//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Ajaran Sunnata Dalam Theravada  (Read 43935 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Ajaran Sunnata Dalam Theravada
« Reply #45 on: 01 June 2008, 06:58:14 AM »
^sudah jelas Sang Buddha tidak tercerahkan dg berkeliling mempelajari sesuatu yg rumit.
Jhana Nothingness, Not Perception nor Non-Perception, Anatta, Sunyata, Theravada, Mahayana, Vajrayana, dll...

jadi menurut saya, tidak ada pencerahan yg berasal dari "mempelajari". :)

_/\_
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Intellectual Exercise
« Reply #46 on: 01 June 2008, 07:16:59 AM »
Iya, semua itu cuma intellectual exercise ... tidak membebaskan ...

Dan perdebatan semacam itu dilembagakan di dalam Tibetan Buddhism ... perdebatan terbuka ditonton banyak orang seperti dua orang pesilat sedang pibu. ... :)

Padahal semua itu cuma gerak pikiran ... Kalau dibiarkan merajalela, tidak akan pernah berhenti. ... :)

Salam,
hudoyo

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: Ajaran Sunnata Dalam Theravada
« Reply #47 on: 01 June 2008, 07:45:23 AM »
^sudah jelas Sang Buddha tidak tercerahkan dg berkeliling mempelajari sesuatu yg rumit.
Jhana Nothingness, Not Perception nor Non-Perception, Anatta, Sunyata, Theravada, Mahayana, Vajrayana, dll...

jadi menurut saya, tidak ada pencerahan yg berasal dari "mempelajari". :)

_/\_

Ya, benar.
Tapi perjalanan spiritual dan proses masing2 orang tidaklah sama. Semua itu memiliki fungsi dan porsinya sendiri2.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: Ajaran Sunnata Dalam Theravada
« Reply #48 on: 01 June 2008, 07:50:23 AM »
Iya, semua itu cuma intellectual exercise ... tidak membebaskan ...

Dan perdebatan semacam itu dilembagakan di dalam Tibetan Buddhism ... perdebatan terbuka ditonton banyak orang seperti dua orang pesilat sedang pibu. ... :)

Padahal semua itu cuma gerak pikiran ... Kalau dibiarkan merajalela, tidak akan pernah berhenti. ... :)

Salam,
hudoyo

Betul, cuman intellectual analysis yg tidak membebaskan.
Meskipun demikian masih perlu diinformasikan ke publik bahwa ada metode semacam itu. Metode inilah yang pernah disebutkan oleh salah satu peserta di salah satu thread yg ia sebut dengan 'analytical insight'.

Metode 'analytical' inilah yang kemudian disebut oleh orang vajrayana tibetan sebagai 'sutric  method' yang berseberangan dengan 'tantric method'. Jadi, dalam Tibetan Buddhism itu sendiri juga memiliki keberagaman metode upaya kausalya, dari yg konseptual hingga non-konseptual; dari yg 'ala pandita' hingga 'ala rumput kusulu'; dari yang meditasi 'murni' (eg.samatha-vipasyana) hingga meditasi dengan ritual2 (eg.yidam yoga).

Katanya, analytical insight ini akan menjadi katalisator dalam meditasi non-konseptual yg sesungguhnya.
Oleh karena itu, dalam Vajrayana, analytical method ini digunakan sebagai fondasi kala seseorang memasuki tahap tantra sehingga tidak memunculkan kesalahan pandangan (eg. menjadi tahayul).
« Last Edit: 01 June 2008, 07:56:37 AM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Ajaran Sunnata Dalam Theravada
« Reply #49 on: 01 June 2008, 07:51:45 AM »
Ya, benar.
Tapi perjalanan spiritual dan proses masing2 orang tidaklah sama. Semua itu memiliki fungsi dan porsinya sendiri2.

Menurut hemat saya ... melalui sekalipun berbeda-beda ... sekalipun banyak jalan ... titik temu semua jalan itu adalah berhentinya si aku & pikiran ...

Jadi buat saya ... untuk apa mempelajari sesuatu yang toh akan dibuang kembali. ...

Salam,
hudoyo

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Ajaran Sunnata Dalam Theravada
« Reply #50 on: 01 June 2008, 07:54:28 AM »
Betul, cuman intellectual analysis yg tidak membebaskan.
Meskipun demikian masih perlu diinformasikan ke publik bahwa ada metode semacam itu. Metode inilah yang pernah disebutkan oleh salah satu peserta di salah satu thread yg ia sebut dengan 'analytical insight'.

