//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - nyanadhana

Pages: 1 2 [3] 4 5 6 7
31
Kafe Jongkok / Kasih Sayang Tak Terbatas Seorang Ibu
« on: 26 August 2008, 12:02:26 PM »


Silahkan diklik link ini,nonton dulu baru komentar...hohohohoh

32
kalo Jehovah Witness itu apa yah trus ada kitab Mormon?ada yang bisa jelasin?

33
Chan atau Zen / A Story Of Zen : Angin Gunung
« on: 04 August 2008, 04:23:15 PM »
Alkisah terdapat seorang petapa yang sangat mahir dalam agama Buddha dan juga bersyair, dia pun bertapa di sebuah puncak gunung yang tinggi. Di atas puncak gunung yang tinggi, angin berhembus sangat kencang dan dingin, semilir angin lembah juga datang menghampirinya setiap waktu dia bermeditasi. Ia pun menuliskan sebuah syair tentang pencapaian Enlightenmentnya atau kita sebut dengan "AHA"

ia menuliskan begini, "Semua angin yang datang merasuk ke tubuhku, tidak satu anginpun yang dapat menggoyahkan batinku, aku begitu tenang dan damai disini, Batinku seimbang laksana gunung kokoh yang berdiri menjulang"

Lalu setelah ia menulis puisi itu dilukiskan gunung dan hembusan angin yang begitu indah dipandang mata. Dikirimkannya lukisan puisi itu kepada gurunya , seorang biarawan yang bertempat di gunung sebelah. SEtelah gurunya melihat, gurunya mencorat coret isi lukisannya dengan sebuah tulisan "KENTUT", dan dikirim balik kepada muridnya itu.

Muridnya ayng mengira gurunya akan memuji pencerahannya begitu terkejut dengan tulisan KENTUT itu, dan segera ia turun gunung menemui gurunya untuk menanyakan hal ini. di hadapan gurunya,ia pun marah-marah. "Guru, kenapa kamu mencoretkan KENTUT di atas lukisan aku? susah payah aku menulis indah sekian tahun ini mengenai pengalaman pencerahan aku dan kamu tulis KENTUT"

Guru setelah mendengar semua keluh kesah muridnya mulai berkata "Lho, tadi katanya tiada angin apapun yang dapat menggoyahkan batinku,kok KENTUT aja bisa membuat kamu marah-marah,ini baru tulisan belum ANGIN KENTUT sebenarnya, kenapa kamu marah?kenapa kamu terpojokkan?"

34
Kafe Jongkok / Kejadian Aneh di RSCM
« on: 04 August 2008, 11:06:32 AM »
Ada kejadian aneh di Unit Perawatan Intensif (ICU) RSCM, ditemukan
indikasi para pasien yang memerlukan bantuan pernafasan selalu
meninggal di tempat tidur yang sama pada kamar yang sama dan selalu
pada waktu yang sama yaitu Jumat Pk. 08.00 pagi tanpa peduli umur,
kelamin, kondisi atau latar belakang penyakit.

Hal ini sangat membingungkan para dokter dan beberapa ahli bahkan
berpikir bahwa hal ini ada hubungannya dengan supranatural, mengapa
selalu pada hari Jumat dan pada tempat tidur yang sama?

Lalu para dokter memutuskan untuk menuntaskan kasus ini dan menyelidiki
penyebab dari beberapa kejadian tersebut .

Begitu tiba hari Jumat, semua orang di rumah sakit tersebut menunggu
dengan tegang apakah kejadian buruk itu akan terulang kembali ? Lalu
dibaringkanlah pasien baru rumah sakit itu di sana . Beberapa dokter
sudah memegang tasbih, quran, alkitab bahkan
sebagian lagi memegang bawang putih, salib kayu
dan benda-benda suci lainnya untuk menangkal iblis...
Sementara sang pasien tetap terbaring di sana , seiring dengan
berjalannya waktu...... pukul 07:00.... 07:30.... tepat sebelum waktu
keramat itu tiba ......Pintu kamar tersebut terbuka..... ......... .

Kemudian masuklah Tukimin...part timer cleaning service untuk hari
Jumat...dia langsung mencabut kabel alat bantu pernafasan pasien dari
stop kontaknya lalu .... menggantinya dengan vacuum cleaner dan mulai
membersihkan ruangan.

35
Jurnal Pribadi / Bodhinyana : Mengenal seorang nyana
« on: 31 July 2008, 10:05:24 AM »
Nyanadhana merupakan nama Buddhist pertama kali nyana memasuki kehidupan Buddhist setelah sekian lama bergelut mencari jati diri dalam agama. Keluarga yang tidak mengenal Dhamma dan hanya mengetahui cung cung cep dan pai pai telah memberikan nuansa tersendiri dalam kehidupan beragama nyana. Masih teringat saat itu nyana sangat fokus dalam agama K dan akhirnya bertemu dengan aliran Maitreya, saat itu nyana begitu senang menemukan link bahwa oh agama Buddha juga sama saja toh ada Tuhannya seperti di Karesten. berarti semua agama itu sama berasal dari satu Tuhan. itu yang nyana mengerti pada saat itu dan karena nyana juga orangnya lebih cenderung menyukai hal berbau asia dan bukan western maka idealnya aliran Maitreya menjadi pilihan favorit dikarenakan ada konsep gabungan dewa dewi Chinese,ada Buddha, ada Kwan Im terakhir ada konsep Tuhan. semua terasa sangat pas setelah sekian lama menginginkan sebuah agama idaman Chinese yang ber Tuhan....

Aktif disana dari SMA kelas 1, sampai terakhir menginjak masa kuliah, nyana sebagai rekan yang aktif dan sering mengikuti beberapa penataran disana, tanpa melihat kanan kiri lagi,nyana berkata oh inilah agama yang nyana mau...

Memasuki kehidupan kuliah, pada saat ospek sebenarnya sempat bingung berhubung agama di KTP bertuliskan "Budha" jadi ya ikut masuk dalam UKM Buddha saat itu bernama UKMB Dhammasena Trisakti. Sebenarnya nyana tergolong orang yang paling males aktif di sebuah organisasi apalagi kalo tidak banyak kenal maka nyana lebih suka diam dan melihat. Saat itu, Dhammasena mempunyai sebuah kegiatan bernama PPD(Pekan Penghayatan Dhamma) thn 2001 di Vipasana Graha Bandung. awalnya sih cuman pengen refreshing gara-gara ospek kampus yang rasanya menyebalkan.

Sampai di Bandung, malam itu sudah jam 07.00, begitu turun merasa hati kok deg2an, ada yang aneh selama ini dan merasa sangat nyaman melihat vihara itu serasa ada sesuatu kenangan yang membuat hati ini bahagia walaupun itu adalah saat pertama nyana mengunjungi Vipasana Graha.

Masih belum melepas stress abis ospek, ternyata malam itu jam 08.00, panitia menerangkan bahwa kita akan di atthasila, i mean itu makanan apa tapi what ever kan besok pagi,sepertinya nama sarapan khas disana. besok pagi jam 04.00 sudah bangun dan mandi dengan air yang super dingin dibawah Uposattha Graha. wew brrrrr..........abis mandi , diajarin teknik meditasi saat itu oleh Bhante Thailand lupa namanya ada Panna....apa gitu ,tapi beliau sudah lepas jubah dan stay di Amerika sebagai pandita.

ada satu hal yang membuat nyana merasa teringat ntah kenapa serasa mengalami dejavu saat melihat jubah kuning dan bentuk uposatha graha yang membuat nyana begitu terharu,ntah kenapa dan melihat wajah seorang bhante yang sering meditasi tampak begitu cerah,dan dalam setiap ceramah beliau, sanggup membuat nyana mengenang kembali panggilan Buddhist.

jam 06.00 ternyata nyana baru tahu apa arti Atthasila itu weeeeee ospek ala Buddhist algi deh,ga boleh makan lebih dari tengah hari, dan segala peraturan, beberapa teman menyatakan mundur,ada yang sampai kabur dari vihara hanya mendengar peraturan Atthasila diajarkan, namun nyana berkata, ngapain lari,sudah buang-buang duit diospek disini,ya monggo jalanin aja apa adanya. Hari itu,nyana mengenal Bhante Wongsin dan Bhante Kamsai Sumano yang menjadi guru disiplin nyana.ternyata saat pertama kali membaca paritta,tiba-tiba ada yang 'kring' dalam kepala dan ingatan nyana.

Wew, pagi hari yang menegangkan disambut dengan sarapan yang uenak , saat itu merasa lega dan saat itu juga nyana baru mengerti bahwa Ketakutan itu sebenarnya diciptakan oleh pikiran, karena kita berpikir tidak bisa,kita belum pernah mencoba dan kita tidak mau keluar dari comfort zone kita,maka kita memilih mundur dan menjalani kehidupan biasa.

Renungan itu didapat ketika beberapa rekan yang tampak begitu khawatir bahwa setelah tengah hari tidak bisa makan lagi dan merasa lapar. namun darisana justru nyana mencoba melatih tubuh ini untuk makan secukupnya dan apa adanya.

