.

Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Nevada on 04 January 2009, 09:21:37 PM
Nah, sekarang ini banyak orang menyatakan bahwa ada perilaku-perilaku tertentu yang sudah biasa terjadi dimana- mana dan terutama dikalangan masyarakat Barat. Misalnya banyak orang mendustai pasangan hidupnya, memalsukan angka laporan pajak, dan bahkan merencanakan pemusnahan bayi mereka yang masih dalam kandungan.

Apakah mereka ini sungguh tahu bahwa mereka melakukan hal yang SALAH.? Jawabannya aku yakin ; YA.!

Mereka tahu pada kadar tertentu, melakukan hal-hal yang SALAH. Aku kenal beberapa orang yang berbohong, bahkan biasa berbohong ; namun, pembohong yang paling hebat sekalipun tidak mau dibohongi oleh orang lain. Banyak orang berselingkuh ; tetapi orang yang paling sering selingkuh pun tidak mau di balas dengan di khianati. Para penipu pajak tidak ingi di dustai orang lain. Dan tidak seorang pelaku aborsi pun yang menginginkan peralatan yang di gunakan untuk aborsi itu memotong anggota badan atau bagian tubuhnya yang Vital. Maka mereka yang bertindak melawan kaidah moral yang paling dasar pun tetap berpegang pada kaidah-kaidah itu terhadap hal-hal yang melawan dirinya, dan berdasarkan rasa keadilan yang paling dalam. Mereka mungkin bertindak tidak adil, tetapi mereka itu tetap mengharapkan orang lain berlaku adil pada mereka.

Bukanlah suatu kebetulan bahwa pembunuhan, pencurian, dusta, dan perzinahan ada diantara dosa-dosa yang terlarang di dalam Sepuluh Perintah Allah, yaitu Hukum Dasar yang diberikan Allah kepada Musa di Gunung Sinai. Namun tidak ada warna yang khas dalam Hukum-Hukum ini, bukan warna yang khas "Yahudi" dan juga bukan khas "Christiani". Hukum-Hukum itu berlaku Umum, Universal.

Ada orang yang meragukan adanya kemungkinan Norma-Norma yang berlaku Universal. Namun, pernyataan-pernyataan dasar mereka, seperti alasan yang melawan logika bersifat kontradiktif (melawan diri sendiri) 

Yang saya mau bahas pada kalimat yang di bold biru ini, dari mana bisa terjadi kesepakatan tanpa diatur di seluruh bumi dalam hati nurani si manusia.? apakah karena hukum sebab-akibat.? atau adakah kekuatan "Yang Lain"?   

Secara naluri kehewanan, seekor singa yang buas tidak akan membunuh sesama saudara sendiri.
Namun manusia yang memiliki intelegensial di atas hewan, bisa menjadi makhluk paling biadab di Alam Semesta ini.

Kesepakatan manusia mengenai berbagai macam aspek di seluruh dunia adalah berdasarkan pemahaman rasional...

Dahulu kala ketika manusia masih hidup dengan keterbatasan intelegensial, mereka hanya menghargai kehidupan dan nilai-nilai moral yang berlaku untuk kaum dan komunitasnya saja. Seiring berkembangnya pemahaman dan intelegensialnya, umat manusia juga menganggap ada satu kuasa yang mengendalikan dunia ini. Konsep dewa-dewi pun mulai dianut, dan ada yang meyakini konsep Super-Duper Dewa Tunggal, yang dikenal dengan nama Tuhan Pencipta.

Sebagai makhluk sosial yang tumbuh bersama dengan sesamanya, manusia menjadi makhluk yang merasakan kehangatan akan suatu hubungan antar makhluk. Tidak semua makhluk dapat mencapai pengalaman batin ini. Hewan seperti anjing adalah salah satu makhluk yang dapat mencapai pengalaman batin ini, selain manusia tentunya. Kebersamaan ini erat kaitannya dengan nilai cinta-kasih, belas-kasihan dan simpati-empati. Karena itu, kaum mayoritas yang berpikir sehat tentunya akan menolak hal-hal atau perbuatan yang berlawanan dengan nilai-nilai ini.

Sudah jelas sekali, pengalaman batin merupakan penggerak dan penggubah konsep sudut pandang dalam berpikir. Orang yang sejak bayi dibesarkan oleh serigala pun akan hidup layaknya seekor serigala. Saya rasa Anda pernah membaca kisah manusia yang dibesarkan oleh serigala ini. Manusia ini gagal untuk menjadi manusia seutuhnya. Dia hidup dengan struktur biologis manusia, namun dia tidak menjalani kehidupan sebagai manusia. Pengalaman batinnya adalah pengalaman kehidupan sebagai seekor serigala. Pengalaman ini membuatnya melihat dunia dengan sudut pandang seekor serigala. Hal ini membuat pola pikirnya terus mengadopsi kelakuan serigala. Dia tidak lagi mengenal dan mungkin sulit sekali menerima konsep nilai moral manusia.

Sampai di sini, saya rasa sudah terlihat jelas bahwa Tuhan bukanlah sosok yang menganugerahi nilai moral universal pada manusia secara serempak. Hati nurani manusia pun bukan unsur tunggal yang menggerakkan manusia untuk berada dalam nilai kemoralan. Karena hati nurani yang Anda maksud itu pun dipengaruhi oleh pengalaman, kejadian di sekitar, intelegensial, pendidikan, dan watak pribadi yang bersangkutan.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: dilbert on 04 January 2009, 10:05:05 PM

Oh..,malah saya tidak berpikiran masuk ke koridor Anatta di Buddhisme...saya hanya mau berdiri diatas Kebenaran Universal dengan Ajaran Buddhisme, maka judulnya pun "Yang Lain",serta dari awal sengaja saya masukan ilmu Filsafat baik Barat mau pun akhirnya saya pilih Filsafat dari India demi go back to the basic nya kebudayaan Hindu nya Sang Buddha Gautama    :) , paling tidak bila berbicara nama Tuhan, saya tidak sendirian lagi khususnya di thread ini.

[at] sdri. sukma...

Pada masa pangeran Siddharta, tidak ada yang namanya ajaran Hindu, tetapi ajaran Brahmanisme... Ajaran Hindu justru ada ketika Buddha sudah parinibbana dimana para penganut ajaran Brahmanisme yang terdesak oleh ajaran Buddha kemudian memodifikasi ajaran brahmanisme maka lahirlah ajaran Hindu (yang akarnya dari ajaran brahmanisme).
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Jerry on 04 January 2009, 10:09:59 PM
Contoh ;

Ketika orang mengunjungi kamp pembantaian di Auswitch, orang-orang tidak tersenyum dan berkata ; "Para Algojo Auswitch itu mempunyai nilai-nilai yang berbeda dengan ku. Dunia ini memang sangat kejam!". Tidak.! mereka berkata "Itu jahat sekali". Seseorang tak perlu mengadakan telaah untung-rugi untuk mengecam pembunuhan dan tindakan sadis yang bersifat massal itu. Darah para korban sepertinya berseru-seru meminta keadilan dari tempat-tempat itu.

Orang biasanya akan segera mengenali mana yang JAHAT, walaupun mereka lamban mengakui Kebaikan. Orang bisa saja melihat suatu tindakan yang tampaknya bersifat kepahlawanan dan membayangkan adanya motif yang mementingkan diri sendiri atau sebaliknya -hasrat untuk menjadi terkenal, keinginan untuk mendapat pujian, tetapi sedikit sekali orang yang lamban mengecam sesuatu yang Jahat, tapi sangat cepat Claim Tuhan itu tidak ada, mana keadilan, etc   ^:)^

Koreksi:
mereka yg membenci Yahudi, khususnya dari golongan ekstrimis pihak seberang dan merasa di serang, malah memuji dan menyenangi Hitler sbg tokoh utama pembantaian Yahudi koq..
Jd di mana rasa kebaikan universal itu? :D

Belum membaca semua nih, maap.. Tp secara garis besar saya rasa saya bs mengerti mksd sis sukma yg bertujuan baik utk mencari titik sentral pertemuan antara Timur <terutama Buddhism> dgn Barat.
Dan saya jg stuju -stengahnya- dgn opini yg sis kemukakan bbrp x sebelumnya ttg 'kaum buddhis yg nyaman berada dlm zona aman'. Tp tidak semua org, hanya krn sebagian bukan berarti mewakili semua. Jgn menggeneralisir. Sebagian kalangan yg mengerti, tentu mengerti bahwa memang sia2 utk mencari titik temu Timur-Barat, terutama dlm hal mengenai "Tuhan".

Tentang Kebaikan Universal sbg tema yg diangkat, ok. Saya setuju banget. Dan FYI, memang ada Kebaikan Universal yg berlaku di mana2. Jika Anda ingin tahu -sebagai intelek tentunya Anda sudah tahu- bahwa isi dari Pancasila Buddhis juga termuat dalam Sepuluh Perintah Allah <terkecuali sila ke-5, klo gak gmn lg pendeta bs minum2 anggur? :))> :hammer:
So.. Usunglah tema yg memang ada dlm ke-2 nya. Tapi jangan hanya karena ingin menyamakan lantas dicari kompromi utk mempertemukan 2 hal yg berbeda jalur, atau blh di blg, paralel? :-?

