//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Galaunya Tin Chan  (Read 33368 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline bluppy

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.163
  • Reputasi: 65
  • Gender: Female
Re: Galaunya Tin Chan
« Reply #30 on: 12 November 2013, 11:27:21 AM »

Lanjut sesi 2 curhat. Medinya juga gabung disini aja deh...

Hari minggu kemarin ga tau angin apa, tiba2 semangat banget meditasi. Begitu ada ajakan dari grup BB meditasi, langsung meluncur. Padahal biasanya tiap hari pagi n malam juga slalu ada ajakan, tapi ga w gubris.

Setelah berbulan-bulan ga meditasi, ngerasa meditasinya back to basic banget, anapanasati.

Satu, dua, tiga... Eh nge-blank...
Satu, dua tiga... pikiran melayang...
Satu, dua, tiga... Ngantuk... Hmm... kata bhante kalo da ngantuk berarti uda lumayan konsen... Ayo tangkap terus nafasnya...
Satu, dua, tiga... Kepala jatuh dikit... Hampir ketiduran... Back to nafas lagi... Terasa kaki dingin, trus dinginnya naik ke paha, pinggang... Ahh... Ini uda mulai asyik... Ayo naik lagi ke kepala... Grrr... Kok ga naik-naik... Eh... Eh... hilang... Ahh kebanyakan komentar... balik lagi ke nafas...
Satu, dua, tiga... Uda jam berapa ya? Kok alarmnya belum bunyi juga... Hmm... Udahin aja gak ya?? Eits... Ga bole... musti sampe selesai sesi stengah jamnya. Sampe alarm bunyi... Ayoo.. Ayo... Bunyi donk... Hmm... Ga bunyi2... Rasanya jadi sesak... Mulai batuk... Hadeh... lupain dulu deh... balik ke nafas...
Satu, dua, tiga... Tenang... Tenang...

Tidittt tidit... Meditasi stengah jam selesai...

Mikir-mikir, meditasnya kurang berbobot karna kebanyakan komentar... Trus langsung angkat selimut tidur...

Amazingly, besoknya gue bangun pagi dengan seger dan tepat waktu (uda seminggu kena penyakit malas, telat mulu ke kantor). Ternyata meditasi versi berantakan begini juga berguna ya... Lalu ngomong ke diri sendiri... Musti meditasi tiap malam nih. Biar segar terus...

Alhasil kemarin malam, kepikiran mo medi... Hmm... Besok aja deh... X_X... Dan semangat itu pun hilang tak berbekas...

Anicca...

Kapan ya semangat itu datang lagi???

+1 GRP untuk semangatnya

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Galaunya Tin Chan
« Reply #31 on: 12 November 2013, 07:01:15 PM »
Dibakar aja ah gampang. Kalo pake peti, lama2 habis juga tanah di bumi buat kuburnya. Tapi sekarang tempat nyimpan abu di vihara juga uda mahal. Kemarin tetangga gue baru beli duluan spacenya, biar ntar letaknya bisa disamping istrinya. 30 juta untuk beli tempat sekecil itu itu. Kayanya cuma 30x30cm. Exclude maintenance tiap taon. Trus kita disuruh cepet-cepet beli. Katanya tiap tahun harganya naik X_X. Kaya invest rumah beneran jadinya.
Gila....mahal bangetttt.....mending disumbangkan aja jenasah kita, seminggu lalu bertemu dengan Om saya, beliau seorang Buddhist, beliau bercerita telah membuat kesepakatan dengan keluarga dan pihak Fakultas Kedokteran suatu perguruan tinggi, bahwa jenasah nya akan disumbangkan ke FK tsb, untuk membantu mahasiswa yang membutuhkan praktek, karena para mahasiswa Kedokteran yang akan praktek bedah mayat paling sedikit harus merogoh kocek Rp.20jt utk mendapatkan seorang mayat, angka yang sangat fantastis sekali mengingat RSU banyak menyimpan mayat gelandangan yang tidak dikenal ato mayat tabrak lari tanpa identitas.

