Sekedar ikut sharing tentang klesa. Arya Asanga dalam
Abhidharmasamuccaya mengatakan fenomena apapun ketika ia muncul menyebabkan kita
kehilangan kedamaian batin kita, dan kapanpun sesuatu yang memunculkan
gangguan pada batin kita maka apa yang muncul adalah klesa. Fenomena apapun yang dimaksudkan di sini tidak mengacu pada sebuah fenomena secara umum, ia mengacu pada
fenomena mental, dengan kata lain,
sebuah keadaan batin atau sebuah pemikiran (a state of mind or a thought. Jadi, pemikiran atau keadaan batin apapun, ketika muncul dalam batin kita, jika ia menyebabkan kita kehilangan kedamaian batin kita sepenuhnya, dan jika batin kita terganggu olehnya dalam satu cara atau dengan cara lainnya, maka hal yang telah muncul dalam batin kita adalah sebuah klesa. (Terjemahan bebas penjelasan
Four Noble Truths oleh Dagpo Rinpoche di Malaysia, Desember 2005). Klesa kadang kadang diterjemahkan sebagai faktor mental pengganggu. Di dalam Abhidharmasamuccaya ada 6 klesa utama dan 20 klesa sekunder.
Di bawah ini ada pembahasan tentang klesa yang bagi saya pribadi sangat bermanfaat (berdasarkan
catatan pribadi saya saat mengikuti retret berlindung oleh Dagpo Rinpoche di Gambung, Ciwidey, Desember 2005):
29 Desember 2005
….
Singkat kata, kita bisa melihat betapa pentingnya melawan klesa, bila dia timbul, kita tidak bertindak di bawah pengaruhnya. Sebenarnya bukan karena kita mau dipengaruhi klesa, tetapi karena kita sudah sangat terbiasa dengan klesa sehingga mudah terpengaruh olehnya, karena kita tidak pernah berupaya melawannya.
Kita harus mengidentifikasi klesa itu sebagai musuh kita yang sebenarnya. Pertama-tama, kita harus menyadari bahwa klesa itu adalah musuh kita, mereka sangat berbahaya, kita harus mewaspadai mereka.
Mengapa klesa adalah musuh kita yang sebenarnya?
Karena klesalah kita menderita, karena merekalah kita berputar dalam samsara. Saat kita tidak bahagia, saat itu, kita harus menganalisa, mengapa dukkha itu timbul? Akhirnya kita akan menelusuri dan memahami bahwa dukkha itu disebabkan oleh klesa sehingga kita benar-benar menganggapnya sebagai musuh. Biasanya saat seseorang mengalami dukkha atau tidak bahagia, biasanya selalu
menuding faktor-faktor eksternal (entah orang lain atau lingkungan), selalu berpaling keluar sehingga kita selalu membuat keputusan dengan pandangan demikian.
Contoh orang bila merasa tidak bahagia karena lingkungan sehingga memutuskan pindah tempat. Bila dia melakukan hal tersebut, tanda bahwa dia belum memahami klesa sebagai musuhnya. Jika kita lahir dari kota kecil, mungkin karena merasa tidak bahagia, ingin pindah ke kota besar, ke Jakarta, ke Bandung, dsb, karena merasa kota besar lebih seru, dsb.
Awal mungkin seru, lebih senang, karena banyak kejadian sehingga perhatian kita teralihkan, tetapi setelah terbiasa, masalah lama datang lagi, ternyata sama saja, kita masih di tempat yang sama.
Klo pindah karena untuk mencari pekerjaan, nafkah, dsb, masalahnya berbeda. Yang dibicarakan di sini, pindah karena merasa tidak bahagia dengan lingkungan, dsj.
Jangan salah klo bekerja pasti bahagia, banyak yang bekerja, tapi tidak bahagia juga. Pekerjaan bukan sumber utama kebahagiaan. Bila pekerjaan adalah sumber utama kebahagiaan, maka makin banyak bekerja harusnya semakin bahagia. Kenyataannya tidaklah demikian. Bila awal karena kerja bagus, bos menambah kerjaan, tambah lagi trus, lama-lama jadi cape, tidak bahagia.Jadi,
sebenarnya sumber kebahagiaan ada di batin sendiri. Ke manapun kita pergi, kita bawa batin kita.
