Setelah saya berikan bahan2 untuk dipelajari sehingga memberikan wawasan. Rasanya sudah saatnya saya untuk memberikan opini probadi saya sehubungan dengan diskusi ini.
Saya berpandangan bahwa sila adalah sebuah tool (alat) semata. Bukan tujuan.
Haruslah dipahami bahwa dibalik perumusan sila, terdapat suatu prinsip yang lebih tinggi, yaitu : cintakasih dan kebijaksanaan.
Pada saat seorang anak belum pernah melihat awan, maka kita berikan lukisan bergambar awan-awan.
Tapi setelah ia bisa melihat sendiri awan-awan yg bergerak di langit, maka lukisan itu sudah selayaknya tidak menggantikan pemahaman tentang awan.
Dari sudut pandang prinsip, tentu saya sangat menghargai upaya penegakkan sila di dalam praktek Buddhism. Tetapi di dalam aspek ministrial (penggembalaan umat) sudah selayaknya seorang pembimbing memperhatikan implikasi2 psikologis dan sosialnya. Yang kurang saya setujui adalah pengajaran untuk menghasilkan kader-kader yang mekanistik, tapi tidak memahami filosofi dasarnya.
Dalam implementasi, saya cenderung untuk berpijak pada filosofi yg disebut
situational ethics. Dimana sesuatu yang disebut suatu tindakan etikal sangat tergantung pada situasi dan kondisinya. Saya rasa ini adalah suatu pemahaman yang fluid, berlawanan dengan suatu konsep etikal yang rigid. Setahu saya, prinsip Jalan Tengah dalam Buddhism pun berusaha menghindarkan ekstrim dalam menyikapi sesuatu. Hal ini , akan lebih jelas lagi bila dipahami dari terang filosofi Madhyamaka.
Sebagai contoh dari situasional ethics dapat digambarkan sbb :
Melacurkan diri sebagai pengorbanan.
Ketika pasukan Rusia bergerak ke barat utk bertemu dengan pasukan Amerika dan Inggris di Elbe, patroli Soviet menangkap Mrs.Bergmeier kala mengemis makanan untuk ketiga anaknya. Karena tidak mendapatkan kabar dari anaknya maka ia dibawa ke camp POW di Ukraina. Suaminya yang tertangkap dalam pertempuran di Bulge dan kemudian dijadikan POW di Wales. Ketika suaminya dilepaskan dan kembali ke Berlin, suaminya itu menemukan anak2nya dan menghidupinya dengan susah payah selama 3 bulan dan berusaha menemukan ibunya. Sang ibu berusaha dengan segala cara dalam penahanannya untuk dapat dikembalikan bertemu dengan keluarganya. Di Ukraina itu, Mrs.Bergmeier tahu dari seorang komandan yg simpati bahwa suami dan anaknya selamat dan berusaha mencarinya. Tetapi peraturan hanya mengijinkan utk melepaskannya apabila seseorang dalam kondisi hamil, yang mana ia akan segera dipulangkan sebagai sebuah kewajiban. Ia berpikir keras dan akhirnya memutuskan untuk meminta seorang serdadu penjaga camp yg simpatik untuk menghamilinya. Hubungan seksual dilakukan berkali-kali sampai ia hamil. Kondisinya dicek secara medis dan kemudian ia dipulangkan kembali ke Berlin utk berkumpul dengan keluarganya. Keluarganya menerima kehadiran sang ibu dengan tangan terbuka. Dan bahkan ketika ia menceritakan bagaimana upaya pelepasan dirinya. Ketika bayi dalam kandungannya lahir, mereka semua mencintainya karena dianggap telah berjasa.
Silakan kalian bahas situasi moral dari kejadian ini.