Kitab komentar memberikan ilustrasi prinsip-prinsip yang terkandung dalam peraturan ini dengan sebuah gambaran cerita:
Dari cerita menggambarkan;
Misalkan ada seseorang menaruh 100 atau 1000 koin dekat kaki seorang bhikkhu dan berkata, ' Ini untuk anda' dan si bhikkhu menolak dengan berkata 'ini tidak layak' tetapi pemberi itu menjawab 'Saya sudah berikan pada anda' dan ia langsung pergi. Maka jika ada orang lain datang dan menanyakan 'Bhante, apa ini?' Maka ia dapat diberitahu apa yang dikatakan oleh orang pertama dan apa yang ia katakan. Jika umat awam tersebut mengatakan, 'Bhante biar saya yang menyimpannya di tempat yang aman, tunjukkan saya tempat yang aman' . Maka dengan mendaki menara berlantai tujuh ia bisa menjelaskan 'Tempat ini aman' tetapi dia tidak boleh mengatakan 'Simpan di sini' (menurut Subkomentar Vimati Vinodanï, ini adalah pelanggaran Nissaggiya Päcittiya juga) Dia dapat menguncinya dan menjaganya. Jika suatu saat ada seorang pedagang membawa barang-barang seperti patta atau jubah dan berkata 'Ambil ini, bhante' maka bhikkhu itu dapat berkata, ' Umat awam, saya membutuhkan ini dan hal untuk mendapatkannya itu ada, tetapi sekarang ini tidak ada kappiya', dan jika pedagang itu berkata, 'Saya akan menjadi kappiya anda, bukalah pintunya dan berikan itu pada saya.' Maka setelah membuka pintunya ia harus berkata, ' Itu terletak dalam ruangan ini', tapi ia tidak boleh mengatakan 'Ambil ini'. Maka tergantung dari apa yang dikatakan sesuatu menjadi layak dan tidak layak. Kemudian jika pedagang itu sudah mengambilnya (koin) dan memberikan barang-barang yang layak kepada bhikkhu tersebut maka ini diperbolehkan. Tapi jika pedagang itu mengambil terlalu banyak koinnya maka bhikkhu itu harus berkata, 'Saya tak jadi mengambil barang daganganmu, pergilah!'
2. Meêéaka Sikkhäpada
Terjemahannya telah diberikan sebelumnya. Di dalam kitab-kitab komentar tidak terdapat informasi terpisah mengenai jalan-jalan yang layak ini. Semua yang perlu diucapkan telah dijelaskan dalam komentar dari Räja Sikkhäpada. Satu baris terakhir yang perlu diingat sebagai rangkuman tentang semua aturan yang berhubungan dengan uang, 'Oh para bhikkhu, tidak dengan jalan apapun Saya mengijinkan uang untuk diterima atau dicari'
3. Räja Sikkhäpada
Terjemahannya pun sudah. Komentar dari peraturan ini memberikan banyak informasi yang mana akan membantu para bhikkhu untuk mengetahui apa yang harus dilakukan dan katakan dalam berbagai situasi. Di bawah ini beberapa terjemahan atau kutipan-kutipan pilihan dari komentar dengan penambahan penjelasan lebih lanjut oleh penulis.
Dipilih dari Komentar Kaòkhävitaraêï
1. 'Setelah membeli jubah dengan uang ini, serahkan itu pada bhikkhu ini atau itu', dikatakan (dalam peraturan) untuk menunjukkan kemurnian dari kehendak dengan cara bagaimana uang tersebut terkirim. Jika pemberi itu mengirimkan utusan dan berkata, 'Berikan uang ini pada bhikkhu ini dan itu', maka itu terkirim secara tidak murni karena sumber uang yang tidak layak. Dalam kasus ini seorang bhikkhu jangan pernah menunjuk seseorang sebagai kappiya.
