Saya ingin memberikan pertanyaan yang menggelitik "common sense" kita.
Bila muncul bentuk-bentuk pikiran dalam meditasi Vipassana, bagaimana cara kita melihat apa adanya? dan apa yang terjadi setelah kita melihat apa adanya?
Saya berharap teman-teman mau sharing berbagi pengalaman disini... biarlah ini menjadi pembahasan ulang berdasarkan praktek nyata diantara teman-teman dan dikaitkan berdasarkan referensi Tipitaka... bukan hanya berdasarkan teori...
seperti makan apa adanya.
makan makanan pahit, manis, asam, asin, tawar, asin manis, agak asam,.. dll. ketika makan makanan tsb ada yg timbul dan lenyap.
seperti ada yg pernah bilang, ketika makan, perhatikan proses makan. mulai dari mengambil sendok, mengambil makanan, masukin ke mulut, mengunyah, rasa yg timbul, telan, mengambil/memilih makanan/sayur lain atau yg sama lagi,.. dll.
Bro Wen yang baik, semua ini memang benar, pada tahap awal kita memang diminta oleh para guru meditasi memperhatikan hal-hal ini, tapi masalahnya untuk merasakan manis, pahit, asin dsbnya kita tak perlu bermeditasi kan...? Pada pengalaman meditatif yang lebih dalam, waktu melihat sebagaimana apa adanya, kita mampu melihat lebih dari itu.
sekilas, seolah2 hanya untuk merasakan manis, pahit, asin dsbnya, tetapi bisa lebih dalam lagi seperti meditasi bila dilakukan lebih dalam lagi dan sebagai sebuah rutinitas.
banyak hal yg bisa timbul dan lenyap. coba makan nasi putih saja selama 3 hari. hari ke-4 makan makanan yg paling kamu sukai. hari ke-5 makan lagi nasi putih saja.
setiap moment dari melihat jam makan/perut terasa lapar, pergi ambil piring, sudah banyak yg timbul dan lenyap karena sudah tau apa yg akan dimakan. hingga ke rasa, gejolak batin yg tidak menerima rasa tawar ini dan kesenangan makan makanan enak.
hingga suatu titik, baru bisa memahami makan apa adanya yg bisa diartikan, makan apa adanya tanpa banyak protes, baik protes dari pikiran, hati, ego, prinsip,.. dll. dan itu pun baru sebatas memahami dan belum benar2 menyatu menjadi satu dengan jiwa yg benar2 menjadi seseorang yg makan apa adanya.
IMO, menjadi seseorang yg makan apa adanya, memerlukan latihan seperti meditasi juga hanya saja dilakukan dengan mata terbuka yg lebih banyak rintangan karena semua indra dari mata, lidah, hidung, dan telinga langsung mempengaruhi ditambah tekanan lain seperti emosi sebelum makan, suasana hati, dan pikiran.
begitu pula dengan melihat apa adanya. hanya saja dengan kondisi duduk diam mata tertutup atau dengan mata terbuka.