//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - Tan

Pages: [1] 2 3
1
Diskusi Umum / Dasar-dasar Manajemen Vihara
« on: 27 January 2011, 02:26:39 PM »
Dasar-dasar Manajemen Vihara
Ivan Taniputera
(16 Januari 2011)
[/b]

Pengantar

Sebenarnya sudah lama saya ingin menulis mengenai manajemen vihara. Meskipun demikian, karena keterbatasan waktu, baru kali ini saya berhasil menuliskan artikel dengan topik tersebut. Tulisan ini didapat dari hasil wawancara dan pengamatan terhadap berbagai organisasi vihara yang ada.
Perkembangan zaman yang terus bergulir menghendaki adanya suatu sistim  manajemen vihara. Tentu saja sistim yang diadopsi dalam mengatur vihara kemungkinan berbeda dari satu vihara ke vihara lainnya. Meskipun demikian, terdapat suatu panduan garis besar manajemen yang dapat diberlakukan di sebagian besar vihara.
Diharapkan artikel ini sanggup memberikan sumbangsih berharga bagi kemajuan organisasi vihara di negeri kita dan sanggup memajukan perkembangan agama Buddha pada umumnya.
a.Perlunya manajemen vihara

Bila direnungkan lebih seksama, vihara juga merupakan sejenis organisasi yang membutuhkan pengaturan, sehingga segenap fungsinya dapat berjalan lancar. Hal ini tidaklah berbeda dengan organisasi lain yang bersifat duniawi, umpamanya partai politik dan perusahaan. Vihara memerlukan sistim organisasi dan pengaturan yang baik, sehingga dapat memaksimalkan pelayanan terhadap umat tanpa terkecuali. Bedanya dengan organisasi sekuler ataupun keagamaan lainnya adalah manajemen vihara hendaknya mengedepankan prinsip-prinsip Dharma.

b.Prinsip-prinsip dasar manajemen vihara

Sebagaimana yang baru saja diungkapkan, prinsip-prinsip Dharma selayaknya menjadi landasan utama bagi manajemen vihara. Metta karuna hendaknya menjadi motor penggerak bagi sistim manajemen vihara. Dengan adanya belas kasih berlandaskan Dharma, hendaknya terjadi sikap saling menghormati dan mengasihi antara sesama pelaku manajemen vihara dan antara pelaku manajemen vihara dengan umat.
Sikap rendah hati dan tidak mementingkan diri sendiri, patut ditanamkan bagi setiap pelaksana manajemen vihara. Masing-masing hendaknya bersikap saling asih dan asuh. Jangan ada pelaksana manajemen vihara yang merasa dirinya paling penting, paling pandai, atau paling hebat. Yang patut dikedepankan adalah hasil kerja kelompok (team) dan bukannya kinerja perseorangan (single fighter).
Prinsip berikutnya adalah mudita, yang dalam hal ini adalah saling menyokong antara sesama pelaksana manajemen. Jangan menyalahkan atau mencoba menimpakan kesalahan pada orang lain. Bila ada sesama pelaksana yang sanggup menelurkan ide-ide atau karya hebat, kita hendaknya bersuka cita.
Selanjutnya adalah prinsip upekkha atau keseimbangan batin. Dalam hal ini seorang pelaksana harus dengan lapang dada menerima kritikan atau masukan dari sesama pelaksana manajemen serta umat. Jangan setelah menerima kritikan lantas marah atau emosi. Beberapa orang lantas mengundurkan diri dan tidak mau datang lagi ke vihara setelah dikritik. Biarlah kritik itu menjadi pelajaran bagi diri kita sebagai bekal kehidupan di tengah masyarakat. Keseimbangan batin ini juga mendorong kita agar tidak bersikap membeda-bedakan. Umat vihara tentunya berasal dari banyak golongan dan tingkat perekonomian. Janganlah mengutamakan umat-umat yang kaya atau berduit saja. Buddha sendiri mengajarkan Dharma kepada semua orang tanpa membeda-bedakan. Oleh karena itu, sudah sewajarnya kita meneladani Guru kita.
Tentu saja masih banyak lagi prinsip-prinsip lainnya, namun nampaknya keempat prinsip di atas yang terpenting. Prinsip-prinsip kecil lain umpamanya adalah rela berkorban serta tak mudah mengeluh. Sebelum seseorang memangku tugas-tugas sebagai pelaksana manajemen vihara, hendaknya prinsip-prinsip ini dipahami baik-baik.
Sebaliknya, sebagai umat kita juga harus menghargai para pelaksana manajemen vihara. Kita selaku umat perlu menyadari bahwa pelaksana manajemen telah bekerja keras menyelesaikan berbagai tugas. Dengan demikian, kita jangan mudah menyalahkan mereka hanya karena urusan sepele. Kendati demikian kembangkan sikap saling membangun. Apabila sekiranya ada kritikan atau usulan membangun janganlah ragu-ragu menyampaikan pada mereka. Dengan demikian, hubungan yang kondusif antara pelaksana manajemen vihara dan umat akan terselenggara dengan baik.