Opini pribadi saya sendiri, saya memilih utk tidak lancang, selama Tuhan tidak dpt dibuktikan, utk mengatakan ada atau tidak ada, itu terlalu cepat.
Maka kebalikan dr kalimat sign merah, 'sangat cepat Claim Tuhan itu tidak ada' saya kembalikan pd Anda.
Pribadi saya lebih menyetujui pendapat orang2 seperti Einstein atau Hawking di bagian konklusi 'A Brief History of The Time', teori Tuhan sebagai 'the watchmaker', di mana setelah Dia menyelesaikan ciptaan Dia, maka tidak tersisa banyak pilihan lagi buat Dia, bahkan, Hawking mengatakan tidak ada tempat utk Dia dlm semesta ini. Karenanya, seperti pandangan buddhis yg saya yakini, apakah dia ada atau tidak ada, kenapa dipermasalahkan? Kenapa mesti dipuja dan disembah pula? Yang terpenting bukankah melakukan esensi dari Dia, yaitu Kebaikan Universal - jika memang mau dicari sosok di balik Kebaikan Universal adlh si Dia :whistle: pandangan ini yg saya tawarkan pd orang luar yg belum mengenal Buddhism. :)

2 Hal yg berbeda, biarkanlah berbeda apa adanya. Tidak perlu dipertemukan jika memang tdk bs bertemu.  Hanya melahirkan konflik dan pertentangan saja. Selain itu menjadikan kita membengkokkan realita terlalu jauh. Toh.. apakah memang 'tampaknya hidung dirancang sedemikian rupa sehingga cocok utk kacamata' ? <Voltaire>

Ngulas 1 posting aja sepanjang ini.. Cape de.. #:-S

mettacittena
_/\_
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Jerry on 04 January 2009, 10:17:09 PM
Quote
Secara naluri kehewanan, seekor singa yang buas tidak akan membunuh sesama saudara sendiri.
Maap mengecewakan bro sebagai pecinta singa hehe :D
bunuh-bunuhan dan kanibalisme di kalangan singa juga udah biasa bro. Terutama membunuh singa jantan yg masih kecil yg di masa depan bs menjadi pesaing. Begitu pula jika singa jantan dewasa kelaparan. Bahkan terkadang singa betina menjadi inceran.
Makanye aye lebih suka harimau. Koq jd bahas wild-life yak :)) :hammer:
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Jerry on 04 January 2009, 10:56:38 PM
Bukti-bukti Positif ;

Spoiler: ShowHide
Selama berabad-abad, para Filsuf dan orang Suci mengajukan berbagai-bagai petunjuk tentang keberadaan Tuhan. Sebagian orang menyebutnya "bukti atau argumen" (dalih). Mungkin yang paling terkenal adalah yang berasal dari St Thomas Aquinas, dan biasanya disebut sebagai "Lima Cara" atau "Lima Jalan". Thomas, bukanlah orang pertama yang menunjukkan (dari akal budi dan pengalaman) cara bagaimana orang  mengenal keberadaan dan sifat Tuhan. Kita juga perlu ingat bahwa banyak dari petunjuk tentang keberadaan Tuhan itu sampai kepada kita dari suatu masa di mana para filsuf itu dapat mengandaikan adanya kepercayaan Universal pada Yang Illahi. Melalui Sejarah, kebanyakan orang yang waras mengakui adanya sesuatu keillahian.

Thomas menyusun Lima Cara berdasarkan landasan yang telah dibentangkan oleh Plato dan Aristoteles, keduanya orang Yunani yang tidak mengenal Tuhan, yang hidup empat abad sebelum Yesus Kristus. Landasan kedua orang inilah merupakan Wibawa atau Wewenang primer bagi St Thomas di dalam menunjukkan cara bagaimana kita dapat mengetahui keberadaan Tuhan. Semua petunjuk tentang keberadaan Tuhan dapat disurutkan menjadi, entah pengalaman inderawi ("melihat berarti percaya"), entah apa yang di sebut bukti, yaitu dalih-dalih nalar yang melakukan runutan, pelacakan, bergerak mundur ke balik suatu bukti, dari Akibat-Akibat kepada suatu Sebab yang niscaya dari akibat-akibat itu, seperti yang mungkin di lakukan sekelompok detektif di tempat kejadian perkara ; dengan akal budi melacak seorang pencuri dari adanya jejak kaki, sidik jari, dan jejak-jejak yang lain yang ditinggalkannya. Karena "tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah", semua petunjuk mengenai keberadaannya merupakan Petunjuk Ilmiah.

Cara yang ditempuh ;

Thomas mengawali ke Lima Cara nya dengan "argumen gerakan". Kita juga dapat menyebutnya argumen dari "perubahan" atau "perkembangan". Mulainya dari suatu fakta sederhana segala sesuatu di dunia yang kita alami dan kita ketahui mengalami perubahan, bergerak dari potensi menjadi nyata. Segala sesuatu bergerak atau berubah. Namun, tak ada yang bergerak atau berubah sendiri. Semua yang bergerak pasti digerakan oleh sesuatu yang sudah bergerak. Namun, rangkaian pengerak itu tidak bisa dirunut mundur sampai tak terhingga. Pasti ada sesuatu permulaan yang tidak bergerak. Pengerak pertama (Prime Mover) yang tidak bergerak itu di sebut Thomas adalah Tuhan.

Suatu analogi ;

Bayangkan anda berkendaraan sampai di suatu lintasan kereta api, hanya untuk melihat kereta api melintas, saat anda sampai dilintasan kereta, anda melihat gerbong demi gerbong, belasan gerbong dan kemudian puluhan gerbong lagi, anda sampai ditempat itu ketika kereta sudah berjalan, sehingga anda tidak melihat mesin Lokomotif nya. Tetapi anda tentu yakin bahwa kereta itu pasti punya mesin ; karena jika anda melihat suatu kereta bergerak, anda tahu ada sesuatu yang menggerakannya, suatu mesin Lokomotif menariknya. Jika anda berusaha memecahkan masalah dengan menempatkan fakta serangkaian gerbong yang tak ada habisnya itu sebagai dasar argumen, maka anda tidak perlu menghentikan jalannya kereta itu untuk menjelaskan gerakannya. Jika anda menyangkal adanya mesin Lokomotif itu, maka anda memperbesar lagi lingkup permasalahan anda itu, untuk mendapatkan Penyebab yang jauh lebih besar lagi dan luar biasa dari gerakan rangkaian gerbong yang sedemikian panjang itu.

Analogi kereta itu mengantar pada Cara Thomas yang kedua ; argumen penyebab efisien. Argumen ini sama dengan argumen yang pertama. Mulanya dengan memerhatikan bahwa setiap Akibat punya suatu Sebab. Namun, rangkaian sebab-akibat tidak dapat melampaui rangkaian gerak dalam hal ketidak-terhinggaannya. Namun, setiap Sebab dalam rangkaian itu tidak dapat dianggap sebagai permulaan yang paling ujung ; sebab, jika kita menyangkal adanya Akibat yang sekaligus Sebab, kita menihilkan seluruh rangkaian Akibat itu. Kita tidak dapat mundur Tak Terhingga merunut Sebab-Sebab, kita harus menempatkan suatu Argumen dasar tentang Sebab Pertama yang Tidak Ada Penyebabnya lagi, dan Sebab Pertama itu adalah Tuhan.

Cara yang Ketiga berdasarkan Kemungkinan dan Keniscayaan. Kita memperhatikan semua hal berubah. Keberadaannya berasal dari suatu yang lain. Semua yang kita lihat di dunia ini tidak muncul tiba-tiba dari ketiadaan, melainkan berasal dari sesuatu Yang Lain, terkait dengan keberadaan sesuatu yang lain itu. Dan sekali lagi, rantai asal muasal yang tak terhingga adalah Tak Terpikirkan, absurd. Tidaklah cukup menyatakan suatu rangkaian keberadaan, yang masing-masing dan semuanya, membutuhkan adanya suatu Sebab. Jika keberadaan-keberadaan bersifat bergantung pada yang lain, maka harus ada keberadaan terakhir yanf Tidak Berubah dan Tidak Bergantung pada Yang Lain, namun, niscaya -berada dalam dan dari dirinya sendiri. Dan Keniscayan itu kita sebut Tuhan.

Dalam ketiga Cara-Cara pertama ini, St Thomas mengemukakan Argumen kosmologis. Ia melakukan penalaran dari bukti fisik. Dalam Dua Cara selanjutnya, ia mengalihkan dasarnya, dari penalaran kosmologis kepada penalran Teologis, dari pemikiran tentang Asal Muasal kepada pemikiran tentang Maksud dan Tujuan Terakhir. Cara keempat berkenan dengan "derajat kesempurnaan", St Thomas memerhatikan bahwa kita semua menilai segala sesuatu punya tingkatan kesempurnaan lebih atau kurang dari yang lain. Kita mengatakan sesuatu Lebih Benar atau Kurang Benar, Lebih Bagus atau Kurang Bagus, dan sebagainya. Pengukuran semacam itu mengandaikan adanya suatu ukuran standard (baku) yang mutlak. Suatu pita pengukur tentu menunjukan jarak diantara kedua ujung. Kadarnya mungkin dalam inchi(atau sentimeter),kaki, atau meter, atau mil (kilometer) di cantumkan pada pita itu berkaitan dengan standar yang mutlak atau konstan(tetap). Ini berlaku untuk segala kualitas. Namun, pasti ada semacam Standard yang Sempurna yang merupakan dasar pengukuran segala kualitas itu, Dan kepenuhan segala kesempurnaan itu kita sebut Tuhan.

