Sekilas Tentang Aliran-Aliran Buddhisme Awal
Tak lengkap rasanya, jika kita membahas tentang Buddhisme awal tanpa mengetahui aliran-aliran awal yang muncul pada masa tersebut. Walaupun Buddhisme awal menunjuk pada masa pra-sektarian, namun pemahaman akan aliran-aliran Buddhisme awal ini akan membantu mempelajari Buddhisme awal yang sumber-sumbernya berasal dari aliran-aliran awal ini.
Secara tradisional, dikatakan terdapat 18 aliran yang muncul akibat perpecahan pada komunitas Buddhis awal. Mulanya komunitas Buddhis awal terpecah menjadi 2 golongan besar: Mahasanghika dan Sthaviravada. Kemudian Mahasanghika terpecah menjadi 10 aliran, sedangkan Sthaviravada terpecah menjadi 8 aliran; ini terjadi sekitar 300 tahun setelah Parinibbana Sang Buddha. Pada tulisan ini kita akan membahas beberapa aliran awal yang penting.
1. Mahasanghika Membicarakan asal-usul aliran Mahasanghika berarti kita harus melihat bagaimana perpecahan Buddhisme awal terjadi. Setidaknya ada 3 versi kisah perpecahan yang umum dalam teks-teks Buddhis:
1.
Versi Theravada (dalam komentar Vinaya Pitaka, Dipavamsa, dst):
* Pelaku: Para bhikkhu Vajjiputtaka (suku Vajji)
* Sebab: 10 aturan yang melanggar Vinaya (di antaranya penggunaan emas dan perak) [perbedaan Vinaya]
* Tempat: Vesali
* Waktu: 100 tahun setelah Parinibbana (masa pemerintahan Raja Kalasoka)
* Keterangan: Para bhikkhu Vajjiputtaka dianggap melanggar dalam Konsili Kedua yang diadakan para Arahat. Kelompok Vajjiputtaka memisahkan diri dan membentuk konsili sendiri (Mahasanghiti) dan disebut Mahasanghika (komunitas/perkumpulan besar).
2.
Versi Sarvastivada (komentar Abhidharma Mahavibhasa, dst)
* Pelaku : Bhikkhu Mahadeva
* Sebab : 5 poin yang merendahkan Arahat [perbedaan Dhamma]
* Tempat : Pataliputta
* Waktu : masa pemerintahan Raja Asoka (100 tahun setelah Parinibbana menurut kronologi Sarvastivada atau 200 tahun setelah Parinibbana menurut kronologi Theravada)
* Keterangan : Tidak disebutkan adanya konsili Buddhis, namun para Arahat (Sthavira) memisahkan diri dari kelompok Mahadeva (Mahasanghika) yang didukung raja dan melarikan diri ke daerah Mathura tempat berkembangnya aliran Sarvastivada.
3.
Versi Mahasanghika (dalam Sariputrapariprccha)
* Pelaku : Bhikkhu sesepuh yang tidak disebutkan namanya
* Sebab : Penambahan Vinaya [perbedaan tekstual]
* Tempat : tidak disebutkan
* Waktu : jauh setelah masa raja Asoka (tidak ada angka tahun yang disebutkan)
* Keterangan: Para bhikkhu sesepuh (Sthavira) menambah Vinaya, sedangkan para bhikkhu lain yang berjumlah besar (Mahasanghika) mempertahankan Vinaya. (Menurut Dipavamsa dan komentar Pali, aliran Mahasanghika menganggap Parivara dari Vinaya Pitaka Pali, Abhidhamma Pitaka, Patisambhidamagga, Niddesa, dan beberapa Jataka adalah penambahan dan tidak diakui oleh mereka sebagai Buddhavacana)
Para ahli umumnya lebih cenderung menerima kisah perpecahan versi Mahasanghika karena Vinaya Mahasanghika yang berjumlah lebih sedikit memang lebih tua usianya daripada Vinaya Sthaviravada. Namun kesimpulan ini masih banyak membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Beberapa ajaran Mahasanghika:
1. Lima poin Mahadeva:
* Seorang Arahat masih memiliki kekotoran batin yang bersifat fisik/kasar
* Seorang Arahat masih memiliki ketidaktahuan yang menyangkut pengetahuan sehari-hari
* Seorang Arahat masih memiliki keraguan tentang kemungkinan dan ketidakmungkinan
* Realisasi seorang Arahat diperoleh dari orang lain.