Makan pagi yang menyenangkan dilanjutkan dengan ceramah dari Bhante Kamsai Sumano dengan gaya bahasa Indo yang masih terbata-bata, ada satu hal yang sangat heboh.....pagi itu ketika Bhante sedang berbicara mengenai topik mengenal Kematian, ada seorang murid Bhante yang masuk keruangan dan mengabarkan bahwa murid Bhante yang masuk rumah sakit sudah MENDINGAN namun karena telinga orang Thai yang belum fasih bahasa gaul maka terdengar oleh Bhante sebagai MENINGGAL....

Sesaat ruangan hening dan Bhante terlihat ingin mengepak peralatan sembahyang untuk pergi ke upacara kematian, murid Bhante berkata bukan MENINGGAL Bhante tapi MENDINGAN....trus bhante bertanya, MENDINGAN? itu apa? lantas kami pun serempak OOoooooo MENDINGAN....MENDINGAN itu artinya sakitnya udah baikan Bhante,udah tidak apa-apa lagi.....trus Bhante sesaat gantian terdiam, dan kemudian tertawa lagi,hahahahaha...oooooo bahasa orang sakit yang sudah sembuh itu MENDINGAN, Bhante dengernya MENINGGAL.... alah gubraks.......hehehehehhe.

36
Kafe Jongkok / Template SMS Gombal dijamin bikin kleper kleper
« on: 25 July 2008, 10:56:05 AM »
 

(1) Tadi malam aku kirim bidadari untuk menjaga tidurmu. Eh, dia buru-buru balik. Katanya, 'Ah, masa bidadari disuruh jaga bidadari?'

(2) Kalau kamu nanya berapa kali kamu datang ke pikiranku, jujur aja, cuma sekali. abisnya, ga pergi2 sih!
(3) Sempet bingung jg, kok aku bisa senyum sendiri. Baru nyadar, aku lagi mikirin kamu.

(4) Kalau suatu saat kamu hancurkan hatiku... akan kucintai kamu dengan kepingannya yang tersisa.

(5) Berusaha melupakanmu, sama sulitnya dengan mengingat seseorang yang tak pernah kukenal.

(6) Kalau kamu ajak aku melompat bareng, aku ngga bakalan mau. Mending aku lari ke bawah, bersiap menangkapmu.

(7) Aku pernah jatuhkan setetes air mata di selat Sunda. Di hari aku bisa menemukannya lagi, itulah waktunya aku berhenti mencintaimu.

(8) Ga usah janjiin bintang dan bulan untuk aku, cukup janjiin kamu bakal selalu bersamaku di bawah cahayanya.

(9) Kalau kamu nanya mana yg lebih penting buat aku: hidupku atau hidupmu, aku bakal jawab hidupku. Eits, jangan marah dulu, karena kamulah hidupku.

(10) Pertama ketemu, aku takut ngomong sama kamu. Pertama ngomong sama kamu, aku takut kalau nanti suka sama kamu. Udah suka, aku makin takut kalau jatuh cinta. Setelah sekarang cinta sama kamu, aku jadi bener2 takut kehilangan kamu. Kamu emang menakutkan!

(11) Ketika hidup memberiku seratus alasan untuk menangis, kau datang membawa seribu alasan untuk tersenyum.

(12) Jika aku bisa jadi bagian dari dirimu, aku mau jadi airmatamu, yang tersimpan di hatimu, lahir dari matamu, hidup di pipimu, dan mati di bibirmu

(13)   Orang bilang bulan itu indah...tapi aku bilang tidak. Orang bilang planet venus itu cantik...tapi menurut aku tidak. Aku bilang bumi itu indah dan cantik...karena ada kamu.   

 

37
(Ceramah Dharmaraja Buddha Hidup Lian Sheng dalam Upacara Homa Zhenfo Zong Melindungi Dunia dari Mahapadmakumara Putih di University of British Columbia, Vancouver pada 22 Juni 2008)

Sembah sujud kepada Y.M. Liao Ming, Guru Sakya Zheng Kong, Gyalwa Karmapa XVI, Guru Thubten Dhargye, sembah sujud pada Triratna Mandala. Gurudhara, pemimpin upacara Acarya Lian Ci, Para Acarya, Dharmacarya, Para Lama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, para umat sedharma, juga tamu kehormatan yang terhormat yang menghadiri upacara ini, semua orang yang terhormat yang menghadiri upacara kita.

Dari dulu sampai sekarang, upacara yang saya pimpin biasanya membludak, bahkan ada yang berdiri. Kali ini pembabaran Dharma di Vancouver, saya melihat masih banyak tempat kosong di arena upacara, ini sangat jarang terjadi, sangat luar biasa, sangat langka. Apa maksudnya? Yang kalian lihat adalah tempat kosong, yang saya lihat justru penuh. Hari ini kita kedatangan banyak tamu kehormatan, mereka adalah makhluk halus, tidak berwujud, berasal dari Surga Yaksa, yang terdiri dari: Raja Dewa Yaksa, Raja Asura, Raja Raksasa, Raja Caturkayika, Penguasa Surga 33, Raja Nava-graha, Raja Enam Bintang, 12 jenderal dewa, semuanya memenuhi seluruh tempat duduk, oleh karena itu sangat luar biasa. Mungkin raja surga mau datang, sehingga menghalangi banyak orang, Mereka mengatakan bila kalian tidak mau pergi, kita saja yang pergi. Tak heran tersisa banyak tempat duduk kosong untuk diduduki oleh raja dan rakyatnya, bahkan berdesak-desakan, semuanya berdesakan bersama! Inilah kehebatan upacara hari ini.

Kedua, bukankah kemarin kita telah menggelar acara penandatangan buku, saya menandatangani hampir 2000 buku. (Hadirin tepuk tangan) Lain kali saya lebih baik melewati ulangtahun di rumah saja. Tidak hanya buku saja, bahkan sebuah tas pun dikeluarkan untuk saya tandatangani, saya tetap menahan sakit untuk menandatanganinya. Kemarin malam masih ada sebuah perjamuan ulangtahun, saya suka sekali dengan pertunjukan Daiko Jepang, bunyinya tung tung tung tung, pada saat tepukan tengah hebat-hebatnya, tiba-tiba di sebelah kanan kepala saya terdengar bunyi "syut", suara yang terdengar sangat nyaring, malah melesat seberkas sinar, melesat 3 kali. Saya melihat sinar dari tiga lembar fu, kemudian, tak disangka berhadap 3 kali di atas kepala saya. Saat ini, saya pun menekan kepala saya, japa satu kalimat, "OM BO RU LAN ZHE LI". Kemudian saya melakukan simabandhana di tubuh saya, saya menjulurkan tangan kiri saya untuk menangkap ketiga lembar fu ini. Ketiga lembar fu ini adalah tiga batang panah, bukan pedang, bukan pedang panjang yang mereka persembahkan pada saya, melainkan tiga batang panah menembus awan, fu semacam ini dinamakan fu panah, kalian tidak pernah melihatnya.

Biasanya saya melakukan simabandhana di setiap bagian rumah saya, saat kita sedang menjalankan ritual juga telah melakukan simabandhana. Kemarin malam saya tidak melakukan simabandhana ketika menghadiri perjamuan ulangtahun saya sendiri. Hingga melihat ketiga lembar fu panah, saya menekan sebentar kepala lalu melakukan simabandhana, kemudian saya memperluas simabandhana hingga ke seluruh tempat upacara pun dibuatkan simabandhana. (Hadirin tepuk tangan) Saya menaruh ketiga lembar fu tersebut ke dalam lengan baju saya. Sulap itu berwujud, seorang saudara se-Dharma kita seorang pesulap, diraba-raba sebentar muncullah sebuah dompet, kedua kalinya disulap 2 buah dompet, ketiga kalinya disulap 3 buah dompet, saya sangat kagum. Di dalam lengan baju saya ada tiga batang panah, jika saya menyulap ketiga batang panah ini dipanah keluar sekaligus, namun ini tidak berwujud. Di Vancouver ada seorang Taois, Taois Tua Berambut Acak-acakan ini memberikan saya tiga batang panah menembus awan, fu ketiga batang panah ini adalah "cenderamata perkenalan" yang menyambut kedatangan saya di Vancouver.

Di Vancouver banyak orang hebat, tak disangka di sebuah kuil kecil ada seorang Taois Tua Berambut Acak-acakan, ia bisa menggambar fu panah, ini sama sekali di luar dugaan saya, untung saya masih bisa melakukan simabandhana. Hari ini saya melakukan simabandhana, pada saat bersamaan, kemarin malam saya mengundang Taois tua ini ke HOTEL saya dan tidur bersama saya, tidur semalam. Agak disesalkan, saya kira orang yang akan melepaskan fu panah adalah Nona Miao Ling, ia seorang gadis seksi. Saya telah mengambil ketiga lembar fu panahnya, saya dapat melihat rohnya, saya pun meringkus rohnya. Alhasil yang datang adalah seorang Taois Tua Berambut Acak-acakan, seorang kakek yang berusia hampir 80 tahun, tinggal di dalam sebuah kuil kecil di Vancouver. Ia justru karena melihat publikasi Zhenfo Zong kita di surat kabar, dikatakan bahwa saya adalah Dharmaraja Buddha Hidup Lian Sheng, saya akan datang ke Vancouver dan menggelar upacara akbar. Dalam hati ia berpikir, mengapa ia tidak diundang untuk memimpin, hatinya kesal. Saya pikir, karena hati Anda kesal, saya pun mengundangnya dan tidur semalam dengan saya. Setelah tidur semalam, saya pun membawanya ke sini. Kalian melihat upacara saya hari ini sangat istimewa, saya terus menekan hiolo tidur ini, saya menekan hiolo tidur beberapa kali, tidak hanya sekali. Saya menaruhnya di dalam hiolo tidur, supaya ia bisa bertapa dengan tenang sehari semalam, ini bukan apa-apa, sebentar lagi saya akan melepaskannya.