Cara yang Kelima, adalah "argumen rancangan" atau "finalitas" (dengan kata lain "tindakan pengertian"). St Thomas berawal dari pengamatan bahwa semua yang kekurangan pengertian tetap bertindak menuju maksud tertentu. Tampaknya mereka punya tujuan tertentu dan mengikuti pola tertentu, 'hukum" alam tertentu , hukum gravitasi, termodinamika, dan sebagainya. Dan semua hukum yang banyak ragamnya ini tampaknya bekerja dengan suatu tatanan yang teratur. Jika kita menerapkan bukti-bukti ini pada Fisika Modern, kita berdiri dalam suatu kosmos yang menakjubkan, yang berfungsi dengan cara yang stabil dan dapat diperkirakan kendati ada peristiwa-peristiwa kesalahan(anomali)yang terjadi terus menerus dalam tingkatan sub-atomik(dibawah tingkat atom). Kendati ada bermacam-macam teori evolusi dan beberapa komentator berusaha menentang rancangan cerdas Thomas ini, namun sebenarnya hanya menegaskan Cara Kelima ini. Bagi Charles Darwin dan Thomas, alam mengikuti hukum besi tertentu dan mengejar tujuan tertentu dalam tatanan yang teratur dan dapat diramalkan. Sekalipun dalam Darwinisme alam mengikuti suatu proses seleksi ; yang terkuat akan bertahan. Semuanya ini menyiratkan adanya tujuan, tatanan, standar dan akhir.

Ambilah analogi ;

Anda berjalan dipantai dan melihat sesuatu yang berkilat-kilat terkena sinar matahari, anda memungutnya, suatu benda logam kecil, bulat dan permukaannya dilapisi kaca. Anda memerhatikan ada suara tik-tik-tik, dan anda melihat di balik kaca itu ada gigi-gigi, per, sekrup dan tanda-tanda ukuran. Semua benda itu digabungkan dengan tepat dan kompak. Nah, apakah benda itu.? Dan bagaimana proses keberadaannya.?. Apakah karena hasil dari gelombang yang tak terbilang banyaknya yang melandai pantai, mengerus karang jadi pasir yang kemudian dibentuk kembali oleh angin dan kemudian menghasilkan konfigurasi yang bergerak dengan sangat tepat itu.?

Dapat kah otak manusia membayangkan proses semacam ini.? Ya, tetapi proses seperti itu tidak mungkin. Dengan Cara yang sama, ketika anda mempelajari Ciptaan, anda melihat bukti desain, dan desain itu merujuk kepada seorang desainer. Mata merupakan suatu system dari kompleksitas yang tidak dapat di reduksi, yang terdiri dari suatu retina, kornea, lensa, pelumas yang mengandung air dan bersifat seperti kaca. Mata seperti itu tidak mungkin menjadi hasil dari suatu proses yang sembarangan. Mata diciptakan dengan suatu desain tertentu, dan di buat untuk melihat ; dan masing-masing bagiannya mengandaikan berfungsi nya seluruh bagian yang lain. Apakah organ itu melayani tahap-tahap hipotetis sebelumnya -sebelum organ itu bisa melihat.? Sama sekali tidak. Mata itu di buat dengan mengingat tujuannya ; untuk melihat. Segala sesuatu juga mengandung kebenaran seperti itu, dari partikel sub-atomik dan sel-sel sampai pada system dan galaksi matahari. Ilmu empiris menjadi mungkin karena Alam Semesta ini Teratur, terpola, simetris, dapat di cermati, dan (sekurang-kurangnya dalam derajat tertentu) dapat diukur dan dapat diduga. Kita dapat menyimpulkan dengan Nalar bahwa alat yang kita temukan di pantai itu berasal dari suatu pabrik, dan pabrik pembuat itu punya tujuan ketika membuatnya. Sebuah jam tentu memerlukan pembuat jam. Dengan demikian, Alam Semesta yang Teratur juga memerlukan adanya Pencipta Yang Cerdas, dan kita menyebut Pencipta itu Tuhan

Masih segudang Cara yang lain untuk membuktikan Keberadaan Tuhan. ^:)^   


Silakan baca di sini:

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=7934.0

Masih segudang Cara yang lain lagi utk membuktikan Ketakberadaan Tuhan ^:)^
Tp kembali lg, saya ngga tertarik, ini cuman mencoba memaparkan aja dan mematahkan tesis dr sis Sukma aja, dgn demikian tesis-antitesis akan membentuk sebuah kesempurnaan lg..
en, it`s all up 2 u kembali, mau believe Him or not.. Coz what`s the point in belief then? ;D

mettacittena
_/\_
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Nevada on 04 January 2009, 11:01:54 PM
Quote
Secara naluri kehewanan, seekor singa yang buas tidak akan membunuh sesama saudara sendiri.
Maap mengecewakan bro sebagai pecinta singa hehe :D
bunuh-bunuhan dan kanibalisme di kalangan singa juga udah biasa bro. Terutama membunuh singa jantan yg masih kecil yg di masa depan bs menjadi pesaing. Begitu pula jika singa jantan dewasa kelaparan. Bahkan terkadang singa betina menjadi inceran.
Makanye aye lebih suka harimau. Koq jd bahas wild-life yak :)) :hammer:

Ow itu mah ogut juga tahu. Kucing kecil di kompleks ogut juga sering digebukin ama kucing jantan yang sudah dewasa. :hammer:

Tapi setidaknya saya belum pernah melihat seekor singa (biasa singa betina  ::)) membunuh anaknya sendiri. Bahkan anak singa juga tidak membunuh induknya.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Reenzia on 04 January 2009, 11:16:43 PM
Spoiler: ShowHide
miaw saia di rumah dlu anaknya dimakan sama bapaknya miaw tuh, kepalanya hilang loh (http://s301.photobucket.com/albums/nn47/hyprotika/babi_nangis.gif) (http://"hyprotika.wordpress.com")
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: 7 Tails on 04 January 2009, 11:22:36 PM
kalau laba2 yang baru lahir dan memakan induknya?
:hammer:
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Nevada on 04 January 2009, 11:30:29 PM
Spoiler: ShowHide
miaw saia di rumah dlu anaknya dimakan sama bapaknya miaw tuh, kepalanya hilang loh (http://s301.photobucket.com/albums/nn47/hyprotika/babi_nangis.gif) (http://"hyprotika.wordpress.com")


Spoiler: ShowHide
Sisa tubuh anaknya miaw saia di rumah dulu yang habis dimakan miaw jantan lain, digondol pulang sampai di depan pintu utama ama nyokapnya. Apalagi ditambah ekspresi induk betina miaw saya yang sedih itu T.T
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Nevada on 04 January 2009, 11:31:46 PM
kalau laba2 yang baru lahir dan memakan induknya?
:hammer:

Wew... Yang saya tahu, laba-laba jantan yang dimakan oleh laba-laba betina setelah selesai resepsi pernikahannya. ^-^
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hendrako on 04 January 2009, 11:34:29 PM
hmmm.... gak ngarti aye...??

Bro/sis Sukma, bisa dijelaskan dengan singkat apa yang ingin anda sampaikan pada thread ini, dengan bahasa sehari-hari tentunya ?

Apakah menurut anda yang dimaksud sebagai "yang lain" oleh Levinas adalah hal yang sama dengan yg dimaksud dengan Krisna dengan "realitas mutlaknya"-nya.? Dan apakah hubungannya dengan Buddhism ??

Trima kasih sebelumnya.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hendrako on 04 January 2009, 11:37:49 PM
Mungkin saya salah..............

Saya melihat ujung2nya adalah,
Hati nurani sebagai pengejawantahan/emanasi/pancaran - Yang lain/ Tuhan / Allah/ Realitas Mutlak-  sebagai "Kasih".
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: dilbert on 05 January 2009, 12:14:10 AM
kalau laba2 yang baru lahir dan memakan induknya?
:hammer:

Wew... Yang saya tahu, laba-laba jantan yang dimakan oleh laba-laba betina setelah selesai resepsi pernikahannya. ^-^


tentang anak laba laba yang menyebabkan kematian induknya, ITU BENAR dan saya lihat sendiri dokumentasinya di TV. Ada spesies laba laba tertentu yang induknya akan mengorbankan dirinya mati kena racun dari anak-anaknya demi untuk meningkatkan daya racun dan bobot tubuh anak-anaknya menjadi 2,5 x lipat tubuh setelah anak laba laba menyuntikkan racun ke tubuh induknya. Walaupun bobot racun anak anaknya masih sedikit, tetapi karena jumlah anak anaknya bisa mencapai ratusan, maka konsentrasi racun yang disuntikkan ke dalam tubuh induknya akan mencapai taraf mematikan bagi induknya.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hendrako on 05 January 2009, 12:32:13 AM
Makanya berkebalikan dr tesis 'cogito ergo sum', saat 'aku' ini tidak berpikir.. ya tidak ada 'aku'.. buddhism banget tuh heheh ;D

Setuju, pertama dgn adanya konsep 'aku' ya kemudian muncul konsep 'yang lain' dalam upaya menjawab misteri yg ada..
yg bermain itu kan 'aku' ;)


to Bro Xuvie,

Yang dibold biru diatas bukan Buddhism, tapi MMD  ;D

Pikiran/berpikir bukanlah "aku". Sama halnya unsur2 batin yang lain (perasaan, persepsi, kesadaran, dll) bukanlah "aku".
Menyatakan berpikir sebagai "aku", secara tidak langsung menyatakan bahwa "aku" ada, yaitu proses berpikir, sedangkan anatta, menurut pemahaman intelektual saya, secara tegas menyatakan tidak ada diri/aku.

