Ehm kalo berdasarkan kutipan ayat diatas, kayaknya yang dimaksud adalah Tubuh Nirmanakaya-nya deh....kalo Tubuh Nirmanakaya ya emang gak mungkin lagi bisa dilihat oleh dewa/manusia....
Yang kedua, mungkin saja Tubuh Sambhogakaya memang ada, alasannya :
1. Dulu pernah baca, katanya ketika Masa Dhamma berakhir...semua relik Sang Buddha akan berkumpul kembali membentuk tubuh Sang Buddha secara utuh [dan beberapa hari mengajarkan Dhamma namun tidak satupun manusia yang tahu] dan kemudian menghilang. Yang menjadi pertanyaan saya sih, kok bisa ya begitu, jika seandainya Sang Buddha telah mencapai anupadisesa-nibbana???
Ini sumbernya dari mana? Bacaan Theravada atau lainnya?
Menurut saya sih, seandainya pun benar relik-relik itu berkumpul dan muncul Buddha (mungkin seperti kisah Dragon Ball), Buddha tidak akan mengajar jika tidak ada mahluk yang bisa mengambil manfaat dari ajaran Buddha.
Di samping itu, Buddha tidak pernah cerita relik-relik Buddha sebelumnya bisa berkumpul dan invoke/summon Buddha tersebut. Yang ada, Buddha selalu menceritakan kejayaan Buddha masa lampau, dan menceritakan menurun dan "hancurnya" Sangha Buddha yang jaya tersebut di kemudian hari, sehingga membuat para murid selalu menyadari hukum perubahan.
Doktrin tentang Trikaya
Buddha itu pada mazhab Mahayana bukan lagi sekedar gelaran bagi Siddharta
Gautama tetapi telah berobah menjadi suatu pengertian yang lebih dalam dan
mempunyai Wujud tersendiri, la memiliki tiga jenis perwujudan yang disebut
Trikaya, yaitu :
1. Dharmakaya, yaitu Wujud Zat Tunggal.
2. Sam boghakaya, yaitu Wujud Welas Asih.
3. Nirmana kaya, yaitu Wujud Perobahan Ajaib.
Wujud terakhir itulah yang pernah hidup di muka bumi,menjelma dalam bentuk
Siddharta Gautama, merupakan penjelmaan dari Wuiud Welas Asih. Tahadinya
Wujud Welas Asih itu merupakan Bodhisatva, yang merupakan pancaran dari
Wujud Zat Tunggal.
Wujud Zat Tunggal itulah yang disebut Buddha, seperti halnya dengan Brahman
dalarn agarna Hindu, yang menciptakan alam semesta dan meresapi seluruh
alam. Wujud Zat Tunggal itulah Jiwa-Alam (World-Soul). Dengan perkembangan
penapsiran serupa itu, terhadap pengertian Buddha itu, tampak pengaruh
ajaran Upanishads.
Mazhab Mahayana itu mempercayai jumlah Zat Welas Asih (Sambhogakaya) yang
tiaaa terkira banyaknya, menjema dalam bentuk Bodhisat'as. Mereka itu
pancaran Wujud Zat Tunggal, yaitu Buddha, yang meresapi seluruh alam. Oleh
karena Dharmakaya (Wujud Zat Tunggal) itu meresapi seluruh alam maka setiap
orang yang telah mencapai watak-Buddha (Buddhahood) itu, setelah meninggal
dunia, menolak untuk langsung masuk ke dalam Paranirvana. Mereka itu menjadi
Zat Welas Asih dan menje1rna dalam bentuk Bodhisatvas.
Bodhisatvas yang akan menjebna kembali pada masa depan sebagai
Manushi-Buddha, untuk membebaskan manusia dari Dukkha, masih berdiam
sekarang ini pada alam-samawi yang disebut Tushita.
Satu dari Bodhisatvas yang beroleh kedudukan penting kekuasaan besar, karena
menguasai Sukhavati, dipanggil Amithaba. Nama itu bennakna : Terang Tiada
Terbatas.
Di antara badan fisik Anda sendiri,
Temukanlah Diri Sejati
Yang memiliki Trikaya (Tiga Badan Buddha).
Apakah itu Dharmakaya murni ?
Hakekat Diri kita adalah murni adanya,
sehingga semua dharma berada dalam Hakekat Diri.
seperti langit tinggi yang selalu jernih,
dengan matahari dan bulan yang selalu cerah di dalamnya.
Jika dengan menghilangkan kebodohan batin dan khayalan,
maka batin dan penampakan luar kita akan menjadi jernih secara tembus
pandang,
di antara Hakekat Diri kita,
Sepuluh ribu Dharma akan muncul bersama.
Ini dinamakan Dharmakaya murni.
Apakah itu Nirmanakaya yang tak terbatas?
Ketika tidak terdapat pikiran, Hakekat Diri adalah kosong dan tetap,
ketika muncul pikiran, pikiran tersebut menjelma menjadi Hakekat Diri.
Perwujudan dari Hakekat Diri sangatlah banyak,
tetapi manusia yang bodoh tidak menyadarinya.
