Melanjutkan pembahasan yang lalu sekarang kita akan membahas bagaimana timbulnya konsentrasi dan bagaimana mengarahkan konsentrasi dari Jhana untuk melakukan Vipassana.
Meditator yang telah memiliki konsentrasi dan perhatiannya terhadap "objek yang dipilihnya" tak lagi tergoyahkan, "
distraction" atau pengalih perhatian sudah menjadi sangat lemah.
Pada thread-thread yang lain saya pernah menjelaskan bahwa menurut Yuganadha Sutta, ada empat macam METODE meditasi yang biasanya dilakukan oleh para meditator sesuai yang diajarkan Sang Buddha, tiga diantaranya yaitu:
1. Melatih Vipassana dahulu baru melatih Samatha
2. Melatih Samatha dahulu baru melatih Vipassana
3. Melatih Vipassana dan Samatha berbarengan.
Disini saya tak akan membahas metode yang ketiga karena kurang begitu mengerti, jadi saya hanya membahas yang nomer satu, yaitu metode Vipassana dahulu, yang kemudian bisa dilanjutkan Samatha bila mau.
Tapi sebelum saya memulai dengan metode pertama, saya ingin membahas sedikit metode nomer dua, yaitu melatih Samatha dahulu baru Vipassana.
pada METODE kedua ada beberapa cara lanjutan meditasi Vipassana setelah kita mencapai Jhana,
-CARA pertama yang cukup dikenal oleh sebagian meditator member DC adalah cara yang diperkenalkan oleh Pa Auk Sayadaw, yaitu dengan mencapai Jhana keempat Anapanasati, lalu beralih ke Kayagatasati dengan memperhatikan tulang, dan mengambil warna tulang untuk dijadikan objek melatih kasina warna putih, setelah itu dilanjutkan dengan mengingat kelahiran lampau dstnya sesuai dengan Visuddhi Magga.
-CARA kedua adalah dengan mencapai Jhana, lalu langsung ke Vipassana yang dikhotbahkan oleh Mahasi Sayadaw, yaitu: Setelah mencapai Jhana dan menguasai pencapaian Jhana tersebut (vasi). Kita lalu masuk ke Jhana tersebut, pilih salah satu, Jhana satu sampai Jhana empat.
Setelah berdiam beberapa lama di Jhana tersebut sesuai dengan tekad kita (umpamanya satu jam) lalu kita keluar dari Jhana tersebut, lalu setelah keluar Jhana kita memperhatikan bentuk-bentuk pikiran maupun perasaan yang muncul. Terus kita lakukan, setelah lelah lalu kembali masuk Jhana, demikian teruis-menerus.
Dengan kekuatan konsentrasi yang timbul karena baru keluar dari Jhana maka nanti kita akan melihat sifat sesungguhnya batin dan jasmani, yaitu: selalu berubah (anicca), tak memuaskan (dukkha) dan tanpa substansi, inti, jiwa yang kekal atau roh (anatta).
METODE yang kedua adalah dengan konsentrasi yang didapatkan melalui Vipassana.
Bagaimanakah konsentrasi bisa muncul pada metode meditasi direct Vipassana?Pada meditator yang berlatih Vipassana, para pembimbing selalu menekankan untuk
melakukan semua kegiatan dengan penuh perhatian (sati/yoniso manasikara), dan penuh kewaspadaan (sampajanna).Oleh karena memperhatikan dengan penuh perhatian dan kewaspadaan maka perhatian terpusat dan konsentrasi terbentuk. Sesuai dengan yang dikatakan oleh Sang Buddha dalam Kayagati Sutta berikut:
"Furthermore, when walking, the monk discerns that he is walking. When standing, he discerns that he is standing. When sitting, he discerns that he is sitting. When lying down, he discerns that he is lying down. Or however his body is disposed, that is how he discerns it. And as he remains thus heedful, ardent, & resolute, any memories & resolves related to the household life are abandoned, and with their abandoning his mind gathers & settles inwardly, grows unified & centered. This is how a monk develops mindfulness immersed in the body.