Sebenarnya, kemarin setelah saya membawa ketiga lembar fu tersebut, saya telah bicara padanya. Kemarin malam saya bicara di atas pentas, bahkan menyanyi pun tidak, tadinya saya mau menyanyikan "Yang Guang He Xiao Yu", bahkan menyanyi pun saya tidak sempat. Gurudhara terus-menerus memuji saya, saya hanya memuji Gurudhara, kemudian saya mengatakan diri saya sangat bodoh, saya tidak mengerti apapun, saya hanya mengerti dua hal, satu Buddhadharma, satu lagi menulis buku. Maksud saya adalah memberitahunya bahwa saya tidak akan merebut sumber nafkah Anda, saya hanya menulis buku, hanya mengerti Buddhadharma, selebihnya saya tidak mengerti apa-apa, mengapa Anda melepaskan fu kepadaku? Keterlaluan! Kalau Anda mau cari, cari saja acarya Vancouver, (hadirin tertawa) benarkan? Saya berasal dari Seattle, lagipula saya tidak merebut sumber nafkah Anda, saya hanya ke sini dua hari saja, justru mereka para acarya Vancouver yang merebut sumber nafkah Anda.

Kalian para acarya Vancouver, siapa di antara kalian yang usianya paling lanjut? Lian Wen paling lanjut. Bagaimana kalau Anda cari saja Lian Wen. Lian Wen adalah sadhaka senior, malah sangat jujur, ia mempunyai rasa simpati yang besar. Cari saja Lian Gao! Oh, Lian Gao juga jangan! Lian Gao sekarang tinggal di Taiwan, ia tidak tinggal di Vancouver, tidak mempengaruhi bisnis Anda. Lantas, siapa yang mau Anda cari? Ia mengatakan mau mencari......gawat! Saya tidak berani katakan. Saya beritahu Anda, yang satu itu tidak boleh dicari, mereka semua mengerti simabandhana! Hari ini kalau bukan saya yang membawa Anda masuk, Anda tidak dapat masuk ke tempat upacara ini. Acarya Lian Ci barusan melakukan simabandhana, setelah simabandhana, seluruh tempat pun sudah dibuatkan simabandhana, benda apapun tidak dapat masuk.

Saudara-saudara kita yang menjadi korban jiwa gempa Sichuan dapat masuk. Kita justru melakukan penyeberangan untuk saudara-saudara kita yang menjadi korban jiwa Sichuan, ada titah, mereka boleh masuk. Sementara Raja Yaksa, Raja Asura, Raja Caturkayika, Raja Raksasa, termasuk Penguasa Surga 33, Surga Indra, Raja Nava-graha, Raja Enam Bintang, semuanya boleh masuk. Sebab ada titah. Sekarang kita tidak dapat masuk ke Kerajaan Yaksa, Kerajaan Asura, Surga Indra, Surga 33, termasuk Surga Raja Caturkayika, surga apapun. Mengapa Anda tidak dapat masuk? Itu karena mereka ada simabandhana, mereka semua ada simabandhana yang sangat luar biasa.

Hari ini kita sadhaka, karena ada simabandhana, bencana apapun yang disebabkan mara tidak akan terjadi, kecelakaan apapun tidak akan terjadi. (Hadirin tepuk tangan) Kita memiliki simabandana perisai vajra Kalachakra, jika hari ini kita menggunakan simabandhana perisai vajra Kalachakra di sini, upacara kita ini akan sangat rahasia, bahkan para dewa pun tidak dapat masuk. Oleh karena itu, Sadhana Perisai Vajra Kalachakra sangat hebat. Hari ini jika tiga batang panah menembus awanya terbang kemari, saya hanya perlu mengacungkan satu vajrakila, "OM. HA. KAMALA. WALAYA. SUOHA." Kila ini pun bersinar, ketiga batang panah menembus awan itu pun putus. Kekuatan dari Vajrakila ini, "OM. HA. KAMALA. WALAYA. SUOHA." "OM. XIULIDA." Ini artinya berangkat, keluar semacam kekuatan. Apakah hari ini ada siaran langsung internet? (Ada!) Oh, ada! Kalau begitu, ajaran ini diam-diam dipelajari orang lain, saya japa lagi sebuah mantra. "OM. HA. KAMALA. WALAYA. SUOHA." "OM XIULIDA." Artinya "Berangkatlah! Vajrakila." Vajrakila ini pun keluar, ini adalah mantra keberangkatan, mantra yang mengeluarkan kekuatan, "OM. XIULIDA."

Hari ini saya mengajarkan kalian mantra ini, kebetulan pulang modal dari London ke sini, dari Hong Kong ke sini, dari Prancis ke sini, dari Australia ke sini. (Hadirin tepuk tangan) Tambah lagi sebuah mantra, asalkan Anda menambahkan mantra ini, Anda pun berhasil, ia pun menghasilkan kekuatan. Oleh karena itu, saya ajarkan kalian Sadhana Vajrakila Kalachakra, "OM. HA. KAMALA. WALAYA. SUOHA." Ini telah bersinar dan menjadi simabandhana. "OM. XIULIDA." lantas keluar. Asalkan Anda menunjuk kila ini pada seseorang, siapa? Hm, tidak boleh dikatakan. Taois tua ini bertapa sebentar di sini, sebentar lagi setelah upacara selesai, saya akan melepaskan Anda, Anda juga tidak perlu mecari siswa Zhenfo Zong, Anda jangan cari siswa Zhenfo Zong, Anda cari saja orang lain.

Kemarin malam saya tidak menyanyikan "Yang Guang He Xiao Yu", saya juga telah mengatakan, selebihnya saya tidak mengerti apapun, hanya mengerti Buddhadharma, hanya mengerti menulis buku, saya justru sedang bicara pada Si Taois tua. Semoga ia tidak memberikan saya cenderamata tanda perkenalan seperti ini setiap kali saya datang. Saya tidak tahu apa yang Anda miliki, namun, ketiga batang panah menembus awan ini, orang lain juga tidak akan tahan, untung itu saya. Anda juga jangan mencari Acarya Lian Ci, walaupun Acarya Lian Ci menetap di Vancouver, ia juga membantu orang lain berkonsultasi, juga mengajarkan Golden Mother Yoga, namun, baik ia memiliki kelenjar gondok atau berjalan harus dipapah orang, itu karena ia sudah memasuki masa menopause! Bukan karena kehebatan Anda! Lain kali jangan seperti ini lagi.

Tadinya ia bilang mau mencari Acarya Shaodong. Saya bilang padanya, mulut Acarya Shaodong pintar sekali "berkelit", orang yang sangat pintar menggertak, Anda akan kabur digertak olehnya! Nanti Anda akan berubah menjadi murid Acarya Shaodong. Anda mempunyai panah menembus awan, ia mempunyai busur menembus awan, tanpa busurnya, mana ada panah Anda. Ini sangat nyata.

Hari ini saya menyerahkan seluruh arwah korban jiwa bencana gempa Sichuan kepada Raja Cakravarti, Raja Cakravarti mengantarkan separuh arwah ke Sukhavatiloka Barat, separuh arwah bereinkarnasi lagi di enam alam tumimbal lahir, mereka bertumimbal lahir berdasarkan buah karma mereka, oleh karena itu, mereka bisa memutar dunia ini. Raja Cakravarti adalah salah satu tamu kehormatan kita hari ini.

Awal tahun ini terjadi banyak bencana, barusan dikatakan topan "dewa angin" melintasi Filipina, memakan ribuan korban jiwa. Lantas, ia bisa meniup ke Taiwan, arah angin tidak diketahui akan bertiup ke mana. Dunia ini banyak sekali bencana, "tanah" -- gempa bumi, "air" -- banjir, "api" -- kebakaran, gunung berapi, "angin" -- topan, badai, selain itu masih ada wabah dan masih banyak lagi bencana lainnya. Hari ini sebagai sadhaka kita melatih diri, dengan sendirinya, kita dilindungi oleh dewa kesejahteraan. Walaupun terjadi bencana dahsyat, sengketa, nasib buruk, peristiwa buruk apapun yang terjadi pada diri kita, tidak apa-apa, semua dewa kebajikan pasti melindungi kita, agar masalah besar berubah menjadi masalah kecil, masalah kecil berubah menjadi tidak ada. (Hadirin tepuk tangan) Di Vancouver ada beberapa siswa menyetir pulang, tiba-tiba rem mendadak, kemudian mobil belok ke tiang jembatan dan hampir jatuh, mereka menjapa satu mantra "OM. GURU. LIAN SHENG. SIDDHI. HUM. Tolong, Mahaguru!." Mobil pun berhenti, pas berhenti di tepian dan tidak jatuh, berada di garis antara hidup dan mati. Manusia benar-benar berada di garis antara hidup dan mati, Anda lihat saja Sichuan, tempat yang sangat indah, Li Bo juga orang Sichuan, Du Bu juga orang Sichuan, "San Su" juga orang Sichuan, Su Dongpo, ayahnya, adiknya, semuanya orang Sichuan. Tempat yang berpemandangan indah, Anda lihat saja dalam seketika, terjadi tragedi yang sangat dahsyat. Jadi, dapatkah kita tidak melatih diri? Kita seharusnya melatih diri. (Hadirin tepuk tangan)

Kita melatih diri berasal dari kekuatan pendengaran. Hari ini saya berceramah Dharma di sini, kalian mendengarkan, masuk ke dalam hati kalian, kalian menerimanya, muncullah kekuatan, itulah kekuatan pendengaran. Walaupun kalian belum tentu melatih diri, namun, kalian telah mendengarnya, maka ada kekuatan di dalam hati kalian, menghasilkan tanda. Selanjutnya, kalian harus mematuhi sila, jangan melakukan kejahatan. Kita jangan melakukan perbuatan yang negatif, kita jangan melukai orang lain lewat ucapan, kita jangan melukai orang lain lewat tulisan. Kita mematuhi sila ucapan, banyak-banyaklah menjapa mantra, "OM MANI PADME HUM." Mahaguru seringkali menjapa, "MAHA BO RE BO LUO MI. OM AMIBADAMI. HUM CHULI. JI JI RU LI LING. XIE." yakni sedang melakukan sila.