Jadi tidak ada yang salah dalam berpikir,
yang ada adalah pemahaman/pandangan salah tentang aku, yaitu "aku berpikir maka aku ada".

Demikianlah yang saya pahami (secara intelektual) sekarang ini.

Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Jerry on 05 January 2009, 12:48:22 AM
Spoiler: ShowHide
Sesudah sedikit pengantar tentang manusia melalui ilmu Filsafat untuk membicarakan "Yang Lain" yaitu Yang Tak Berhingga di mana pada akhirnya tentu akan muncul suatu kata "Tuhan", dan bagaimana kita sebagai pengikut Dhamma Buddha THERAVADA bisa ikut dalam Dialog Makna kata Tuhan Yang Universal tanpa merusak dasar Dhamma Buddha khususnya dari THERAVADA.?  .

Koreksi saya bila saya salah, Dhamma Buddha kita isinya adalah Pencapaian Pencerahan Sempurna dari Sang Buddha Gautama yang di tuangkan dalam Sutta dan banyak buku Suci lainnya, dan semua Isi tulisan ini dikatakan BIJAKSANA demi membantu pengikut-pengikut Buddha mencapai Pembebasan Sempurna dari penderitaan, adapun segala tulisan Sutta dan buku Suci kita digolongkan sebagai jenis Filsafat,dll. Dan, kita sebagai pengikutnya masing-masing dari awal pembelajaran Dhamma Buddha, tentunya tahu bahwa pembelajaran Dhamma kita tidak menyertai satu pelajaran yang di sebut Teology yaitu suatu pembahasan tentang Tuhan / Sang Pencipta. Tidak adanya pembelajaran Materi Teologi bukan berarti Pengikut Buddhisme adalah termasuk kelompok yang biasanya di sebut Atheis atau Komunis.Tentunya kita bisa berbicara tentang Tuhan karena sejak Sang Buddha Gautama membabarkan Dhamma, kata Ketuhanan Yang Maha Esa telah ada pada Dhamma kita.

Untuk berdialog tentang Makna Tuhan Yang Universal dengan Bijaksana, Intelektual, dan semangat Cinta-Kasih, apakah kita sebagai murid-murid Buddha diperboleh berbicara tentang Teologi tanpa memberi 3 alasan yang classic dibawah ini ;
Beberapa Sikap terhadap Allah /Tuhan ;

1 . Apa yang dikemukan kaum oleh Atheis, mereka memperdebatkannya dan bahkan menolaknya dengan mengatakan Allah /tuhan itu Tidak Ada dan bahwa sesyaty yang seperti Allah itu tidak memiliki Makna yang dapat di Spesifikasi.

2 . Agnostisisme yakni paham yang menegaskan bahwa Akal-Budi manusia tidak dapat mengetahui atau mengatakan apa-apa tentang Allah /Tuhan. Dengan kata lain, adanya Tuhan tidak dapat ditunjukkan dan sekaligus tiadanya Tuhan juga tidak bisa dibuktikan.

3 . Indiferentisme, yakni paham yang mengatakan persoalan mengenai Allah /Tuhan itu Tidak Relevan dan Tidak Banyak Manfaatnya.  

Sebab, manusia adalah mahluk yang terbatas dengan keterbukaan yang tak berbatas....maka bertanya tentang Tuhan tidak pernah akan musnah pertanyaan ini dari Habitat Manusia. Maka, silahkan Vooting suara bila kita mau diskusi tentang Tuhan, maka harus bersikap Fair dengan memakai ilmu Teologi , hal yang sama bila sdr/i yang berbeda Agama nya mau berdiskusi Dhamma Buddha mereka juga siap belajar 8 Jalan Utama kita.

Sebagai kelanjutan Dialog kata Tuhan, maka saya sebagai pengikut Dhamma, menganut paham Dialog seperti di bawah ini ;

Untuk memahami 'Yang Lain" menurut cara dia berada, orang mesti pertama-tama menanggalkan seluruh pemahaman tentang dirinya, tentang dunianya, tentang rasionalitasnya, tentang kesadaran dirinya, tentang kebenarannya, tentang persepsinya, tentang kehendaknya.

Dia yang lain adalah yang bukan aku, untuk memahami "Yang Lain", aku tidak dapat memulai dari diriku, karena memulai dari diri ku berarti memulai dari dunia pemahaman dan persepsiku, Memulai dari Kebenaran yang saya miliki ; Jalan yang Benar untuk memahami "Yang Lain" adalah memulai dari dunianya, yaitu keberlainannya, Dunianya adalah keberlainannya, yang sering saya sebut keluar dari 'Zona Aman" kita.

 _/\_
 



Utk bold biru underlined:
Atau jika dilihat dr sudut pandang laen, bisa juga dikatakan masih ada saja orang yg tidak berani keluar dari Zona Aman kepercayaan thdp Tuhan/Allah? :)
Toh ngga ada salahnya percaya thdp Dia? Anggap aja iseng2 berhadiah.. Kalo2 ternyata di Hari Akhir Zaman, ngga bakal dimasukin neraka krn ada kepercayaan thdp Dia? :D
Kan katanya "hanya imanlah yg menyelamatkan, bukan perbuatan baik"

mohon pencerahannya sis Sukma :)

mettacittena
_/\_
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Jerry on 05 January 2009, 01:34:48 AM
[at]ekor 7 dan Master ZEN
yup.. ada liat jg tuh di dokumentasi wkt itu.. yg begitu netas anak2nya nyuntikin racun dan mengisap cairan dr tubuh induk sebagai makanannya ya.. ;D

[at] bro hendra
Spoiler: ShowHide

Hehe.. oya? MMD? Saya ngga pernah ikut praktek MMD tuh..
Tau dan denger ttg yg namanya 'pak Hud' jg stelah join di DC 19 Oktober.

Mengenai:
Quote
Jadi tidak ada yang salah dalam berpikir,
yang ada adalah pemahaman/pandangan salah tentang aku, yaitu "aku berpikir maka aku ada".
Maka apakah dgn berpikir tidak ada aku, maka ke-aku-an itu menjadi tidak ada? Itu cuma sebuah konsep. Apakah masalah selesai dgn konsep VS konsep? Hal itu dikatakan Bhante Pannavaro Mahathera selaku Ketua STI, apakah itu berarti Bhante Pannavaro Mahathera juga praktisi MMD? Dhamma itu satu dan universal adanya. Dan seperti laut yg memiliki 1 rasa asin, demikian pula Kebenaran memiliki 1 rasa, yaitu pembebasan.
Konsep, seberapapun kita pelajari dan pahami, selama belum kita ehipassiko, maka masih dlm batasan doktrin Buddhisme.
Jujur saja, kita harus bisa berbesar hati juga mengakui bbrp kebenaran dalam pernyataan lawan bicara kita, seperti Pak Hud, atau Sukma. It`s okay 2 b different. Terus terang, meski tidak menyetujui semua hal dr pendapat mereka. Beberapa hal yg memang benar ya benar. Hanya karena tidak sependapat tidak berarti saya harus menolak semua pendapat mereka kan? ;)

Analoginya sperti kita dari Jakarta menuju Bandung lewat tol. Spot dan Landmark yg dilewati pasti sama kan? Misalnya lewatin Rest Area gt.
Meski beda ketertarikan orientasi pandangan salah satunya.. Yg terpenting, jgn terlalu terkotak2 lah.. :)
Hmm.. saya jg masih secara intelektual tentunya.. hny sedikit berdasar pengalaman. Dan it`s okay bro.. sperti kalimat bro yg sy quote td, ga ada yg salah dgn intelektual. gmn kita bs mengolahnya tanpa melekat pdnya aja.  ;)

