Meditasi-PendahuluanT. Apakah meditasi-pendahuluan?
J. Artinya seseorang mengikuti obyek tanpa dirintangi oleh kecenderungannya. Demikianlah ia mengatasi rintangan-rintangan. Tetapi ia tidak melatih permulaan dan kelangsungan pikiran, kegembiraan, kebahagiaan, keterpusatan pikiran dan lima kemampuan seperti keyakinan dan seterusnya. Walaupun ia memperoleh kekuatan-meditasi, berbagai macam gejala pikiran masih muncul. Ini disebut meditasi-pendahuluan.
Meditasi-kokoh, jhānaMeditasi kokoh, jhāna, mengikuti pendahuluan. Kondisi ini mendapatkan kekuatan dari kemajuan bathin. Ini adalah kekuatan penempatan pikiran, keyakinan dan lain-lain. Kondisi ini tidak bergerak dalam obyek. Ini disebut meditasi-kokoh, jhāna.
T. Apakah perbedaan antara meditasi-pendahuluan dan meditasi-kokoh, jhāna?
J. Mengatasi lima rintangan adalah pendahuluan. Seseorang mengatasi lima ini dan dengan demikian memenuhi meditasi-kokoh, jhāna. Melalui pendahuluan seseorang mendekati keluhuran dalam meditasi, jhāna. Ketika keluhuran dicapai, itu adalah meditasi-kokoh, jhāna. Dalam meditasi-pendahuluan, bathin dan jasmani, belum mencapai ketenangan, tidak stabil bagaikan sebuah kapal di atas gelombang. Dalam meditasi-kokoh, jhāna, bathin dan jasmani telah mencapai ketenangan bagaikan sebuah kapal di atas air yang tenang. Dalam meditasi-pendahuluan, karena faktor-faktor belum kuat, pikiran tidak berdiam lama di dalam obyek, seperti seorang anak kecil . Semua faktor-faktor3, karena kuat (dalam meditasi-kokoh, jhāna), maka seseorang berdiam di dalam obyek dengan damai dan lama, bagaikan seorang kuat4. Dalam meditasi-pendahuluan, seseorang tidak berlatih dengan lancar. Oleh karena itu yoga tidak dicapai. Hal ini seperti seorang pembaca-khotbah yang menjadi lupa karena lama tidak (membacakannya). Dalam meditasi-kokoh, jhāna, latihan lancar, dan yoga tercapai. Hal ini seperti seorang pembaca-khotbah yang selalu berlatih, dan tidak lupa ketika membacakannya.
Jika seseorang tidak mengatasi (lima) rintangan, ia buta sehubungan dengan meditasi-pendahuluan . Ini adalah ajaran sehubungan dengan ketidak-murnian. Jika seseorang mengatasi rintangan-rintangan dengan baik, ia mendapatkan penglihatan (menjadi tidak buta).
Sehubungan dengan pencapaian meditasi-kokoh, jhāna, ini adalah ajaran kemurnian: -dari kondisi keterampilan di dalam gambaran hingga (kondisi) menghalau disebut pendahuluan. Terus-menerus menghalau rintangan disebut meditasi-kokoh, jhāna.
T. Apakah arti pendahuluan?
J. Karena mendekati meditasi, jhāna, maka disebut pendahuluan, bagaikan jalan di dekat desa disebut jalan desa. Artinya sama, meskipun sebutannya berbeda.
Apakah arti meditasi-kokoh, jhāna? Meditasi-kokoh, jhāna, artinya yoga. Meditasi kokoh, jhāna, bagaikan pikiran yang memasuki maṇḍala. Tidak ada perbedaaan dalam makna antara meninggalkan keduniawian, meditasi (jhāna) dan meditasi-kokoh (jhāna). Di sini, si yogi, yang berdiam di dalam meditasi penduhuluan, kokoh (jhāna) atau meditasi (jhāna) pertama harus meningkatkan kasiṇa.
Meningkatkan kasiṇaT. Bagaimanakah ia meningkatkan kasiṇa?
J. Yaitu, kasiṇa yang pada awalnya berukuran empat jari, perlahan-lahan ditingkatkan. Demikianlah ia merenungkan; dan dengan keterampilan ia akan mampu meningkatkannya perlahan-lahan. Secara bertahap ia meningkatkannya menjadi berukuran sebuah roda, kanopi, bayangan sebatang pohon, sepetak sawah, sekelompok perumahan, sebuah desa, sebuah desa bertembok dan sebuah kota. Demikianlah ia mengembangkannya secara bertahap hingga ia memenuhi seluruh bumi ini. Ia tidak boleh merenungkan hal-hal seperti sungai, gunung, ketinggian, kedalaman, pohon-pohon dan gundukan, semua yang tidak rata. Meningkatkan dengan cara ini, ia akan mencapai keterampilan dalam meditasi.