Sila apakah ini? Sila perbuatan, ucapan, dan pikiran. Kita mengandalkan usaha menjapa mantra untuk menyingkirkan karma ucapan yang sangat berat selama turun-temurun, untuk menyingkirkan karma ucapan, kita justru harus terus-menerus menjapa mantra, "OM. HA. KAMALA. WALAYA. SUOHA." Selama kita menjapa mantra terus-menerus, camkan mantra di dalam hati, singkirkan semua karma ucapan yang negatif selama turun-menurun. Sewaktu kita membentuk mudra, tubuh kita pun bersih, karena tanda buruk yang kita lakukan selama turun-temurun akan sirna di dalam mudra, sewaktu membentuk mudra sama halnya dengan abhiseka. Cundi Bhagawati muncul di tengah angkasa, mengabhiseka Anda, "OM. AMIDIEWA. XIE", "OM. MANI. PADME. HUM." "OM. HA. KAMALA. WALAYA. SUOHA", "OM. HAHAHA. WEISANMAYA. SUOHA." "OM. ZHELI ZHULI ZHUNTI. SUOHA." "OM. ZHENBALA. CHALENGCHANAYA. SUOHA.", "OM A HUM. BIEZHA. GURU. BIEMA. SIDDHI. HUM. XIE." "OM AH HUM. GURUBEI. AHASASHAMAHA. LIANSHENG SIDDHI HUM", "OM. BIEKAZIYE. BIEKAZIYE. MAHABIEKAZIYE. LASASAMO. QIADEHEI. SUOHA."

Saat kita menjapa mantra sambil membentuk mudra, para Buddha dan Bodhisattva justru muncul di tengah angkasa dan mengabhiseka Anda, saat ini tanda negatif yang Anda lakukan lewat perbuatan Anda selama turun-temurun perlahan-lahan disingkirkan. Kemudian kita memasuki samadhi, visualisasikan yidam Anda. Saya bervisualisasi Yaochi Jinmu, kepala-Nya mengenakan mahkota feniks, tangan kiri-Nya memegang buah persik atau ruyi, tangan kanan memegang kebutan, mengenakan mahkota feniks, tampak berwibawa, duduk di kereta kaisar sembilan feniks, saya terus-menerus menvisualisasikan-Nya. Saat Anda menvisualisasikan-Nya, tanda pikiran buruk Anda yang turun-menurun perlahan-lahan disingkirkan. Ketika Anda bervisualisasi hingga sangat jelas dan terang, lewat metode ini Anda dapat pergi ke Surga Yaochi.

Oleh karena itu, menurut Tantra, ada tiga macam kekuatan yang sangat penting: pertama adalah kekuatan mudra, dapat menyingkirkan tanda negatif pada perbuatan Anda; kedua adalah kekuatan mantra, dapat menyingkirkan tanda negatif pada karma ucapan Anda selama turun-temurun; ketiga adalah kekuatan visualisasi. Menyingkirkan tanda negatif pada pikiran Anda selama turun-temurun. Ketika ketiga hal ini dari karma berubah menjadi bersih, berkat kekuatan visualisasi, kekuatan mantra, dan kekuatan mudra Anda, Anda pun dapat terlahir di Buddhaloka yang bersih. (Hadirin tepuk tangan) Selanjutnya, selain dapat pergi ke Buddhaloka yang bersih, Anda masih harus mencapai pencerahan sejati yang sempurna. Pencerahan sejati yang sempurna ini, Buddha Sakyamuni telah mencapai pencerahan sejati yang sempurna ini di bawah Pohon Bodhi, Sang Buddha adalah seorang cerah yang sangat terhormat, Beliau adalah Buddha. Mengapa? Sebab Ia mencapai pencerahan sempurna.

Hari ini, Mahaguru Lu karena telah tahu bahwa Sang Buddha Sakyamuni telah mencapai pencerahan sejati yang sempurna, karena Mahaguru telah tahu, makanya, selain dapat pergi ke alam suci lewat melatih diri, Mahaguru juga dapat mencapai pencerahan sejati dalam kehidupan sekarang dan dapat menyeberangkan para insan. (Hadirin tepuk tangan) Buddha Sakyamuni mewariskan Dharma pencerahan ini kepada Mahakasyapa lewat cara memegang sekuntum bunga. Mahakasyapa mewariskan Dharma ini kepada Ananda. Ananda mewariskannya terus, diwariskan hingga patriak ke-28 Bodhidharma. Bodhidharma tiba di daratan tengah, mewariskan kepada patriak kedua, patriak ketiga, patriak keempat, patriak kelima, patriak keenam. Hari ini Mahaguru Lu memperoleh pencerahan Dzog-rim dalam ajaran Tantra, memperoleh pencerahan pembabaran kata sejati dari samyaksambodhi dalam Sekte Zen. Namun, Dharma semacam ini tidak perlu diungkapkan dengan bahasa lisan dan tulisan, sebab kita hanya dapat menjelaskan tepiannya saja.

Mahaguru telah tahu, saya mau Anda semua juga belajar dengan benar, jika kalian juga dapat mencapainya, kalian cari Mahaguru, katakan apa yang telah kalian capai. Saya bisa mensahkan Anda bahwa Anda mencapai pencerahan sejati yang sempurna, sejak ini Anda berjalan di antara langit dan bumi, Anda adalah Buddha sejati, Anda juga sama, tidak lahir dan tidak mati selamanya. (Hadirin tepuk tangan)

Hari ini Mahaguru Lu "Berani karena benar!" Mengapa bisa demikian? Di dalam hati Mahaguru tidak ada kerisauan. Sewaktu saya kembali ke Taiwan, Sdri. Xu Ya-qi, acara yang dibawakannya sangat bagus. Pertama kali saya kembali ke Taiwan, saya bertemu Sdri. Xu Ya-qi, usai kita makan, saya pun naik ke mobil, Sdri. Xu Ya-qi meneteskan air mata. Saya pikir mengapa ia meneteskan air mata tanpa sebab, saya baru kembali ke Taiwan, mengapa Anda meneteskan air mata. Ia mengatakan bahwa ia takut Mahaguru dicelakai. Saya tersenyum padanya, tidak ada seorang pun yang dapat mencelakai Mahaguru. Saya mengatakan padanya bahwa tidak ada orang yang dapat mencelakai Mahaguru. Jika Anda dapat memahaminya, mengapa tidak ada orang yang dapat mencelakai Mahaguru? Apa alasannya tidak ada orang yang dapat mencelakai Mahaguru? Apa sebabnya Mahaguru tidak bisa dicelakai? Apa sebabnya peristiwa apapun tidak dapat mencelakai Mahaguru? Jika Anda dapat memahaminya, Anda pun mencapai samyaksambodhi! Sebab, Mahaguru memperoleh pencerahan sejati, oleh karena itu, tidak akan celaka.


38


Thus I have made up:

Once the Buddha was walking along the forest path
In the Oak Grove at Ojai, walking without arriving anywhere
Or having any thought of arriving or not arriving
And lotuses shining with the morning dew
Miraculously appeared under every step
Soft as silk beneath the toes of the Buddha

When suddenly, out of the turquoise sky,
Dancing in front of his half shut inward looking eyes,
Shimmering like a rainbow or a spider's web
Transparent as the dew on a lotus flower,
-The Goddess appeared quivering
Like a hummingbird in the air before him

She, for she surely was a she
As the Buddha could clearly see
With his eye of discriminating awareness
Was mostly red in color
Though when the light shifted
She flashed like a rainbow.
She was naked except
For the usual flower ornaments
Goddesses wear
Her long blue hair was deep blue,
Her two eyes fathomless pits of space
And her third eye a bloodshot
Ring of fire.

The Buddha folded his hands together
And greeted the Goddess thus:
'O Goddess, why are you blocking my path.
Before I saw you I was happily going nowhere.
Now I'm not sure where to go."
"You can go around me," said the Goddess,
Twirling on her heels like a bird darting away,
But just a little way away,
"Or you can come after me.
This is my forest too,
You can't pretend I'm not here."