Jika terdapat satu pikiran spontan yang positif adanya,
kebijaksanaan akan bangkit,
Inilah yang dinamakan Nirmanakaya dari Hakekat Diri.
Apakah itu Sambhogakaya yang sempurna?
Jangan memikirkan tentang masa lalu,
selalu memikirkan masa depan,
menjadikan pikiran masa depan selalu positif,
Inilah yang dinamakan Sambhogakaya.
Ketiga Perwujudan (Badan) Buddha tersebut
muncul dari Hakekat Diri,
dan tidak dapat diperoleh dari luar.
Ketika pikiran sendiri berlindung di dalam Hakekat Diri kita,
maka hal tersebut adalah berlindung di dalam Buddha Sejati
Jika mereka mengatakan bahwa mereka berlindung di dalam Buddha,
Di manakah adanya Buddha?
Jika seseorang tidak berlindung di dalam Hakekat Dirinya,
tiada tempat lagi untuk bergantung.
Pisahkan diri Anda dari pencerahan maupun dari khayalan,
maka biarkan Prajna (Kebijaksanaan) selalu bangkit.
Hilangkan kebenaran maupun kepalsuan,
dan seketika bertemu Buddha Sejati.
Jika seseorang melekat pada kondisi, maka akan muncul kelahiran dan
kemusnahan,
seperti gelombang di atas air.
Jika seseorang terpisah dari kondisi, maka tiada kelahiran ataupun
kemusnahan,
seperti air yang selalu mengalir bersama.
Manusia biasa adalah Buddha,
Kekotoran batin (klesa) adalah Bodhi (pencerahan).
Apabila pikiran masa lalu tercemarkan, itulah seorang manusia biasa,
Apabila pikiran masa depan tercerahkan, itulah seorang Buddha.
Apabila pikiran masa lalu melekat pada kondisi, itulah kekotoran
batin (klesa),
Apabila pikiran masa depan terpisahkan dari kondisi, itulah Bodhi.
Maha Prajna Paramita (Kebijaksanaan Agung untuk mencapai Pantai
Seberang) adalah…
Yang Termulia, Yang Tertinggi, dan Yang Terbaik,
dimana, tiada-menetap, tiada-pergi, ataupun tiada-datang,
seluruh Buddha masa lalu, sekarang, dan yang akan datang berasal
darinya,
dan mengubah tiga racun dunia (keinginan rendah, kebencian, kebodohan
batin) ke dalam Sila, Samadhi dan Prajna.
Gunakan Hakekat Tathata (Kebenaran Sejati) Anda sendiri,
dengan merenungkannya secara penuh kebijaksanaan,
dan ketika di antara semua Dharma,
pada saat bukan menggenggam ataupun menolak,
maka ini dapatlah dikatakan telah menemukan Hakekat Sejati, dan
mencapai Kebuddhaan.
Hakekat Sejati dalam dirinya sendiri memiliki,
Kebijaksanaan yang munculnya dari Prajna.
Sederhanakan dalam pikiran Anda sendiri,
jadikan Hakekat Sejati Anda sendiri,
dan selalu munculkan pandangan-pandangan benar (positif).
Tidak menetap baik di dalam maupun di luar,
bebas untuk datang dan pergi,
maka Anda harus menanggalkan kelekatan pikiran
dan menembus secara keseluruhan tanpa halangan.
Jika tidak tercerahkan,
seorang Buddha adalah suatu makhluk (Sattwa),
jika pikiran seketika adalah tercerahkan,
suatu makhluk adalah seorang Buddha
Seluruh Buddha dari masa lalu, sekarang, dan yang akan datang,
dan Sutra Dua Belas Bagian
terdapat di dalam sifat Sejati Manusia,
yang telah dimilikinya sejak dari awal.
Berpijak pada dasar Hakekat Diri,
merenungkan dengan cara Kebijaksanaan,
sehingga batin dan tampak luar Anda menjadi cerah seluruhnya,
dan Anda akan mengenali sifat sejati pikiran Anda sendiri.
Jika Anda menemukan seluruh Dharma,
tetapi pikiran Anda tidak ternodai ataupun melekat pada Dharma,
sehingga inilah yang dinamakan tiada-pikiran.
Jika Hakekat Diri Anda terjaga secara murni,
maka apabila berada di antara Enam Debu (Enam Obyek Indera),
pikiran Anda tidak akan terpisah ataupun ternodai,
bebas datang dan pergi,
sehingga inilah yang dinamakan berbuat tanpa-pikiran.
Hakekat Diri memiliki pahala,
untuk bertemu Buddha Sejati di dalam batin,
dan di luar memiliki rasa hormat kepada lainnya,
tiada terpisah dari Hakekat Diri adalah merupakan suatu pencapaian,
berbuat tanpa-pikiran dan secara spontan adalah suatu kebajikan.
Mengolah sifat Sejati Diri adalah merupakan suatu pencapaian,
mengolah diri sendiri adalah merupakan suatu kebajikan,
pahala diciptakan dari pikiran sendiri,
berkah berbeda dari pahala.
semoga bermanfaat