Jika seorang pemberi datang sendiri dan berkata, 'Saya berikan uang ini pada anda', maka bhikkhu itu tidak dapat menunjuk seorang kappiya. Jika bhikkhu ini hanya mengatakan 'Orang bernama A atau B adalah kappiya saya', pada titik ini akan menyebabkan uang diterima untuknya dan ini adalah pelanggaran Nissaggiya Päcittiya. Apa yang bisa dilakukan seorang bhikkhu hanyalah menolak uang tersebut.
2. 'Kami tidak menerima uang untuk membeli jubah. Kami hanya menerima jubah jika diberikan di saat yang tepat dan jubah tersebut layak' telah dikatakan untuk menunjukkan kalau uang haruslah ditolak. Karena walaupun däna untuk jubah dikirim dengan jalan yang benar, kata yang digunakan utusan itu tidak layak atau tepat.
Däna dalam bentuk emas, perak, koin atau mata uang tertentu adalah penyebab pelanggaran Nissaggiya Päcittiya. Mutiara, permata, batu ruby, batu-batu mulia, tujuh macam biji-bijian, budak lelaki atau perempuan, sawah, tanah kosong, kebun buah, taman bunga, barang-barang semacam ini apabila diterima untuk diri sendiri, oleh pagoda, Saògha, kumpulan, atau orang lain menyebabkan pelanggaran dukkaèa.
3. Jika utusan itu menanyakan dengan cara yang sesuai atau diperbolehkan berkata, 'Bhante, apakah ada orang yang membantu anda?' Maka hal ini diijinkan untuk menunjuk seseorang. Jika utusan itu menanyakan, 'Siapa yang akan mengambil ini?' atau 'Kepada siapa saya harus berikan ini?' Maka pada saat itu tidak diperbolehkan menunjuk seorang kappiya.
Jika bhikkhu tersebut menunjuk seseorang sebagai kappiya ketika umat awam menanyakan dengan cara di atas maka itu adalah pelanggaran Nissaggiya Päcittiya karena menyebabkan orang lain menerima uang untuknya.
4. 'Orang bernama A atau Orang bernama B membantu para bhikkhu' ini dikatakan untuk menunjukkan cara pembicaraan yang diperbolehkan bagi bhikkhu. Hanya ini yang bisa dilakukan atau diucapkan dalam situasi di atas dan tidak boleh mengatakan, 'Berikan padanya. Dia akan menyimpannya. Dia akan menukarnya. Dia akan membelanjakannnya.'
Jika umat awam itu bertanya dengan cara yang sesuai maka bhikkhu itupun harus melakukan cara yang sesuai agar dapat menunjuk seorang kappiya.
5. 'Orang yang anda tunjuk telah saya beri instruksi, bhante hampiri dia di waktu yang tepat dan dia akan memberikan anda jubah' artinya orang tersebut sudah diperintah oleh saya ketika keinginan untuk memiliki jubah muncul maka ia akan memberikannya. Jika utusan itu benar-benar mengatakan hal ini maka setelah diberi tahu semacam ini, maka diperbolehkan untuk meminta jubah. Tidak diperbolehkan untuk memintanya jika ia pergi begitu saja dan memberikan däna tersebut ke tangan kappiya.
Ini akan menjadi penghidupan yang salah dengan menanyakan jubah dari seseorang yang tidak memberikan undangan.
6. Jika bhikkhu itu berkata, 'Orang ini membantu para bhikkhu', menunjuk seseorang yang hadir di saat itu. Maka jika utusan itu didepan bhikkhu ini memberikan dänanya ke tangan orang tersebut dengan mengatakan, 'Setelah membeli jubah untuk Therä ini, serahkanlah padanya' dan ia pergi. Maka meskipun ia tidak mengatakan ... telah saya perintah... ini layak bagi bhikkhu untuk meminta jubah.
Jika yang menunjuk kappiya yang akan diberikan dänanya adalah utusan itu sendiri dengan mengatakan, 'Saya akan berikan däna ini padanya, anda ambil jubahnya' maka ini tetap diperbolehkan.
