//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - Indra

Pages: 1 [2] 3 4 5 6 7 8 9
16
DhammaCitta Press / ANGUTTARA NIKAYA buku ENAM
« on: 19 May 2013, 07:01:13 PM »
[1] BUKU KELOMPOK ENAM

Terpujilah Sang Bhagavā, Sang Arahant,
Yang Tercerahkan Sempurna



17
Diskusi Umum / Selamat kpd Mod Baru Bang Morph
« on: 29 April 2013, 11:17:40 AM »
entah saya yg ketinggalan berita atau memang tidak ada pemberitahuan, yg mana pun juga, izinkan saya mengucapkan

Selamat Bertugas kepada Bang Morpheus sebagai mod diskusi umum

18
AN 5:250  Puggalappasādasuttaṃ (Kepercayaan pada Seseorang)

“Para bhikkhu, ada lima bahaya ini dalam mendasarkan kepercayaan pada seseorang. Apakah lima ini?

(1) “Orang yang padanya seseorang memiliki kepercayaan penuh mungkin melakukan suatu pelanggaran yang karenanya Saṅgha menskorsnya. Orang itu [yang memiliki kepercayaan padanya] berpikir: ‘Orang yang kusukai dan kusenangi telah diskors oleh Saṅgha.’ Kemudian ia kehilangan kepercayaan pada para bhikkhu. Karena ia kehilangan kepercayaan pada para bhikkhu, maka ia tidak bergaul dengan para bhikkhu lainnya. Karena ia tidak bergaul dengan para bhikkhu lainnya, maka ia tidak mendengarkan Dhamma sejati. Karena ia tidak mendengarkan Dhamma sejati, maka ia jatuh dari Dhamma sejati. Ini adalah bahaya pertama dalam mendasarkan kepercayaan pada seseorang.

(2) “Kemudian, orang yang padanya seseorang memiliki kepercayaan penuh mungkin melakukan suatu pelanggaran yang karenanya Saṅgha menghukumnya duduk di belakang.  Orang itu [yang memiliki kepercayaan padanya] berpikir: ‘Saṅgha telah menghukum orang yang kusukai dan kusenangi itu dengan duduk di belakang’ Kemudian ia kehilangan kepercayaan pada para bhikkhu ... Karena ia tidak mendengarkan Dhamma sejati, maka ia jatuh dari Dhamma sejati. Ini adalah bahaya ke dua dalam mendasarkan kepercayaan pada seseorang.

(3) “Kemudian, orang yang padanya seseorang memiliki kepercayaan penuh mungkin pergi ke tempat lain … (4) … mungkin lepas jubah … (5) … mungkin meninggal dunia. Orang itu [yang memiliki kepercayaan padanya] berpikir: ‘Orang yang kusukai dan kusenangi [telah pergi ke tempat lain … telah lepas jubah … ] telah meninggal dunia.’  Ia tidak bergaul dengan para bhikkhu lainnya. Karena ia tidak bergaul dengan para bhikkhu lainnya, maka ia tidak mendengarkan Dhamma sejati. Karena ia tidak mendengarkan Dhamma sejati, maka ia jatuh dari Dhamma sejati. Ini adalah bahaya ke lima dalam mendasarkan kepercayaan pada seseorang.

“Ini, para bhikkhu, adalah lima bahaya dalam mendasarkan kepercayaan pada seseorang.” [271]

19
Sutta Vinaya / AN 4:73 Sappurisa sutta (Orang Jahat: Pengantin)
« on: 15 March 2013, 11:58:50 PM »
AN 4:73 Sappurisasuttaṃ (Orang Jahat: Pengantin)

“Para bhikkhu, seorang yang memiliki empat kualitas ini dapat dimengerti sebagai seorang jahat. Apakah empat ini?

(1) “Di sini, para bhikkhu, seorang yang jahat mengungkapkan kesalahan-kesalahan orang lain bahkan jika tidak ditanya tentang kesalahan-kesalahan itu, apa lagi jika ditanya. Tetapi ketika ia ditanya tentang kesalahan-kesalahan itu, maka, dengan diarahkan oleh pertanyaan itu, ia akan membicarakan kesalahan-kesalahan orang lain tanpa sela atau pengurangan, secara lengkap dan terperinci. Maka dapat dimengerti: ‘Orang ini adalah orang jahat.’