Keterampilan dalam meditasi-kokoh, jhāna.Jika si yogi mencapai meditasi-pendahuluan tetapi tidak mampu mencapai meditasi-kokoh, jhāna, ia harus membangkitkan keterampilan dalam meditasi-kokoh, jhāna, dalam dua cara: pertama, melalui penyebab; kedua, melalui “kemantapan”.
Sepuluh caraDengan sepuluh cara ia membangkitkan keterampilan dalam meditasi-kokoh, jhāna, melalui penyebab: (1) Dengan merenungkan kebersihan landasan fisik. (2) Dengan merenungkan kesetaraan (usaha dari) kualitas-kualitas. (3) Dengan keterampilan dalam menangkap gambaran. (4) Dengan mengendalikan dan mengatur pikiran. (5) Dengan menekan kelengahan. (6) Dengan (mengatasi) kemalasan pikiran. (7) Dengan menggirangkan pikiran. (
Dengan memantapkan pikiran dan memenuhi keseimbangan. (9) Dengan keberpisahan dengan mereka yang tidak melatih konsentrasi dan bergaul dengan para praktisi konsentrasi. (10) Dengan kesungguhan pada konsentrasi meditasi-kokoh .
(1) T. Apakah merenungkan kebersihan landasan fisik?
J. Melalui tiga jenis tindakan seseorang memenuhi kebersihan landasan fisik. Yaitu, dengan memakan makanan yang sesuai, menikmati kenyamanan cuaca yang menyenangkan dan mempraktikkan postur yang nyaman.
Perumpamaan kereta-kuda(2) Dengan merenungkan kesetaraan (usaha) dari kualitas-kualitas, yaitu, keyakinan atau satu dari empat kualitas lainnya agar tidak jatuh, karena kelengahan. Ini diumpamakan sebagai laju kereta-kuda yang cepat.
Perumpamaan benang-tinta(3) Keterampilan dalam menangkap gambaran: indria-pikiran menangkap (gambaran) dengan baik, yaitu, tidak terlalu tergesa-gesa juga tidak terlalu lamban. Ini bagaikan seorang tukang kayu yang ahli, yang, setelah mengukur dengan baik, menarik seutas benang-tinta, melepaskannya pada saat yang tepat dan dengan demikian meninggalkan bekas berupa garis yang lurus, tidak melengkung.
(4) Dengan mengendalikan dan mengatur pikiran: ada dua cara. Melalui dua ini, pikiran diatur: pertama, melalui usaha keras; kedua, melalui penyelidikan yang seksama terhadap lingkungan atau pikiran-pikiran yang beraneka ragam muncul, mengembara jauh ke alam yang tidak sesuai dan karena itu menjadi terganggu.
Melalui dua cara seseorang mengendalikan pikiran: ia membangkitkan usaha. Ia memakan (makanan) secukupnya setiap hari. Jika pikiran mengembara ke tempat-tempat dan obyek yang tidak sesuai, ia mengendalikan pikiran dengan cara merenungkan akibat buruk (dari perbuatan tersebut). Demikianlah ia mengatasinya dalam dua cara: melalui penyelidikan atas berbagai penderitaan dan melalui akibat dari perbuatan jahat.
(5) (6) dan (7). Dengan menekan kelengahan: Melalui dua cara kelengahan pikiran dipenuhi. Melalui ketidak-mahiran dalam konsentrasi dan melalui kemalasan pikiran. Jika terdapat banyak kelengahan, pikiran menjadi lamban dan tumpul. Ini berarti bahwa, jika si yogi tidak memperoleh kemahiran dalam konsentrasi, pikirannya terjerumus dalam kelengahan karena kemalasan pikiran. Melalui dua cara seseorang harus menekannya. Yaitu, melalui perenungan kebaikan dan melalui peningkatan usaha. Ia harus menekan kelengahan ketumpulan dan kemalasan pikiran dalam empat cara:- jika ia adalah orang yang rakus, ia merenungkan (cacat dari) kelengahan dan melatih empat pengendalian. Memusatkan pikirannya pada gambaran kecerahan, ia menetap di tempat yang basah atau lembab, membuat pikirannya gembira dan melepaskan kemelekatan. Melalui tiga cara kemalasan pikiran terjadi: melalui kurangnya kemahiran, melalui ketumpulan kecerdasan, tidak mendapatkan kenyamanan dalam kesunyian. Jika pikiran seorang yogi malas, ia membuatnya aktif dalam dua cara berikut: melalui ketakutan dan melalui kegembiraan.