c.Tatanan organisasi vihara

Sebagai pelindung bagi manajemen vihara biasanya adalah anggota Sangha. Selanjutnya diperlukan seorang ketua vihara. Sesudah itu barulah dibentuk berbagai divisi sesuai kebutuhan vihara, seperti bendahara, divisi kerohanian, divisi acara, divisi muda-mudi, divisi keamanan, divisi umum, dan lain sebagainya. Masing-masing vihara kemungkinan memiliki divisi yang tidak sama. Oleh karena itu, sebelum merancang sistim organisatoris vihara perlu mempertimbangkan kebutuhan yang ada. Yang perlu diingat divisi-divisi dalam vihara tidaklah berdiri sendiri-sendiri melainkan harus saling berkoordinasi satu sama lain. Suatu kegiatan barulah dapat terlaksana apabila berbagai divisi itu sanggup bekerja sama dengan baik.

KETUA VIHARA

Memimpin divisi-divisi di bawahnya dan mengupayakan agar kegiatan vihara berjalan lancar. Ketua vihara hendaknya berkoordinasi dengan pelindung manajemen vihara, yang biasanya berasal dari kalangan Sangha. Tugas ketua vihara sangat berat. Ia hendaknya sanggup pula mencari pribadi-pribadi yang berbobot demi mengembangkan viharanya.

BENDAHARA
Tugasnya tentu saja adalah menangani masalah keuangan vihara. Adapun kemungkinan sumber keuangan vihara antara lain: (1)sumbangan atau dana umat dan (2)penjualan melalui bursa. Oleh karena itu, di bawah bendahara boleh dibentuk divisi bursa vihara. Bendahara hendaknya sanggup menghadirkan laporan keuangan vihara yang transparan-mengingat sekarang adalah era transparasi. Sebagai tambahan, karena berkaitan dengan laporan keuangan vihara, ada baiknya bendahara menguasai pula ilmu akutansi. Penguasaan ilmu ini merupakan tuntutan perkembangan zaman, sehingga bila suatu vihara ingin maju diperlukan pula tenaga-tenaga handal sebagai pengurusnya.

DIVISI KEROHANIAN
Bertugas menangani kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan pembelajaran dan pembabaran Dharma. Sebagai contoh adalah mengatur penyelenggaraan sekolah minggu atau kelas pembelajaran Dharma bagi muda-mudi.

DIVISI ACARA
Bertugas menangani acara-acara rutin maupun khusus. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan vihara, umpamanya retret, bakti sosial atau pembagian sembako juga merupakan tanggung jawab divisi ini. Khusus mengenai retret dapat berkoordinasi dengan divisi kerohanian, mengingat masing-masing divisi tidaklah berdiri sendiri-sendiri. Acara rutin misalnya puja bakti mingguan atau setiap hari uposatha. Oleh karena, upacara-upacara di vihara memerlukan kehadiran para anggota Sangha, divisi acara juga perlu berkoordinasi dengan pelindung organisasi manajemen vihara, tentu saja melalui ketua vihara.
Penyambutan umat juga menjadi tanggung jawab divisi acara.

DIVISI MUDA-MUDI

Kaum muda merupakan elemen penting vihara. Pada pundak kaum muda terletak kemajuan vihara dan agama Buddha secara umum di masa mendatang. Itulah sebabnya, penulis merasa perlu mengadakan suatu divisi khusus bagi kaum muda-mudi demi mewadahi dan menyalurkan aspirasi mereka. Mungkin ada yang berpikir bahwa kegiatan divisi muda-mudi ini ada tumpang tindihnya dengan divisi kerohanian (berupa kelas Dharma bagi kaum muda-mudi). Memang pemikiran ini ada benarnya, karena suatu divisi itu tidaklah berdiri sendiri-sendiri, sehingga perlu ada koordinasi antara berbagai divisi yang ada, termasuk divisi kerohanian dan muda-mudi. Divisi muda-mudi mungkin lebih banyak menangani kegiatan selain kerohanian, seperti kursus bahasa Inggris, Mandarin, bela diri, dan lain sebagainya yang dilakukan dalam lingkungan vihara. Tentu saja, hal ini tidak berarti bahwa orang yang merasa dirinya tidak muda lagi tak boleh berpartisipasi dalam kegiatan semacam itu.