(2) “Kemudian, seorang yang jahat tidak mengungkapkan kebaikan-kebaikan orang lain bahkan jika ditanya tentang kebaikan-kebaikan itu, apalagi jika tidak ditanya. Tetapi ketika ia ditanya tentang kebaikan-kebaikan itu, maka, walaupun diarahkan oleh pertanyaan itu, ia akan membicarakan kebaikan orang lain dengan sela dan pengurangan, tidak secara lengkap atau secara terperinci. Maka dapat dimengerti: ‘Orang ini adalah orang jahat.’

(3) “Di sini, para bhikkhu, seorang yang jahat tidak mengungkapkan kesalahan-kesalahannya sendiri bahkan jika ditanya tentang kesalahan-kesalahan itu, apa lagi jika tidak ditanya. Tetapi ketika ia ditanya tentang kesalahan-kesalahan itu, maka, walaupun diarahkan oleh pertanyaan itu, ia akan membicarakan kesalahan-kesalahannya dengan sela dan pengurangan, tidak secara lengkap atau secara terperinci. Maka dapat dimengerti: ‘Orang ini adalah orang jahat.’

(4) “Di sini, para bhikkhu, seorang yang jahat mengungkapkan kebaikan-kebaikannya sendiri bahkan jika tidak ditanya tentang kebaikan-kebaikan itu, apa lagi jika ditanya. Tetapi ketika ia ditanya tentang kebaikan-kebaikan itu, maka, dengan diarahkan oleh pertanyaan itu, ia akan membicarakan kebaikan-kebaikannya tanpa sela atau pengurangan, secara lengkap dan terperinci. Maka dapat dimengerti: ‘Orang ini adalah orang jahat.’

“Seorang yang memiliki empat kualitas ini dapat dimengerti sebagai seorang yang jahat.

“Para bhikkhu, seorang yang memiliki empat kualitas [lainnya] ini dapat dimengerti sebagai seorang baik. Apakah empat ini?

(1) “Di sini, para bhikkhu, seorang yang baik tidak mengungkapkan kesalahan-kesalahan orang lain bahkan jika ditanya tentang kesalahan-kesalahan itu, apa lagi jika tidak ditanya. Tetapi ketika ia ditanya tentang kesalahan-kesalahan itu, maka, walaupun diarahkan oleh pertanyaan itu, ia akan membicarakan kesalahan-kesalahan orang lain dengan sela dan pengurangan, [78] tidak secara lengkap atau secara terperinci. Maka dapat dimengerti: ‘Orang ini adalah orang baik.’

(2) “Kemudian, seorang yang baik mengungkapkan kebaikan-kebaikan orang lain bahkan jika tidak ditanya tentang kebaikan-kebaikan itu, apalagi jika ditanya. Tetapi ketika ia ditanya tentang kebaikan-kebaikan itu, maka, dengan diarahkan oleh pertanyaan itu, ia akan membicarakan kebaikan orang lain tanpa sela atau pengurangan, secara lengkap dan terperinci. Maka dapat dimengerti: ‘Orang ini adalah orang baik.’

(3) “Di sini, para bhikkhu, seorang yang baik mengungkapkan kesalahan-kesalahannya sendiri bahkan jika tidak ditanya tentang kesalahan-kesalahan itu, apa lagi jika ditanya. Tetapi ketika ia ditanya tentang kesalahan-kesalahan itu, maka, dengan diarahkan oleh pertanyaan itu, ia akan membicarakan kesalahan-kesalahannya tanpa sela atau pengurangan, secara lengkap dan terperinci. Maka dapat dimengerti: ‘Orang ini adalah orang baik.’

(4) “Di sini, para bhikkhu, seorang yang baik tidak mengungkapkan kebaikan-kebaikannya sendiri bahkan jika ditanya tentang kebaikan-kebaikan itu, apa lagi jika tidak ditanya. Tetapi ketika ia ditanya tentang kebaikan-kebaikan itu, maka, dengan diarahkan oleh pertanyaan itu, ia akan membicarakan kebaikan-kebaikannya dengan sela dan pengurangan, tidak secara lengkap atau secara terperinci. Maka dapat dimengerti: ‘Orang ini adalah orang baik.’

“Seorang yang memiliki empat kualitas ini dapat dimengerti sebagai seorang yang baik.

“Para bhikkhu, Ketika seorang pengantin pertama kali dibawa pulang ke rumah, apakah pada malam hari atau siang hari, pertama-tama ia akan menegakkan rasa malu bermoral dan rasa takut bermoral yang mendalam terhadap ibu mertuanya, ayah mertuanya, suaminya, dan bahkan budak-budaknya, para pekerja, dan para pelayannya. Tetapi setelah beberapa lama, sebagai akibat dari hidup bersama dan keakraban dengan mereka, ia berkata kepada ibu mertuanya, ayah mertuanya, dan suaminya: ‘Pergilah! Engkau tahu apa?’