Rupanya pemikiran Om saya ini menginspirasi saya dan saya kemukakan kepada anak2 saya bahwa saya juga ingin mendonorkan jenasah saya, tetapi sayang sekali agama mereka melarang untuk melakukan itu, karena menurut agama mereka kita terbuat dari tanah dan harus kembali ke tanah lagi (***kasihan sekali tugas nya si pembuat tanah ini utk menciptakan manusia, padahal wkt saya tanya ke mereka, bahwa darimana mrk berasal, dari tanah ato dari sperma ayahnya dan ovum ibunya ? mereka hny meringis...duuuhhhh  :hammer: :hammer: )
I'm an ordinary human only

Offline Kristin_chan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 631
  • Reputasi: 54
  • Gender: Female
Re: Galaunya Tin Chan
« Reply #32 on: 19 December 2013, 05:15:27 PM »
 :jempol: :jempol: buat mom... Emang bagusan dimanfaatin daripada sia2 apalagi habisin biaya.
Be kind whenever possible. It's always possible.

Offline Kristin_chan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 631
  • Reputasi: 54
  • Gender: Female
Re: Galaunya Tin Chan
« Reply #33 on: 19 December 2013, 05:29:21 PM »
Sharing next session...

Dipikir-pikir hidup ini amazing sekali. Perubahannya begitu cepat dan drastis. Rasanya baru kemarin diliputi aura2 kematian... Uring2an kemana-mana... Lalu begitu cepat berbalik menjadi kebahagiaan tak terkira... Seakan-akan seluruh keberuntungan sedang melindungi. Lantas berpikir lagi, kebahagiaan ini pun akan berlalu.

Minggu lalu secara mengejutkan saya mendapatkan sebuah penghargaan. Mungkin penghargaan itu tidak bernilai secara materi. Tetapi kebanggaan yang diperoleh tak terkira. Kebanggaan bahwa hasil kerja keras ternyata dihargai, walau hanya dengan piagam kecil. Semalaman senyum ini tak bisa hilang dari mulutku. Rasanya gigiku mau kering saja... Kututup mulutku tapi secara otomatis senyumnya merekah lagi...

Walau malam sudah larut dan mata mulai mengantuk, tapi rasanya tak ingin tidur... Ingin merasakan kebahagiaan itu sedikit lebih lama lagi. Lalu saya sms ke orang tua, saudara dan teman-teman dekat... Kebahagiaan itu semakin lengkap oleh ucapan selamat mereka. Pujian-pujian... Rasanya kepala ini sudah ga muat lagi dalam ruangan kecil itu. Senyumku makin tak mau hilang. Aku capek, ngantuk... Tapi aku tak mau semuanya berlalu... Sampai akhirnya dewi malam pun merengutnya dalam tidur...

And you know what? The next day herannya seluruh luapan emosi itu surut seketika. Senyumnya juga sudah normal. Dan pikiran mulai jernih kembali... Walau masih ada sisa-sisa kebahagiaan, tapi sudah tidak sekacau kemarin.

Lalu saya kembali berpikir. Ternyata bukan kesedihan saja yang bisa bikin galau dan mengacaukan pikiran. Tapi kebahagiaan juga...

Cpddd...

Kemudian ingatkan pada diri untuk sati sati dan sati kembali...
Be kind whenever possible. It's always possible.

Offline sl99

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 409
  • Reputasi: 33
  • Gender: Male
Re: Galaunya Tin Chan
« Reply #34 on: 19 December 2013, 10:26:39 PM »
Gua selalu berusaha meredam, menahan, acting cool jika sudah berhadapan dengan sesuatu yang sedang ataupun akan membuat gua bahagia. Muka tanpa ekspresi, sikap seakan tidak butuh, gaya cuek. Itu semua agar tidak terlarut dalam
kebahagiaan, karena biasanya kebahagiaan akan diikuti dengan kekecewaan dan kesedihan.