Jika ia merenungkan kelahiran, usia tua, kematian dan empat alam sengsara, karena takut, cemas dan penderitaan bathin muncul dalam pikirannya . Jika ia melatih perenungan terhadap Sang Buddha, Dhamma dan Sangha, moralitas, kedermawanan dan Dewata, ia melihat kebaikan dari obyek-obyek ini dan menjadi gembira.
(
dengan pikiran yang menjadi kokoh dan memenuhi keseimbangan: melalui dua tindakan (pikiran) memenuhi meditasi-pendahuluan: dengan menghancurkan rintangan-rintangan, pikiran memenuhi keterpusatan. Atau, membangkitkan faktor-faktor meditasi (jhāna) pada (kasiṇa) tanah yang telah dipersiapkan, pikiran mencapai keterpusatan.
Setelah si yogi mencapai ketenangan, ada dua kondisi yang harus ditinggalkan: yang menyebabkan kelengahan dan yang menyebabkan mundurnya kemahiran.
(9) Keberpisahan dengan mereka yang tidak melatih konsentrasi artinya adalah orang yang belum mencapai meditasi-kokoh, meditasi-pendahuluan atau meditasi pengendalian, dan ia yang tidak melatih diri dalam hal-hal ini sebaiknya tidak dilayani. Pergaulan dengan para praktisi meditasi artinya bahwa jika seseorang telah mencapai meditasi-kokoh, jhāna, ia harus diikuti, darinya seseorang harus belajar. Ia adalah orang yang harus dilayani.
(10) Dengan kesungguhan pada meditasi-kokoh, jhāna, artinya bahwa si yogi selalu menghormati, menikmati (meditasi) dan banyak berlatih (menghormatinya) sebagai kedalaman yang terdalam, sebagai mata air dan sebagai tunas tumbuhan.
Dengan mempraktikkan sepuluh ini, meditasi-kokoh, jhāna, dicapai.
T. Bagaimanakah (si yogi) menghasilkan kemahiran dalam meditasi-kokoh, jhāna, dengan baik melalui kemantapan?
J. Yogi tersebut, setelah memahami penyebab (yang mendukung konsentrasi), memasuki kesunyian. Dengan gambaran konsentrasi yang telah ia latih, ia mengarahkan, dalam pikirannya, menginginkan kenyamanan, dengan kemahiran. Melalui kondisi ini, pikirannya memperoleh kemantapan. Melalui munculnya kegembiraan, pikiran memperoleh kemantapan. [415] Melalui munculnya kenyamanan-jasmani, pikiran memperoleh kemantapan. Melalui munculnya kecerahan, pikiran memperoleh kemantapan. Melalui munculnya keamanan, pikiran memperoleh kemantapan. Melalui ketenangan ini, pikiran memperoleh kemantapan. Dengan mengamati dengan baik, pikiran mencapai keseimbangan dan memperoleh kemantapan. Dengan alasan kebebasan, pikiran menyempurnakan satu-fungsi-dari-Ajaran dan berlatih. Oleh karena itu, berkat keluhuran ini, pikiran mengalami peningkatan. Demikianlah dengan kemantapan, si yogi menyebabkan munculnya kemahiran dalam meditasi-kokoh, jhāna. Memahami penyebab dan kemantapan dengan baik, dengan cara ini, dalam waktu tidak lama, akan menghasilkan konsentrasi.
Meditasi, Jhāna, pertamaSi yogi, setelah memisahkan dirinya dari nafsu, setelah memisahkan dirinya dari kondisi-kondisi jahat, mencapai meditasi, jhāna, pertama yang disertai dengan permulaan dan kelangsungan pikiran, yang berasal dari kesunyian, dan penuh dengan kegembiraan dan kebahagiaan . Ini adalah manfaat dari kasiṇa tanah.
Tiga jenis keberpisahan dengan nafsu dan kondisi jahatSekarang, ada tiga jenis keberpisahan dengan nafsu, yaitu, dari jasmani, dari pikiran dan dari kekotoran-kekotoran .
T. Apakah keberpisahan dengan (nafsu dari) jasmani?
J. (Seseorang) memisahkan dirinya dari keinginan, pergi ke bukit atau tanah yang tidak terpakai dan menetap di sana. Apakah keberpisahan dengan (nafsu dari) pikiran? Dengan bathin yang murni seseorang mencapai kondisi kemahiran. Apakah keberpisahan dengan (nafsu dari) kekotoran-kekotoran? Seseorang terputus dari keluarga, kelahiran dan kematian.