“Demikian pula, ketika seorang bhikkhu di sini telah meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah, apakah pada malam hari atau siang hari, pertama-tama ia akan menegakkan rasa malu bermoral dan rasa takut bermoral yang mendalam terhadap para bhikkhu, para bhikkhunī, umat awam laki-laki, dan umat awam perempuan, dan bahkan terhadap para pekerja dan para samaṇera di vihara. Tetapi setelah beberapa lama, sebagai akibat dari hidup bersama dan keakraban dengan mereka, ia berkata bahkan kepada gurunya dan penahbisnya: ‘Pergilah! Engkau tahu apa?’

“Oleh karena itu, para bhikkhu, kalian harus berlatih sebagai berikut: ‘Kami aakan berdiam dengan pikiran seperti pengantin yang baru tiba itu.’ Dengan cara demikianlah kalian harus berlatih.”

20
DhammaCitta Press / ANGUTTARA NIKAYA Buku LIMA
« on: 12 March 2013, 02:14:51 AM »
[1] BUKU KELOMPOK LIMA

Terpujilah Sang Bhagavā, Sang Arahant,
Yang Tercerahkan Sempurna


21
Sutta Vinaya / AN 3:80 Culanikasuttam (Abhibhu)
« on: 26 February 2013, 09:49:07 PM »
AN 3:80 Cūḷanikāsuttaṃ (Abhibhū)

Yang Mulia Ānanda mendatangi Sang Bhagavā … dan berkata kepada Beliau:

“Bhante, di hadapan Sang Bhagavā aku mendengar ini; di hadapan Beliau aku mempelajari ini: ‘Abhibhū, seorang siswa Sang Bhagavā Sikhī, sewaktu sedang menetap di alam brahmā, menyampaikan suaranya ke seluruh seribu sistem dunia.’  Berapa jauhkah, Bhante, Sang Bhagavā, Sang Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna, dapat menyampaikan suaraNya?”

“Ia adalah seorang siswa, Ānanda. Para Tathāgata adalah tidak terukur.”

Untuk ke dua kalinya Yang Mulia Ānanda berkata kepada Sang Bhagavā: “Bhante, di hadapan Sang Bhagavā aku mendengar ini … Berapa jauhkah, Bhante, Sang Bhagavā, Sang Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna, dapat menyampaikan suaraNya?”

“Ia adalah seorang siswa, Ānanda. Para Tathāgata adalah tidak terukur.”

Untuk ke tiga kalinya Yang Mulia Ānanda berkata kepada Sang Bhagavā: “Bhante, di hadapan Sang Bhagavā aku mendengar ini … Berapa jauhkah, Bhante, Sang Bhagavā, Sang Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna, dapat menyampaikan suaraNya?”

“Pernahkah engkau mendengar, Ānanda, tentang seribu sistem dunia kecil?”

“Sekarang adalah waktunya, Sang Bhagavā. Sekarang adalah waktunya, Yang Berbahagia. Sudilah Sang Bhagavā menjelaskan. Setelah mendengarnya dari Sang Bhagavā, para bhikkhu akan mengingatnya.”

“Baiklah, Ānanda, dengarkan dan perhatikanlah. Aku akan berbicara.”

“Baik, Bhante,” Yang Mulia Ānanda menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

(1) “Seribu kali dunia di mana matahari dan rembulan berputar dan menerangi segala penjuru dengan cahayanya disebut seribu sistem dunia kecil.  Dalam seribu sistem dunia kecil tersebut terdapat seribu rembulan, seribu matahari, seribu raja pegunungan Sineru, seribu Jambudīpa, seribu Aparagoyāna, seribu Uttarakuru, seribu Pubbavideha,  dan seribu empat samudera raya, seribu empat raja dewa, seribu [surga] para deva yang dipimpin oleh empat raja dewa, seribu [surga] Tāvatiṃsa, seribu [surga] Yāma, seribu [surga] Tusita, seribu [surga] para deva yang bersenang-senang dalam penciptaan, seribu [surga] para deva yang mengendalikan ciptaan para deva lain. Seribu alam brahmā.

(2) “Sebuah dunia yang terdiri dari seribu kali seribu sistem dunia kecil disebut sistem dunia menengah seribu-pangkat-dua. 

(3) “Sebuah dunia yang terdiri dari seribu kali sistem dunia menengah seribu-pangkat-dua disebut sistem dunia besar seribu-pangkat-tiga. Ānanda, Sang Tathāgata dapat menyampaikan suaranya sejauh yang Beliau inginkan dalam sistem dunia besar seribu-pangkat-tiga.”

