Berada di situasi demikian mungkin akan menyulitkan terutama kalo kita berpikir dipihak anak.
Buddhism memandang kematian sebagai hal yang wajar dimana ada kelahiran disitulah kita mempersiapkan liang kubur kita.
Kemelekatan kita akan kehidupan dan eternity itulah yang membuat kadang kita tidak bisa berpikir dengan bijaksana apalagi kita akan kehilangan seseorang yang kita cintai , pasti segala daya upaya akan kita coba untuk menyembuhkan namun bijaksanakah ? disitu pertanyaannya.
Bila harapan sembuh itu masih ada ,oke,kita coba jual segala harta benda, dan setelah bapaknya sembuh, ketemu lagi dengan harta yang sudah kosong melompong, buat apa? saya berbicara seperti ini bukan menjadi monster yang tidak punya belas kasih namun lihatlah efek ke depan. bapaknya sudah sakit keras,sudah koma, what can we do? kecuali kalo misalnya sakit flu ringan perlu berobat ke dokter seharga 150rb katakanlah,ini masih wajar,sudah koma dan sakit keras berarti hanya menunggu waktu kepergian. dan itu natural,alami.
Anak yang ingin berbakti kenapa tidak pada saat orangtuanya masih sehat-sehat?walaupun hidup serba kekurangan,ingatlah orang tua tidak meminta kekayaan dari anaknya namun kebaikan seorang anak sebagaimana mereka membesarkan kita sampai dewasa dengan kasih sayang dan penuh perjuangan? kenapa tidak berbakti pada saat masih sehat-sehat?
Kematian adalah hal wajar meskipun hati perih,setelah mengetahui Dhamma,hati akan tenang.
Sang Buddha mengajarkan bahwa balas budi orang tua terbesar adalah Dhamma dana, mengajarkan Dhamma kepada orang tua,sehingga setelah mengenal Dhamma, kebahagiaan pada saat kematian bisa tercapai baik terlahir ke alam yang lebih berbahagia seperti alam Deva, bukankah kita malah seharusnya senang bahwa orang tua kita terlahir di alam Deva?
Orang takut akan kematian hanya karena ia tidak tahu kemana ia akan pergi setelah kematian, dengan mengetahui Dhamma,maka ia sudah mempersiapkan bekal menuju kematiannya.