* Realisasi kebenaran mulia tentang dukkha dapat dicapai dengan menyerukan: "Oh, betapa menderitanya."
2. Sang Buddha adalah makhluk yang melampaui duniawi, tidak hanya dalam hal pencapaian, tetapi juga segala aspek kehidupannya. Semua yang dilakukan Pangeran Siddhattha hanyalah "penampakan luar" saja. Beliau selalu dalam keadaan meditasi, mengajarkan Dharma hanya dalam satu kata, tubuhnya tidak pernah kotor (bahkan debu pun tidak bisa lengket pada tubuh Beliau), kehidupannya tidak terbatas, kekuatannya tidak terbatas.
3. Terdapat banyak Buddha lain di sepuluh penjuru arah (8 arah mata angin + arah atas dan bawah). Dengan demikian terdapat banyak tanah Buddha di alam semesta ini selain tanah Buddha kita tempat Buddha Gotama muncul. [Poin 2 dan 3 ini juga dianut dalam ajaran Mahayana].
4. Walaupun dikatakan dalam sumber Theravada bahwa Mahasanghika tidak menerima Abhidhamma sebagai ajaran Buddha, namun beberapa subalirannya memiliki Abhidhamma Pitaka masing-masing.
Pusat Mahasanghika mulanya di Magadha, kemudian mereka berkembang di India utara dan barat laut. Beberapa subalirannya di antaranya:
1. Gokulika berpusat di Varanasi dan Pataliputra.
2. Ekavyaharaka dan Lokottaravada di Peshawar
3. Bahusrutiya di Kosala.
4. Caitika di Andhra, khususnya di Amaravati dan Nagarjunakonda
5. Prajnaptivada di Madhyadesa.
Umumnya para ahli menganggap Mahasanghika sebagai cikal-bakal Mahayana saat ini karena ada kesamaan ajaran. Namun demikian, kemunculan sutra-sutra Mahayana terjadi lama setelah perpecahan Buddhisme awal (yaitu sekitar 500 tahun setelah Parinibbana Sang Buddha) dan tidak semua subaliran Mahasanghika menerima sutra-sutra Mahayana sebagai ajaran Buddha. Vinaya yang digunakan dalam aliran Mahayana saat ini pun bukan berasal dari Mahasanghika.
Vinaya Mahasanghika diterjemahkan ke bahasa Mandarin oleh Faxian pada abad ke-5 M. Beberapa manuskrip kuno yang berisi Vinaya Lokottaravada dan Mahaparinirvana Sutra versi Mahasanghika ditemukan di peninggalan reruntuhan vihara kuno di Bamiyan, Afghanistan. Melalui literatur kuno ini para ahli berusaha mempelajari seluk beluk aliran ini.
Pada abad ke-7 M aliran Mahasanghika perlahan-lahan lenyap di India. Pada masa yang sama di Cina Vinaya Mahasanghika digunakan di Guanzhong (dekat Chang'an) dan Vinaya Sarvastivada digunakan di daerah sungai Yangzi dan daerah selatan, tetapi mayoritas bhikkhu Cina menggunakan Vinaya Dharmaguptaka. Akhirnya pada awal abad ke-8 atas perintah kaisar Zhongzong dari Dinasti Tang seluruh anggota Sangha Cina memakai Vinaya Dharmaguptaka. Di Tibet silsilah terakhir Mahasanghika adalah Atisha yang terkenal dan pernah berguru kepada Dharmakirti di Sumatera pada masa kerajaan Sriwijaya. Ketika Raja Tibet Ralpacan memerintahkan hanya Mulasarvastivada yang diperbolehkan di Tibet, Atisha tidak menahbiskan siapa pun lagi.
Lihat juga
Mahāsāṃghika dan
Asal Mula Aliran Mahasangika Menurut Teks Sarvastivada