Metode 'analytical' inilah yang kemudian disebut oleh orang vajrayana tibetan sebagai 'sutric  method' yang berseberangan dengan 'tantric method'. Jadi, dalam Tibetan Buddhism itu sendiri juga memiliki keberagaman metode upaya kausalya, dari yg konseptual hingga non-konseptual, dari yg 'ala pandita' hingga 'ala rumput kusulu'.

Silakan saja memakai metode itu kalau memang orang yakin bahwa melalui apa yang disebut "analytical insight" bisa tercapai pencerahan. ...

Saya sendiri meragukan itu ... seperti saya pun meragukan bahwa vipassana yang tradisional bisa mencerahkan ... karena di situ penuh "analytical / contemplative knowledge".

Jadi, buat saya ... baik Maha-satipatthana-sutta ... maupun uraian tentang dzogchen yang pernah saya baca ... semuanya penuh "analytical knowledge" yang tidak membebaskan.

Bagi saya ... tidak ada upaya-kausalya ... kalau pikiran harus berhenti, ia harus berhenti sekarang juga ... "Langkah pertama adalah langkah terakhir".

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 01 June 2008, 07:57:34 AM by hudoyo »

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: Ajaran Sunnata Dalam Theravada
« Reply #51 on: 01 June 2008, 08:06:37 AM »
Betul, cuman intellectual analysis yg tidak membebaskan.
Meskipun demikian masih perlu diinformasikan ke publik bahwa ada metode semacam itu. Metode inilah yang pernah disebutkan oleh salah satu peserta di salah satu thread yg ia sebut dengan 'analytical insight'.

Metode 'analytical' inilah yang kemudian disebut oleh orang vajrayana tibetan sebagai 'sutric  method' yang berseberangan dengan 'tantric method'. Jadi, dalam Tibetan Buddhism itu sendiri juga memiliki keberagaman metode upaya kausalya, dari yg konseptual hingga non-konseptual, dari yg 'ala pandita' hingga 'ala rumput kusulu'.

Silakan saja memakai metode itu kalau memang orang yakin bahwa melalui apa yang disebut "analytical insight" bisa tercapai pencerahan. ...

Saya sendiri meragukan itu ... seperti saya pun meragukan bahwa vipassana yang tradisional bisa mencerahkan ... karena di situ penuh "analytical / contemplative knowledge".

Jadi, buat saya ... baik Maha-satipatthana-sutta ... maupun uraian tentang dzogchen yang pernah saya baca ... semuanya penuh "analytical knowledge" yang tidak membebaskan.

Bagi saya ... tidak ada upaya-kausalya ... kalau pikiran harus berhenti, ia harus berhenti sekarang juga ... "Langkah pertama adalah langkah terakhir".

Salam,
hudoyo

Kalau menurut saya, justru keberagaman metode dalam buddhism -- "84.000 pintu dharma"-- adalah suatu keindahan tersendiri. Tiap2 orang punya kecondongan dan disposisi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, yang terpenting adalah tahu kapan menggunakan obat yang tepat.

Saya sendiri saat ini sudah tidak memakai metode itu. Oleh karena sebab itulah maka saya berani mengatakan di thread lain bahwa pengetahuan intelektual tidak bermanfaat untuk mencapai pembebasan. Tetapi berhubung saya juga pernah melalui jalan itu, maka saya tidak pernah bisa tahu, apakah tanpa melalui yang itu saya mendapat yang ini.
Oleh karena itu, standpoint saya menghadapi hal2 seperti ini adalah bersikap open saja. Apabila ada informasi baru apa saja, silakan diberikan kepada publik. Ini untuk memperluas wawasan. Biarlah mereka semakin cerdas untuk menimbang dan memahami sesuai dengan kondisi masing2. Apa yang bapak sampaikan pun sangat baik, hanya saja mungkin ada beberapa orang yang susah memahami, ataupun sudah kadung terikat kuat dengan konsep2 sebelumnya.
« Last Edit: 01 June 2008, 08:16:15 AM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Ajaran Sunnata Dalam Theravada
« Reply #52 on: 01 June 2008, 08:15:29 AM »
Kalau menurut saya, justru keberagaman metode dalam buddhism -- "84.000 pintu dharma"-- adalah suatu keindahan tersendiri. Tiap2 orang punya kecondongan dan disposisi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, yang terpenting adalah tahu kapan menggunakan obat yang tepat.