Sang Buddha mengajarkan untuk tenang seimbang, masalahnya bagaimana cara berlatih agar kita bisa tenang seimbang
dalam menghadapi kebahagiaan dan kesusahan hidup ini tanpa menjadi kaku dan sok cool?
Vaya dhamma sankhara, appamadena sampadetha

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Galaunya Tin Chan
« Reply #35 on: 20 December 2013, 12:31:33 AM »
Sharing next session...

Dipikir-pikir hidup ini amazing sekali. Perubahannya begitu cepat dan drastis. Rasanya baru kemarin diliputi aura2 kematian... Uring2an kemana-mana... Lalu begitu cepat berbalik menjadi kebahagiaan tak terkira... Seakan-akan seluruh keberuntungan sedang melindungi. Lantas berpikir lagi, kebahagiaan ini pun akan berlalu.

Minggu lalu secara mengejutkan saya mendapatkan sebuah penghargaan. Mungkin penghargaan itu tidak bernilai secara materi. Tetapi kebanggaan yang diperoleh tak terkira. Kebanggaan bahwa hasil kerja keras ternyata dihargai, walau hanya dengan piagam kecil. Semalaman senyum ini tak bisa hilang dari mulutku. Rasanya gigiku mau kering saja... Kututup mulutku tapi secara otomatis senyumnya merekah lagi...

Walau malam sudah larut dan mata mulai mengantuk, tapi rasanya tak ingin tidur... Ingin merasakan kebahagiaan itu sedikit lebih lama lagi. Lalu saya sms ke orang tua, saudara dan teman-teman dekat... Kebahagiaan itu semakin lengkap oleh ucapan selamat mereka. Pujian-pujian... Rasanya kepala ini sudah ga muat lagi dalam ruangan kecil itu. Senyumku makin tak mau hilang. Aku capek, ngantuk... Tapi aku tak mau semuanya berlalu... Sampai akhirnya dewi malam pun merengutnya dalam tidur...

And you know what? The next day herannya seluruh luapan emosi itu surut seketika. Senyumnya juga sudah normal. Dan pikiran mulai jernih kembali... Walau masih ada sisa-sisa kebahagiaan, tapi sudah tidak sekacau kemarin.

Lalu saya kembali berpikir. Ternyata bukan kesedihan saja yang bisa bikin galau dan mengacaukan pikiran. Tapi kebahagiaan juga...

Cpddd...

Kemudian ingatkan pada diri untuk sati sati dan sati kembali...
Belum arahat khan sis ? masih wajar kok dengan merasakan itu semua, tapi dengan menulis jurnal pribadi begini kita jadi ikutan asyik, jadi bisa tahu bahwa yang mengalami demikian juga banyak, kerennn...lanjuttt nulis sis...(##mau pesen apa yak udh jam segini##)
I'm an ordinary human only

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Galaunya Tin Chan
« Reply #36 on: 20 December 2013, 09:04:56 AM »
Gua selalu berusaha meredam, menahan, acting cool jika sudah berhadapan dengan sesuatu yang sedang ataupun akan membuat gua bahagia. Muka tanpa ekspresi, sikap seakan tidak butuh, gaya cuek. Itu semua agar tidak terlarut dalam
kebahagiaan, karena biasanya kebahagiaan akan diikuti dengan kekecewaan dan kesedihan.

Sang Buddha mengajarkan untuk tenang seimbang, masalahnya bagaimana cara berlatih agar kita bisa tenang seimbang dalam menghadapi kebahagiaan dan kesusahan hidup ini tanpa menjadi kaku dan sok cool?

Orang yang jarang berdana,  saat berdana, dia akan merasa "wah", atau hebat, atau mengharapkan ini itu sebagai imbalan, bahkan dia mungkin sok-tulus (karena berdasarkan nasehat orang bijak, kita seharusnya tulus saat berdana). Apakah ini salah? Tidak, ini normal. Dan seiring berjalannya waktu, kalau sudah sering berdana, semua akan terasa alami (tidak berlebihan lagi seperti dulu). Ini karena terbiasa.

