//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: MATANGNYA BUAH KARMA  (Read 1897 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
MATANGNYA BUAH KARMA
« on: 24 August 2007, 01:35:29 PM »
MATANGNYA BUAH KARMA

Pada sebuah Vihara Avalokitesvara hidup seorang Bhikkhu setengah baya, Vajradatta, demikianlah namanya. Dia terkenal karena sangat ketat menjalankan sila sila kebhikkhuannya.
Pada suatu hari, Bhikkhu Vajradatta berjalan-jalan di tepi pantai, ditengah perjalanan pulangnya, dia berjumpa dengan seorang pedagang kaki lima yg sedang menghidangkan sate daging anjing, aromanya yg luar biasa mebuat setiap orang yg melewati tempat itu pasti tergoda untuk mencicipinya. Demikian pula Bhikkhu Vajradatta tidak terkecuali, dia menelan air liur, seolah - olah sedang emnyantap sate. Untunglah dia masih dapat menguasai dirinya dengan baik.
Sekembali ke Vihara, dia merasa sekujur tubuhnya panas dingin tak teratur, tidak lama kemudian timbullah bisul-bisul berjajaran pada tubuhnya sebanyak delapan belas buah, bentuknya mirip tengkorak manusia yg berukuran sebesar bakso super, sakitnya luar biasa.
Bilamana ada yg datang membesuk, sakitnya akan mejadi-jadi tetapi bila bhikkhu Vajradatta menghindar dari tamu yg membesuknya, sakitnya akan lebih bertambah menjadi-jadi hingga terasa menusuk sumsum tulang, seakan-akan memaksa Bhikkhu Vajradatta untuk mempertontonkan dirinya kepada khalayak ramai.
Dalam usaha mengobati penyakit anehnya, didatangkan lebih dari sepuluh dokter ahli dari sepuluh penjuru dunia, namun tak seorangpun yg dapat menyembuhkannya. Menyadari bahwa itu adalah tagihan karma masa lampau, maka dengan menahan sakit, Bhikkhu Vajradatta menahan sakit berlutut di hadapan Buddha meminta pertobatan.
Suatu sore, ketika Bhikkhu Vajradatta sedang meneliti sakitnya seorang diri, dalam pandangannya yg sedikit kabur, dia melihat delapan belas orang tentara berdiri di depan dan berkata kepadanya, semuanya tidak memiliki kepala.
"Wahai Vajradatta, masih ingatkah kau pada kami?" suara mereka keluar dari lubang leher yg menganga.
"Seingat saya, kita tidak pernah saling mengenal...." Jawab Bhikkhu Vajradatta.
"Kau telah melupakan kami begitu cepat sobat!, ketahuilah, bahwa kami adalah bawahan-bawahanmu pada empat kelahiran yg lampau, dimana engkau menjabat sebagai panglima perang tertinggi negara. Suatu hari, kau memerintahkan kami yg jumlahnya dua-puluh orang untuk mengawasi sebuah pintu lorong pergunungan dengan ketat, dua orang diantara kami secara diam-diam meninggalkan tempat penjagaannya dan turun ke kaki bukit. Mereka bertemu dengan seorang wanita yg sedang berjalan seorang diri, mereka mencegat dan memperkosanya bergiliran. Kejadian ini diketahui oleh suami wanita tersebut dan melaporkannya kepada engkau. Dengan tanpa menyelidiki siapa pelakunya diantara kami, engkau menghukum mati kami semuanya, sungguh suatu tindakan yg tidak adil, kami tidak rela menerima hukuman ini, mereka yg melakukan kejahatan itu sudah sewajarnya dihukum mati, tetapi kami yg tidak berdosa juga harus ikut mati penasaran.....
Sudah dua ratus tahun kami mencari-cari engkau untuk membalas sakit hati ini, tetapi pada kehidupan sekarang baru kami dapati, namun kami tidak dapat berbuat apa-apa karena selama ini kau sangat ketat melaksanakan sila kebhikkhuan, sehingga kami sama sekali tidak emmpunyai kesempatan utnuk membalas dendam, kami hanya bisa mengikuti engkau terus-menerus kemanapun engkau pergi. Ketika hatimu tergerak untuk mencicipi sate anjing
itu, barulah kami memperoleh kesempatan yg baik.
Kini engkau melakukan pertobatan kepada Sang Buddha, kami terpaksa harus menunda pembalasan terhadapmu. Tetapi ingatlah baik-baik, karma yg sudah ditanam harus diterima hasilnya, kami akan datang lagi beberapa tahun yg akan datang!"
Seusai berkata demikian, mereka menghilang seketika, dan Bhikkhu Vajradatta juga sadar dari kekaburan pandangannya.
Beberapa tahun kemudian, Vajradatta meninggal dunia dengan penyakit yg sama.
S E K I A N
 
 
Cerita ini diambil dari Buku Aneka Cerita Karma

 _/\_
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are