With that the Buddha sat
Supple as a snake
Solid as a rock
Beneath a Bo tree that sprang
Full leaved to shade him.
"Perhaps we should have a chat," he said.
"After years of arduous practice
At the time of the morning star
I penetrated reality, and now .. "
"Not so fast, Buddha.
I am reality."

The earth stood still,
The oceans paused,
The wind listened
- a thousand arhats, bodhisattvas, & dakinis
Magically appeared to hear
What would happen in the conversation.
"I know I take my life in my hand," said the Buddha
"But I am known as the Fearless One
- so here goes."

And he & the Goddess
Without further words
Exchanged glances
Light rays like sunbeams
Shot forth
So bright that even
Sariputra, the All Seeing One,
Had to turn away.

And then they exchanged mind
And there was a great silence as vast as the universe
That contains everything
And then they exchanged bodies
And clothes
And the Buddha arose
As the Goddess
And the Goddess
Arose as the Buddha
And so on back & forth
For a hundred thousand kalpas.

If you meet the Buddha
You meet the Goddess,
If you meet the Goddess
You meet the Buddha.
Not only that. This:
The Buddha is the Goddess,
The Goddess is the Buddha.
And not only that. This:
The Buddha is emptiness
The Goddess is bliss.
And that is what
And what-not you are
It's true.

So here comes the mantra of the Goddess & the Buddha,
the unsurpassed non-dual mantra.

Ada yang tahu maksud dari Sutra ini dan artinya Buddha memeluk Dewi dan melakukan hubungan penetrasi?


39
Sutta Vinaya / Bhikkuni Samyutta
« on: 17 July 2008, 09:35:42 AM »
S.N 5.1 : Alavika Sutta

Bhikkuni Alavika

Saat berada di Savatthi, di pagi hari, Alavika seorang Bhikkuni mengenakan Jubah, mengambil Mangkuk Patta nya dan Jubah Luar pergi ke Savatthi untuk pindapatta. Ketika Ia pergi ke Savatthi dan menyelesaikan Pindapattanya dan makannya, ia pergi ke Hutan Para Buta(Grove of the Blind) untuk menghabiskan hari. Memasuki lebih dalam Hutan, ia duduk di bawah pohon dan melaksanakan meditasi.

Lalu , Mara Sang Penggoda, membangkitkan ketakutan,kengerian,dan teror kepada Bhikkuni Alavika, menginginkan ia terjatuh dari kehidupan suci,mendekatinya dan berkata dalam syair ini :
"Tidak ada yang bisa menghindari dari dunia ini,tidak ada jalan keluar,
Jadi untuk apakah anda hidup menyendiri?
Menikmati kebahagiaan sensual.
Jangan sampai menyesal di kemudian hari."

Lalu, Pemikiran ini muncul pada Bhikkuni Alavika "Siapakah yang menyatakan syair ini? Apakah ia seorang manusia atau bukan manusia?, Lalu Ia teringat : Mara, Sang Penggoda yang membangkitkan ketakutan,kengerian,dan teror, yang menginginkan saya terjatuh dari kehidupan suci"

Setelah Ia mengerti bahwa itu adalah Mara, Sang Penggoda, Alavika membalas dengan syair berikut:
"Ada sebuah jalan keluar dari dunia ini,
yang terasah oleh saya melalui ketajaman
sesuatu yang oleh kamu Mara, tidak akan tahu.
Kesenangan duniawi layaknya pisau dan tombak
Kemelekatan adalah balok tempat pemotongan
Apa yang kamu maksud sebagai kesenangan duniawi
Bukan lagi menjadi kesenangan bagi diri saya"

Lalu, Mara Sang Penggoda, berkata : Bhikkuni Alavika mengetahui keberadaan saya",sedih dan terkalahkan, Mara pun menghilang.


40
Sutta Vinaya / SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai
« on: 17 July 2008, 09:06:27 AM »
I have heard that on one occasion the Blessed One was staying near Savatthi in Jeta's Grove, Anathapindika's monastery. Then a certain devata, in the far extreme of the night, her extreme radiance lighting up the entirety of Jeta's Grove, went to the Blessed One. On arrival, having bowed down to him, she stood to one side. As she was standing there, she said to him, "Tell me, dear sir, how you crossed over the flood."

"I crossed over the flood without pushing forward, without staying in place."1

"But how, dear sir, did you cross over the flood without pushing forward, without staying in place?"

"When I pushed forward, I was whirled about. When I stayed in place, I sank. And so I crossed over the flood without pushing forward, without staying in place."

[The devata:]
At long last I see
a brahman, totally unbound,
who     without pushing forward,
   without staying in place,
has crossed     over
   the entanglements
   of the world.

That is what the devata said. The Teacher approved. Realizing that "The Teacher has approved of me," she bowed down to him, circumambulated him — keeping him to her right — and then vanished right there.


Beginilah yang saya dengar,pada suatu ketika Sang Bhagava menetap di dekat Savatthi di Hutan Jeta, Anathapindika Arama. Terdapat seorang devata, pada saat malam yang begitu gelap, cahayanya menerangi seluruh Hutan Jeta, menampakkan diri kepada Sang Bhagava. Menghormat Sang Bhagava dan berdiri di satu sisi. Sebagaimana ia berdiri disatu sisi, ia berkata kepada Sang Bhagava, " Beritahukan kepadaku, Yang Mulia, Bagaimanakah Anda menyebrangi Sungai?"

Lalu, Sang Bhagava menjawab
"Aku menyeberangi sungai tanpa memaksakan diri maju ke depan dan tanpa diam di tempat"

"Tapi bagaimana, Oh Yang Mulia, Anda menyeberangi sungai tanpa memaksakan diri maju ke depan dan tanpa diam di tempat?"

"Ketika Aku memaksakan diri maju ke depan, arus sungai menerjangku. Ketika Aku diam di tempat, Aku ditenggelamkan. Maka aku menyebrangi sungai tanpa memaksakan diri maju ke depan dan tanpa diam di tempat."

Lalu Devata itu berkata.
"Pada waktu yang telah lama sekali, saya melihat
Seorang Brahman, terlepas seutuhnya(tidak terikat lagi)
Yang tidak memaksakan diri maju ke depan
Dan juga tidak diam di tempat.
Ia telah menyeberangi belenggu duniawi.

Begitulah Syair Devata, Sang Bhagava menyetujui, Mengetahui bahwa Sang Bhagava telah menyetujui syairnya, Devata itu menghormat Sang Bhagava, mengelilingi Sang Bhagava dari sisi kanan, lalu menghilang."

41
    Arrivals of the Gods in the Temple of TAO
         
The TEN ADMONITIONS are written by LAO MU in the temple of TAO with the aim to save this world by revealing the Truth and explaining the future in detail.

     LAO MU on March 24 in the 78th year of Republic of China wrote a foreword as follows:
     
"All beings in the world, listen to LAO MU carefully;
Point to your Right Portal, your two windows can be cleared;
Hold on to your Right Portal, your two eyes will be calmed;
Open the Right Portal, shine the eyes.
All beings in the world, look at LAO MU, my light;
LAO MU, my light is infinitely bright.
Concentrate on your Right Portal,
You can get rid of the human nature,
Bring out the true nature,
And reveal your divine wisdom.
Unite the true self and life into one
You’ll realize the mystic nature of the Right Portal."
     
The ‘Right Portal’ is also known as the divine eye, the third eye, the ‘First Heavenly Treasure’ or where the soul resides in the context of TAO of Heaven.
     
I sincerely beg for forgiveness from LAO MU to allow me to write a summary of the Ten Admonitions because I knew this summary would not be able to convey the full and actual intention of the admonitions. The actual admonitions in Mandarin are so deep that to explain itself needed a TAO dictionary to do so. I wish to put it in summary to convey certain messages because it is the gem and treasure of TAO that nobody can find it anywhere and for those who are able to read and understand the original writing, I considered them to be very fortunate. It is the most valuable Treasure from Heaven to understand the Truth of life and its purpose. It explained the beginning and the end to come about this world and may I summarize in simple English the main ingredients of each admonition in the shortest summary for the benefits of the readers.
     
Thank you.
25/10/2001
     
Introduction of the Summary
     
Before LAO MU descended from Heaven to deliver the admonitions, millions of Heavenly Beings descended first, paid respect to LAO MU and then SHE finally came.
 
In sequence of order, Holy Beings after Holy Beings manifested in the temple of TAO before the altar, bowed and paid homage to LAO MU as follows:
     
All the Immortals, Buddhas, Saints and Deities in all Heavens:
They paid homage and wrote,
‘Gentle breeze lightly greet our faces
Halcyon clouds linger in our full embraces
Clusters of colorful clouds each shines in golden glaze
Immortals and Buddhas slowly descend from the Heaven Palace.’
All should remain solemn, wait for LAO MU’s admonitions.
     