Semoga dimengerti :)


mettacittena
_/\_
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 05 January 2009, 01:05:45 PM
Reenzia ;
contohnya saja saat ini, ada yg berpendapat euthanasia yg dilakukan ketika
ibu yg akan melahirkan nyawanya terancam oleh bayi yg dikandungnya sendiri
ada bbrp pendapat bahwa menyelamatkan sang ibu lebih penting
karena sang ibu telah mempunyai banyak hubungan sosial dengan org lain
sehingga dengan meninggalnya ibu dapat berpengaruh besar pada org2 yg telah mengenalnya

ada pula yg berpendapat bahwa menyelamatkan si anak lebih penting
karena permintaan dari sang ibu atau sang ayah, ada juga yg berpendapat
bahwa si anak tak pantas mati karena tak berdosa, ia berhak untuk hidup
dan si anak harusnya diberikan hak untuk menjalani hidupnya

semua itu hanyalah pendapat dan argumentasi semata
argumentasi berdasarkan tingkat intelegensi dan sudut pandang masing-masing org

sedangkan dalam buddhist, cara pandang dan argumentasi tersebut memang semua bisa benar

tapi benar didalamnya adalah benar secara konvensional, bukanlah kebenaran mutlak
  ^:)^
buat mengenali mana yg jahat atau tidak itu juga dilihat dari sudut subjektif masing-masing pribadi

negara a dan negara b berperang karena ada alasan masing-masing
bagi negara masing-masing mrk mempunyai nilai kebenaran yg belum tentu sama
masing-masing melihat dari sudut subjektif masing-masing

saia pun yakin mrk juga yakin atas kebenaran mereka sendiri
keyakinan dan kebenaran mereka sendiri yang ternyata adalah bertentangan
dan akhirnya berakibat perang diantara mereka


Reenzia, perhatikan kalimat yang saya bold warna biru dan merah, di posting saya yang lalu sudah saya toleransi hal tentang berbedanya budaya, tapi posting saya lebih mau menampilkan Kebenaran Universal yang hadir di sanubarinya manusia,

saya senang membaca tulisan teman saya dan  meminjam nya untuk contoh di bawah ini ;

Boyke ditangkap polisi karena pelecehan seksual terhadap seorang wanita. Boyke kemudian membela diri dengan mengatakan, kira-kira, "salah sendiri kenapa si wanita itu berpakaian minim dan provokatif." Tampaknya si wanita memang berpakaian seronok dan ini mendorong Boyke untuk melakukan pelecehan seksual.

Fast forward ke final Piala Dunia 2006 Germany, French Vs Italia. Marco Materazzi memprovokasi Zinedine Zidane. Materazzi mengata-ngatai Zidane sebagai teroris dan saudara perempuan Zidane adalah pelacur. Zidane kemudian menanduk Materazzi. Kartu merah dihadiahkan kepada Zidane. Beberapa hari setelah final, yang dimenangkan Italia lewat penalti, Materazzi dihukum oleh FIFA (lupa sanksinya).

Fast forward lagi ke peristiwa di Indonesia. Para korban lumpur Lapindo sangat frustrasi karena tidak ada kejelasan nasib mereka dan tidak ada kepedulian lebih. Mereka kemudian memblokade jalan-jalan utama sehingga memacetkan jalan. Upaya ini sedikit membuahkan hasil karena kemudian pihak yang terlibat dalam bencana ini mencjadi lebih serius dan terfokus.



"Two wrongs don't make a right." Satu kesalahan tidak bisa ditambah kesalahan lainnya untuk kemudian menjadikan satu kebenaran. Sebuah frase yang cukup terkenal di dunia Barat yang mewarisi sedikit banyak nilai-nilai Kebenaran 

Semangat dari prinsip ini mengajarkan bahwa meskipun kita dijahati, kita tidak bisa membalas dengan kejahatan. Karena dengan melakukan kejahatan sebagai balasan atas tindakan kejahatan yang dilakukan pada kita, maka itu sama saja membenarkan adanya kejahatan. Jadi kalau kita sudah membalas yang jahat dengan yang jahat, what makes us any different dengan orang yang telah menjahati kita? Sekalipun pembalasan kita yang jahat tersebut sama nilainya atau lebih kecil nilainya dari kejahatan yang dilakukan terhadap kita namun tetap saja kita telah memberi pembenaran terhadap yang jahat, yang relatif hanyalah "nilai"-nya.

Pada akhirnya kita tidak berusaha untuk menjauhi yang jahat sama sekali, tapi melakukan kompromi dengan prinsip "minus malum" ("jahat minimal") yang super sesat itu.


Jadi, si wanita mungkin berpakaian tidak sopan, Materazzi tentunya kurang ajar dan melanggar sportivitas karena lancang menghina orang yang dicintai Zidane, Lapindo bisa jadi punya kehendak buruk dan ingin lempar tanggung jawab, NAMUN SEMUA ITU TIDAK MEMBENARKAN PERBUATAN JAHAT APAPUN SEBAGAI BALASAN ATASNYA.

Sekalipun si wanita telanjang itu tidak membenarkan si Imam untuk melakukan pelecehan seksual. Sekalipun Materazzi menghina ayah, ibu dan semua leluhur Zidane, hal itu tidak membuat tindakan penandukannya dibenarkan. Sekalipun korban Lapindo tidak pernah dibayar sama sekali itu tidak bisa dijadikan pembenaran untuk menyusahkan orang banyak dengan memblokade sarana publik.

Baik si wanita, imam, Materazzi, Zidane, Lapindo, korban Lumpur semuanya telah bersalah karena melakukan kesalahan.


one wrong + one wrong =//= one right

one wrong + one wrong = two wrongs


Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hatRed on 05 January 2009, 01:26:30 PM
 [at] Sukma

jadi menurut anda ada suatu hukum yg mempunyai kebenaran universal.

dan tentunya hukum tersebut tidak dapat diciptakan oleh peradaban. melainkan hanyalah oleh tuhan.

begitu?

kalao mo melihat pendapat saya,

 "Agama telah gagal, anda menyadari gak, dari sejak jaman batu ampe sekarang tetep aja ada yg namanya penjahat."

dan bagaimana pendapat anda dengan pendapat i yg satu ini :D
 
   "Dunia sebenarnya lebih baik bila sebelumnya tidak pernah ada istilah Tuhan"
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 05 January 2009, 01:28:29 PM
Mungkin saya salah..............

Saya melihat ujung2nya adalah,
Hati nurani sebagai pengejawantahan/emanasi/pancaran - Yang lain/ Tuhan / Allah/ Realitas Mutlak-  sebagai "Kasih".

Yup.! Anda tidak salah, dan lazimnya di Buddhis di sebut juga "Yang Mutlak", bagi yang kebetulan suka Filsafat tentunya tidak sulit melihat apa yang terungkapkan di Filsafat Krisna dan bagaimana pergumulan dia dalam menempatkan kembali Filsafat Klasik India di dunia Modern ini. Lihat, mayoritas bangsa India yang beragama Hindu di mana sangat aneka warna agama Hindu ini dalam perkenalan dengan nama Tuhan ini, oleh si cendikiawan Krisna melalui pencerahan Filsafat nya telah menempatkan porsi Tuhan di lihat dari sisi manusianya. Wonderful.!
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: ryu on 05 January 2009, 01:30:05 PM
bisa bisa nanti orang membunuh+dipenjara=two wrong :)) =))
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 05 January 2009, 01:35:15 PM
[at] Sukma

jadi menurut anda ada suatu hukum yg mempunyai kebenaran universal.

dan tentunya hukum tersebut tidak dapat diciptakan oleh peradaban. melainkan hanyalah oleh tuhan.

begitu?

kalao mo melihat pendapat saya,

 "Agama telah gagal, anda menyadari gak, dari sejak jaman batu ampe sekarang tetep aja ada yg namanya penjahat."

dan bagaimana pendapat anda dengan pendapat i yg satu ini :D
 
   "Dunia sebenarnya lebih baik bila sebelumnya tidak pernah ada istilah Tuhan"

hatRed, yang pertama, anda "sepertinya" telah absen 2 hari untuk mengikuti topic ini, atau mungkin anda juga sempat membaca tentang manusia dengan "Free Will" nya di posting yang lalu, Free Will ini bisa menjawab pertanyaan Anda tentang Penjahat, maupun yang ditemukan Sang Buddha tentang Penderitaan 

Lantas, hal AGAMA.! Tunjukan kepada saya bahwa Tuhan Telah Membangun Agama di lihat dari pondasi Christian. ^:)^
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 05 January 2009, 01:38:40 PM
bisa bisa nanti orang membunuh+dipenjara=two wrong :)) =))

itu lah dunia manusia, karena manusia sangat lamban mengakui kejahatan yang di perbuatnya, namun, sangat dan terlalu cepat menunjuk kesalahan yang diterimanya dari orang lain, bahkan kebaikan juga di anggap yang jahat....  :o
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hatRed on 05 January 2009, 01:40:33 PM
kalau disanggah dengan Free will memang benar, agama mempunyai alibi,

tapi yg saya pertanyakan, fungsi agama itu sendiri (disini K,I, dan Buddha pun termasuk) telah berdiri cukup lama.

tetapi apa yg dihasilkan? tidak jauh berbeda dengan sebelum ada agama.

dan mengenai hukum tersebut, kalau kita berandai2, bila Tuhan tidak pernah disebut2. memangnya manusia tidak dapat membuat hukum sendiri?

:P yup i absen beberapa hari, tapi sempet liat2 yg ketinggalan dan keknya kebanyakan cuma bahan2 tuk diskusi ini aja. seperti bahan referensi doank tentang cara "mengikuti" diskusi ini.

tapi permasalahan intinya gak kentara jelas di jabarkan disini.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 05 January 2009, 01:43:11 PM
kalau disanggah dengan Free will memang benar, agama mempunyai alibi,

tapi yg saya pertanyakan, fungsi agama itu sendiri (disini K,I, dan Buddha pun termasuk) telah berdiri cukup lama.

tetapi apa yg dihasilkan? tidak jauh berbeda dengan sebelum ada agama.

dan mengenai hukum tersebut, kalau kita berandai2, bila Tuhan tidak pernah disebut2. memangnya manusia tidak dapat membuat hukum sendiri?