7. 'Saya butuh jubah', menunjukkan cara yang benar dalam meminta jubah atau lainnya. Tapi tidaklah sesuai jika mengatakan 'Berikan saya jubah. Ambilkan saya jubah. Belikan saya jubah. Belanjakan saya jubah'.
Pilihan dari Samanta Päsädikä
1. Tidak hanya tidak diperbolehkan menerima uang untuk diri sendiri tetapi itu juga tidak diperbolehkan menerima uang yang dibawa oleh pendana dan ia berkata, 'Ini saya berikan untuk Saògha, buatlah taman, pagoda, ruang makan, atau apapun'. Siapapun yang menerima uang untuk orang lain adalah pelanggaran dukkaèa, menurut Komentar Mahäpaccariya.
2. Jika seorang bhikkhu menolaknya dan berkata 'Itu tidak sesuai bagi bhikkhu untuk menerimanya', maka jika pendäna itu berkata 'Saya akan letakkan di tangan tukang kayu atau pekerja. Anda cukup memantaunya ketika mereka bekerja' dan pergi maka ini diperbolehkan. Atau ia berkata, 'Saya akan berikan ke tangan orang saya atau saya akan menyimpannya sendiri. Jika anda membutuhkan apapun maka kirimkan itu pada saya guna mendapatkannya. Inipun diperbolehkan.
3. Jika tanpa menyangkut Saògha, perkumpulan, atau perorangan. Mereka hanya berkata, 'Kami berikan emas, perak atau uang ini untuk pagoda, Vihära, pembangunan', maka ini tidak boleh ditolak. Bhikkhu yang bersangkutan harus memberi tahu kappiya dengan berkata, 'Inilah yang mereka katakan', Apabila mereka berkata, 'Kami berikan ini untuk kepentingan atau manfaat pagoda, Vihära, pembangunan, anda terimalah ini dan simpan'. Maka bhikkhu harus menolaknya dengan mengatakan, 'Itu tidaklah pantas bagi kami untuk menerimanya'.
Pada kasus pertama bhikkhu tersebut tak dapat menolak karena ia tidak diminta untuk menerima uang. Ia tidak bisa melakukan apapun kecuali memberi tahu kappiyanya.
4. Jika seseorang membawa sejumlah besar emas, perak atau uang dan berkata, 'Ini saya serahkan pada Saògha, bhante, gunakan untuk mendapatkan empat kebutuhan darinya'. Maka apabila Saògha harus menerimanya maka tindakan menerima itu sendiri telah melanggar dan menggunakan barang-barang yang didapat dari itu juga merupakan pelanggaran.
Jika saat itu diberikan kepada Saògha seorang bhikkhu berkata, 'Itu tidaklah layak' dan maka umat awam itu pergi berkata 'Baiklah kalau begitu, saya akan menyimpannya kalau memang ini tidak layak'. Kemudian bhikkhu lainnya berkata padanya, 'Kamu telah menghalangi pendapatan Saògha' atau kata-kata lainnya yang berhubungan dengan itu. Bagi siapapun yang mengatakan hal tersebut adalah pelanggaran dukkaèa karena penolakan dari seorang bhikkhu telah menyelamatkan banyak orang dari melakukan pelanggaran.
Jika bhikkhu yang menolak itu mengatakan 'Tidak layak' dan umat awam tersebut berkata, 'Saya akan berikan ke tangan kappiya atau orang saya atau saya akan menyimpannya sendiri. Anda cukup menerima dan mendapatkan barang-barang kebutuhan yang didapatkan darinya'. Ini diperbolehkan.
Kitab Komentar menjelaskan bahwa metode yang dibabarkan di peraturan ini tidak perlu dijalankan oleh semua kappiya. Dijelaskan bahwa ada sepuluh jenis kappiya dan dua tipe kappiya. Keterangannya sebagai berikut;
5. Jika seseorang mengirim utusan dengan däna untuk membeli jubah untuk bhikkhu dan utusan tersebut menghampiri seorang bhikkhu dengan berkata, 'Bhante, orang ini atau itu telah mengirimkan däna untuk pembelian jubah untuk anda. Ambillah uang ini.' Maka bhikkhu harus menolaknya, 'Ini tidak layak'. Jika utusan tersebut bertanya, 'Bhante apakah anda mempunyai kappiya?'