Intinya, untuk tidak kaku dan tidak sok cool (untuk menjadi alami) caranya adalah, terus berlatih. Lakukan berulang-ulang.

Kaku dan sok cool itu tidak salah, karena ini bagian dari proses. Yang penting jangan sok tau, karena cara kita berlatih, tidak mungkin langsung benar 100%. Harus terbuka dengan kemungkinan perbaikan dan pembelajaran.
« Last Edit: 20 December 2013, 09:14:00 AM by dhammadinna »

Offline Kristin_chan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 631
  • Reputasi: 54
  • Gender: Female
Re: Galaunya Tin Chan
« Reply #37 on: 20 December 2013, 10:18:22 AM »
Saya kalau di depan umum juga sok cool :p. Baru muncul hebohnya kalau ke orang2 dekat. Saat sok cool itu sering ngerasa bukan diri sendiri. Sering ngiri kalau ngeliat orang lain yang bisa dengan begitu plong meluapkan kebahagiaan. Begitu polos dan jujur ke siapa saja... Bagus ga sih seperti itu?

Kalau saya teliti lagi ke dalam diri, sok cool itu sering kali bukan semata-mata untuk tidak larut, tetapi juga bagian dari ego (takut dibilang sombong, takut dibilang lebay, etc etc).

Paling baik kalau bisa tetap tenang dalam keadaan jujur seperti kata ci dhammadina... Walau proses masih panjang tapi terus berusaha :D Thank you :)
Be kind whenever possible. It's always possible.

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Galaunya Tin Chan
« Reply #38 on: 20 December 2013, 10:22:22 AM »
bah ..sok cool kata2nya...
...

Offline sl99

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 409
  • Reputasi: 33
  • Gender: Male
Re: Galaunya Tin Chan
« Reply #39 on: 20 December 2013, 10:28:26 AM »
Orang yang jarang berdana,  saat berdana, dia akan merasa "wah", atau hebat, atau mengharapkan ini itu sebagai imbalan, bahkan dia mungkin sok-tulus (karena berdasarkan nasehat orang bijak, kita seharusnya tulus saat berdana). Apakah ini salah? Tidak, ini normal. Dan seiring berjalannya waktu, kalau sudah sering berdana, semua akan terasa alami (tidak berlebihan lagi seperti dulu). Ini karena terbiasa.

Intinya, untuk tidak kaku dan tidak sok cool (untuk menjadi alami) caranya adalah, terus berlatih. Lakukan berulang-ulang.

Kaku dan sok cool itu tidak salah, karena ini bagian dari proses. Yang penting jangan sok tau, karena cara kita berlatih, tidak mungkin langsung benar 100%. Harus terbuka dengan kemungkinan perbaikan dan pembelajaran.

Masih belum dapat "selanya" bagaimana cara untuk bahagia tanpa melekat.
Mungkin harus sering-sering meditasi disetiap saat.
Vaya dhamma sankhara, appamadena sampadetha

Offline Kristin_chan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 631
  • Reputasi: 54
  • Gender: Female
Re: Galaunya Tin Chan
« Reply #40 on: 20 December 2013, 10:31:11 AM »
bah ..sok cool kata2nya...

 :)) :)) :)) Cool banget kan gue ron....  8) 8) 8)
Be kind whenever possible. It's always possible.

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Galaunya Tin Chan
« Reply #41 on: 20 December 2013, 02:00:33 PM »
Saya kalau di depan umum juga sok cool :p. Baru muncul hebohnya kalau ke orang2 dekat.

apa ini ciri-ciri introvert ya? saya juga begitu sih. Dan ini bukan tentang sok cool, tapi memang cool ke orang baru. Tidak bisa diubah/dipaksakan juga, karena dari sononya sudah begitu.