:P yup i absen beberapa hari, tapi sempet liat2 yg ketinggalan dan keknya kebanyakan cuma bahan2 tuk diskusi ini aja. seperti bahan referensi doank tentang cara "mengikuti" diskusi ini.

tapi permasalahan intinya gak kentara jelas di jabarkan disini.

Tolong di jawab dulu
; "Tunjukan kepada saya, bahwa Tuhan Telah Membangun satu Agama di lihat dari pondasi Christian"
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hatRed on 05 January 2009, 01:46:57 PM
Quote
aga·ma n ajaran, sistem yg mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kpd Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yg berhubungan dng pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya: -- Islam; -- kr****n; -- Buddha;
-- samawi agama yg bersumberkan wahyu Tuhan, spt agama Islam dan kr****n;
ber·a·ga·ma v 1 menganut (memeluk) agama: saya ~ Islam dan dia ~ kr****n; 2 beribadat; taat kpd agama; baik hidupnya (menurut agama): ia datang dr keluarga yg ~; 3 cak sangat memuja-muja; gemar sekali pd; mementingkan: mereka ~ pd harta benda;
ke·ber·a·ga·ma·an n perihal beragama;
meng·a·ga·ma·kan v menjadikan sbg penganut atau pemeluk suatu agama;
ke·a·ga·ma·an n yg berhubungan dng agama

quote diatas dari KBBI mengenai Agama.

dan dimana Christian telah membangun agama, sama saja bertanya dimana Christian membangun iman.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 05 January 2009, 01:53:14 PM
Quote
aga·ma n ajaran, sistem yg mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kpd Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yg berhubungan dng pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya: -- Islam; -- kr****n; -- Buddha;
-- samawi agama yg bersumberkan wahyu Tuhan, spt agama Islam dan kr****n;
ber·a·ga·ma v 1 menganut (memeluk) agama: saya ~ Islam dan dia ~ kr****n; 2 beribadat; taat kpd agama; baik hidupnya (menurut agama): ia datang dr keluarga yg ~; 3 cak sangat memuja-muja; gemar sekali pd; mementingkan: mereka ~ pd harta benda;
ke·ber·a·ga·ma·an n perihal beragama;
meng·a·ga·ma·kan v menjadikan sbg penganut atau pemeluk suatu agama;
ke·a·ga·ma·an n yg berhubungan dng agama

quote diatas dari KBBI mengenai Agama.

dan dimana Christian telah membangun agama, sama saja bertanya dimana Christian membangun iman.

hatRed, yang ini anda belum jawab ; "Tunjukan kepada saya, bahwa Tuhan Telah Membangun satu Agama di lihat dari pondasi Christian"
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hatRed on 05 January 2009, 01:55:44 PM
entahlah, anda yg tidak bisa melihat jawaban saya

atau

saya yang tidak bisa melihat pertanyaan anda

mungkin bisa dijelaskan pertannyaannya

yg ini

"Tunjukan kepada saya, bahwa Tuhan Telah Membangun satu Agama di lihat dari pondasi Christian"
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 05 January 2009, 02:01:34 PM
entahlah, anda yg tidak bisa melihat jawaban saya

atau

saya yang tidak bisa melihat pertanyaan anda

mungkin bisa dijelaskan pertannyaannya

yg ini

"Tunjukan kepada saya, bahwa Tuhan Telah Membangun satu Agama di lihat dari pondasi Christian"

Baik,menurut Iman Christian ; Tuhan tidak membangun Agama. baik itu Agama Christian.! Kumpulan manusia di luar pengikut Yesus menamakan kelompok pengikut Yesus adalah kelompok Christian, sekali lagi manusia yang menamakan sendiri.
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hatRed on 05 January 2009, 02:08:12 PM
Dengan demikian kalian boleh turut bersenang-senang dengan Aku pada waktu Aku menjadi Raja. Dan kalian akan duduk di atas dua belas takhta untuk memerintah kedua belas suku bangsa Israel."

Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: "Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau." Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu.

Sebagaimana Bapa sudah memberi kepada-Ku hak untuk memerintah, demikian juga Aku akan memberikan kepadamu hak itu.

Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh.

Tetapi Aku sudah berdoa untuk engkau, Simon, supaya imanmu jangan luntur. Dan kalau engkau sudah kembali kepada-Ku, engkau harus menguatkan saudara-saudaramu."

Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya.

Lalu kata Yesus kepadanya: "Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!"
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 05 January 2009, 02:19:04 PM
hatRed, belum perlu lari ke Alkitab hanya untuk berbicara tentang Tuhan  _/\_

Saya mau counter posting anda yang dibawah ini ;

hatred ;
kalau disanggah dengan Free will memang benar, agama mempunyai alibi,


No way, agama mana seh yang bisa melumpuhkan Free Will saya sebagai manusia.? Non sense.! Jadi jawaban “agama punya Alibi” salah.!  :'(


hatred ;
tapi yg saya pertanyakan, fungsi agama itu sendiri (disini K,I, dan Buddha pun termasuk) telah berdiri cukup lama.

tetapi apa yg dihasilkan? tidak jauh berbeda dengan sebelum ada agama.


Pertanyaan diatas sama juga saya balikan apa seh yang di hasilkan dari Dhamma Buddha tentang 8 Jlan Arya.? Toch tidak jauh berbeda dengan sebelum Sang Buddha Gautama membabarkan Dhamma Buddha . Apa yang di hasilkan.? Seharusnya hatred harus mengungkapkan bahwa Ajaran Buddha bukan Agama.

hatRed
 dan mengenai hukum tersebut, kalau kita berandai2, bila Tuhan tidak pernah disebut2. memangnya manusia tidak dapat membuat hukum sendiri?


Kesepakatan nurani manusia se bumi apa bisa di buat hukumnya oleh manusia dari puluhan abad lalu di mana belum ada Short Massage Service selular hand phone.?
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hatRed on 05 January 2009, 02:28:47 PM
hatRed, belum perlu lari ke Alkitab hanya untuk berbicara tentang Tuhan  _/\_

baiklah

Quote
Saya mau counter posting anda yang dibawah ini ;

silahkan

Quote
hatred ;
kalau disanggah dengan Free will memang benar, agama mempunyai alibi,


No way, agama mana seh yang bisa melumpuhkan Free Will saya sebagai manusia.? Non sense.! Jadi jawaban “agama punya Alibi” salah.!  :'(

maksud saya Agama mempunyai alibi adalah, saat saya bertanya yg dibawah ini ni, trus salah satu alibinya, "itukan Free will nya manusia sendiri".

Quote
hatred ;
tapi yg saya pertanyakan, fungsi agama itu sendiri (disini K,I, dan Buddha pun termasuk) telah berdiri cukup lama.

tetapi apa yg dihasilkan? tidak jauh berbeda dengan sebelum ada agama.


Pertanyaan diatas sama juga saya balikan apa seh yang di hasilkan dari Dhamma Buddha tentang 8 Jlan Arya.? Toch tidak jauh berbeda dengan sebelum Sang Buddha Gautama membabarkan Dhamma Buddha . Apa yang di hasilkan.? Seharusnya hatred harus mengungkapkan bahwa Ajaran Buddha bukan Agama.

semua saya generalisasi, mo itu Buddha kek, mo itu Islam kek, mo itu kr****n kek, pokonya semua kepercayaan yg mengajarkan kebaikan. itu yg saya tanya pertanggung jawabannya.

Quote
hatRed
 dan mengenai hukum tersebut, kalau kita berandai2, bila Tuhan tidak pernah disebut2. memangnya manusia tidak dapat membuat hukum sendiri?


Kesepakatan nurani manusia se bumi apa bisa di buat hukumnya oleh manusia dari puluhan abad lalu di mana belum ada Short Massage Service selular hand phone.?


tentu saja bisa, sebelum Tuhan betelor, sduah ada hukum, ingat peradaban yunani kuno.

dan bagaimana hukum2 yg kompleks sekarang masih ada, itu adalah akibat dari peradaban saja. bukan dari Tuhan.

maka itu penyakit dari orang2 yg percaya Tuhan tuh begitu, apa2 aja dibilang "Kuasa Tuhan", "Tuhanlah yg membuatnya", "Tuhan lah yg membantu saya", "Semua atas bantuan Tuhan".

trus kalo berbuat jahat aja, ngeless nya ke "Kehendak bebas",  "Salah manusianya sendiri", "Itu pilihan anda sendiri".
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: sukma on 05 January 2009, 03:01:34 PM
hatRed
maksud saya Agama mempunyai alibi adalah, saat saya bertanya yg dibawah ini ni, trus salah satu alibinya, "itukan Free will nya manusia sendiri".]maksud saya Agama mempunyai alibi adalah, saat saya bertanya yg dibawah ini ni, trus salah satu alibinya, "itukan Free will nya manusia sendiri".
semua saya generalisasi, mo itu Buddha kek, mo itu Islam kek, mo itu Christian kek, pokonya semua kepercayaan yg mengajarkan kebaikan. itu yg saya tanya pertanggung jawabannya]
semua saya generalisasi, mo itu Buddha kek, mo itu Islam kek, mo itu Christian kek, pokonya semua kepercayaan yg mengajarkan kebaikan. itu yg saya tanya pertanggung jawabannya
 



lebih asyik kita pertajam ke kalangan baik dia itu Bhikku, Romo, atau Umat Buddha, Christian, di mana kelompok ini kita katakan hidup mereka sudah mengimplementasikan Ajaran dari Agama masing-masing.! Bila kita mau mengambil mengambil pandangan umum nya manusia tentang moral, arrkhh...zaman Sang Buddha Gatutama sudah ada jenis-jenis manusia ini.

hatRed ; tentu saja bisa, sebelum Tuhan betelor, sduah ada hukum, ingat peradaban yunani kuno.
dan bagaimana hukum2 yg kompleks sekarang masih ada, itu adalah akibat dari peradaban saja. bukan dari Tuhan.]tentu saja bisa, sebelum Tuhan betelor, sduah ada hukum, ingat peradaban yunani kuno.
dan bagaimana hukum2 yg kompleks sekarang masih ada, itu adalah akibat dari peradaban saja. bukan dari Tuhan.