Jika ada seseorang apakah dia sudah ditugaskan oleh umat awam dengan berkata, 'Kau layani bhikkhu ini' atau ia hanyalah teman atau memiliki hubungan dengan bhikkhu itu dan melayaninya. Maka jika saat itu orang tersebut duduk dihadiri oleh bhikkhu itu dan ia menunjukkannya dengan berkata, 'Orang ini yang melayani para bhikkhu.' Maka jika utusan tersebut memberikan dänanya pada orang tersebut dan berkata 'Setelah membeli jubah, berikanlah pada Therä ini' dan ia pun pergi. Maka ini disebut kappiya yang ditunjuk di hadapan langsung bhikkhu yang menunjuknya. (1)
Apabila orang tersebut tidak hadir disitu, saat itu dan bhikkhu tersebut berkata, 'Di desa ini atau itu ada orang bernama A atau B, ia yang melayani para bhikkhu.' Maka jika utusan itu menghampiri orang yang dimaksud dengan memberikan dänanya dan berpesan sama seperti di atas. Maka setelah itu ia harus kembali memberitahu bhikkhu tersebut sebelum pergi. Maka ini dikatakan sebagai kappiya yang ditunjuk bhikkhu tanpa kehadiran kappiya. (2)
Apabila utusan tersebut tidak kembali tapi menyuruh orang lain untuk menyampaikan maka ini disebut tipe kedua kappiya yang ditunjuk oleh bhikkhu tanpa kehadiran dirinya. (3)
Apabila si utusan tidak mengirim seseorang semacam ini, tetapi malahan sebelum pergi ia berkata pada bhikkhu, 'Bhante, saya akan berikan däna ini untuk pembelian jubah kepada orang ini, anda ambil jubahnya'. Maka ini adalah tipe ketiga kappiya yang ditunjuk tanpa kehadiran bhikkhu. (4)
Demikianlah ada empat macam kappiya yang ditunjuk oleh bhikkhu. Satu yang ditunjuk di hadapan kappiya dan tiga ditunjuk tanpa kehadiran kappiya. Dari kesemua empat hal ini seorang bhikkhu harus melakukan dengan cara yang sama sebagaimana tertulis dalam aturan Räja Sikkhäpada.
Jika bhikkhu ditanyakan oleh utusan dengan cara yang sama seperti disebutkan di atas sebelumnya dan jika bhikkhu itu memang tak ada kappiya atau tidak ada hasrat untuk membuat perencanaan harus berkata, 'Saya tidak ada kappiya', maka jika saat itu seseorang datang dan utusan itu memberikan däna tersebut kepada orang itu dan pergi setelah mengatakan, 'Dapatkan jubah dari orang ini'. Maka ini kappiya yang ditunjuk oleh utusan dihadiri bhikkhu. (1)
Di lain kasus utusan tersebut memasuki desa sendiri dan memilih seseorang dan memberikan dänanya ke tangannya. Maka dengan cara yang sama seperti sebelumnya ia kembali dan memberitahukan bhikkhu tersebut, mengirim orang lain untuk memberitahunya atau sebelum pergi berkata 'Saya akan berikan däna ini ke tangan orang yang bernama ini atau itu, anda minta jubahnya' dan dia pun pergi. Ketiga kasus ini disebut kappiya yang ditunjuk oleh utusan tanpa dihadiri bhikkhu. (2, 3, 4).