“Tetapi dengan cara bagaimanakah, Bhante, Sang Tathāgata dapat menyampaikan suaranya sejauh yang Beliau inginkan dalam sistem dunia besar seribu-pangkat-tiga?”

“Di sini, Ānanda, Sang Tathāgata dengan sinarnya meliputi satu sistem dunia besar seribu-pangkat-tiga. Ketika makhluk-makhluk itu merasakan cahaya itu, kemudian Sang Tathāgata memproyeksikan suaranya dan membuat mereka mendengar suara itu. Dengan cara demikianlah, Ānanda, Sang Tathāgata menyampaikan suaranya sejauh yang Beliau inginkan dalam sistem dunia besar seribu-pangkat-tiga.”

“Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia Ānanda berkata kepada Sang Bhagavā: “Ini adalah keberuntunganku! Aku sangat beruntung karena Guruku begitu kuat dan perkasa.”

Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia Udāyī berkata kepada Yang Mulia Ānanda: “Apa urusannya denganmu, teman Ānanda, bahwa Gurumu begitu kuat dan perkasa?”

Ketika hal ini dikatakan, Sang Bhagavā berkata kepada Yang Mulia Udāyī: “Jangan berkata begitu, Udāyī! Jangan berkata begitu, Udāyī!  Udāyī, jika Ānanda meninggal dunia tanpa terbebaskan dari nafsu, maka berkat keyakinannya ia akan menguasai kerajaan surgawi tujuh kali dan kerajaan besar di Jambudīpa ini tujuh kali. Akan tetapi, dalam kehidupan ini juga Ānanda akan mencapai nibbāna akhir.”

22
Sutta Vinaya / AN 5:161 Pelenyapan Kekesalan
« on: 26 February 2013, 09:06:05 PM »
AN 5:161 Paṭhamaāghātapaṭivinayasuttaṃ (Pelenyapan Kekesalan)

“Para bhikkhu, ada lima cara ini untuk melenyapkan kekesalan yang dengannya seorang bhikkhu harus sepenuhnya melenyapkan kekesalan yang muncul terhadap siapa pun.  Apakah lima ini?

(1) Ia harus mengembangkan cinta-kasih terhadap orang yang kepadanya ia merasa kesal; dengan cara inilah ia harus melenyapkan kekesalan terhadap orang itu.
(2) Ia harus mengembangkan belas-kasihan terhadap orang yang kepadanya ia merasa kesal; dengan cara inilah ia harus melenyapkan kekesalan terhadap orang itu.
(3) Ia harus mengembangkan keseimbangan terhadap orang yang kepadanya ia merasa kesal; dengan cara inilah ia harus melenyapkan kekesalan terhadap orang itu.
(4) Ia harus mengabaikan orang yang kepadanya ia merasa kesal dan tidak memperhatikannya; dengan cara inilah ia harus melenyapkan kekesalan terhadap orang itu.
(5) Ia harus menerapkan gagasan kepemilikan kamma pada orang yang kepadanya ia merasa kesal, sebagai berikut: ‘Yang Mulia ini adalah pemilik kammanya, pewaris kammanya, ia memiliki kamma sebagai asal-mulanya, kamma sebagai sanak-saudaranya, kamma sebagai pelindungnya; ia akan menjadi pewaris kamma apa pun yang ia lakukan, baik atau buruk.’ Dengan cara inilah ia harus melenyapkan kekesalan terhadap orang itu.

Ini adalah kelima cara itu ini untuk melenyapkan kekesalan yang dengannya seorang bhikkhu harus sepenuhnya melenyapkan kekesalan yang muncul terhadap siapa pun.”

23
Studi Sutta/Sutra / Digha Nikaya 23 Payasi Sutta
« on: 15 February 2013, 09:29:16 PM »
sutta lengkapnya DN 23 Pāyāsi Sutta