Saya kurang mahir menurunkan kalimat agar anda bisa memahaminya, saya point out ; contoh ; sejak belasan abad lalu, di mana komunikasi sangat sangat tidak bisa diandalkan, pada masa-masa itu ; tanpa ada nya kesepakatan bersama untuk membangun hukum, tapi, pada prinsipnya manusia baik di Yunani mau pun di India di hati nurani masing-masing telah hadir suatu sikap penolakan bila sesuatu itu mengancam komunitas mereka, dan mereka akan bertahan bagi yang kuat, dan bagi yang lemah dan tertindas, hanya bisa mengungkapkan nurani mereka bahwa perbuatan pembunuhan itu "Kejam Sifat" nya, sikap ini yang saya maksud telah ada dan hadir pada si manusia baik dia di India atau pu Junani.

hatRed  ; maka itu penyakit dari orang2 yg percaya Tuhan tuh begitu, apa2 aja dibilang "Kuasa Tuhan", "Tuhanlah yg membuatnya", "Tuhan lah yg membantu saya", "Semua atas bantuan Tuhan".

trus kalo berbuat jahat aja, ngeless nya ke "Kehendak bebas",  "Salah manusianya sendiri", "Itu pilihan anda sendiri"]maka itu penyakit dari orang2 yg percaya Tuhan tuh begitu, apa2 aja dibilang "Kuasa Tuhan", "Tuhanlah yg membuatnya", "Tuhan lah yg membantu saya", "Semua atas bantuan Tuhan".

trus kalo berbuat jahat aja, ngeless nya ke "Kehendak bebas",  "Salah manusianya sendiri", "Itu pilihan anda sendiri

Izinkan saya bertanya, buat saya pengikut Dhamma Buddha, bila temu kondisi seperti yang anda maksud di atas, apa seh keluhan/ngeless nya pada umumnya .? apa sudah ada trend nya dan di sepakati keluhan itu sama sampai di kampung kelahiran Sang Buddha Gautama.?


Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hatRed on 05 January 2009, 03:11:22 PM
Jadi dimanakah argumen dari sukma sendiri tuk membuktikan "Yang lain" itu?

Quote
apa sudah ada trend nya dan di sepakati keluhan itu sama sampai di kampung kelahiran Sang Buddha Gautama.?

mungkin saja bila di kampung kelahiran Sang Buddha Gotama ada orang yg

Quote
orang2 yg percaya Tuhan
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hendrako on 05 January 2009, 05:27:39 PM

[at] bro hendra
Spoiler: ShowHide

Hehe.. oya? MMD? Saya ngga pernah ikut praktek MMD tuh..
Tau dan denger ttg yg namanya 'pak Hud' jg stelah join di DC 19 Oktober.

Mengenai:
Quote
Jadi tidak ada yang salah dalam berpikir,
yang ada adalah pemahaman/pandangan salah tentang aku, yaitu "aku berpikir maka aku ada".
Maka apakah dgn berpikir tidak ada aku, maka ke-aku-an itu menjadi tidak ada? Itu cuma sebuah konsep. Apakah masalah selesai dgn konsep VS konsep? Hal itu dikatakan Bhante Pannavaro Mahathera selaku Ketua STI, apakah itu berarti Bhante Pannavaro Mahathera juga praktisi MMD? Dhamma itu satu dan universal adanya. Dan seperti laut yg memiliki 1 rasa asin, demikian pula Kebenaran memiliki 1 rasa, yaitu pembebasan.
Konsep, seberapapun kita pelajari dan pahami, selama belum kita ehipassiko, maka masih dlm batasan doktrin Buddhisme.
Jujur saja, kita harus bisa berbesar hati juga mengakui bbrp kebenaran dalam pernyataan lawan bicara kita, seperti Pak Hud, atau Sukma. It`s okay 2 b different. Terus terang, meski tidak menyetujui semua hal dr pendapat mereka. Beberapa hal yg memang benar ya benar. Hanya karena tidak sependapat tidak berarti saya harus menolak semua pendapat mereka kan? ;)

Analoginya sperti kita dari Jakarta menuju Bandung lewat tol. Spot dan Landmark yg dilewati pasti sama kan? Misalnya lewatin Rest Area gt.
Meski beda ketertarikan orientasi pandangan salah satunya.. Yg terpenting, jgn terlalu terkotak2 lah.. :)
Hmm.. saya jg masih secara intelektual tentunya.. hny sedikit berdasar pengalaman. Dan it`s okay bro.. sperti kalimat bro yg sy quote td, ga ada yg salah dgn intelektual. gmn kita bs mengolahnya tanpa melekat pdnya aja.  ;)

Semoga dimengerti :)


mettacittena
_/\_

Yup, intinya tidak melekat.

Maksud tanggapan saya sebelumnya secara singkat adalah agar "berpikir tidak dianggap sebagai AKU.", sebagaimana yg dinyatakan oleh Descartes dan pendiri MMD.
Tentang Bhante Panna.... saya tidak berani berkomentar..........

Mungkin perlu diketahui saya benar2 termasuk baru di dalam mempelajari Buddhism, baru hampir 2 tahun, jadi saya tidak berani juga menyatakan saya telah benar2 mengetahui ajaran Buddha, oleh karena itulah saya selalu menyatakan dengan "menurut pemahaman saya".

Saya benar-benar tidak bermaksud menyatakan anda adalah praktisi MMD,  :) yang saya katakan hanyalah bahwa kalimat yg saya bold biru dari anda adalah paradigma MMD, bukan Buddhism, itu saja. ;)

_/\_



Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hendrako on 05 January 2009, 05:36:48 PM
Mungkin saya salah..............

Saya melihat ujung2nya adalah,
Hati nurani sebagai pengejawantahan/emanasi/pancaran - Yang lain/ Tuhan / Allah/ Realitas Mutlak-  sebagai "Kasih".

Yup.! Anda tidak salah, dan lazimnya di Buddhis di sebut juga "Yang Mutlak", bagi yang kebetulan suka Filsafat tentunya tidak sulit melihat apa yang terungkapkan di Filsafat Krisna dan bagaimana pergumulan dia dalam menempatkan kembali Filsafat Klasik India di dunia Modern ini. Lihat, mayoritas bangsa India yang beragama Hindu di mana sangat aneka warna agama Hindu ini dalam perkenalan dengan nama Tuhan ini, oleh si cendikiawan Krisna melalui pencerahan Filsafat nya telah menempatkan porsi Tuhan di lihat dari sisi manusianya. Wonderful.!

Rupanya saya tidak salah.

Saya hanya bisa menanggapi bahwa;

"Kasih" di dalam Buddhism dijabarkan dengan gamblang di dalam Brahmavihara.

"Yang Mutlak" yaitu Nibbana bukan "Kasih"

 _/\_

Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: hendrako on 05 January 2009, 08:26:07 PM
To Bro Xuvie:

Berikut kutipan dari Ajahn Chah:

"Seperti yang dikatakan Sang Buddha, pikiran adalah
cuma sekedar pikiran. Ia bukanlah makhluk, orang, diri ataupun
diri-anda. Juga bukan diri kita maupun mereka. Dhamma itu
adalah sekedar Dhamma, begitu saja titik. Ia alami, berlangsung
dengan sendirinya tanpa ada “diri” yang terlibat. Ia bukanlah
kepunyaan kita atau siapapun. Ia bukan pula sesuatu. Apapun
yang dialami seseorang tak lain adalah lima gugus fundamental
(khandha): tubuh, perasaan, pencerapan (persepsi), bentukbentuk
pemikiran dan kesadaran. Sang Buddha mengatakan:
biarkanlah semua itu berlalu."