Four Great Heaven Kings leading the 28 Constellations, the Thunder Department, the Wind Department, the Tiger Department and the Dragon Department.
They paid homage and wrote,
‘Wars break out in four locations
Catastrophes strike in continuation
The merciful Heaven has pity on mankind
Tien-Tao is once again descended to the world.
We enter the Altar, bow and pay homage to LAO MU
     
Eight Great Guards with the Heavenly bodies.
They paid homage and wrote,
‘Eight Trigrams and Nine Regions reveal the time to retrieve all is near
All in this world should board the Dharma Ferry
Everyone must restore his True Self
For the Heavenly body is everlasting and live without worries.’
LAO MU departing from the Pure Land of the West
We bow and pay homage to LAO MU
     
Nan-Ji Shou-Xing (God of Longevity) leading the Eight Immortals
He paid homage and wrote,
‘I took a nap at the South Heaven Gate
And I lost count of months and years
Suddenly I smell the aroma of incense
I open my eyes and roll over to get up
Holding my cane I mount on my deer
With my white crane following behind
My back is crooked and my waist bent
Gray hair on my head shines like silver needles’
LAO MU descending to the Eastern Earth
We bow and pay homage to LAO MU.
     
Wan-Xian Pu-Sa (A title of an Immortal) leading all Immortals
They paid homage and wrote,
‘Thousands of religions flourish
Some are heresies
Some are strange and occult
Some burn amulets and refine cinnabars
Varieties are abundant
Immortals, Buddhas, Deities and Saints
The four Nobles and the Five Domains
All descend to gather in the Eastern Earth
Awaiting the amassment of souls by Three Buddhas
Meanwhile Tien-Tao is spread for the last time
Bodhi is the origin which one must awaken to
The Golden Thread was dropped
To save the Nine Two ( millions of pure souls )
So they can return to the origin
All Buddha Nature must board the Dharma Ferry
Bodhisattvas and Buddhas are boundless
The mystic Truth is pure
Accumulate merits in the mortal world
And must delay no more
Together all may attain Immortality.’
LAO MU descending to the Altar
We bow and pay homage to LAO MU
     
Yuan-Zhang Mao-Tian ( Chief Examiner of the Three Heavens )
He paid homage and wrote,
‘Administrating examinations in the east and then in the west
Going back and forth between the south and the north
I test your wisdom to see who are Sages and who are fools
Testing the hearts I distinguish the sincere from the hypocritical
Without a truly determined will
You cannot return to the Void ( Heaven )
All my good brothers gathered in the court-yard
Do not be lost and ignorant
Hurry! Hurry! Crush ignorance and desires
Respect the order between seniors and juniors
Reestablish the order of human relations
With Tao and virtues pervading the East and the West’
LAO MU departing from Heaven
I bow and pay homage to LAO MU
     
Wu-Chan the Elder Fellow Disciple leading the entire class of ‘Wu’
He paid homage and wrote,

‘Awaken to the mystic Truth
Inspirations come as the soul manifests
The Enlightened Teacher points out the True Self
Brothers, practise to transcend the mortal world’
LAO MU departing from the Heaven Palace
I bow and pay homage to LAO MU.
     
Marshal Mao-Meng leading the entire class of ‘Mao’
He paid homage and wrote,
‘Propagate Tien-Tao to everywhere
Advance to save and convert everyone in this chaotic world
Build merits in the mortal world
Lead all to return to see LAO MU’
LAO MU descending to the Altar
We bow and pay homage to LAO MU
     
Jiao-Hua Bodhisattva leading the entire class of ‘Yun’
She paid homage and wrote,
‘Teach the Nine Continents
Convert and save the whole world
Awaken to that Bodhi is the Origin
And become the carefree Bodhisattva and Buddha.’
LAO MU stepping into Chong-Hua Altar
We bow and pay homage to LAO MU
     
Di-Zang Buddha (Buddha of the Underworld)
He paid homage and wrote,
‘Earth is halcyon, Heaven is clear and the sky is bright
The true Dharma hidden in sutras shines
Tien-Tao benefits and purifies the mortal world
The merciful Buddhas together hold the rudder of the Dharma Ferry’
LAO MU descending to the Altar
I bow and pay homage to LAO MU
     
Nan-Ping Ji-Gong ( Master JiGong)
He paid homage and wrote,
‘I am very anxious and extremely impatient
For I worry that ‘Heavenly Decree’ is not lenient
Yet all beings of the world are still drifting in the waves
I grieve mournfully and wail hard
For I see the time has come
How can I report my mission to LAO MU?’
LAO MU descending to the Altar
I bow and pay homage to LAO MU
Then I greet all disciples.
When LAO MU writes
All must have the utmost sincerity
Time is very critical
You must work diligently
Great merits and high peerage
Attain them the sooner the better
Holding our hands
Together we return and pay homage to LAO MU
     
Guan-Sheng and Chun-Yang
( the King Saint Guan ) and ( Chun-Yang is the name of an Immortal )
They paid homage and wrote,
‘The gate is open and the road is clear
The domain of Saints can now be accessed directly
Restore the pure and the utmost benevolent True Self
Just like the bright sun which is full and all reaching’
LAO MU leaving the Heaven Palace
We bow and pay homage to LAO MU
     
Justices Huan-Hou, Grand Emperor Zhang and Marshall Yue
They paid homage and wrote,
‘I hold in my hand the snake tip spear
The laws of Heaven have no leniency
Whoever violates the law
His True Self and life cannot escape from me’
LAO MU entering the Altar
We bow and pay homage to LAO MU
     
Yue-Hui Bodhisattva ( Grand Lady Master of TAO )
She paid homage and wrote,
‘Drifting in the sea of suffering
Drifting in the sea of debts
Drifting here and there without returning
Forever souls drift in the sea of suffering
The golden ferry sails
The I-Kuan Dharma ferry sails the Four Seas
There is no other ferry besides this’
LAO MU coming to the Altar
I bow and pay homage to LAO MU.
     
Nan-Hai Pu-Sa (Goddess of Mercy ), Pu-Xian Pu-Sa and Wen-Shu Pu-Sa
They paid homage and wrote,
‘Oh! Oh! What a great catastrophe
The pain inflicted causes wails and moans
Great floods burst
And the world becomes submerged
Great fires spread
And men and women are charred to ashes
The great killer wind descends
And even ghosts and deities wail’
LAO MU descending to the mortal world
We bow and pay homage to LAO MU
     
Christ
He paid homage and wrote,
‘My body was resurrected on the cross
Judaism was founded with many miracles
But the mystic Truth in the Bible is not comprehended
And praises now become merely lyrics and songs’
LAO MU descending to the Eastern Earth
I bow and pay homage to LAO MU
     
Tai-Shang Lao-Jun ( Lao Tze )
He paid homage and wrote,
‘The everlasting Spirit of the Valley hides in the mystic Root
That can be said and named is not the True Tao
Five thousand words in ‘Tao-Te Ching’ still cannot fully state Tao
Hurriedly seek the Enlightened Teacher to return to the Root’
LAO MU coming to the Altar
I bow and pay homage to LAO MU
     
Xi-Tien Ru-Lai ( Sakyamuni Buddha )
He paid homage and wrote,
"Awaken to Bodhi, ‘Svaha’
‘Paramita,’ the True Self is restored to that of a Buddha
The void is not void and all Dharmas are non-existing
What remains carefree is this True Self"
LAO MU descending to the Altar
I bow and pay homage to LAO MU
     
Greatest Saint Da-Cheng and King Wen-Xuan Kong
They paid homage and wrote,
‘Fully comprehending the Truth and the True Self
Can one reach the mystic place of utmost perfection
Cleansing all emotions and desires can one reflect the Truth fully
Awakening to the essence of the True Self
And understanding its mysterious manifestation can one know where to rest
Following the practice of being set
Being tranquil, revealing the True Nature
And being pure can one see the origin.’
LAO MU coming to the Altar
I bow and pay homage to LAO MU
     
Ru-Tong Jin-Gong ( Maitreya Buddha )

He paid homage and wrote,
‘The White Yang’ flag suspends in the air
White flowers drift all over the sky
‘The White Yang’ Boulevard leads to the Origin
Dress and deport properly
Teaching all countries so all gather in China
The Patriarch of White ‘Yang’ oversees the Three Heavens
Presiding over the law and order
I propagate Tien-Tao to everywhere
Together my disciples and I undertake the mission of amassing souls"
LAO MU coming to the Altar
I bow and pay homage to LAO MU
     
Children of Yun and Bao
They paid homage and wrote,
‘The colorful halcyon clouds float in the sky
The imperial carriage of LAO MU leaves the Heaven Palace
Accompanied by two children waving treasured fans
LAO MU descend to the Altar
We bow and pay homage to LAO MU
     
I am
LAO MU, GOD, Lord of Wu-Ji,
Lord of all beings
Leading all Buddhas
LAO MU, I come to meet My royal children
So stand firm
My children
Listen carefully to My concerns
LAO MU, I am going to admonish now to warn My lost children
The Three Powers rest shortly, and
LAO MU, I will write again. First
LAO MU, I will write the foreword
Then in detail.
     
LAO MU wrote three forewords before she started writing the Ten Admonitions.
The forewords urged her children to be selfless and devote to GOD. The planet Earth is in dire danger where sky would crumbles and earth cracks and beings will be destroyed.
It is like the revelation in the Bible and described as the Final Catastrophe in TAO.
     
The Admonitions in summary begin..

42
Dari Sutra Maitreya Memasuki Maha Parinibbana tentang kondisi Bumi Suci Tusita, dapat disimpulkan bahwa Bumi Suci Maitreya merupakan replika dari Sorga Tusita. Sorga Tusita yang juga disebut sebagai Balairung Maitreya adalah merupakan tempat dimana Maitreya selalu menyampaikan dharmanya, fenomena Bumi Suci ini sangat unik dan senantiasa merupakan nuansa yang memukau. Karena itu untuk mengetahui fenomena lebih lanjut, di bawah ini kiranya akan menjadi bahan yang cukup menarik untuk kita simak bersama:

Dari Dunia Arahat menuju Dunia Bodhisatva.