Saya sendiri saat ini sudah tidak memakai metode itu. Oleh karena sebab itulah maka saya berani mengatakan di thread lain bahwa pengetahuan intelektual tidak bermanfaat untuk mencapai pembebasan. Tetapi berhubung saya juga melalui jalan itu, maka saya tidak pernah bisa tahu, apakah tanpa melalui yang itu saya mendapat yang ini.
Oleh karena itu, standpoint saya menghadapi hal2 seperti ini adalah bersikap open saja. Apabila ada informasi baru apa saja, silakan diberikan kepada publik. Ini untuk memperluas wawasan. Biarlah mereka semakin cerdas untuk menimbang dan memahami sesuai dengan kondisi masing2. Apa yang bapak sampaikan pun sangat baik, hanya saja mungkin ada beberapa orang yang susah memahami, ataupun sudah kadung terikat kuat dengan konsep2 sebelumnya.

Kalau saya, saya HANYA memberikan apa yang saya alami sendiri ... bahkan ketika yang saya alami itu berbeda, bahkan bertolak belakang, dengan kitab suci ...

Saya tidak memberikan teori-teori dari kitab suci ... "Memperluas wawasan" bukanlah tujuan saya ... karena seluas apa pun wawasan, sama sekali tidak membebaskan.

Saya sama sekali tidak bertumpu pada teori kitab suci yang tidak saya realisasikan sendiri. ... Kalau orang memahami apa yang saya katakan, syukurlah ... Kalau tidak, ya silakan dilupakan, dan cari jalan lain ... Tapi saya tidak menyodorkan jalan lain yang saya tidak tahu. ... Saya pun tidak mencari persetujuan orang lain.

Boleh saya tahu, mengapa Anda "sekarang tidak memakai metode itu lagi"? ... :)

Salam,
hudoyo

« Last Edit: 01 June 2008, 08:19:25 AM by hudoyo »

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: Ajaran Sunnata Dalam Theravada
« Reply #53 on: 01 June 2008, 08:24:40 AM »
Kalau menurut saya, justru keberagaman metode dalam buddhism -- "84.000 pintu dharma"-- adalah suatu keindahan tersendiri. Tiap2 orang punya kecondongan dan disposisi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, yang terpenting adalah tahu kapan menggunakan obat yang tepat.

Saya sendiri saat ini sudah tidak memakai metode itu. Oleh karena sebab itulah maka saya berani mengatakan di thread lain bahwa pengetahuan intelektual tidak bermanfaat untuk mencapai pembebasan. Tetapi berhubung saya juga melalui jalan itu, maka saya tidak pernah bisa tahu, apakah tanpa melalui yang itu saya mendapat yang ini.
Oleh karena itu, standpoint saya menghadapi hal2 seperti ini adalah bersikap open saja. Apabila ada informasi baru apa saja, silakan diberikan kepada publik. Ini untuk memperluas wawasan. Biarlah mereka semakin cerdas untuk menimbang dan memahami sesuai dengan kondisi masing2. Apa yang bapak sampaikan pun sangat baik, hanya saja mungkin ada beberapa orang yang susah memahami, ataupun sudah kadung terikat kuat dengan konsep2 sebelumnya.

Kalau saya, saya HANYA memberikan apa yang saya alami sendiri ... bahkan ketika yang saya alami itu berbeda, bahkan bertolak belakang, dengan kitab suci ...

Saya tidak memberikan teori-teori dari kitab suci ... "Memperluas wawasan" bukanlah tujuan saya ... karena seluas apa pun wawasan, sama sekali tidak membebaskan.

Saya sama sekali tidak bertumpu pada teori kitab suci yang tidak saya realisasikan sendiri.

Boleh saya tahu, mengapa Anda "sekarang tidak memakai metode itu lagi"? ... :)

Salam,
hudoyo



Silakan saja bapak.