Untuk selengkapnya:
Sumber: http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=1375&multi=T&hal=0&hmid=

 _/\_

PS : maaf kepada Bro/Sis Sukma karena saya menggunakan thread anda untuk nge-post yang :outoftopic:
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Reenzia on 05 January 2009, 08:27:34 PM
 [at] sis sukma

masih melihat dari dualisme kah? wrong...right...itu karena adanya suatu batasan, standar, kebiasaan...
yg akhirnya satu org bisa mengatakan bahwa suatu tindakan adalah baik atau tidak

satu tindakan bisa dikatakan benar bisa dikatakan salah karena dilihat dari sisi yang berbeda
tak ada yg namanya minus malum
dalam pengertian buddhist mungkin kira-kira kasusnya seperti ini :

mungkin saia akan mengambil contoh tentang seorang anak yg memberikan obat dengan dosis lebih
agar ibunya meninggal, karena ibunya telah sakit parah dan tak mungkin lagi untuk bertahan hidup
agar ibunya tak tersiksa lebih lama lagi, maka sang anak pun berniat membunuhnya

apakah dengan membunuh si ibu berarti sang anak telah melakukan minus malum?
membunuh dengan alasan apapun, kamma yg akan diterimanya tetap lah sama,
walaupun itu minus malum sekalipun, tak beda dengan kasus euthanasia

jadi kamma bukanlah sesuatu yg bs anda tawar-tawar atau dosa yg bisa diampuni
atau kesalahan yg bs ditambal dengan kebaikan, kamma tetaplah kamma, dan itulah yg akan terjadi
apapun modusnya, apapun alasannya, apapun latarbelakangnya, membunuh walaupun kasus itu adalah
minus malum, tetaplah membunuh.

telah ada atau tidaknya agama tak perlu dibahas
semua agama mengajarkan kebaikan kok, saia rasa andapun setuju mengenai hal itu

nah yg buddhist pun, tanpa mengenal Tuhan pun tak menjadi persoalan kan?
kan telah saia tulis panjang lebar di page sebelumnya bahwa mengenal atau tidaknya saia terhadap Tuhan pun
tak berdampak apapun terhadap kehidupan saia

mengenai trend yg ada saat jaman SB, itu kan sama saja dengan trend atau kebiasaan saat itu, tentu saja
sama saja dengan jaman sekarang, apapun trend nya pasti ada keluhan, kenapa?
karena org mencari kebahagiaan dan kenyamanan dimana org masih diliputi lobha, dosa dan moha
dan kebahagiaan dan kenyamanan itu ternyata telah mengganggu orang lain

makanya yg namanya kebenaran konvensional tak selalu sama, bahkan ada yg bertentangan
karena menuruti pandangan dan argumentasi masing-masing pribadi

Quote
sejak belasan abad lalu, di mana komunikasi sangat sangat tidak bisa diandalkan, pada masa-masa itu ; tanpa ada nya kesepakatan bersama untuk membangun hukum, tapi, pada prinsipnya manusia baik di Yunani mau pun di India di hati nurani masing-masing telah hadir suatu sikap penolakan bila sesuatu itu mengancam komunitas mereka, dan mereka akan bertahan bagi yang kuat, dan bagi yang lemah dan tertindas, hanya bisa mengungkapkan nurani mereka bahwa perbuatan pembunuhan itu "Kejam Sifat" nya, sikap ini yang saya maksud telah ada dan hadir pada si manusia baik dia di India atau pu Junani.

nah itu kan yg uda jelas memiliki kesepakatan yg ternyata sama
bagaimana dengan kasus yg saia quote sebelumnya, yaitu tentang barack obama vs gereja K?
menurut anda, mana yang merupakan kebenaran?
semoga bisa dijawab, krn kasus ini akan saia jadikan contoh kasus untuk membahas mengenai kebenaran konvensional
yg dari awal MUNGKIN tak anda pahami perbedaannya dengan kebenaran hakiki
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Jerry on 05 January 2009, 09:40:44 PM
Quote
Semangat dari prinsip ini mengajarkan bahwa meskipun kita dijahati, kita tidak bisa membalas dengan kejahatan. Karena dengan melakukan kejahatan sebagai balasan atas tindakan kejahatan yang dilakukan pada kita, maka itu sama saja membenarkan adanya kejahatan. Jadi kalau kita sudah membalas yang jahat dengan yang jahat, what makes us any different dengan orang yang telah menjahati kita? Sekalipun pembalasan kita yang jahat tersebut sama nilainya atau lebih kecil nilainya dari kejahatan yang dilakukan terhadap kita namun tetap saja kita telah memberi pembenaran terhadap yang jahat, yang relatif hanyalah "nilai"-nya.
Yup.. Sang Buddha sendiri tidak membenarkan pengikutnya untuk membalas kejahatan dgn kejahatan. Tp itu idealnya. Dan tidak semua orang bisa anda harapkan utk menerapkan hal yg sama meski ybs mengaku sebagai seorang buddhis. Begitu pula quote Anda di bawah ini :)

Quote
itu lah dunia manusia, karena manusia sangat lamban mengakui kejahatan yang di perbuatnya, namun, sangat dan terlalu cepat menunjuk kesalahan yang diterimanya dari orang lain, bahkan kebaikan juga di anggap yang jahat....  :o
Itu juga sudah wajar. Boleh dibilang fitrah manusia lah. Makanya bola mata 'diciptain' mengarah ke luar utk melihat ke luar <kesalahan orang laen>. Salahin aja Nyang ciptain, kenapa ngga bisa mengarah ke dalam juga biar lebih gampang melihat ke dalam diri dan introspeksi hehehe ^-^

Mengenai kebaikan juga dianggap yang jahat.. Boleh minta kejelasannya kalimat atau apapun dari siapapun yg mengatakan bahwa kebaikan juga dianggap yang jahat.
Jika yg Anda maksud sbg kebaikan mengarah pd Tuhan, maka saya bisa memastikan pendapat Anda salah. Karena, mayoritas orang bukan menganggap Tuhan jahat. Hanya saja krn pihak2 laen yg mempropagandakan Tuhan selalu membuktikan Tuhan Maha begini-begono dalam artian semuanya hal2 baik, maka bbrp orang yg tdk sama pandangannya, membuktikan hal2 sebaliknya. Jadi kalimat red sign di atas bisa dikatakan lebih tepatnya 'kebaikan <Tuhan> dianggap sebagai hal yg salah' bukan 'jahat'

Tambahan, Jika Anda mengakui ada jahat minimal, maka ada pula baik minimal. Ini dunia bung.. Absolut dan relatif berdiri bersama2 menyokong dunia ini. Dan saya merasa kalimat 'jahat minimal sebagai super sesat' koq kesannya melebih2kan ya?

_/\_
Title: Re: "YANG LAIN"
Post by: Jerry on 05 January 2009, 09:52:54 PM
Quote
Baik,menurut Iman Christian ; Tuhan tidak membangun Agama. baik itu Agama Christian.! Kumpulan manusia di luar pengikut Yesus menamakan kelompok pengikut Yesus adalah kelompok Christian, sekali lagi manusia yang menamakan sendiri.
Kalau kita runut kembali ke belakang, tentu kaum kristiani meyakini bahwa Tuhan krn sengsara melihat penderitaan manusia dan juga janji-Nya, akhirnya menurunkan inkarnasi Dia dlm bentuk manusia yg disebut Jerry. ups..  :P  :-[
Trus lebih jauh lg, kemudian stelah pengalaman bertemu Tuhan dlm perjalanan memburu pengikut2 , saulus kemudian mengaku mendapat wahyu dan beralih menjadi pengikut-Nya pula. Berawal dari saulus a.k.a paulus inilah cikal bakal agama Nasrani berkembang. Jika Tuhan turun dlm bentuk manusia dan mencari umat2 pilihan Dia utk diselamatkan di hari penghakiman nanti.. Dan kemudian umat2 dia dan kelompoknya beserta ajaran dr 'Tuhan' ini disebut christiant.. Kita bisa berasumsi bahwa, emang Tuhan tidak membangun Agama Christiant, tp penganggapan oleh kelompok itu, sama aja secara tidak langsung menyatakan demikian bukan? Apalagi dgn tambahan 'perbuatan baik tidak menyelamatkan, hanya iman -kepada Jerry- lah yg menyelamatkan.' :))

Membantu hatRed mengcounter lg.. Kepercayaan ttg Tuhan bukan hal baru, itu cuman mengenai barang lama kemasan baru yg dikemas berbeda-beda menurut tempat, budaya dan jamannya, plus kebutuhan pasar dan pangsa pasarnya.
Jd zaman Brahmanisme dulu pun sudah ada kepercayaan ttg Tuhan. Seperti yg Anda post kemaren 'Tat Twam Asi', 'kamulah itu' dan istilah 'Yang Satu itu' sudah ada dlm pandangan kaum Upanishad & Brahmanisme zaman sebelum adanya Siddhattha Gotama.
Dan argumen Brahman sbg Tuhan, juga Karma dipakai oleh mereka yg memiliki kepentingan tertentu utk memanfaatkan pihak laen terutama yg kasta bawah dan yg kurang terdidik.
Hmm.. ngmgin masalah pendidikan, kenapa seiring jaman semakin maju, pendidikan semakin maju, semakin banyak pula muncul orang2 yg menolak mempercayai ide Tuhan? Adakah ke-2 hal tsb berhubungan? :-?

[at] bro Hendra
It`s okay. Thanx utk quote ttg Ajahn Chah dan linknya.. Saya sendiri tidak melekat pd pandangan bahwa harus pikiran berhenti barulah ke-aku-an itu lenyap. Melekat itulah ke-aku-an itu sendiri. Setuju? ;)
Nah sudahin dulu.. ga enak ama sis Sukma ^^

mettacittena
_/\_