Quote
Saat sok cool itu sering ngerasa bukan diri sendiri. Sering ngiri kalau ngeliat orang lain yang bisa dengan begitu plong meluapkan kebahagiaan. Begitu polos dan jujur ke siapa saja... Bagus ga sih seperti itu?

No komen, coba dirasa-rasa atau dinilai sendiri yaa..

Quote
Kalau saya teliti lagi ke dalam diri, sok cool itu sering kali bukan semata-mata untuk tidak larut, tetapi juga bagian dari ego (takut dibilang sombong, takut dibilang lebay, etc etc).

Dari yang pahami, konteks sok-coolnya sl99 dan km, berbeda..

Kalau sok-coolnya sl99, ia bahagia tapi berusaha untuk mengabaikan rasa itu. Jadi ini tidak ada kaitannya dengan orang lain.

Kalau sok-coolnya km, ini ada hubungan antara kamu dan orang lain. Dan ini tentang jenis kepribadian..

Quote
Paling baik kalau bisa tetap tenang dalam keadaan jujur seperti kata ci dhammadina... Walau proses masih panjang tapi terus berusaha :D Thank you :)

Kalau dari postinganmu sebelumnya, dimana kamu merasa sangat bahagia, lalu kemudian merasakan bahwa kebahagiaan itu surut. Menurut saya, tidak ada sok-cool di sini. Justru itu menunjukkan adanya perhatian (sati).

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Galaunya Tin Chan
« Reply #42 on: 20 December 2013, 02:27:27 PM »
Gua selalu berusaha meredam, menahan, acting cool jika sudah berhadapan dengan sesuatu yang sedang ataupun akan membuat gua bahagia. Muka tanpa ekspresi, sikap seakan tidak butuh, gaya cuek. Itu semua agar tidak terlarut dalam
kebahagiaan, karena biasanya kebahagiaan akan diikuti dengan kekecewaan dan kesedihan.

Sang Buddha mengajarkan untuk tenang seimbang, masalahnya bagaimana cara berlatih agar kita bisa tenang seimbang dalam menghadapi kebahagiaan dan kesusahan hidup ini tanpa menjadi kaku dan sok cool?

Masih belum dapat "selanya" bagaimana cara untuk bahagia tanpa melekat.
Mungkin harus sering-sering meditasi disetiap saat.

Ini saya copy-paste dari sutta (hanya bagian "perasaan". Silakan baca sutta lengkapnya, jika tertarik):

Quote
11. ‘Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu berdiam merenungkan perasaan sebagai perasaan?[31] Di sini, seorang bhikkhu yang sedang merasakan perasaan menyenangkan mengetahui bahwa ia sedang merasakan perasaan menyenangkan;[32] merasakan perasaan menyakitkan, ia mengetahui bahwa ia sedang merasakan perasaan menyakitkan;[33] merasakan perasaan yang-bukan-menyenangkan juga-bukan-menyakitkan, ia mengetahui bahwa ia sedang merasakan perasaan yang-bukan-menyenangkan-juga-bukan-menyakitkan;[34] merasakan perasaan indria yang menyenangkan, ia mengetahui bahwa ia sedang merasakan perasaan indria yang menyenangkan;[35] merasakan perasaan non-indria yang menyenangkan, ia mengetahui bahwa ia merasakan perasaan non-indria yang menyenangkan;[36] merasakan perasaan indria yang menyakitkan ...; merasakan perasaan non-indria yang menyakitkan ...; merasakan perasaan indria yang bukan menyakitkan juga bukan menyenangkan ...; merasakan perasaan non-indria yang bukan menyakitkan juga bukan menyenangkan, ia mengetahui bahwa ia sedang merasakan perasaan non-indria yang bukan menyakitkan juga bukan menyenangkan.’