Jika kita tidak melakukan sesuatu terhadapnya, ke manapun kita pergi, kita tetap akan tidak bahagia. Boleh dikatakan batin kita menjadi semacam “budak”, maka kita menjadi budaknya budak dari klesa kita.
Guru Besar Shantideva dalam
Bodhicaryavatara:
Meskipun
musuh-musuh seperti
kemarahan dan
kemelekatan,
Tidak memiliki kaki maupun
lengan,
Juga
tidak punya sifat kepahlawanan maupun
kebijaksanaan,
Bagaimana bisa mereka memperlakukanku seperti b
udaknya?
YM Shantideva melanjutkan bahwa
klesa telah menjadi tamu kita, tapi mereka melakukan apapun yang bisa untuk menyakiti kita. Klo kita menerima tamu, harapannya adalah tidak disakiti, dsb, tapi klesa sebaliknya, klesa berusaha melakukan apapun untuk menyakiti kita.
Kita toleran terhadap sesuatu yang seharusnya tidak kita toleran terhadapnya. Itulah anehnya!Memang klesa seperti tamu di hati kita karena walaupun sudah hampir jadi tamu permanen, mereka tetap tamu, mereka bukan bagian integral dari batin kita, bisa dipisahkan dari batin. Walaupun mereka sudah sekian lama tinggal di tempat kita, mereka masih bisa diusir.
YM Shantideva mengatakan tamu-tamu ini melakukan apa saja yang bisa mereka lakukan untuk menyakiti kita. Memang benar
klesalah yang paling bertanggung jawab terhadap dukkha apapun yang kita alami: sakit, sampai bunuh diri, lahir di alam rendah, tua, mati, dan sebagainya.
Fakta bahwa kita
makin tua, rambut putih, kulit keriput, bongkok, makin tuli, dsb, tidak sama dengan waktu dulu, sakit pinggang, ini semua adalah
karena klesa, tamu tidak diundang ini. Klo kita
kesulitan memahami apa yang dipelajari,
tidak mencapai apa yang diinginkan dalam meditasi, ini
juga berkat klesa kita.
Klo direnungkan, memang luar biasa tepatnya kata-kata YM Shantideva. Klesa melakukan apapun yang bisa dilakukan untuk menyakiti kita dari yang
paling kecil sampai paling besar.
Coba
perhatikan sikap kita terhadap tamu-tamu tidak berguna ini. Sebagai musuh harusnya kita mengusir mereka, dengan perkecualian kemarahan dan iri yang membuat suasana batin tidak enak, tapi dengan kemelekatan, kemalasan, ketidaktahuan, dsb,
kita menerimanya dengan hati terbuka, dengan lapang dada, menyambutnya dengan gembira.
YM Shantideva melanjutkan lagi, bilamana
semua makhluk yang ada di ke-6 alam samsara
menjadi musuh kita dan bersama-sama menyerang kita,
mereka tidak bisa melempar kita ke dalam api neraka Avici. Tetapi klesa ini
dalam sekejap dapat melempar kita ke api avici tersebut. Api avici ini klo muncul di dunia dalam sekejap akan menghancurkan gunung2, dsb.
Memang benar, betapapun jahatnya roh jahat, walaupun berupaya sedapat mungkin
tidak akan membuat kita terlahir di neraka,
bukan dia yang melakukan hal itu!
YM Shantideva melanjutkan, klesa adalah musuh kita sejak
waktu yang tidak terbayangkan lamanya. Kita tidak pernah punya musuh selama itu. Jika kita punya
musuh manusia, bila terus berupaya bersikap
baik dan lembut, lambat laun sikapnya akan berubah, dia
dapat menjadi baik terhadap kita.
Tapi klo kita semakin baik dengan klesa, mereka
tetap saja trus
menyakiti kita.....
Semoga bermanfaat
NB: ini adalah catatan pribadi, jd mungkin tata bahasanya tidak teratur. Bagi mereka yang mempelajari Lamrim, bisa mempelajari pembahasan tentang klesa dibagian motivasi menengah, khususnya di bagian
bagaimana sebab-sebab penderitaan menyebabkan dan mempertahankan kita dalam samsara.