16. ‘Apa pun yang engkau katakan tentang persoalan ini, Yang Mulia Kassapa, aku masih menganggap tidak ada alam lain ....’ ‘Apakah engkau memiliki alasan atas pernyataan ini?’ ‘Aku memiliki alasan, Yang Mulia Kassapa.’ ‘Apakah itu, Pangeran?’
‘Yang Mulia Kassapa, ambil kasus yang mana mereka membawa seorang maling ke hadapanku ... dan aku berkata: “Timbang orang ini dalam keadaan hidup, kemudian cekik dia, dan timbang lagi.” Dan mereka melakukan hal itu. Sewaktu ia masih hidup, ia lebih ringan, lebih lunak, dan lebih lentur, tetapi ketika ia telah mati, ia lebih berat, lebih kaku,[8] dan tidak lentur. Dan itu, Yang Mulia Kassapa, adalah alasanku mempertahankan bahwa tidak ada alam lain ....’ 17. ‘Pangeran, aku akan memberikan sebuah perumpamaan .... [335] Seandainya seseorang menimbang sebuah bola besi yang telah dipanaskan sepanjang hari, membara, terbakar hebat, bersinar. Dan seandainya setelah beberapa saat, ketika telah menjadi dingin dan padam, ia menimbangnya lagi. Pada saat yang manakah bola besi itu lebih ringan, lunak, dan lebih lentur: saat panas, terbakar, bersinar, atau saat dingin dan padam?’ ‘Yang Mulia, saat bola besi itu panas, terbakar, dan bersinar, ada unsur api dan angin, maka bola besi itu lebih ringan, lebih lunak dan lebih lentur. Ketika tanpa unsur-unsur ini?[9] Bola besi itu menjadi dingin dan padam.’ ‘Maka, Pangeran, sama dengan jasmani ini. Ketika masih memiliki unsur kehidupan, panas, dan kesadaran, maka jasmani ini lebih ringan, lebih lunak, dan lebih lentur. Tetapi ketika dipisahkan dari unsur kehidupan, panas dan kesadaran, jasmani ini menjadi lebih berat, lebih kaku, dan lebih tidak lentur. Demikianlah, Pangeran, engkau harus mempertimbangkan: “Ada alam lain ....”’

Mohon bantuan teman2 yg mungkin bisa menjelaskan hal ini:
1. Bagaimana penjelasan bahwa bobot orang mati lebih berat ketimbang orang hidup?
2. Bagaimana penjelasan bahwa bola besi menjadi lebih ringan ketika dipanaskan?

24
DhammaCitta Press / ANGUTTARA NIKAYA buku EMPAT
« on: 15 February 2013, 05:35:07 AM »
[1] BUKU KELOMPOK EMPAT

[/b]Terpujilah Sang Bhagavā, Sang Arahant,
Yang Tercerahkan Sempurna

25
Sutta Vinaya / AN 4: 79 Bisnis
« on: 13 February 2013, 11:12:50 AM »
AN 4: 79 Vaṇijjasuttaṃ (Bisnis)

Yang Mulia Sāriputta mendatangi Sang Bhagavā, bersujud kepada Beliau, duduk di satu sisi, dan berkata: “Bhante, (1) Mengapakah bagi seseorang di sini, bisnis yang ia lakukan berakhir dengan kegagalan? (2) Mengapakah bagi orang lainnya bisnis yang sama tidak memenuhi harapannya? (3) Mengapakah bagi orang lainnya lagi bisnis yang sama memenuhi harapannya? (4) Dan mengapakah bagi orang lainnya lagi bisnis yang sama melebihi harapannya?”

(1) “Di sini, Sāriputta, seseorang mendatangi seorang petapa atau seorang brahmana dan mengundangnya untuk menanyakan apa yang ia perlukan, [82] tetapi tidak memberikan apa yang diminta. Ketika ia meninggal dunia dari sana, jika ia kembali ke alam ini, apa pun bisnis yang ia lakukan akan berakhir dengan kegagalan.

(2) “Seorang lainnya mendatangi seorang petapa atau seorang brahmana dan mengundangnya untuk menanyakan apa yang ia perlukan. Ia memberikannya tetapi tidak memenuhi harapannya. Ketika ia meninggal dunia dari sana, jika ia kembali ke alam ini, apa pun bisnis yang ia lakukan akan tidak memenuhi harapannya.

(3) “Seorang lainnya lagi mendatangi seorang petapa atau seorang brahmana dan mengundangnya untuk menanyakan apa yang ia perlukan. Ia memberikannya dan memenuhi harapannya. Ketika ia meninggal dunia dari sana, jika ia kembali ke alam ini, apa pun bisnis yang ia lakukan akan memenuhi harapannya.

(4) “Seorang lainnya lagi mendatangi seorang petapa atau seorang brahmana dan mengundangnya untuk menanyakan apa yang ia perlukan. Ia memberikannya dan melebihi harapannya. Ketika ia meninggal dunia dari sana, jika ia kembali ke alam ini, apa pun bisnis yang ia lakukan akan melebihi harapannya.