Ke-empat ini semuanya disebut kappiya yang ditunjuk oleh utusan. Dari ke-empat hal ini bhikkhu harus berlatih secara tepat dengan cara yang sama sebagaimana dikatakan dalam 'Perijinan Meêéaka' yang mengatakan;
'Oh para bhikkhu, ada orang-orang dengan keyakinan dan penghormatan dan jika mereka mengharuskan untuk mempercayakan uang di tangan kappiya dan menginstruksikannya dengan berkata. 'Dengan uang ini berikanlah sesuatu yang diperbolehkan kepada bhante ini', Maka bhikkhu, Saya ijinkan kalian untuk menerima apapun barang-barang yang layak yang didapatkan dari uang itu. Tetapi bhikkhu, tidak dalam cara apapun Saya mengijinkan uang diterima dan dicari.' Menurut kelayakan ini ada batasan dalam hitungan berapa kali bhikkhu memintanya.
Bhikkhu yang belum menyetujui akan penerimaan däna tersebut, bahkan jika ia bertanya, berdiri hingga ribuan kali itu tetap diperbolehkan untuk menerima apa yang layak dari itu. Jika mereka tidak memberikan apapun, setelah menunjuk orang lain sebagai kappiya, ia harus menyebabkan orang itu untuk membawakan barang-barang kebutuhan. Jika ia mau, ia bisa melaporkannya pada orang yang berdäna, tetapi tidak perlu melakukannya jika ia tak mau.
Bhikkhu tidak diijinkan untuk menyebabkan uang dipindahkan dari kappiya yang satu ke yang lainnya. Ia harus berkata pada kappiya yang baru. 'Seseorang telah menitipkan dänanya untuk pembelian jubah dengan orang bernama A atau orang bernama B dan saya membutuhkan jubah.'
(5) Jika bhikkhu setelah ditanya oleh seorang utusan seperti apa yang tertulis di atas dan bhikkhu tersebut menjawab, 'Saya tak ada kappiya'. Maka jika saat itu seseorang berada disitu dan mendengar itu dan berkata, 'Teman, berikan itu pada saya. Saya akan belikan jubah untuk bhante ini dan memberikannya' Maka jika utusan berkata, 'Baiklah teman, kau berikan itu' dan setelah memberikan dänanya ke tangan orang tersebut dan tanpa memberi tahu bhikkhu itu dan langsung pergi (tanpa memberi tahu bhikkhu untuk meminta jubahnya pada orang tersebut, ini disebut menjadi kappiya karena mulutnya sendiri).
Jenis lainnya jika seorang utusan hanya memberikan dänanya kepada siapa saja dan memberitahukan 'Kau berikan jubah pada bhante ini' dan langsung pergi. Maka ini disebut menjadi kappiya dengan perantara orang lain.
Kedua jenis terakhir ini adalah kappiya yang tanpa ditunjuk terlebih dahulu. Dalam kasus ini bhikkhu harus berlatih sesuai dengan yang tertulis di atas di mana bhikkhu harus memperlakukan seolah-olah mereka bukanlah kerabat atau orang yang belum memberikan undangannya untuk meminta barang kebutuhan. Jika mereka berdasarkan keinginannya membawakan jubah dan menyerahkannya maka itu dapat diterima. Jika tidak, jangan berkata apapun.
Meskipun dalam peraturan hanya disebut utusan yang membawa dänanya, jika pendonornya yang membawa dänanya sendiri atau däna tersebut untuk makanan atau lainnya, prosedurnya sama.
4. Rüpiya Saóvohära Sikkhäpada
Bhikkhu manapun yang terlibat dalam tukar-menukar dengan menggunakan beragam bentuk emas, perak atau uang telah melanggar Nissaggiya Päcittiya.
Rüpiya Sikkhäpada melarang penerimaan emas, perak, atau uang. Peraturan ini juga melarang penggunaannya dalam tukar-menukar dengan barang-barang terbuat dari emas, perak (seperti perhiasan) atau untuk sesuatu yang layak seperti jubah, mangkuk makan, atau barang lainnya). Peraturan ini juga melarang penukaran barang-barang yang layak atau benda apapun yang terbuat dari emas, perak, atau uang untuk mendapatkan emas, perak, atau uang.
