sarve dharma anitya
loh bukannya All dharmas are impermanent = sarve dharma anitya?
saya gak bisa sansekerta, tapi begitulah yang saya tangkap.
sabbe sankhara anicca
sabbe sankhara dukkha
sabbe dhamma anatta
Dalam kanon Pali, tulisan : sabbe dhamma anicca, ada tidak Suhu Indra?Dhammapada 277-279 masing-masing dimulai dengan "Sabbe Sankhara anicca", "Sabbe Sankhara dukkha", dan "Sabbe dhamma anatta".
Dalam kanon Pali, tulisan : sabbe dhamma anicca, ada tidak Suhu Indra?
Thanks, Suhu Indra dan Suhu Kainyn atas kepastiannya. Saya tinggal menunggu yang dari sutra.
Thanks, Suhu Indra dan Suhu Kainyn atas kepastiannya. Saya tinggal menunggu yang dari sutra.Sama2, Suhu Kelana.
tidak ada, untuk dhamma pasangannya selalu anattaAda kok. ;D Tapi konteksnya dhamma sebagai bentuk pikiran. Di Okkanta Samyutta, Rupasutta, dijelaskan 6 objek indera berubah. Pada bagian bentukan pikiran disebut: "dhammā aniccā vipariṇāmino aññathābhāvino" (dhamma tidak kekal berganti dan berubah).
Kutu buku.
Permainan Kata kata lagi . Dihafal sampai mati, apa bisa menolong?
.........
Patriarch Bodhidharma went to Nan Ching where he listened to Dharma Master Shen Kuang explained the Sutras. When Shen Kuang spoke, the heavens rained fragrant blossoms and a golden-petalled lotus rose from the earth for him to sit upon. However, only those with good roots, who had opened the five eyes8 and the six spiritual penetrations were able to see that. Now! Isn’t this wonderful?
After listening to the Sutra, Bodhidharma asked, “Dharma Master, what are you doing?”
“I am explaining Sutras,” Shen Kuang replied.
“Why are you explaining Sutras?”
“I am teaching people to end birth and death.”
“Oh?” said Bodhidharma, “exactly how do you do that? In this Sutra which you explain, the words are black and the paper is white. How does this teach people to end birth and death?”
Dharma Master Shen Kuang had nothing to say. How did he teach people to end birth and death? He fumed in silence. Then, even though heavenly maidens rained down flowers and the earth gave forth golden lotuses, Dharma Master Shen Kuang got angry.
This is what I mean when I say that the Buddhadharma existed in China, but it was as if it were not there at all.
When angry, Dharma Master Shen Kuang used his heavy iron beads to level opposition. In response to Bodhidharma’s question, he reddened with anger and raged like a tidal wave smashing a mountain. As he whipped out his beads, he snapped, “You are slandering the Dharma!” and cracked Bodhidharma
across the mouth, knocking loose two teeth. Bodhidharma neither moved nor spoke. He hadn’t expected such a vicious reply.
There is a legend about the teeth of holy men. You must not ask about the principle, however, because it is too inconceivable. The legend says that if a sage’s teeth fall to the ground, it won’t rain for three years. Patriarch Bodhidharma thought, “If it doesn’t rain for three years, people will starve! I have come to China to save living beings, not to kill them!” So Bodhidharma did not let his teeth fall to the ground. Instead, he swallowed
them and disappeared down the road. Although he had been beaten and reviled, Bodhidharma could not go to the government and file suit against Dharma Master Shen Kuang. Those who have left home have to be patient. How much more so must a patriarch forbear.
Sama2, Suhu Kelana.
Ada kok. ;D Tapi konteksnya dhamma sebagai bentuk pikiran. Di Okkanta Samyutta, Rupasutta, dijelaskan 6 objek indera berubah. Pada bagian bentukan pikiran disebut: "dhammā aniccā vipariṇāmino aññathābhāvino" (dhamma tidak kekal berganti dan berubah).
Ada kok. ;D Tapi konteksnya dhamma sebagai bentuk pikiran. Di Okkanta Samyutta, Rupasutta, dijelaskan 6 objek indera berubah. Pada bagian bentukan pikiran disebut: "dhammā aniccā vipariṇāmino aññathābhāvino" (dhamma tidak kekal berganti dan berubah).
walaupun anda benar, tapi hanya dhamma dalam arti yg dimaksud itu saja yg anicca, sedangkan di pihak lain ada jenis dhamma yg tidak termasuk di situ, makanya katta "sabbe" tidak disebutkan di sana. ini bertentangan dengan statement dari bro "Sok maha tahu" bahwa "all dharmas are impermanent"
Kutu buku.
Permainan Kata kata lagi . Dihafal sampai mati, apa bisa menolong?........
Hanya itu saja Sdr. Djoe? Dimanakah jawabannya?
Btw, hanya penasaran, jika seseorang yang hanya bertanya mengenai suatu kalimat ada atau tidak dalam sutra dinilai sebagai kutu buku, lalu bagaimana anda menilainya, menyebut Master Hsuan Hua yang jelas-jelas komentarnya berdasarkan Sutra, ia tidak mungkin tidak membaca sutra atau tidak menghafalnya? Apakah anda akan menyebutnya raja kutu buku?
Lalu bagaimana anda menilai dan menyebut anda sendiri yang hanya meng-copy paste tulisan Master Hsuan Hua sejak awal anda bergabung di DC? Apakah anda menyebut diri anda kucing pengcopi berkutu-buku?
Saya tetap menungu jawaban, ada atau tidak dari pertanyaan:
Apakah ada di dalam sutra Mahayana tertulis dimana artinya adalah: All dharmas are impermanent atau semua dharma adalah tidak kekal?
saya lihat andalah yg sibuk bermain kata dan copas sana sini, hingga melupakan topik sebenarnya.
saya ingatkan lagi, pertanyaan dari Bro Kelana adalah
"Hanya ingin bertanya, apakah ada di dalam sutra Mahayana tertulis dimana artinya adalah: All dharmas are impermanent atau semua dharma adalah tidak kekal??"
In the past, five hundred bhikùus became doubtful and disbelieved when they heard the emptiness dharma of praj¤à. Arising from their seats, they departed. The Bodhisattva Net Brightness instructed the Brahmà God Beneficial Consideration to devise an expedient means to instruct them.
The Brahmà God replied, “Even if they were allowed to depart for as many kalpas as there are grains of sand in the Ganges River, they could not get out of this Dharma door. They are like a fool who, fearing emptiness, tries to walk away from emptiness. No matter where he goes, he does not leave emptiness behind. Those bhikùus are just like that. Although they may go a long way, they cannot leave the mark of emptiness.
“They are also like a man who seeks emptiness. Racing east and west he says, ‘I want emptiness! I want emptiness!’
That man merely says the name of emptiness; he does not perceive emptiness. Those bhikùus are also like that. Desiring to attain nirvàõa, they practice in the midst of nirvàõa and do not attain it. For what reason? Nirvàõa is merely a name, and just like emptiness which is merely a name, it cannot be obtained.Ÿ
We who investigate the Buddha’s teaching should know that the Buddha’s teaching is the teaching of the Dharmarealm; it is not differentiated into national traditions. The Buddha’s teaching is the teaching of all people; it is not divided by regional interests. The Buddha’s teaching is the teaching of living beings; it is without racial prejudice. The Buddha said, “All living beings have the Buddha-nature. All can become Buddhas.Ÿ Whether you believe or not makes no difference because eventually you will come to believe. It is only a matter of time. Since nothing can go beyond the Dharmarealm, everything is equally enveloped by the Buddhadharma. What more is there to say?
Ada atau tidak, apa gunaya jika tidak bisa memahami kebenaran itu. Jika kebenaran sudah dipahami, apa lagi yang harus ditanyakan?
walaupun anda benar, tapi hanya dhamma dalam arti yg dimaksud itu saja yg anicca, sedangkan di pihak lain ada jenis dhamma yg tidak termasuk di situ, makanya katta "sabbe" tidak disebutkan di sana. ini bertentangan dengan statement dari bro "Sok maha tahu" bahwa "all dharmas are impermanent"Sebetulnya sederhana. Mungkin sebagian orang di sini masih ingat waktu Bro Tan menanyakan, "hukum anicca itu sendiri kekal atau tidak?"
Maaf saya orang bodoh, tidak bisa menghafal seperti saudara - saudara lain yang sangat pintar menghafa sutra/sutta.
Lihat link ini http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=735.0;message=345507
Ada bedanya seorang kutu buku dengan seorang bijaksana yang anda sebut kutu buku.
Seorang kutu buku ketika diperlihatkan buku, ia akan bertanya ini dari mana. Ia hanya terlibat dalam kata - kata lagi. Mencari sana sini, Tanpa bisa melihat kebenaran dan tujuan dia mencari
Seorang bijaksana ketika diperlihatkan buku ia akan mencerna dan menggali kebenaran dan memahami kebenaran di dalamnya tanpa perlu bertanya ini sumbernya dari mana hanya sekedar untuk mencocokan kata - kata.
Ketika kebenaran sudah dipahami, apa gunanya bertanya lagi?
Ada atau tidak, apa gunaya jika tidak bisa memahami kebenaran itu. Jika kebenaran sudah dipahami, apa lagi yang harus ditanyakan?
Maaf saya orang bodoh, tidak bisa menghafal seperti saudara - saudara lain yang sangat pintar menghafa sutra/sutta.Namun yang paling bijaksana adalah ketika ditanya, menyodorkan hasil copy-paste dan link sana-sini, namun tidak menjawab pertanyaan dan pura-pura bodoh.
Lihat link ini http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=735.0;message=345507
Ada bedanya seorang kutu buku dengan seorang bijaksana yang anda sebut kutu buku.
Seorang kutu buku ketika diperlihatkan buku, ia akan bertanya ini dari mana. Ia hanya terlibat dalam kata - kata lagi. Mencari sana sini, Tanpa bisa melihat kebenaran dan tujuan dia mencari
Seorang bijaksana ketika diperlihatkan buku ia akan mencerna dan menggali kebenaran dan memahami kebenaran di dalamnya tanpa perlu bertanya ini sumbernya dari mana hanya sekedar untuk mencocokan kata - kata.
Ketika kebenaran sudah dipahami, apa gunanya bertanya lagi?
nah itu dia, karena kami masih belum memahami kebenaran, makanya kami punya banyak pertanyaan yg harus dijawab oleh seorang yg telah memahami kebenaran seperti anda.
Namun yang paling bijaksana adalah ketika ditanya, menyodorkan hasil copy-paste dan link sana-sini, namun tidak menjawab pertanyaan dan pura-pura bodoh.
Anda sekarang melekat dengan kebenaran dan mencarinya dari orang lain (luar). Seperti orang yang berteriak I want emptyness yang diceritakan di posting atas
Kebenaran itu ada didalam diri anda, Cari sendiri
Saya hanya orang bodoh, Tidak tahu apa - apa. Saya hanya bisa copas dan membagi / sharing dengan kawan - kawan dengan harapan bisa ikut merasakan apa yang saya rasakan.
menarik, menurut kesimpulan saya anda adalah contoh produk hasil belajar dari penjahat seperti pengakuan anda sebelumnya.
Saya bersyukur Setidaknya saya bercermin dari seorang penjahat, Apakah saya seperti itu??
Dari pada seseorang yang mafir dan pintar menghafal sejumlah buku tebal yg menceritakan tentang Kebenaran dan menginginkan kebenaran tetapi bingung dimana mencari kebenaran dan ada dimana kebenaran itu yang sebenarnya ada di dalam diri kita dengan bercermin dengan sekeliling kita termasuk bercermin ke seorang penjahat
tapi yg bikin tambah lucu, anda sendiri pun tidak tahu tentang kebenaran itu, yg anda tahu hanya copas sana sini untuk mengalihkan topik
Saya orang bodoh yang tahu copas sana copas sini, dan tidak mempertanyakan copasan yang mengandung kebijaksanaan dan kebenaran. Apa lagi yang mau ditanyakan jika copasan tersebut sudah mengandung kebenaran dan kebijaksanaan? Perlu kah kita mencari spelling kata yang salah seperti samatha menjadi samantha untuk menunjukkan kepintaran dan wawasasn tentang sutra?. Atau perlu mencocokan kata demi kata dengan sumber lain.
Perlukah kita mempertanyakan siapa yang ngomong gitu? si sutra mana?
Kalau begitu apa gunaya belajar dharma? Disimpan di otak ? Hanya untuk menghafal dan menggunakannya untuk menang debat?
_/\_
Seru ya debatnya seperti penyergapan Osama Bin laden melalui pasukan Navy Seal 6 tapi saya sendiri bingung siapa yang jadi osama dan siapa yang jadi Navy Sealnya ya , oalah...
Seharusnya tidak perlu bingung Mr. Obama, ini diawali dengan pertanyaan sederhana: Apakah ada di dalam sutra Mahayana tertulis dimana artinya adalah: All dharmas are impermanent atau semua dharma adalah tidak kekal?
Ibaratnya sederhana, Seperti orang yang dikasih tahu, anda jangan berjalan ke arah sana, Disitu ada lubnag (lubang) besar.
Orang yang dikasih tahu bertanya, Mana referensi? Di mana di catat? Tuh spellingnya salah lubnag,
Dia tidak mempeduli orang itu dan terus berjalan dan jatuh ke dalam lubang tsbt
Ibaratnya sederhana, Seperti orang yang dikasih tahu, anda jangan berjalan ke arah sana, Disitu ada lubnag (lubang) besar.
Orang yang dikasih tahu bertanya, Mana referensi? Di mana di catat? Tuh spellingnya salah lubnag,
Dia tidak mempeduli orang itu dan terus berjalan dan jatuh ke dalam lubang tsbt
Ibaratnya sederhana, Seperti orang yang dikasih tahu, anda jangan berjalan ke arah sana, Disitu ada lubnag (lubang) besar.
Orang yang dikasih tahu bertanya, Mana referensi? Di mana di catat? Tuh spellingnya salah lubnag,
Dia tidak mempeduli orang itu dan terus berjalan dan jatuh ke dalam lubang tsbt
Dari mana orang yang dikasih tahu itu tahu bahwa si pemberi itu memberikan informasi yang benar? Dan dari mana si pemberi tahu itu tahu bahwa di sana benar-benar ada lubang? Apakah ia sudah melihatnya atau justru hanya katanya orang lain alias copy paste perkataan orang lain? Dan dari mana si pemberi tahu akan tahu bahwa orang itu akan masuk lubang setelah melihat, bertanya petunjuk lain?
Karena ada orang - orang tertentu sengaja menjauhkan thread ini dari tujuan awalnya maka saya kasih link
Pdf Vajra Prajña Paramita Sutra, semoga bermanfaat bagi.
http://www.buddhanet.net/pdf_file/prajparagen2.pdf (http://www.buddhanet.net/pdf_file/prajparagen2.pdf)
Dari mana orang yang dikasih tahu itu tahu bahwa si pemberi itu memberikan informasi yang benar? Dan dari mana si pemberi tahu itu tahu bahwa di sana benar-benar ada lubang? Apakah ia sudah melihatnya atau justru hanya katanya orang lain alias copy paste perkataan orang lain? Dan dari mana si pemberi tahu akan tahu bahwa orang itu akan masuk lubang setelah melihat, bertanya petunjuk lain?
Jika pikiran penuh dengan debu-debu (pengetahuan), maka tidak bisa melihat kebenaran sederhana seperti lubang yang ada tsbt.
Selalu bertanya darimana? ada dimana? selalu mencari keluar.
Cubalah lihat dan baca dengan hati - hati copasan tsbt.
Dari mana orang yang dikasih tahu itu tahu bahwa si pemberi itu memberikan informasi yang benar? Dan dari mana si pemberi tahu itu tahu bahwa di sana benar-benar ada lubang? Apakah ia sudah melihatnya atau justru hanya katanya orang lain alias copy paste perkataan orang lain? Dan dari mana si pemberi tahu akan tahu bahwa orang itu akan masuk lubang setelah melihat, bertanya petunjuk lain?
Kalau anda ingin jawaban, Cuba anda baca copasan tsbt, disitu ada jawabanya
Saya ulangi pertanyaannya:
Apakah ada di dalam sutra Mahayana tertulis dimana artinya adalah: All dharmas are impermanent atau semua dharma adalah tidak kekal?
Jika anda telah membaca copasan tersebut dan menemukan jawaban di sutra Mahayana mana perkataan tersebut ada, mengapa anda tidak menuliskannya disini sejak awal?
OK sekarang, karena anda adalah TS dan tentunya sudah membaca copasan tersebut, silahkan anda katakan di sutra Mahayana mana perkataan : All dharmas are impermanent atau semua dharma adalah tidak kekal, ini berada?
bagaimana pula kalau di pemberi tahu ternyata diberitahu oleh seorang penjahat tukang tipu yg memang adalah gurunya?
Darimana anda tahu itu bukan orang baik?
Orang yang bijak setidaknya mempertimbangkannya . Nothing to loose dari pada jatuh kedalam lubang.
Tidak mempercayai kebenaran hanya karena tidak ada didalam kamus adalah kurang bijaksana tanpa mengali lebih dalam dan langsung mempertanyakan ada ditulis dimana, spellingnya ada yg salah gak.
Tidak mencari kebenaran itu sendiri dan sibuk mencari kamus dan sibuk memperbaiki spelling dari suatu tulisan.
disana ada tertulis kalau (mestinya dicerna dulu maksud dari ko indra, jgn di ambil mentah mentah) =)) lho
jika anda tidak tahu, bagaimana anda bisa yakin bahwa jalan yg ditunjukkan itu memang bebas lubang dan bukan malah terjerumus ke lubang yg dalam? apakah itu yg anda maksudkan dengan "nothing to loose"? bukan bermaksud menghina, err... sedikit deh, tapi iinkan saya menanyakan latar belakang akademis anda.
jika anda tidak tahu, bagaimana anda bisa yakin bahwa jalan yg ditunjukkan itu memang bebas lubang dan bukan malah terjerumus ke lubang yg dalam? apakah itu yg anda maksudkan dengan "nothing to loose"? bukan bermaksud menghina, err... sedikit deh, tapi iinkan saya menanyakan latar belakang akademis anda.
Sorry Bro Kelana, Anda terlalu sibuk dengan mencocokan kata - kata itu ada tertulis dimana?
Anda mempertanyakan letak tulisan All Dharmas are impermanent ada dimana?
Kalau begitu bisakah anda katakan
Dimana letak persis /poosisi pikiran anda?
Dari mana anda datang dan akan kemana anda setelah mati?
Siapakah anda Dan bagaimana wajah anda sebelum ibu anda lahir?
Sebelum lahir anda tinggal dimana?
Berapakah luas alam semesta ini dalam ukuran pasti?
Bisakah sutta anda menjawab pertanyaan tersebut dan jawaban tersebut ada di sutta mana, baris mana.
Bisakah anda menjelaskan rasa manis kepada saya?
Ya benar, saya mempertanyakan di sutra Mahayana mana perkataan : All dharmas are impermanent atau semua dharma adalah tidak kekal, ini berada? Perlukah saya ulangi lagi pertanyaannya??
Sepengetahuan saya tidak ada dalam sutta jawabannya untuk beberapa pertanyaan tersebut (rekan lain mungkin bisa menjelaskannya). Mengapa demikian? Dalam Anguttara Nikaya IV.77, Acinteyya Sutta, menyatakan bahwa pertanyaan seperti itu adalah pertanyaan yang tidak perlu dipikirkan (khususnya mengenai alam semesta), oleh karena itu tidak ada penjelasannya dalam Sutta. Dan apakah menurut anda, saya adalah orang yang begitu penting dalam Buddhisme yang terlahir di jaman dulu sehingga segala sejarah kehidupan saya perlu dicatat dalam sutta? Berbeda dengan pertanyaan saya mengenai: All dharmas are impermanent, karena dharma adalah sebuah kata penting yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam ajaran Buddha. Dan tidak mungkin pertanyaan saya adalah hal tidak terpikirkan karena jawabannya tinggal mengecek dalam sutra.
Lalu, apakah ada dalam sutra Mahayana yang mengatakan bahwa pertanyaan seperti saya itu (yaitu: sutra Mahayana mana perkataan : All dharmas are impermanent atau semua dharma adalah tidak kekal, ini berada?), adalah tergolong pertanyaan yang tak terpikirkan? Jika ya di Sutra yang mana yah?? Jadi tambah berat kan :). Padahal pertanyaan awalnya sangat simpel.
Saya rasa cukup saya menanggapi anda, dan saya anggap anda tidak menjawab pertanyaan saya, jadi saya menunggu orang lain saja.
Thanks
jgn2 klonengan 2009 nih =))
Namun yang paling bijaksana adalah ketika ditanya, menyodorkan hasil copy-paste dan link sana-sini, namun tidak menjawab pertanyaan dan pura-pura bodoh.
sebenarnya bukan pura2 bodoh, kayaknya memang bodoh benaran :)) :))
Sebenarnya orang paling pintar itu orang yang pura pura bodoh... soalnya kalau di kantor orang yang paling pintar itu suka pura pura bodoh, jadi tugasnya paling sedikit... wkwkwkwkwkw
Triyana ?
Kepintarannya mirip dengan triyana =))
ini menjelaskan efek dendamnya gara2 si samanta
jika anda tidak tahu, bagaimana anda bisa yakin bahwa jalan yg ditunjukkan itu memang bebas lubang dan bukan malah terjerumus ke lubang yg dalam? apakah itu yg anda maksudkan dengan "nothing to loose"? bukan bermaksud menghina, err... sedikit deh, tapi iinkan saya menanyakan latar belakang akademis anda.
Baca : Gali lebih dalam, Siapa tahu ada kebenaran, pengetahuan bertambah
Siapa tahu tidak ada kebenaran, pengetahuan bertambah
Dari Ketidak- benaran, kita memahami kebenaran
.... bukan bermaksud menghina, err... sedikit deh, tapi iinkan saya menanyakan latar belakang akademis anda.
Dikatakan tidak menghina sebagai menghina makanya dikatakan tidak menghina,.
To humiliate as not to humiliate, therefore it is to humiliate.
Saya tidak sekolah tidak sepintar Bro Indra. Dari awal saya bilang saya orang Bodoh. Maaf jika anda kecewa dengan kenyattaan tersebut
apa gunanya pengetahuan jika anda mengetahui pada saat yg sama anda mati karena terjurumus ke dalam lubang yg lebih dalam? setelah sampai di dasar lubang yg dalam baru anda sadar "ah, ternyata benar saya sudah tertipu" lalu aargh matek :hammer:
terima kasih atas informasinya, itu menjelaskan banyak hal tentang anda
jadi copasan itu hanya menjelaskan soal lubang? jadi spt cerita mesum
disana ada tertulis kalau (mestinya dicerna dulu maksud dari ko indra, jgn di ambil mentah mentah) =)) lho
mungkin karena bro djoe tidak melekat pada tulisan lagi, maka ada yg boleh lsg tidak di baca.. =)) =))
cukup deh bro indra jgn di pojokin di bagian akademis nya lagi.. ;D
kasihan dia, jgn dipojokkan dgn pertanyaan berat gt =))
Tidak bisa membedakan pengetahuan dengan mengetahui.
Disatu sisi berkata apa gunanya pengetahuan, disisi lain mengetahui.
Tidak bisa membedakan usaha mencari pengetahuan dengan mengalami pengetahuan tersebut.
Hanya orang bodoh seperti saya yg baru mendapat pengetahuan setelah ada di dalam lubang (stelah mengalami pengathuan). Saya yakin Bro Indra Pintar karena anda telah menjawab pertanyaan tersebut. Cari pengetahuan sebelum anda di dasar lubang.
Ya benar, saya mempertanyakan di sutra Mahayana mana perkataan : All dharmas are impermanent atau semua dharma adalah tidak kekal, ini berada? Perlukah saya ulangi lagi pertanyaannya??
Sepengetahuan saya tidak ada dalam sutta jawabannya untuk beberapa pertanyaan tersebut (rekan lain mungkin bisa menjelaskannya). Mengapa demikian? Dalam Anguttara Nikaya IV.77, Acinteyya Sutta, menyatakan bahwa pertanyaan seperti itu adalah pertanyaan yang tidak perlu dipikirkan (khususnya mengenai alam semesta), oleh karena itu tidak ada penjelasannya dalam Sutta. Dan apakah menurut anda, saya adalah orang yang begitu penting dalam Buddhisme yang terlahir di jaman dulu sehingga segala sejarah kehidupan saya perlu dicatat dalam sutta? Berbeda dengan pertanyaan saya mengenai: All dharmas are impermanent, karena dharma adalah sebuah kata penting yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam ajaran Buddha. Dan tidak mungkin pertanyaan saya adalah hal tidak terpikirkan karena jawabannya tinggal mengecek dalam sutra.
Lalu, apakah ada dalam sutra Mahayana yang mengatakan bahwa pertanyaan seperti saya itu (yaitu: sutra Mahayana mana perkataan : All dharmas are impermanent atau semua dharma adalah tidak kekal, ini berada?), adalah tergolong pertanyaan yang tak terpikirkan? Jika ya di Sutra yang mana yah?? Jadi tambah berat kan :). Padahal pertanyaan awalnya sangat simpel.
Saya rasa cukup saya menanggapi anda, dan saya anggap anda tidak menjawab pertanyaan saya, jadi saya menunggu orang lain saja.
Thanks
Kenapa bertanya pada orang bodoh? Akhirnya anda menjawab pertanyaan saya. Tetapi terima kasih atas response saudara yang sopan dan tidak melecehkan. Saya menghargainya.
;D
Feeling saya, sdr DJOE itu kiblat-nya ke ZEN... jadi kalau untuk nanya apakah ada kata All dharmas are impermanent atau semua dharma adalah tidak kekal di kitab MAHAYANA, mending kita nanya sama sesepuh Mahayana di DC mis : sdr. Gandalf, bro Chingik
sebenarnya bukan pura2 bodoh, kayaknya memang bodoh benaran :)) :))
ini menjelaskan efek dendamnya gara2 si samanta
Sekarang Indra yang pintar menjadi bodoh, ketularan saya. Tidak bisa membedakan dendam dengan kritik
kok saya tidak melihat jawaban anda atas pertanyaan dari Bro Kelana? dimanakah dalam sutra Mahayana ada dikatakan "all dharmas are impermanent?" kenapa anda berkomentar seolah-olah sudah terjawab? apakah untuk menutup persoalan ini? yg saya lihat Bro Kelana hanya sudah tidak ingin mendebat anda lagi dan memilih menunggu jawaban dari member lain, bukan berarti pertanyaannya sudah terjawab.
tambahan "Memang tidak perlu dipertanyakan/dipikirkan." tidak ter-quote karena anda meng-edit tulisan anda. jadi saya terpaksa meng-edit tulisan saya juga
ada beberapa pertanyaan yg menurut sutta adalah tidak perlu dipertanyakan/dipikirkan, tapi itu tidak termasuk pertanyaan "di mana dikatakan dalam sutra bahwa : all dharmas are impermanent", apakah anda sedang berusaha untuk merevisi sutta/sutra?
pintar berarti bodoh, bodoh beerarti pintar, saya pintar dan anda bodoh jadi artinya? bukankah anda orang yg luar biasa rendah hati dengan menganggap anda diri sendiri bodoh? selain menularkan kebodohan, apakah ada kemungkinan anda menularkan penyakit kelamin juga?
Kenapa anda musti pusing dengan tertulis atau tidak tertulis. Pusing dengan kata - kata.kita di sini berkomunikasi hanya dengan kata2, jadi bagaimana lagi menurut anda?
Saya tidak menyangkal bahwa sutra/sutta sebagai sumber dari mana kita pelajari dharma. Mereka adalah sumber yang penting.
Kenapa kita juga tidak mau melihat dharma yang hidup? Dharma yang ada disekeliling kita.itu kan hanya kesimpulan anda, faktanya kami juga banyak membahas dharma yg hidup kok, tapi apakah itu bearti dharma yg mati menjadi tidak berguna?
Lihat link ini untuk lebih jelaslink yg anda berikan selalu kembali ke thread ini, silakan copas saja bagian yg anda maksudkan.
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=735.0;message=346056 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=735.0;message=346056)
Terhadap semua saudara - saudara saya minta maaf jika ada ucapang yang salah, Tujuan saya bukan ingin manghasut atau mengacau.maaf diterima.
Tujuan awal saya sebenarnya agar kita tidak terlibat dalam asli dan palsu, tetapi mengajak kita lebih mengamati dharma hidup?
Karena setiap postingan saya selalu dibelokkan ke sisi negatif , saya khawatir teman - teman yang masih awam dengan ajaran Buddha akan terjadi salah pengertian. Lebih baik kita selalu melihat dari sisi positif. Nilai positif yang kita gali ini semoga bisa digunakan oleh teman teman yang masih awam.
Dikatakan tidak menghina sebagai menghina makanya dikatakan tidak menghina,.
To humiliate as not to humiliate, therefore it is to humiliate.
Saya tidak sekolah tidak sepintar Bro Indra. Dari awal saya bilang saya orang Bodoh. Maaf jika anda kecewa dengan kenyattaan tersebut
Kenapa anda musti pusing dengan tertulis atau tidak tertulis. Pusing dengan kata - kata.
Saya tidak menyangkal bahwa sutra/sutta sebagai sumber dari mana kita pelajari dharma. Mereka adalah sumber yang penting.
Kenapa kita juga tidak mau melihat dharma yang hidup? Dharma yang ada disekeliling kita.
...cut...
Terhadap semua saudara - saudara saya minta maaf jika ada ucapang yang salah, Tujuan saya bukan ingin manghasut atau mengacau. Tujuan awal saya sebenarnya agar kita tidak terlibat dalam asli dan palsu, tetapi mengajak kita lebih mengamati dharma hidup?
mungkin dalam ajaran anda "berbohong" adalah hal wajar dan benar, tapi kami sebagai umat Buddha menganggap bahwa "berbohong" adalah pelanggaran. bisakah anda menegaskan sekali lagi bahwa anda tidak sekolah? seorang yg tidak sekolah mampu ber-internet dan aktif dalam forum? ayo katakan bahwa anda tidak sekolah dan itu bukan kebohongan, beranikah anda?
Bukannya memusingkan tulisan, tapi dalam mempelajari sesuatu tentu kita perlu pegangan alias text-book (dalam hal ini Tripitaka) untuk kita renungkan, ehipassiko dan jadikan pegangan.
- Ada yg setelah membaca sutta2 kemudian merenungkan dan mengamati sekelilingnya dan kemudian menyimpulkan: "Oh, memang sutta ini benar..."
- Ada juga yg tanpa mengenal sutta, tapi mengambil pelajaran sendiri dari pengalaman kehidupannya.
Dua2nya bisa dikategorikan "Dhamma hidup", mungkin ini maksud anda.
Namun, karena kita memilih Ajaran Buddha, selain "Dhamma -hidup", wajib bagi kita untuk mengetahui "Dhamma-text book" juga, yaitu Tipitaka. Kita akan lebih menghargai Sang Buddha, karena memanfaatkan apa yg diwariskan kepada kita.
Contohnya yg sedang didebatkan sekarang, kalimat: Semua Dhamma adalah tidak-kekal... Banyak yg protes, meminta anda menunjukkan di sutta mana tercatat kalimat itu, atau jika memang tidak bisa anda tunjukkan, setidaknya anda bisa menjelaskan pemikiran anda soal kalimat itu.
IMO, Jika anda benar2 merenungkan "Dhamma-hidup" maka anda akan dapat menyimpulkan bahwa kalimat "Semua Dhamma tidak kekal" adalah pernyataan yg salah. Kenapa? Karena Dhamma mencakup hal-hal yg berkondisi dan hal2 yg tidak berkondisi. Jika semua hal yg berkondisi dan tidak berkondisi ini 'mengalami perubahan' maka semua hal baik berkondisi ataupun tidak berkondisi adalah dukkha, jadi Nibbana juga termasuk dukkha. Apa gunanya kita mempraktikkan Ajaran Buddha jika Nibbana ternyata adalah dukkha juga?
Saran saya kepada Bro Djoe, selain mengamati Dhamma-hidup, ada baiknya anda juga mengambil referensi dari sumber yang valid, yakni Tipitaka.
::
Kenapa anda selalu membicarakan hal - hal yang tidak penting, tetapi hal yang seharusnya dibicarakan tidak dibicarakan.
Saya tidak akan berdebat lagi karena semakin jauh semakin negatif da out of topic.
Saya minta maaf jika ada kata ucapan/menyinggung.
Semoga semua makhluk berbahagia selalu.
_/\_
[at] djoe
Kalo byk yg ga ngerti ad baiknya jelasin pake cara lain... Jgn nyerah y kk.. HE³³E³;){^⌣^}HE³³E³;)³E³:D ...
Alasan saya tidak menjawab pertanyaan saudara Kelana adalah karene pertanyaan saudara Kelana beersifat ada/ya atau tidak seperti pertanyaan seorang pengacara terhadap saksi tanpa melihat substansi dari masalah tersebut sehingga jawabnya nanti memberi suatu opini yang mengarah sesuatu. Dan saya khawatir ada teman - teman yg awam yg membaca ini nantinya mempunyai pandangan opini terhadap sutra tersebut tanpa melihat isi dan mengerti apa yang dibicarakan dalam sutra tersebut.Memangnya pertanyaan bro kelana menggiring opini ke mana? Apakah ada yang diadili di sini?
Makanya saya ada menanyakan beberapa pertanyaan kepada Saudara Kelana yang sebenarnya pertannyaan tersebut tidak perlu dijawab atau tidak perlu dipikirkan. Dan dijawab saudara Kelana persis seperti yang saya harapkan, demikian juga pertannyaannya kepada saya. Makanya saya mengatakan saudara Kelana telah menjawab pertanyaanya sendiri.
Mengapa pertanyaan saudara Kelana bersifat opini? Kenapa saya katakan pertannyaannya sperti seorang jaksa/pengacara bertanya kepada seorang saksi? Karena jawaban yang diiginkan adalah Ya/Ada atau tidak.
Kenapa bersifat opini.
Contoh
Suatu hari si y mengunjungi rumah x dan menginap dirumahnya. Dengan demikian si y mempunyai akses terhadap ruang pribadi si x.
Kemudian si x kehilangan barang berharga dan menuduh si y pelakunya dan dibwa ke pengadilan. Seorang pencuri masuk dari pintu belakang dan mencuri barang berharga si x tanpa ada yang tahu.
Sementara tidak ada bukti yang bisa mengatakan si y pencuri dan fakta ada pintu belakang yang di jebol atau jejak sepatu pencuri diabaikan oleh jaksa, si jaksa memberi pertanyaan yang bersifat opini hanya untuk memenangkan perkara tersebut. Pertanyaannya adalah :
Si jaksa bertanya kepada si y, Apakah anda menginap di rumah x pada hari dan tgl tersebut? Ya
si jaksa bertanya kepada si y lagi, Apakah anda mempunyai akses terhadap barang berharga si x? Ya
Katakan si y misalnya agak nakal dan terlibat pergaulan yang tidak sehat atau katakan si y misalnya lagi butuh uang dan ada keluarganya yang sakit dan butuh uang mendadak. Si jaksa menggunakan keadaan ini untuk mengarahkan opini dengan bertanya
Si jaksa bertanya kepada si y, apakah anda terlibat kenakalan remaja? Apakah anda membutuhkan uang karena keluarga ada yang sakit?
Pertanyaan - pertannyaan tersebut bersifat mengarahkan opini kepara juri - juri yang tidak berada di tempat tersebut dan tidak mengetahui persis kejadian yang ada sehingga merugikan si y yang memang tidak mencuri barang berharga temannya.
Ini hanyalah contoh saja
Sutra yang tertulis hanyalah kata - kata, tidak mewakili kebenaran sejati, tidak ada sesuatu apapun disana, yang ada tinta diatas kertas. Kenapa anda melekat kepadanya dan lupa akan tujuan dari keberadaannya? Segala sesuatu yang ada disekeliling kitalah adalah dharma yang sejati, dharma yang hidup, dharma yg mewakili kebenaran sejati yang diajarkan sang Buddha. Kita bisa melihat dalam diri setiap orang, jika anda tidak sejalan dengan dharma , maka anda akan menderita. Jika batin anda ada ketamakan, kebencian, kebodohan maka anda akan menderita dan tidak bisa mencapai nibbana. Jika batin anda tidak ada kemelekatan, tidak ada kekotoran batin, maka anda adalah Buddha hidup, Dharma hidup.
dari mana anda mengatakan seperti yang di bold hitam itu?, jika tidak ada apapun di sana dari mana anda awal mulanya mempelajari dhamma? apakah anda tidak pernah membaca sama sekali? jika memang hanyalah kata2 dengan tinta hitam di atas kertas, anda tika perlu tersinggung jika ada yang tidak sependapat dengan anda.
untuk yang di bold merah dari sisi mana anda menilai orang itu melekat dengan sutta2 dan lupa dari tujuan sutta?
Hanya ingin mengingatkan pertanyaan saya, saya bertanya, apakah ada di dalam sutra Mahayana tertulis dimana artinya adalah: All dharmas are impermanent atau semua dharma adalah tidak kekal atau dalam Sanskertanya : sarva dharma anitya??
anda tika perlu tersinggung jika ada yang tidak sependapat dengan anda.
untuk yang di bold merah dari sisi mana anda menilai orang itu melekat dengan sutta2 dan lupa dari tujuan sutta?
Anda sama saja seperti Bro Indra selalu melihat dari sisi kata - kata.
Jika kata - kata sutta itu tidak dipraktekkan dan hanya ditulis dan dibaca, bisakah ia menjadi kebenaran?BIsakah ia menjadi tercerahkan?
Jika bisa, maka sutta itu (benda mati itu) sudah tercerahkan.
Anda tidak melihat arti sebenarnya dari kata - kata yang tertulis dan hanya mengartikan secara harfiah saja.
Anda sama saja seperti Bro Indra selalu melihat dari sisi kata - kata.
Jika kata - kata sutta itu tidak dipraktekkan dan hanya ditulis dan dibaca, bisakah ia menjadi kebenaran?BIsakah ia menjadi tercerahkan?
Jika bisa, maka sutta itu (benda mati itu) sudah tercerahkan.
Anda tidak melihat arti sebenarnya dari kata - kata yang tertulis dan hanya mengartikan secara harfiah saja.
jika anda berbicara tentang pratek, dan pratek tanpa tau benar tidaknya pratek yang anda lakukan, apakah tercerahkan juga.
Menurut anda, Buddha baca sutta dulu atau praktek dulu tanpa tau benar praktek yang Buddha lakukan?apakah kita pantas di samakan dengan buddha yang tercerahkan,? seperti cerita di bawah ini,
apakah kita pantas di samakan dengan buddha yang tercerahkan,? seperti cerita di bawah ini,
Pada tahun 563 SM seorang bayi terlahir disebuah keluarga kerajaan di India utara. Beliau dibesarkan dalam kekayaan dan kemewahan tetapi pada akhirnya mendapatkan bahwa kenyamanan dan keamanan duniawi tidak menjamin kebahagiaan. Beliau sangat tergerak oleh penderitaan yang beliau lihat disekitar dan bertekad untuk mendapatkan kunci kebahagiaan manusia. Ketika beliau 29 tahun beliau meninggalkan istri dan anaknya dan pergi untuk duduk di kaki para guru-guru religius besar pada saat itu dan belajar dari mereka. Mereka mengajarkan beliau banyak tetapi tidak ada yang sesungguhnya mengetahui penyebab penderitaan manusia dan cara untuk mengatasinya. Akhirnya, setelah enam tahun mempelajari, berusaha dan meditasi beliau akhirnya mendapatkan sebuah pengalaman dimana semua ketidaktahuan lenyap dan beliau sekejab mengerti. Sejak hari itu beliau disebut Sang Buddha, Yang Tercerahkan. Dalam 45 tahun setelah itu beliau mengelilingi seluruh India utara untuk mengajarkan apa yang telah ditemukannya. Belas kasih dan kesabarannya legendaris dan beliau memiliki ribuan pengikut. Pada usianya yang ke 80 tahun, dalam keadaan tua dan sakit, tetapi tetap berwibawa dan damai, beliau akhirnya meninggal.
bukankah buddha sebelumnya belajar juga, tapi dari situ sang buddha berhasil menemukan apa yang dia cari dan mengajarkan apa yang telah dia dapatkan kepada kita, bagaimana saya tau ajaran sang buddha kalau bukan dari sutta2 ? darimana saya tau dia adalah sang buddha yang telah mencapai pencerahan sempurna jika bukan dari sutta2? dari mana anda menilai sutta2 hanyalah tulisan tinta di atas kertas yang seakan tidak ada arti dan unsur baik buat kita?dan dari mana anda menilai jika suta2 tidak mewakili kebenaran sejati, tidak ada sesuatu apapun disana, yang ada tinta diatas kertas?
dari awal anda mengatakan" Sutra yang tertulis hanyalah kata - kata, tidak mewakili kebenaran sejati, tidak ada sesuatu apapun disana, yang ada tinta diatas kertas. Kenapa anda melekat kepadanya dan lupa akan tujuan dari keberadaannya?"
dari yang anda bicarakan itu bagi anda sutra tidak penting, karena tidak mewakili kebenaran . dan selanjutnya anda mengatakan "membaca sutta tanpa pratek ..etc..."
dari yang anda sampaikan sudah berbolak balik. jadi mana yang sebenarnya ingin anda sampaikan ? pratek saja atau membaca sutta dan praktek?
Jika dharma masih berupa tinta di atas kertas, maka tidak akan pernah menjadi kebenaran yang hidup. Setelah kita mempraktekkannya maka ia akan berubah menjadi kebenaran yang hidup.dengan anda mengatakan seperti itu , berarti secara tidak langsung anda mengakui jika suta2 mewakili kebijakan dan kebenaran sejati .
Intinya jangan terpaku dengan sutta saja tetapi tidak melihat dhamma di sekeliling kita. Jika terpaku dengan sutta, ujung - ujungnya kita berkutat pada asli dan palsu yang sama sekali tidak berguna bagi pembinaan diri.
Karena kita pernah membaca sutta, kita bisa mencari kebenarannya dari sekeliling kita. Benargak sih yang ditulis sutta dengan melihatnya dari sekeliling kita. Karena itu saya katakan, kebenaran itu bisa diperloleh dari dhamma yang ada di sekeliling kita.
Karena yang ditulis di sutta itu adalah tentang dhamma yang ada disekeliling kita.
Salah satunya adalah Batin kita menjadi salah satu objek dari tulisan yang ada disutta tersebut.
dengan anda mengatakan seperti itu , berarti secara tidak langsung anda mengakui jika suta2 mewakili kebijakan dan kebenaran sejati .
TIdak mewakili, karena ia benda mati, mana bisa mewakili. Ia tidak hidup dan bukan kebenaran hidup, bukan dharma hidup.
Tetapi sutta mencatat tentang kebenarnan itu
Misalnya segala sesuatu yang dilahirkan pasti akan mengalami tua, sakit dan mati. Karena tertulis seperti itu, maka ia hanya tinta diatas kertas. Tidak mewakili kebenaran.nah yang di tulis di sutta seperti itu, lantas kenyataannya gimana? orang mengalami tua, sakit , mati enggak?
Kebenaran yang hidup ini ada pada makhluk yang ada disekeliling kita. Makanya setiap makhluk memaparkan Kebenaran sejati ini. Dikatakan sejati, kebenaran ini tidak pernah berubah dan tidak berkondisi.
Jika seseorang memahami kebenaran sejati ini dan bisa sejalan dengannya dan bisa melepaskan segala kemelekatan akan segala hal duniawi, maka ia akan menjadi tercerahkan dan berubah menjadi kebenaran sejati
yang hidup tersebut.
kecuali sutta menulis segala sesuatu yang dilahirkan pasti mengalami tua sakit dan mati , tetapi pada kenyataan , orang malah hidup tanpa ada sakit dan mati .. nah kalau begini saya berani bilang tidak ada benarnya.
Misalnya segala sesuatu yang dilahirkan pasti akan mengalami tua, sakit dan mati. Karena tertulis seperti itu, maka ia hanya tinta diatas kertas. Tidak mewakili kebenaran.maaf bro yang saya maksud adalah komentar anda di atas.
maaf bro yang saya maksud adalah komentar anda di atas.
jika di sutta tertulis seperti itu dan kenyataannya adalah semua orang mengalami tua,sakit dan mati . apakah itu tidak mewakili kebenaran?
maaf bro yang saya maksud adalah komentar anda di atas.Best wish, bro...
jika di sutta tertulis seperti itu dan kenyataannya adalah semua orang mengalami tua,sakit dan mati . apakah itu tidak mewakili kebenaran? atau sutta tersebut mewakili kebenaran?
maaf bro yang saya maksud adalah komentar anda di atas.
jika di sutta tertulis seperti itu dan kenyataannya adalah semua orang mengalami tua,sakit dan mati . apakah itu tidak mewakili kebenaran? atau sutta tersebut mewakili kebenaran?
Permasalahan anda pada kata mewakili. Anda mengartikan secara harfiah, tetapi saya mengartikannya secara non harfiah. Kenapo tidak anda dan bro Indra mencuba merenungkan bisakah tinta diatas kertas mewakili kebenaran?
Apakah artinya mewakili kebenaran? Apakah artinya berubah menjadi kebenaran?
Apakah artinya jika sutta tertulis/ dharma tertulis menjadi hidup?menjadi kebenaran?
Permasalahan anda pada kata mewakili. Anda mengartikan secara harfiah, tetapi saya mengartikannya secara non harfiah. Kenapo tidak anda dan bro Indra mencuba merenungkan bisakah tinta diatas kertas mewakili kebenaran?bukan kah anda sendiri yang mengatakan "mewakili" ?
Apakah artinya mewakili kebenaran? Apakah artinya berubah menjadi kebenaran?
Apakah artinya jika sutta tertulis/ dharma tertulis menjadi hidup?menjadi kebenaran?
JIka anda tidak merenungkan maka anda tidak akan mengerti. Biarlah ini menjadi PR bagi anda. Dan tolong jangan diprelsetkan bahwa saya master atau mencapai pencerahan dengan cara sarkatis yang biasa anda dan teman - teman anda lakukan.Tidak sarkastis kok. Gaya anda memang seperti master, bisa menilai pikiran orang, mengukur seberapa jauh prakteknya, bahkan melihat kata-kata sutta yang menjadi penghalang bagi bathin orang lain; walaupun IMHO, ilmunya tidak seperti master, karena semua tidak ada penjelasannya.
karena saya sudah melihat sendiri, jika sutta tidak memberikan suatu kebenaran , bagaimana saya bisa percaya?
sedangkan anda tidak menjawab apa yang saya tanyakan.
Anda lihat dimana sebagai pembanding tidak benar dan benarnya?
Bagaimana anda tahu itu benar dan tidak benar?
Cuba saudara renungkan saja. Karena itu saudara jangan percaya apa yang saya tulis selama kebenara itu belum menjadi kebenaran anda. Cuba saudara selidiki.