“Ini, Sāriputta, adalah alasan mengapa bagi seseorang di sini bisnis yang ia lakukan berakhir dengan kegagalan, bagi orang lainnya bisnis yang sama tidak memenuhi harapannya, bagi orang lainnya lagi bisnis yang sama memenuhi harapannya, dan bagi orang lainnya lagi bisnis yang sama melebihi harapannya.”

26
Sutta Vinaya / AN 4:62 Kebebasan dari Hutang
« on: 12 February 2013, 12:00:51 AM »
AN 4:62  Ānaṇyasuttaṃ (Kebebasan dari Hutang)

Perumah tangga Anāthapiṇḍika mendatangi Sang Bhagavā … Sang Bhagavā berkata kepadanya:

“Perumah tangga, ada empat jenis kebahagiaan ini yang dapat dicapai oleh seorang umat awam yang menikmati kenikmatan indria, bergantung pada waktu dan situasinya. Apakah empat ini? Kebahagiaan memiliki, kebahagiaan menikmati, kebahagiaan bebas dari hutang, dan kebahagiaan ketanpacelaan.

(1) “Dan apakah, perumah tangga, kebahagiaan memiliki? Di sini, seorang anggota keluarga telah memperoleh kekayaan melalui usaha keras penuh semangat, yang dikumpulkan melalui kekuatan tangannya, didapat melalui keringat di alis matanya, kekayaan benar yang diperoleh dengan cara yang benar. Ketika ia berpikir, ‘Aku telah memperoleh kekayaan melalui usaha keras penuh semangat … diperoleh dengan cara yang benar,’ ia mengalami kebahagiaan dan kegembiraan. Ini disebut kebahagiaan memiliki.

(2) “Dan apakah kebahagiaan menikmati? Di sini, dengan kekayaan yang diperoleh melalui usaha keras penuh semangat itu, yang dikumpulkan melalui kekuatan tangannya, didapat melalui keringat di alis matanya, kekayaan benar yang diperoleh dengan cara yang benar. Ketika ia berpikir, ‘Dengan kekayaan yang diperoleh melalui usaha keras penuh semangat itu … diperoleh dengan cara yang benar, aku menikmati kekayaanku dan melakukan perbuatan-perbuatan berjasa,’ ia mengalami kebahagiaan dan kegembiraan. Ini disebut kebahagiaan menikmati.

(3) “Dan apakah kebahagiaan bebas dari hutang? Di sini, seorang anggota keluarga tidak memiliki hutang pada siapa pun, apakah besar atau kecil. Ketika ia berpikir, ‘Aku tidak memiliki hutang pada siapa pun, apakah besar atau kecil,’ ia mengalami kebahagiaan dan kegembiraan. Ini disebut kebahagiaan bebas dari hutang.

(4) “Dan apakah kebahagiaan ketanpacelaan? Di sini, perumah tangga, seorang siswa mulia memiliki perbuatan jasmani, ucapan, dan pikiran yang tanpa cela. [70] Ketika ia berpikir, ‘Aku memiliki perbuatan jasmani, ucapan, dan pikiran yang tanpa cela,’ ia mengalami kebahagiaan dan kegembiraan. Ini disebut kebahagiaan ketanpacelaan.

“Ini adalah ada keempat jenis kebahagiaan itu yang dapat dicapai oleh seorang umat awam yang menikmati kenikmatan indria, bergantung pada waktu dan situasinya.”

   Setelah mengetahui kebahagiaan bebas dari hutang,
   Seseorang harus mengingat  kebahagiaan memiliki.
   Menikmati kebahagiaan kenikmatan,
   Seorang manusia melihat segala sesuatu dengan jelas melalui kebijaksanaan.

   Sewaktu melihat segala sesuatu dengan jelas, seorang bijaksana
   Mengetahui kedua jenis  kebahagiaan.
   Yang lain tidak ada seper enam belas bagian
   Dari kebahagiaan ketanpacelaan.

27
Sutta Vinaya / Manfaat berdana makanan
« on: 10 February 2013, 07:39:46 PM »

AN 4:57 Suppavāsāsuttaṃ (Suppavāsā)

Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di antara penduduk Koliya di pemukiman bernama Sajjanela. Kemudian, pada pagi harinya,  Sang Bhagavā merapikan jubah, membawa mangkuk dan jubahNya, dan pergi ke kediaman puteri Koliya bernama Suppavāsā, di mana Beliau duduk di tempat yang telah dipersiapkan.  Kemudian puteri Koliya Suppavāsā, [63] dengan tangannya sendiri, melayani dan memuaskan Sang Bhagavā dengan berbagai jenis makanan lezat. Ketika Sang Bhagavā telah selesai makan dan telah menyingkirkan mangkukNya, puteri Koliya Suppavāsā duduk di satu sisi. Kemudian Sang Bhagavā berkata kepadanya:

“Suppavāsā, seorang siswa mulia perempuan yang memberikan makanan memberikan empat hal kepada penerimanya. Apakah empat ini? Ia memberikan kehidupan, kecantikan, kebahagiaan, dan kekuatan. (1) Setelah memberikan kehidupan, ia memperoleh kehidupan, apakah surgawi atau manusia. (2) Setelah memberikan kecantikan, ia memperoleh kecantikan, apakah surgawi atau manusia. (3) Setelah memberikan kebahagiaan, ia memperoleh kebahagiaan, apakah surgawi atau manusia. (4) Setelah memberikan kekuatan, ia memperoleh kekuatan, apakah surgawi atau manusia. Suppavāsā, seorang siswa mulia perempuan yang memberikan makanan memberikan empat hal ini kepada penerimanya.”

   Ketika seseorang memberikan makanan yang dipersiapkan dengan baik,
   Murni, lezat, dan penuh citarasa,
   Kepada mereka yang lurus yang
   Luhur dan berperilaku baik,
   Maka persembahan itu, yang menghubungkan jasa dengan jasa,
   Dipuji sebagai sangat berbuah
   Oleh para pengenal dunia.

   Mereka yang merenungkan kedermawanan demikian
   Berdiam di dunia ini terinspirasi oleh kegembiraan.
   Setelah menyingkirkan noda kekikiran dan akarnya,
   Tanpa cela, mereka pergi ke alam surga.

28
Sutta Vinaya / Bahaya Masa Depan
« on: 06 February 2013, 03:15:54 PM »
AN 5:79 Tatiyaanāgatabhayasuttaṃ (Bahaya Masa Depan 3)

“Para bhikkhu, ada lima bahaya masa depan ini yang belum muncul yang akan muncul di masa depan. Kalian harus mengenalinya [106] dan berusaha untuk meninggalkannya. Apakah lima ini?

(1) “Di masa depan, akan ada para bhikkhu yang tidak terkembang dalam jasmani, perilaku bermoral, pikiran, dan kebijaksanaan. Mereka akan memberikan penahbisan penuh kepada orang lain tetapi tidak mampu mendisiplinkan mereka dalam perilaku bermoral yang lebih tinggi, pikiran yang lebih tinggi, dan kebijaksanaan yang lebih tinggi. [Murid-murid] ini juga tidak terkembang dalam jasmani, perilaku bermoral, pikiran, dan kebijaksanaan. Pada gilirannya mereka akan memberikan penahbisan penuh kepada orang lain tetapi tidak mampu mendisiplinkan mereka dalam perilaku bermoral yang lebih tinggi, pikiran yang lebih tinggi, dan kebijaksanaan yang lebih tinggi. [Murid-murid] ini juga tidak terkembang dalam jasmani, perilaku bermoral, pikiran, dan kebijaksanaan. Demikianlah, para bhikkhu, melalui kerusakan Dhamma maka terjadi kerusakan disiplin, dan dari kerusakan disiplin maka terjadi kerusakan Dhamma. Ini adalah bahaya masa depan pertama yang belum muncul yang akan muncul di masa depan. Kalian harus mengenalinya dan berusaha untuk meninggalkannya.

(2) “Kemudian, di masa depan, akan ada para bhikkhu yang tidak terkembang dalam jasmani, perilaku bermoral, pikiran, dan kebijaksanaan. Mereka akan menjadi tempat bergantung bagi orang lain tetapi tidak mampu mendisiplinkan mereka dalam perilaku bermoral yang lebih tinggi, pikiran yang lebih tinggi, dan kebijaksanaan yang lebih tinggi. [Murid-murid] ini juga tidak terkembang dalam jasmani, perilaku bermoral, pikiran, dan kebijaksanaan. Pada gilirannya mereka akan menjadi tempat bergantung bagi orang lain tetapi tidak mampu mendisiplinkan mereka dalam perilaku bermoral yang lebih tinggi, pikiran yang lebih tinggi, dan kebijaksanaan yang lebih tinggi. [Murid-murid] ini juga tidak terkembang dalam jasmani, perilaku bermoral, pikiran, dan kebijaksanaan. Demikianlah, para bhikkhu, melalui kerusakan Dhamma maka terjadi kerusakan disiplin, dan dari kerusakan disiplin maka terjadi kerusakan Dhamma. Ini adalah bahaya masa depan ke dua yang belum muncul yang akan muncul di masa depan. Kalian harus mengenalinya dan berusaha untuk meninggalkannya. [107]

(3) “Kemudian, di masa depan, akan ada para bhikkhu yang tidak terkembang dalam jasmani, perilaku bermoral, pikiran, dan kebijaksanaan. Sewaktu terlibat dalam pembicaraan yang berhubungan dengan Dhamma, dalam pertanyaan-dan-jawaban, mereka akan tergelincir ke dalam Dhamma gelap tetapi tidak menyadarinya. Demikianlah, para bhikkhu, melalui kerusakan Dhamma maka terjadi kerusakan disiplin, dan dari kerusakan disiplin maka terjadi kerusakan Dhamma. Ini adalah bahaya masa depan ke tiga yang belum muncul yang akan muncul di masa depan. Kalian harus mengenalinya dan berusaha untuk meninggalkannya.

(4) “Kemudian, di masa depan, akan ada para bhikkhu yang tidak terkembang dalam jasmani, perilaku bermoral, pikiran, dan kebijaksanaan. Ketika khotbah-khotbah yang dibabarkan oleh Sang Tathāgata sedang diulangi yang mendalam, dengan makna yang mendalam, melampaui keduniawian, berhubungan dengan kekosongan, mereka tidak ingin mendengarkannya, tidak menyimaknya, atau mengarahkan pikiran mereka untuk memahaminya; mereka tidak berpikir bahwa ajaran-ajaran itu seharusnya dipelajari dan diketahui. Tetapi ketika khotbah-khotbah itu sedang diulang yang hanya sekedar puisi yang digubah oleh para penyair, indah dalam kata-kata dan frasanya, diciptakan oleh pihak luar; dibabarkan oleh para siswa, mereka ingin mendengarkannya, menyimaknya, dan mengarahkan pikiran mereka untuk memahaminya; mereka akan berpikir bahwa ajaran-ajaran itu seharusnya dipelajari dan diketahui. Demikianlah, para bhikkhu, melalui kerusakan Dhamma maka terjadi kerusakan disiplin, dan dari kerusakan disiplin maka terjadi kerusakan Dhamma. Ini adalah bahaya masa depan ke empat yang belum muncul yang akan muncul di masa depan. Kalian harus mengenalinya dan berusaha untuk meninggalkannya.

(5) “Kemudian, di masa depan, akan ada para bhikkhu yang tidak terkembang dalam jasmani, perilaku bermoral, pikiran, [108] dan kebijaksanaan. Para bhikkhu senior – karena tidak terkembang dalam jasmani, perilaku bermoral, pikiran, dan kebijaksanaan – akan hidup mewah dan lengah, menjadi pelopor dalam hal kembali kepada kebiasaan-kebiasaan lama, mengabaikan tugas keterasingan; mereka tidak akan membangkitkan kegigihan untuk mencapai apa-yang-belum-dicapai, untuk memperoleh apa-yang-belum-diperoleh, untuk merealisasikan apa-yang-belum-direalisasikan. Mereka dalam generasi berikutnya akan mengikuti teladan mereka. Mereka juga, akan hidup mewah dan lengah, menjadi pelopor dalam hal kembali kepada kebiasaan-kebiasaan lama, mengabaikan tugas keterasingan; mereka juga tidak akan membangkitkan kegigihan untuk mencapai apa-yang-belum-dicapai, untuk memperoleh apa-yang-belum-diperoleh, untuk merealisasikan apa-yang-belum-direalisasikan. Demikianlah, para bhikkhu, melalui kerusakan Dhamma maka terjadi kerusakan disiplin, dan dari kerusakan disiplin maka terjadi kerusakan Dhamma. Ini adalah bahaya masa depan ke lima yang belum muncul yang akan muncul di masa depan. Kalian harus mengenalinya dan berusaha untuk meninggalkannya.

“Ini, para bhikkhu, adalah kelima bahaya masa depan itu yang belum muncul yang akan muncul di masa depan. Kalian harus mengenalinya dan berusaha untuk meninggalkannya.”

29
DhammaCitta Press / ANGUTTARA NIKAYA buku TIGA
« on: 27 January 2013, 03:07:29 AM »
[101]BUKU KELOMPOK TIGA

Terpujilah Sang Bhagavā, Sang Arahant,
Yang Tercerahkan Sempurna


30
Humor / mari belajar Hokkien
« on: 13 January 2013, 11:48:11 PM »



Pages: 1 [2] 3 4 5 6 7 8 9
anything