Komentar Samanta Päsädikä memberikan penjelasan dengan contoh yang disebut 'empat mangkuk makan yang tidak layak' di sana tertulis;
Dengan maksud menunjukkan kesalahan yang besar untuk melanggar peraturan ini ke-empat mangkuk makan harus dijelaskan; Jika bhikkhu menerima uang dan membeli biji besi dan membuatnya menjadi besi dan membuatnya menjadi sebuah mangkuk makan. Maka mangkuk makan ini disebut 'sesuatu yang sangat tidak layak' karena tidak ada jalan apapun untuk dapat merubahnya menjadi layak. Jika mangkuk itu dihancurkan dan dibuat cangkir, itu tetaplah tidak layak. Jika itu dibuat pisau lalu ia membuat tusuk gigi yang dibuat dengan menggunakan pisau tersebut tusuk gigi menjadi tidak layak atau membuatnya menjadi mata kail maka jika ada ikan yang tertangkap maka itu tetap tidak layak. Jika ia memasukkan mata pisau yang dipanaskan yang dibuat dari itu dan mencelupkannya dalam air atau susu dan menghangatkannya maka air atau susu tersebut menjadi tidak layak.
Jika bhikkhu setelah menerima uang membeli mangkuk yang siap pakai maka itu tidaklah layak. Dikatakan dalam komentar Mahäpaccariya. Mangkuk itu tidak layak bagi bhikkhu, bhikkhunï, sämaêera atau sämaêeri, atau bahkan sikkhamänä. Mangkuk ini bisa dibuat menjadi layak lagi jika ia mengembalikannya ke tempat dia membelinya. Ambil kembali uangnya dan kembalikan mangkuknya, maka itu akan menjadi layak lagi (jika däna uangnya diterima dengan jalan yang pantas).
Jika bhikkhu setelah menerima dengan cara yang tidak layak pergi ke tempat penjualan mangkuk dengan kappiya dan setelah melihat mangkuk ia berkata, 'Saya suka ini' dan kappiya itu memberikan uangnya dan mengaturnya dengan penjual mangkuk. Maka meskipun begitu mangkuk tersebut didapatkan dengan cara pembicaraan yang benar itu tetap tidak layak karena sumber penerimaan uang tersebut. Ini tidaklah berbeda dari contoh kedua. Kenapa ini tidak layak bagi bhikkhu lain juga? Ini dikarenakan uang tersebut belum diserahkan terlebih dahulu (Menurut Vinaya, di tengah-tengah Saògha).
Jika bhikkhu tidak menerima uang dan kappiya didatangkan dan diinstruksikan dengan berkata, 'Setelah membeli mangkuk berikan pada Therä ini.' Maka jika kappiya itu dan bhikkhu tersebut pergi ke toko mangkuk dan setelah melihat mangkuk bhikkhu itu berkata 'Ambil uangnya dan ambilkan saya ini' dan demikian ia telah menyebabkan uang diberikan dan ia mendapat mangkuk. Maka mangkuk tersebut tidak layak hanya bagi bhikkhu itu saja karena ia telah mengatur pembelian dengan jalan yang salah. Ini layak untuk bhikkhu lainnya karena asal-usul uangnya diterima dengan benar.
Mahäsuma Therä memiliki upajjhäya bernama Anuruddha Therä dan memiliki mangkuk semacam itu, mengisinya dengan ghee dan menyerahkannya pada Saògha. Murid dari Tipièaka Cüëanäga Therä juga memiliki hal yang serupa dan Sang Therä menyebabkan itu terisi dengan ghee dan menyerahkannya pada Saògha. Inilah ke-empat mangkuk yang tidak layak.
Jika bhikkhu tidak menerima uangnya dan kappiya didatangkan juga diinstruksikan dengan berkata ' Setelah membeli mangkuk berikan pada Therä', maka jika kappiya dan bhikkhu pergi ke toko mangkuk bersama dan setelah melihat mangkuk Sang bhikkhu berkata 'Saya suka yang ini' atau 'Saya akan ambil yang ini' dan kappiya mengambil uangnya dan mengatur pembeliannya dengan si penjaga toko maka mangkuk itu sangat layak bahkan Sang Buddha pun akan menggunakannya.