(PANDANGAN TERANG)

‘Demikianlah ia berdiam merenungkan perasaan sebagai perasaan secara internal. Ia merenungkan perasaan sebagai perasaan secara eksternal[37] .... Ia berdiam merenungkan munculnya fenomena dalam perasaan, lenyapnya fenomena, serta muncul dan lenyapnya fenomena dalam perasaan. [299] Atau, penuh perhatian bahwa “ada perasaan” muncul dalam dirinya hanya sejauh yang diperlukan bagi pengetahuan dan kesadaran. Dan ia berdiam tanpa bergantung, tidak melekat pada apa pun di dunia ini. Dan itu, para bhikkhu, adalah bagaimana seorang bhikkhu berdiam merenungkan perasaan sebagai perasaan.’

http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_22:_Mahasatipatthana_Sutta

intinya, kalau bahagia, ada perhatian bahwa perasaan menyenangkan itu ada. Tidak perlu berusaha kebal.

apakah ini cara "bahagia tanpa melekat"? entahlah... yang jelas, ini cara untuk memahami hakikat perasaan itu.
« Last Edit: 20 December 2013, 02:31:40 PM by dhammadinna »

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Galaunya Tin Chan
« Reply #43 on: 20 December 2013, 02:47:55 PM »
nambahin aja http://dhammacitta.org/dcpedia/MN_74:_Dīghanakha_Sutta#10

Quote
10. “Terdapat, Aggivessana, tiga jenis perasaan: perasaan menyenangkan, perasaan menyakitkan, dan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan. Pada saat seseorang merasakan perasaan menyenangkan, ia tidak merasakan perasaan menyakitkan atau perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan; pada saat itu ia hanya merasakan perasaan menyenangkan. Pada saat seseorang merasakan perasaan menyakitkan, ia tidak merasakan perasaan menyenangkan atau perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan; pada saat itu ia hanya merasakan perasaan menyakitkan. Pada saat seseorang merasakan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan, ia tidak merasakan perasaan menyenangkan atau perasaan menyakitkan; pada saat itu ia hanya merasakan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan.

11. “Perasaan menyenangkan, Aggivessana, adalah tidak kekal, terkondisi, muncul dengan bergantung, tunduk pada kehancuran, lenyap, meluruh, dan berhenti. Perasaan menyakitkan juga adalah tidak kekal, terkondisi, muncul dengan bergantung, tunduk pada kehancuran, kelenyapan, peluruhan, dan penghentian. Perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan juga adalah tidak kekal, terkondisi, muncul dengan bergantung, tunduk pada kehancuran, kelenyapan, peluruhan, dan penghentian.

12. “Dengan melihat demikian, seorang siswa mulia yang terpelajar menjadi kecewa dengan perasaan menyenangkan, kecewa dengan perasaan menyakitkan, kecewa dengan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan. Karena kecewa, ia menjadi bosan. Melalui kebosanan [pikirannya] terbebaskan. Ia memahami: ‘Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak akan ada lagi penjelmaan menjadi kondisi makhluk apapun.’

13. “Seorang bhikkhu yang batinnya terbebas demikian, Aggivessana, tidak memihak siapapun dan tidak berselisih dengan siapapun; ia mengucapkan bahasa yang digunakan di dunia pada masa itu tanpa melekatinya.”
There is no place like 127.0.0.1

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Galaunya Tin Chan
« Reply #44 on: 20 December 2013, 03:48:42 PM »
Ikutan nimbrung ;D

27. “Yang Mulia, apakah yang harus ditinggalkan sehubungan dengan perasaan menyenangkan? apakah yang harus ditinggalkan sehubungan dengan perasaan menyakitkan? apakah yang harus ditinggalkan sehubungan dengan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan?”

“Teman Visākha, kecenderungan tersembunyi pada nafsu harus ditinggalkan sehubungan dengan perasaan menyenangkan. Kecenderungan tersembunyi pada penolakan harus ditinggalkan sehubungan dengan perasaan menyakitkan. Kecenderungan tersembunyi pada ketidak-tahuan harus ditinggalkan sehubungan dengan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan.”


MN 44 Culavedalla Sutta

[spoiler]Btw, thread pribadi orang kok jadi kayak diskusi sutta :hammer:[/quote]
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa