[at] Yumi, berikut terjemahan saya, tidak dijamin 100% benar (yah 75% paling bagus, tapi saya harap tidak mengubah arti yang sebenarnya)
Ketika memegang pandangan sebagai "yang tertinggi",
seseorang membuat pandangan-pandangan itu sebagai hal terutama di dunia,
dan berdasarkan hal itu, mengatakan hal lain sebagai lebih rendah
sehingga ia tidak lepas dari sengketa.
Ketika ia melihat keuntungan,
pada apa yang dilihat, didengar, dirasakan,
atau pada aturan dan praktek,
memegang semua hal itu,
ia melihat hal lainnya sebagai lebih rendah.
Itu juga, kata orang bijaksana,
adalah simpul ikatan: bahwa bergantung pada hal itu
kau melihat orang lain sebagai lebih rendah.
Jadi seorang bhikkhu tidak boleh tergantung
pada apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan,
atau pada aturan dan praktek;
juga tidak seharusnya dia membuat pandangan di dunia
terhadap pengetahuan atau aturan atau praktek;
tidak seharusnya dia menganggap dirinya "sama";
tidak seharusnya dia menggaggap dirinya lebih rendah atau lebih tinggi/
Meninggalkan apa yang dijunjungnya,
meninggalkan diri, tidak bergantung,
ia tidak membuat dirinya tergantung
bahkan terhadap pengetahuan;
tidak mengikuti kalangan tertentu
di antara mereka yang telah terpecah;
tidak jatuh pada pandangan apapun.
Seseorang yang tidak mengarah
pada kedua pihak
-- ada atau tidak, di sini atau di sana --
tidak memiliki celah
ketika merenungkan apa yang telah diketahui di antara ajaran-ajaran,
tidak memiliki pandangan sedikitpun
terhadap apa yang dilihat, diedengar, atau dirasakan.
Oleh siapa, dengan apa,
ia bisa dilabeli
di dunia ini?
-- brahma ini
yang tidak memiliki pandangan
Mereka tidak membuat atau menginginkan,
tidak tergantung bahkan pada ajaran.
Seorang brahma tidak dipimpin
oleh aturan atau praktek,
pergi ke seberang
-- orang seperti itu
tidak jatuh lagi.
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/kn/snp/snp.4.05.than.html"Hanya di sini ada kesucian"
-- itu yang mereka katakan --
"Tidak ada ajaran lain yang murni"
-- demikian kata mereka.
Memaksakan bahwa apa yang mereka percayai adalah benar,
mereka sangat terperusuk pada kebenaran pribadi.
Mencari kontroversi, mereka datang ke tempat-tempat ramai,
melihat satu sama lain sebagai orang bodoh.
Bergantung pada pengetahuan orang lain,
mereka berbicara dalam debat.
Menginginkan pujian, mereka menyatakan diri sebagai ahli.
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/kn/snp/snp.4.08.than.html"Berdiam dalam,
pandangannya sendiri,
bertengkar,
tiap-tiap akhi mengatakan:
'Siapa pun yang mengetahui ini, mengerti Dhamma.
Siapa pun yang menolah ini, memiliki kesalahan.'
Bertengkar seperti itu, mereka rusuh:
'Lawan [bicaraku] bodoh dan tidak kompeten.'
Pernyataan mana yang benar jika mereka semua mengatakan
bahwa mereka semua adalah ahli?"
"Jika, dengan tidak menerima ajaran dari pihak lain,
seseorang itu bodoh, monster dengan pengetahuan yang rendah,
maka mereka semua itu bodoh
memiliki pengetahuan yang rendah --
mereka semua
yang berdiam dalam pandangannya sendiri.
Tapi jika, ketika perpihak dengan pandangan,
seseorang itu bersih,
dengan pengetahuan murni,
pintar, ahli,
maka tidak ada yang memiliki pengetahuan yang rendah,
karena mereka semua
memiliki pandangannya masing-masing.
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/kn/snp/snp.4.13.than.html