Kembali mencoba mengaitkan dialog kita dengan topik awal, maka menurut saya, pemahaman tentang sunyata (emptiness) sedikit banyak akan memberikan suatu sikap keterbukaan (openness). Karena emptiness dan openness sangat berkaitan. Dari situ, saya sekedar melihat bahwa segala macam fenomena memiliki potensi variasi yang tak terbatas. Yang terpenting adalah konsistensi.
Maksud saya, apabila kita belajar atas dasar teori abhidhamma, ya bicaralah dengan term2 teknis yang akurat dari abhidhamma. Demikian pula bila kita berbicara tentang madhyamaka, tentu harus dengan memahami term2 dan pola pikir madhyamaka itu sendiri. Bukan di saling silangkan terlalu dini.
Kebetulan disini sedang membicarakan tentang Sunyata yg tidak saja dipandang dari sisi Theravad tetapi juga kemudian ditarik sebagai perbandingan dengan Mahayana. Tentu saja, kita perlu mengemukakan sesuatu hal itu sesuai dengan basisnya.

Yang menjadi masalah menurut saya, adalah orang yg belajar Buddhism hingga mencapai tataran kurikulum sunyata tapi sikap batinnya malah menjadi semakin sempit dan tertutup. Ini suatu problem.
« Last Edit: 01 June 2008, 08:28:41 AM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Ajaran Sunnata Dalam Theravada
« Reply #54 on: 01 June 2008, 08:38:12 AM »
Silakan saja bapak.

Kembali mencoba mengaitkan dialog kita dengan topik awal, maka menurut saya, pemahaman tentang sunyata (emptiness) sedikit banyak akan memberikan suatu sikap keterbukaan (openness). Karena emptiness dan openness sangat berkaitan. Dari situ, saya sekedar melihat bahwa segala macam fenomena memiliki potensi variasi yang tak terbatas. Yang terpenting adalah konsistensi.
Maksud saya, apabila kita belajar atas dasar teori abhidhamma, ya bicaralah dengan term2 teknis yang akurat dari abhidhamma. Demikian pula bila kita berbicara tentang madhyamaka, tentu harus dengan memahami term2 dan pola pikir madhyamaka itu sendiri. Bukan di saling silangkan terlalu dini.
Kebetulan disini sedang membicarakan tentang Sunyata yg tidak saja dipandang dari sisi Theravad tetapi juga kemudian ditarik sebagai perbandingan dengan Mahayana. Tentu saja, kita perlu mengemukakan sesuatu hal itu sesuai dengan basisnya.

Yang menjadi masalah menurut saya, adalah orang yg belajar Buddhism hingga mencapai tataran kurikulum sunyata tapi sikap batinnya malah menjadi semakin sempit dan tertutup. Ini suatu problem.

Ini saya kurang setuju. ... Bagi saya "keterbukaan" bukan berarti membiarkan pikiran merajalela ...

Maaf saja ... saya melihat semua yang Anda kemukakan itu tidak lebih daripada gerak pikiran ... Itu yang tidak saya setujui ... Itu saja.

Quote
orang yg belajar Buddhism hingga mencapai tataran kurikulum sunyata tapi sikap batinnya malah menjadi semakin sempit dan tertutup

Ini belum pernah saya temui ... bisa ditunjukkan?

Anda belum menjawab pertanyaan saya: Mengapa Anda sekarang "tidak memakai metode itu lagi"?

Salam,
Hudoyo
« Last Edit: 01 June 2008, 08:40:30 AM by hudoyo »

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: Ajaran Sunnata Dalam Theravada
« Reply #55 on: 01 June 2008, 08:41:09 AM »
^sudah jelas Sang Buddha tidak tercerahkan dg berkeliling mempelajari sesuatu yg rumit.
Jhana Nothingness, Not Perception nor Non-Perception, Anatta, Sunyata, Theravada, Mahayana, Vajrayana, dll...

jadi menurut saya, tidak ada pencerahan yg berasal dari "mempelajari". :)

_/\_

Perlu anda sadari, bahwa anda bukan Sang Buddha.
Kedua, untuk sampai pada pemahaman ini, anda toh melalui belajar yg sebelumnya.
Jadi tolong jangan bersikap ekstrim.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Ajaran Sunnata Dalam Theravada
« Reply #56 on: 01 June 2008, 08:45:57 AM »
Perlu anda sadari, bahwa anda bukan Sang Buddha.
Kedua, untuk sampai pada pemahaman ini, anda toh melalui belajar yg sebelumnya.
Jadi tolong jangan bersikap ekstrim.

Maaf, Rekan Suchamda sudah melakukan "ad hominem" (menghakimi pendirian lawan bicara). ...
Mohon jangan diulangi.

Salam,
hudoyo

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: Ajaran Sunnata Dalam Theravada
« Reply #57 on: 01 June 2008, 08:53:50 AM »
Silakan saja bapak.

Kembali mencoba mengaitkan dialog kita dengan topik awal, maka menurut saya, pemahaman tentang sunyata (emptiness) sedikit banyak akan memberikan suatu sikap keterbukaan (openness). Karena emptiness dan openness sangat berkaitan. Dari situ, saya sekedar melihat bahwa segala macam fenomena memiliki potensi variasi yang tak terbatas. Yang terpenting adalah konsistensi.
Maksud saya, apabila kita belajar atas dasar teori abhidhamma, ya bicaralah dengan term2 teknis yang akurat dari abhidhamma. Demikian pula bila kita berbicara tentang madhyamaka, tentu harus dengan memahami term2 dan pola pikir madhyamaka itu sendiri. Bukan di saling silangkan terlalu dini.
Kebetulan disini sedang membicarakan tentang Sunyata yg tidak saja dipandang dari sisi Theravad tetapi juga kemudian ditarik sebagai perbandingan dengan Mahayana. Tentu saja, kita perlu mengemukakan sesuatu hal itu sesuai dengan basisnya.


Yang menjadi masalah menurut saya, adalah orang yg belajar Buddhism hingga mencapai tataran kurikulum sunyata tapi sikap batinnya malah menjadi semakin sempit dan tertutup. Ini suatu problem.

Ini saya kurang setuju. ... Bagi saya "keterbukaan" bukan berarti membiarkan pikiran merajalela ...

Maaf saja ... saya melihat semua yang Anda kemukakan itu tidak lebih daripada gerak pikiran ... Itu yang tidak saya setujui ... Itu saja.

Ya, memang gerak pikiran dan saya sadari itu, karena saya perlu mengemukakan itu disini.
Dan kemudian, itu jugalah yang saya praktekkan hingga hari ini, dimana saya tidak menolak bila pikiran2 itu muncul. Bila ego itu muncul pun tidak ditolak tapi cukup disadari saja. Termasuk semua fenomena2 yang membutuhkan tanggapan ya saya biarkan saja apa adanya, tapi bukan menghanyutkan diri tanpa sadar. Itulah yang saya maksud dengan openness. Kalau saya menolak, saya sadar menolak, kalau saya hanyut, kemudian muncul kesadaran bahwa terhanyut. Semua itu diterima saja secara ikhlas.

orang yg belajar Buddhism hingga mencapai tataran kurikulum sunyata tapi sikap batinnya malah menjadi semakin sempit dan tertutup

Ini belum pernah saya temui ... bisa ditunjukkan?

Anda belum menjawab pertanyaan saya: Mengapa Anda sekarang "tidak memakai metode itu lagi"?

Salam,
Hudoyo

Bisa dan banyak pak, lihat saja dari banyak diskusi-diskusi di milis2 buddhis: terutama mereka yang bertengkar karena konsep 'anatta', dsb.
Dan juga tak sedikit para bhikkhu yang mengajarkan sikap2 sektarian kepada umatnya.

Mengenai pertanyaan bapak.
Saya tidak menggunakan itu lagi karena pada saat retret vipassana saya tiba2 tersadar bahwa semua itu tiada lain hanyalah bentukan pikiran. Belajar filosofi sampai sakit kepala bertahunan ternyata ditembusi oleh sebuah pengalaman sekejap yg sangat sederhana.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Ajaran Sunnata Dalam Theravada
« Reply #58 on: 01 June 2008, 08:56:20 AM »
^sudah jelas Sang Buddha tidak tercerahkan dg berkeliling mempelajari sesuatu yg rumit.
Jhana Nothingness, Not Perception nor Non-Perception, Anatta, Sunyata, Theravada, Mahayana, Vajrayana, dll...

jadi menurut saya, tidak ada pencerahan yg berasal dari "mempelajari". :)

_/\_

Ya, benar.
Tapi perjalanan spiritual dan proses masing2 orang tidaklah sama. Semua itu memiliki fungsi dan porsinya sendiri2.

berjalan tentu saja berbeda, tapi berhenti adalah sama.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Ajaran Sunnata Dalam Theravada
« Reply #59 on: 01 June 2008, 08:58:51 AM »
berjalan tentu saja berbeda, tapi berhenti adalah sama.

Iya ... daripada berjalan berputar-putar ... mengapa tidak berhenti sekarang? ...

Sang Buddha: "Angulimala, aku sudah lama berhenti. Kamulah yang masih terus berlari. Apa yang kamu cari? Berhentilah!"

Salam,
hudoyo