Pada awalnya antara Buddha Sakyamuni dan Bodhisatva Maitreya merupakan saudara sepembina, tetapi karena masing-masing memiliki ikrar dan nazar yang berbeda maka Buddha Sakyamuni mencapai kebuddhaannya terlebih dahulu sementara Bodhisatva Maitreya masih menekuni Bodhisatva-yana di Tusita Bumi. Walau demikian ada satu kesamaan mereka yaitu panggilan jiwa penuh metta karuna dalam menyikapi setiap jerit derita satwa di sahaloka. Balairung Tusita adalah salah satu kama-loka yang berjarak terdekat dengan sahaloka, alam ini tidak seperti bumi suci lainnya yang mempunyai syarat- syarat yang teramat berat melainkan hanya dengan memprak-tekkan Tri Mustika yaitu kemurnian menjaga sila, mengamalkan dharma, serta bercita-cita (berikrar) menuju ke Tusita Bumi; maka dengan maitri-karuna Maitreya, mereka akan terselamatkan. Dengan analogi seorang dosen yang terpanggil mengajar di sekolah dasar, tanpa menghiraukan latar belakang pendidikan tinggi dan sistem pengajaran yang bermutu, dia tetap akan bersedia mengajar di sekolah dasar tersebut. Nah, inilah yang diartikan dengan semangat yang penuh humanis.

Bodhisatva Avalokitesvara adalah seorang Dewi Maha Asih (maha metta-karuna), demikian pula dengan Bodhisatva Maitreya. Dari nama Maitreya saja sudah menyandang satu gelar yang mengartikan kasih-sayang, yang semakin jelas mengukuhkan kepribadian Beliau yang luar biasa tersebut. Demikian pula Mahathera Che Hang, mendirikan Balairung Maitreya di daerah Si Ce dan menamakan dirinya Si Maitri, membuktikan betapa ia adalah seorang praktisi Maitreya yang begitu kuat mengimani kelahiran di Tusita Bumi untuk bertatap muka dengan Sang Bodhisatva.

Mahathera Thai Shi, yang merupakan pimpinan Buddhisme Moderat, begitu menyadari bahwa di Daratan Cina telah berkiprah nama Catur Maha Pegunungan yang kesohor, maka jiwanya mulai terpanggil untuk menamakan sebuah Pegunungan Bodhisatva Maitreya dengan merombak nama Biara Yun Tou di Yun Nan yang sudah lama didirikan tersebut. Sehingga dengan demikian bisa mengimbangi kebesaran nama Biara Bodhisatva Avalokitesvara di Phu Thuo San (Pegunungan Phu Thuo) yang terkenal dengan nuansa maha karuna, Biara Bodhisatva Kshitigarbha di Ciou Hua San (Pegunungan Sembilan Puspa) yang terkenal akan maha ikrarnya, Biara Bodhisatva Samantabhadra di Erl Mei San (Pegunungan Go Bi) yang terkenal dengan Maha Vinaya dan Biara Bodhisatva Manjusri di Wu Thai San (Pegunungan Panca Singgasana) yang terkenal dengan Maha Prajnanya sehingga akan membentuk Panca Maha Pegunungan dan bukan lagi Catur Maha Pegunungan. Panca Bodhisatva di atas ternyata memiliki cakupan geografis atau bumi suci mereka masing-masing. Dan kini, menyinggung eksistensi Bumi Suci Bodhisatva Maitreya yang mana di alam ini memiliki keistimewaan yang sarat dengan nuansa suka-cita, tiada hari tanpa keharmonisan, penuh metta karuna, pengabaran dharma yang beralih dari Lokuttara menuju Lokiya.

Dunia Yang Penuh Universalitas.

Untuk memasuki Bumi Sukhavati Amitabha haruslah melalui pembacaan paritta dan sutra secara rutin hingga bebas dari kemelekatan niat dan nafsu. Tetapi untuk mencapai tingkatan ini bukanlah kemampuan sembarang manusia. Selain faktor di atas, ternyata perjalanan untuk memasuki Bumi Sukhavati Amitabha harus melewati 10 trilliun bumi suci lainnya. Namun berbeda sama sekali dengan Tusita Bumi, karena pada bumi ini tidak ada keharusan untuk memutuskan belenggu nafsu. Lagi pula Tusita Bumi adalah bumi suci yang terdekat dengan dunia manusia bahkan memiliki kemiripan unsur sehingga dapat dikategorikan sebagai bumi suci yang paling mudah untuk dicapai dan di sinilah letak karak-teristiknya yang penuh universalitas.

Dunia Pertatapan Buddha Dengan Curahan Dharma Agungnya.

Dari catatan sejarah Buddhisme Cina, ternyata terdapat banyak sekali para pembina tinggi yang telah memasuki Tusita Bumi; sebuah bumi suci yang sesuai dengan gambaran Sutra Bodhisatva Maitreya Memasuki Maha Parinibbana, seperti Master Tao An yang merupakan guru dari Patriat I Mahathera Huei Yen aliran Bumi Suci, pada Dinasti Cin Timur. Kala itu Master Tao An dengan muridnya Fa Yuk dan rekan seperguruan lain yang kesemuanya terdiri dari 8 orang ternyata telah memasuki Tusita Bumi. Selanjutnya Master Suen Cuang dan Khuei Ci pada Dinasti Tang, juga adalah guru yang mengimani untuk memasuki Tusita Bumi. Bahkan Master Shi Yun yang kesohor, pada usianya yang ke-112 tahun telah memberikan kesaksian bahwa Beliau pada saat itu telah pernah mengunjungi Tusita Bumi, di sana kebetulan Bodhisatva Maitreya sedang menyampaikan bimbingan dharma. Setelah diperhatikan lebih lanjut ternyata di antara para pendengar terdapat puluhan orang yang dikenalnya antara lain; Master Kuan Sin dari Cin San, Master Joung Cing dari Thian Thai, Master Cek Phu dari Ciang Si, Master Seng Sin dari Pau Hua, bahkan yang paling mengejutkan ternyata Y.A. Bikkhu Ananda termasuk salah satu yang menyertai sang Bodhisatva.

Pada Sutra Kumpulan Mahathera, sesungguhnya terdapat banyak sekali catatan-catatan tentang para master (Mahathera) yang telah berkunjung ke Tusita Bumi, salah satunya adalah Mahathera Huei Yen. Sekalipun Beliau telah memasuki Bumi Sukhavati Amitabha tetapi tetap berkunjung ke Tusita Bumi, kemungkinan adalah untuk bertemu dengan gurunya, Master Tao An. Sebagaimana diketahui, adalah terlalu gampang bagi para master (Mahathera) yang memiliki tingkat pembinaan tinggi itu untuk memasuki Tusita Bumi. Hal ini jelas membesarkan hati para umat yang berkeinginan memasuki sorga tersebut. Dan ketika telah memasuki Balairung Tusita yaitu tempat sang Bodhisatva selalu memutarkan roda dharma, maka tidak perlu mengkhawatirkan keterjatuhan ke alam yang lebih rendah lagi.

Dari Dunia 'Bodhi-Prajna' Menuju Dunia 'Maitri-Karuna'.

Karakteristik keluhuran Bumi Suci Maitreya adalah terletak pada kebesaran kasihnya yang tiada tara. Walau memiliki kesempurnaan tingkat pembinaan untuk menikmati kehidupan di alam yang lebih tinggi, lebih suci, lebih terang, lebih sempurna, lebih berwibawa; tetapi memang sudah merupakan sifat maha maitri karunanya yang tiada tara. Beliau lebih terpanggil untuk membangun sebuah Bumi Suci di alam kama loka dengan tujuan untuk menyelamatkan umat manusia. Beliau tidak tega melihat betapa banyaknya umat manusia yang semakin sesat terbuai oleh kenikmatan alam lokiya. Berbicara tentang pembinaan atau pelepasan nafsu indera, berarti sama saja dengan mem-bicarakan tentang jalan rumit yang tidak bisa diamalkan manusia. Dengan dasar inilah Sang Bodhisatva yang penuh maitri-karuna, dengan kearifannya yang tak terbatas memba-ngun sebuah Bumi Suci di tengah saha loka ini yang me-rupakan karak-teristik kelu-huran Bu-mi Suci yang tiada dua-nya di dunia manusia.