Dan selanjutnya, ada lima jenis keberpisahan, yaitu, keberpisahan-penindasan, keberpisahan-bagian, keberpisahan-pelenyapan, keberpisahan-ketenangan, keberpisahan-pembebasan. Apakah keberpisahan-penindasan? Yaitu, praktik meditasi, jhāna, pertama, dan penindasan lima rintangan. Apakah keberpisahan-bagian? Yaitu, praktik konsentrasi-penembusan dan penindasan pandangan-pandangan. Apakah keberpisahan-pelenyapan? Yaitu, praktik Jalan Lokuttara dan memotong banyak kekotoran. Apakah keberpisahan-ketenangan? Yaitu, kegembiraan pada saat seseorang mencapai Buah (Mulia). Apakah keberpisahan-pembebasan? Yaitu, Nibbāna .
Dua jenis nafsuAda dua jenis nafsu: pertama adalah nafsu terhadap benda-benda; kedua adalah nafsu terhadap kesenangan. Nafsu terhadap istana-istana surgawi dan bentuk-bentuk, bau-bauan, rasa kecapan dan sentuhan yang disukai oleh orang disebut nafsu terhadap benda-benda. Seseorang melekat pada nafsu ini dan melayanninya . Keberpisahan dengan nafsu-nafsu ini melalui pikiran dan melalui penindasan – ini adalah kesunyian, ini adalah meninggalkan keduniawian, ini adalah kebebasan, ini adalah tidak bergaul, ini disebut keberpisahan dengan nafsu.
Akar kejahatanT. Apakah keberpisahan dengan kondisi-kondisi jahat
J. Yaitu, ada tiga jenis akar kejahatan: pertama adalah nafsu, kedua adalah kebencian dan ketiga adalah kebodohan . Perasaan, persepsi, bentukan-bentukan dan kesadaran yang berhubungan dengan hal-hal ini dan tindakan jasmani, ucapan dan pikiran (yang berhubungan dengan hal-hal ini) disebut kondisi-kondisi jahat.
Menurut tradisi lain. Ada tiga jenis kejahatan: pertama adalah alami; kedua adalah hubungan; ketiga adalah dihasilkan oleh sebab. Tiga akar kejahatan disebut alami. Perasaan, persepsi, bentuk-bentuk pikiran dan kesadaran yang berhubungan dengan hal-hal ini disebut hubungan, tindakan jasmani, ucapan dan pikiran yang dihasilkan disebut dihasilkan oleh sebab. Keberpisahan dengan tiga kondisi kejahatan ini disebut meninggalkan keduniawian, kebebasan, tidak berhubungan. Ini disebut keberpisahan dengan kondisi-kondisi kejahatan. Selanjutnya, keberpisahan dengan nafsu artinya adalah keberpisahan dengan rintangan nafsu. Keberpisahan dengan kondisi-kondisi jahat adalah keberpisahan dengan rintangan-rintangan lainnya .
Alasan untuk memperlakukan nafsu dan kejahatan secara terpisahT. Karena keberpisahan dengan kondisi-kondisi jahat diajarkan dan nafsu sebagai suatu kondisi jahat juga termasuk di dalamnya, mengapa keberpisahan dengan nafsu diajarkan secara terpisah?
J. Nafsu ditaklukkan melalui kebebasan. Ajaran setiap Buddha dapat melenyapkan kekotoran dengan baik. “Keberpisahan dengan nafsu adalah meninggalkan keduniawian.” Ini adalah ajaran Sang Buddha. Ini bagaikan pencapaian meditasi, jhāna, pertama. Pikiran yang berhubungan dengan persepsi nafsu berperan dalam kemunduran.
Dengan demikian nafsu berhubungan dengan kekotoran. Dengan membuyarkan nafsu, semua kekotoran menjadi buyar. Oleh karena itu, secara terpisah, keberpisahan dengan nafsu diajarkan.
Selanjutnya, berikut ini adalah keberpisahan dengan nafsu: setelah mencapai kebebasan, seseorang menyempurnakan keberpisahan dengan nafsu.
Keberpisahan dengan kondisi jahatKeberpisahan dengan kondisi jahat adalah sebagai berikut: melalui pencapaian ketidak-bencian, seseorang memenuhi keberpisahan dengan kebencian; melalui pencapaian persepsi kecerahan, ia memenuhi keberpisahan dengan ketumpulan; melalui pencapaian ketidak-kacauan, ia memenuhi keberpisahan dengan kekacauan dan kekhawatiran; melalui pencapaian ketidak-kakuan, ia memenuhi keberpisahan dengan kekakuan; melalui pencapaian meditasi-kokoh, jhāna, ia memenuhi keberpisahan dengan keragu-raguan; melalui pencapaian kebijaksanaan, ia memenuhi keberpisahan dengan kebodohan; melalui pencapaian pikiran benar, ia memenuhi keberpisahan dengan perhatian salah; melalui pencapaian kebahagiaan, ia memenuhi keberpisahan dengan ketidak-bahagiaan; melalui pencapaian kebahagiaan ganda, ia memenuhi keberpisahan dengan penderitaan; melalui pencapaian semua kondisi baik, ia berpisah dengan semua kejahatan. Ini seperti yang diajarkan di dalam Tipiñaka sebagai berikut: “Ia penuh dengan keadaan-tanpa-nafsu, oleh karena itu ia memenuhi keberpisahan dengan nafsu. Ia penuh dengan ketidak-bencian dan ketidak-bodohan, oleh karena itu ia memenuhi keberpisahan dengan kondisi-kondisi jahat” .
Perbedaan antara nafsu dan kejahatanKemudian, keberpisahan dengan nafsu diajarkan sebagai kebebasan jasmani, dan keberpisahan dengan kondisi-kondisi jahat diajarkan sebagai kebebasan bathin.
Selanjutnya, keberpisahan dengan nafsu diajarkan sebagai melepaskan pikiran-pikiran sensual, dan keberpisahan dengan kondisi-kondisi jahat diajarkan sebagai melepaskan pikiran-pikiran benci dan membahayakan.
Selanjutnya, keberpisahan dengan nafsu diajarkan sebagai menjauhkan diri dari kenikmatan-indria, dan keberpisahan dengan kondisi-kondisi jahat diajarkan sebagai menjauhkan diri dari kelengahan melalui kesenangan jasmani.
Selanjutnya, keberpisahan dengan nafsu diajarkan sebagai melepaskan enam kenikmatan indria dan kesenangan di dalamnya. Keberpisahan dengan kondisi-kondisi jahat diajarkan sebagai melepaskan pikiran-pikiran benci dan membahayakan, kekhawatiran dan penderitaan. Juga diajarkan sebagai (1) mengurangi kenikmatan, (2) sebagai ketidak-berbedaan.
Selanjutnya, keberpisahan dengan nafsu adalah kebahagiaan sekarang karena kebebasan dari tekanan kenikmatan-indria, Keberpisahan dengan kondisi-kondisi jahat adalah kebahagiaan sekarang karena kebebasan dari tidak menyerah pada penderitaan.
Selanjutnya, keberpisahan dengan nafsu adalah menyeberangi banjir-indria seluruhnya, Keberpisahan dengan kondisi-kondisi jahat adalah melampaui semua kekotoran lainnya yang menyebabkan kelahiran kembali di (alam-alam) indria dan berbentuk.
Permulaan dan kelangsungan pikiranDisertai dengan permulaan dan kelangsungan pikiran: Apakah permulaan pikiran? Merasakan, memikirkan, menenangkan, memeriksa dan bercita-cita yang benar, meskipun tanpa pemahaman, merupakan permulaan pikiran. Demikianlah kualitas permulaan pikiran. Karena pemenuhan permulaan pikiran terdapat permulaan pikiran dalam meditasi, jhāna, pertama. Selanjutnya, seseorang berdiam di dalam kasiṇa tanah dan merenungkan gambaran tanah tanpa terputus. Ini seperti menghafalkan khotbah.
T. Apakah karakteristik utama, fungsi, manifestasi dan penyebab langsung dari permulaan pikiran?
J. …………………………………………………………………………………….
Apakah kelangsungan pikiran? Jika seseorang melatih kelangsungan pikiran, pikiran berdiam dalam ketidak-berbedaan mengikuti apa yang diselidiki oleh kelangsungan pikiran. Keadaan ini disebut kelangsungan pikiran. Dalam hubungannya dengan hal ini seseorang mencapai meditasi, jhāna, pertama. Meditasi, jhāna, pertama digabungkan dengan kelangsungan pikiran. Selanjutnya, meditator yang berdiam dalam kasiṇa tanah merenungkan banyak aspek yang terlihat oleh pikirannya ketika bekerja pada gambaran tanah. Ini adalah kelangsungan pikiran.
T. Apakah karakteristik utama, fungsi, manifestasi dan penyebab langsung dari kelangsungan pikiran?
J. Perenungan yang mengikuti penyelidikan adalah karakteristik utamanya. Mencerahkan pikiran – ini adalah fungsinya. Penglihatan yang mengikuti permulaan pikiran - ini adalah penyebab langsungnya.