"Furthermore, when going forward & returning, he makes himself fully alert; when looking toward & looking away... when bending & extending his limbs... when carrying his outer cloak, his upper robe & his bowl... when eating, drinking, chewing, & savoring... when urinating & defecating... when walking, standing, sitting, falling asleep, waking up, talking, & remaining silent, he makes himself fully alert. And as he remains thus heedful, ardent, & resolute, any memories & resolves related to the household life are abandoned, and with their abandoning his mind gathers & settles inwardly, grows unified & centered. This is how a monk develops mindfulness immersed in the body."
Lebih lanjut ketika ia berjalan, seorang Bhikkhu penuh kewaspadaan (sampajanna) ketika berjalan. Ketika berdiri, ia penuh kewaspadaan berdiri. Ketika duduk, ia penuh kewaspadaan duduk. Ketika berbaring ia penuh kewaspadaan berbaring. Atau apapun posisi tubuhnya, demikian ia melakukannya dengan penuh kewaspadaan. Dan ia selalu demikian penuh perhatian, penuh semangat dan teguh, semua ingatan dan keputusan yang berkaitan dengan kehidupan rumah tangga menjadi lepas, dengan lepasnya ingatan dan keputusan itu batinnya terpusat dan hanya melihat ke dalam,
tumbuh menyatu dan memusat. Inilah caranya bagaimana seorang bhikkhu mengembangkan perhatian terhadap jasmani.
Lebih lanjut, ketika berjalan pulang-pergi, ia melakukannya dengan penuh kewaspadaan; ketika melihat kedepan dan kesamping.... ketika membawa jubah luar, jubah atas dan pindapatta.... ketika makan, minum, mengunyah dan mengecap.... ketika buang air kecil, dan buang air besar.... ketika berjalan, berdiri, duduk, tidur, bangun, berbicara dan diam, ia selalu penuh kewaspadaan. Dan ketika ia demikian penuh perhatian, penuh semangat dan teguh, semua ingatan dan keputusan yang berkaitan dengan kehidupan rumah tangga menjadi lepas, dengan lepasnya ingatan dan keputusan itu batinnya terpusat dan hanya melihat ke dalam,
tumbuh menyatu dan memusat. Inilah caranya bagaimana seorang bhikkhu mengembangkan perhatian terhadap jasmani.
(Majjhima Nikaya 119)http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.119.than.htmlSemua kegiatan yang kita lakukan sehari-hari disadari dengan mengikuti semua gerakan yang kita lakukan pada waktu beraktivitas. Kita bisa memenyadari dan memperhatikan semua gerakan yang kita lakukan adalah dengan cara menyadari sensasi yang timbul pada waktu melakukan semua gerakan.
Dengan menyadari setiap sensasi yang terjadi pada setiap gerakan maka kita mengetahui gerakan yang sedang kita lakukan, entah sedang melangkah atau mengunyah, mengecap dll.
Selanjutnya pada waktu duduk ia juga memperhatikan
gerakan yang terjadi pada perut. Bagaimanakah ia memperhatikan gerakan yang terjadi pada perut? Sama seperti juga memperhatikan gerakan tubuh yang lain, ia memperhatikan gerakan perut (kembung dan kempisnya perut) dengan memperhatikan
sensasi yang timbul akibat pergerakan perut, dengan demikian ia tahu ketika perutnya sedang kembung atau perutnya sedang kempis dan seluruh
proses/sensasi kembung-kempis yang terjadi.
Ia menyadari dan memperhatikan seluruh proses kembung kempis perut dengan penuh perhatian, semangat dan kewaspadaan, tanpa terputus, maka konsentrasinya juga bertambah lama bertambah kuat.
Bila meditator lebih menyukai menyadari sensasi yang timbul di ujung hidung (anapanasati) juga boleh, yang penting dalam hal ini adalah, ia memperhatikannya dengan penuh perhatian, penuh kewaspadaan dan tanpa terputus terhadap semua
proses/sensasi yang terjadi pada keluar masuknya nafas.
Inilah proses yang menyebabkan bertambah kuatnya konsentrasi yang muncul pada meditasi Vipassana.
Pembahasan berikutnya akan dilanjutkan dengan pembahasan terhadap apa yang dilihat oleh meditator Vipassana pada waktu melihat jasmani sebagaimana apa adanya.