Sumber :
PUSDIKLAT BUDDHIS MAITREYA
Oleh : Master Sing Yin
Alih Bahasa : Sasanavira, Bd.S
Majalah Cahaya Maitri Vol.22

43
Wajah :
Wajah yang begitu bersahabat (friendly) bukan dengan profil yang wibawa dan agung, mudah untuk didekati, mudah membaur, sangat ramah, sikap luwes, bagai orang tua yang welas asih, membuat umat manusia merasa nyaman dan sejuk dalam hati, setiap orang senang mendekati dan mempelajari pribadi kebudhaannya.
Senantiasa menampilkan kesederhanaan, mendidik manusia bahwa kebenaran tertinggi bukan dalam literatur, studi akademis, pengkajian pengetahuan, melainkan dalam pengamalan sehari-hari
Mengekpresikan pribadi kesederhanaan dan kesamaan, bahwa manusia dan buddha bukanlah dua, tiada suci dan tiada awam, asalkan kita mau berjuang niscaya dapat mengembalikan watak suci semula (roman buddha)
Menunjukkan pribadi yang lugu polos, membuat keyakinan dan harapan dalam diri manusia untuk mencapai kebuddhaan
Menyampaikan kepada manusia bahwa pelaksanaan misi universal bukanlah kemampuannya pribadi melainkan kebesaran Kuasa Tuhan, Tuhan lah yang mengatur segala-galanya.
Wajah lugu dan polos membuat orang merendah diri, tidak sok pamer.
Wajah cinta kasih membuat orang mempelajari hati cinta kasih.

Dada yang terbuka dan lebar
Legah leluasa, berjiwa besar, hati maha metta, lugu polos, pandangan jauh, menghadapi semua kejadian tak menaruhnya di dalam hati.
Menunjukkan hati yang lurus, jujur, apa adanya, tidak menutup-nutupi, tidak dibuat-buat, tak ada yang tak boleh diketahui orang, sungguh bagai keluguan anak kecil.
Dada lapang dan lebar, membuat orang optimis, penuh semangat.

Kantung chien khun
Menutup dan membungkus semua kegelapan, kejahatan, kekacauan, penderitaan, sebagai gantinya mendatangkan terang, kebaikan, kedamaian, kebahagiaan bagi manusia.

Tasbih yang dipegang
Senantiasa mengikat jodoh baik kepada semua mahkluk, membawakan kebahagiaan kepada semua mahkluk.

Senyuman
Berbelas kasihan dan menyadarkan manusia dari buaian mimpi penderitaan
Senyuman wajar, penuh keakraban, kelucuan, mendatangkan kebahagiaan universal, senyuman yang mendatangkan kebahagiaan kepada umat manusia.
Wajah penuh senyuman : membuat orang lupa akan kegelisahan, tiada kekwatiran, penuh kebahagiaan.

Bidang perut yang besar
Membuat orang mempelajari sikap penuh toleransi, pemaafan tidak terikat dan kaku.
Figure yang tepat untuk manusia akhir zaman dalam pembinaan diri. Sebuah figure yang mendatangkan manfaat banyak kepada manusia.

Sumber :
PUSDIKLAT BUDDHIS MAITREYA

44
BAGIAN I

Awal September 1999, ada empat pratima kayu Maitreya yang disakralkan di Maha Vihara. Dua pratima dalam posisi berdiri, duanya lagi dalam posisi duduk. Semuanya berekspresi tawa-ria penuh. Begitu memandangnya terasa nuansa yang menyambut hangat welcome to lovingness world. Pratima-pratima tersebut adalah karya seniman Taiwan dan merupakan paket Bantuan Spiritual yang diberikan oleh International Providence Maitreya Missionary Monastery. Kehadiran Maitreya simbolis ini memiliki esensi yang amat penting. Bagi saya, sejak awal pendirian Maha Vihara hingga kinerjanya pada milenium baru, semuanya telah direncanakan oleh Arya Metteya, episode demi episode akan meluncur di layar dunia. Setiap orang disambut oleh gelak tawanya.

Kapan Arya Metteya akan (hadir) menampakkan diri secara nyata? Sebuah pertanyaan kolosal. Secara tekstual, ada beberapa versi. Sekarang, Arya Metteya sedang bersiap-siap di Alam Tusita, ia akan hadir ke dunia ini setelah 5.000 tahun parinirvananya Buddha Sakyamuni (tahun 4520 M). Walaupun terdapat banyak penelitian tentang waktu pemunculannya, namun diharapkan terjadi setelah 30.000 tahun kemudian (CD Bookshelf 98). Dalam sutra lain, tercatat bahwa Arya Metteya akan reinkarnasi setelah 5,67 milyar tahun. Khotbah seorang Buddha atau Orang Suci, ada yang bersifat manifes (eksoteris), ada yang bersifat laten (esoteris). Contoh, khotbah "Sekuntum Bunga Seuntai Senyum¡¨, konon yang hadir pada pesamuan tersebut jutaan manusia dan deva. Hanya Maha Kasyapa seorang diri yang memahami khotbah tersebut. Secara logis, pada zaman Buddha Sakyamuni belum ada teknologi elektronik, bagaimana suara khotbah dapat dijangkau oleh hadirin yang begitu banyak jumlahnya. Secara religius, itu adalah khotbah esoteris. Ratna-Dharma Tertinggi tidak diperuntukan semua orang. Pernyataan 5,67 milyar tahun adalah bahasa analog yang sering dipergunakan oleh Sang Buddha dalam khotbahnya. Tidak dapat diukur dengan sistem waktu sekarang. (Dalam matematika kita mengenal angka imajinatif, bilangan yang tidak realis, namun tidak boleh diabaikan).

Dalam Sutra Maharatna-kutta, Bab 88, tertulis: pada lima ratus tahun kelima, Sang Bodhisatva (Maitreya) yang telah ditunjuk oleh Buddha Sakyamuni, akan hadir kembali di dunia untuk melanjutkan misi pembabaran Ratna-Dharma. Sutra Bodhisatva Maitreya naik ke Alam Tusita, Sutra Bodhisatva Maitreya turun ke dunia, Sutra Bodhisatva Maitreya mencapai Kebuddhaan, adalah tiga kitab yang banyak membicarakan Arya Metteya. Ketiga kitab ini dialih-bahasakan dari bahasa Tibet ke bahasa Mandarin pada abad ke-4 M dan ke-5 M. Bukan terjemahan langsung dari teks aslinya, bahasa Sanskrit. Siapa yang mengalih-bahasakan dari bahasa Sanskrit ke dalam bahasa Tibet tidak dapat diketahui. Kalau bukan seorang master Dharma yang melakukan pekerjaan ini, berbagai penafsiran yang kurang tepat (distorsi) tentu tak terelakkan. Sekitar 15 abad setelah wafatnya Sang Buddha, pada era yang didominasi oleh Pengetahuan Dharma, zaman itu sangat sedikit master Dharma yang betul-betul memahami Dharma Hati Sang Buddha. Siapa yang mampu mentransfer esensi Dharma secara akurat kepada generasi berikutnya?

Inilah latar belakang perbedaan tentang angka kedatangan Arya Metteya. Orang Suci berkata, "lebih baik tiada sutra, daripada terjerat mati oleh kalimat sutra". Banyak akademisi dan ahli sutra (orang yang kaya pengetahuan tentang dharma, tapi pengalaman nyata hanya secuil) menghabiskan berpuluh-puluh tahun hanya untuk menafsirkan angka-angka dalam sutra. Padahal nilai agama, esensi sebuah Dharma terletak pada fungsinya dalam kehidupan nyata. Bukan dalam pemikiran, bukan dalam teori, bukan dalam kertas.

Di dalam diri setiap insan manusia, telah dibekali potensi ilahi; sumber dari kebijaksanaan dan cinta kasih, identik dengan potensi yang ada dalam diri buddha-bodhisatva. Bila dalam hati saya bersemi cinta kasih (metta), dan menerapkannya dalam kisi kehidupan nyata; terenyuh hati untuk meringankan penderitaan umat manusia, mendatangkan sukacita kepada orang lain, hidup harmonis dengan sesama dan alam, suka toleransi, bersedia memaafkan kesalahan orang, berjiwa altruis. Maka hidup saya akan diwarnai tawa-ria bagai Arya Metteya. Metta adalah hidupku. Karakteristik pribadi Arya Metteya juga termanifestasi dalam diriku. Demikian, seorang Arya Metteya telah hadir (emanasi). Jangan bertanya kapan Arya Metteya datang ke dunia, bertanyalah "kapan Metta mewarnai kehidupanku?" Adakah mulut saya menyakiti makhluk lain?

Disaat insan-insan manusia berprilaku metta, dunia menjadi damai bersih, semua kondisi telah terpenuhi, spontan Buddha Maitreya akan menampakkan diri di panggung dunia bagai matahari terbit menerangi semesta.

45
 _/\_ Sedang diadakan penggalangan dana sekaligus dalam rangka mempromosikan Jatukham(amulet) versi Sriwijaya maka Vipassana Graha membuka kesempatan bagi yang ingin berdana.

Tujuan
1. Untuk pembelian sekolah Buddhist di daerah Sewan - Tangerang
2. Pembangunan Pondok Samadhi untuk Alm. Y. M Bhante Win Vijjano di Kec. Borobudur Kab. Magelang
3. Untuk membiayai anak asuh yang beragama Buddha agar dapat melanjutkan sekolahnya ke tingkat yang lebih tinggi.

Sebagai Ucapan terima kasih akan dibagikan amulet Jatukham yang telah diberkati oleh Bhante Wongsin,berikut imagenya



Amulet yang khusus dibuat dari figur Bodhisatta di candi Borobudur akan diangkat.

Informasi lebih lanjut
Sdri. Ling Ling 0818 427 058
Sdr. Aan 0818 0225 6055
Sdr. Handi 0815 8669 2688
Sekretariat Vippassana Graha 022 2787664

Atau pv saya untuk tahu lebih dekat di ym atau di dc.

Pages: 1 2 [3] 4 5 6 7
anything