DIVISI KEAMANAN

Bertugas menangani masalah keamanan dan ketertiban di vihara. Mengingatkan para pengunjung agar berpakaian sopan juga menjadi tanggung jawab divisi keamanan. Tentu saja dalam menjalankan tugasnya divisi keamanan harus tetap bersikap ramah dan sopan namun tegas. Salah satu tugas lain divisi keamanan misalnya mengingatkan pengunjung vihara yang lalai melepas alas kakinya saat memasuki vihara.

d.Penyambutan tamu

Salah satu pertanyaan penting sehubungan dengan manajemen vihara adalah apakah diperlukan penyambut tamu saat diadakannya puja bakti di vihara. Tentu saja jawaban bagi pertanyaan ini beragam. Memang dalam naskah-naskah suci Buddhis tidak disebutkan mengenai perlunya penyambutan bagi tamu (setidaknya sejauh yang saya ketahui). Meskipun demikian, bila direnungkan menjadi penyambut tamu setidaknya dapat menjadi latihan bagi kita mengembangkan keramahan. Sesungguhnya memberikan senyuman saja, dapat dianggap sebagai pemberian dana. Jadi adanya penyambut tamu tidak ada ruginya serta dapat membawa efek positif.
Lalu dari sudut pandang sistim manajemen vihara,  di bawah koordinasi siapakah penyambut tamu itu? Penyambut tamu dapat berada di bawah divisi acara. Ada baiknya, sebelum bertugas sebagai penyambut tamu seseorang diberikan training dan panduan terlebih dahulu.

e.Pendapatan dan pengeluaran vihara
Bendahara bertugas melakukan pembukuan terhadap pemasukan dan pengeluaran vihara. Sebelumnya perlu didata terlebih dahulu apa yang menjadi sumber pemasukan dan pengeluaran vihara.

SUMBER PEMASUKAN VIHARA

Kotak dana sumbangan
Sumbangan umat
Penjualan barang-barang di bursa (patung, barang sembahyang, dan lain sebagainya)
Khusus kotak dana sumbangan perlu dihitung secara berkala, umpamanya seminggu sekali. Lalu seluruh hasilnya dibukukan secara teliti dan cermat.

SUMBER PENGELUARAN VIHARA

Listrik
Kebersihan dan perawatan
Gaji karyawan (bila ada)
Internet (bila ada)
Makan dan minum (bila ada-terutama saat perayaan-perayaan tertentu)
Pembangunan, perbaikan, atau perombakan gedung skala besar
Pemasukan dan pengeluaran vihara ini ada baiknya secara berkala juga diaudit.
f.Pertemuan (meeting) pengurus vihara
Para pelaku manajemen vihara perlu mengadakan pertemuan secara teratur guna membahas perkembangan dan pengaturan vihara. Demi menjaga profesionalisme, undangan mengadakan pertemuan hendaknya secara tertulis dan jelas. Undangan yang hanya lisan semata, perlu dihindari. Agar dipastikan pula agar seluruh pengurus vihara menerima undangan tersebut. Undangan boleh juga ditempel di papan pengumuman.
Undangan yang baik hendaknya mencamtumkan hal-hal sebagai berikut: tanggal, jam, dan tempat pertemuan, serta tujuan pertemuan. Bahasa yang dipergunakan jelas dan sopan. Hindari undangan rapat yang terlalu bertele-tele.
Saat membicarakan suatu topik dalam rapat para peserta seyogianya tetap berpegang pada prinsip-prinsip Dharma. Apabila menerima undangan rapat, para pengurus vihara selayaknya meluangkan waktu demi menghadirinya.

Penutup

Demikianlah sekelumit dasar-dasar manajemen vihara. Tentu saja, praktik manajemen vihara di lapangan jauh lebih sulit. Artikel ini hanya mengulas dasar-dasarnya saja. Tulisan ini boleh disebar-luaskan tanpa mengurangi atau menambahi isinya. Apabila hendak dikutip silakan disebutkan sumbernya. Segenap kritik dan saran dapat menghubungi penulis di ivan_taniputera [at] yahoo.com atau 0816658902. Semoga tulisan ini dapat menambah kepustakaan mengenai agama Buddha di negeri kita.


2
Diskusi Umum / Membangkitkan Penulis2 Buddhis
« on: 22 December 2010, 02:06:49 PM »
Namo Buddhaya,

Dewasa ini saya melihat adanya krisis buku-buku Buddhis. Oleh karena itu, nampaknya umat Buddha di Indonesia perlu membangkitkan para penulis2 Buddhis agar mulai bersemangat menulis buku2 tentang Buddhadharma. Jadi kita jangan hanya menerjemahkan saja buku2 dari luar, melainkan juga menuangkan karya-karyanya sendiri. Tentu saja harapan saya agar karya-karya tersebut dapat bersifat sistematis dan lengkap, dalam artiap mengupas sesuatu dari tingkat dasar hingga mendalam, disertai penunjang dari Tipitaka/ Tripitaka. Dengan demikian, literatur Buddhis Indonesia akan semakin maju.
Semoga kita dapat membangkitkan lagi khazanah kajian Buddhis seperti yang pernah berjaya di Nalanda dulu. Semoga....

Tan

3
Mahayana / Mengapa Preta Berperut Besar?
« on: 08 September 2010, 12:18:51 PM »
Mengapa Preta Berperut Besar?
Kajian Filosofis Mengenai Hantu Kelaparan
(Serial Dharma Universal)

 Ivan Taniputera
17 Agustus 2010

[Artikel boleh dikutip atau di copass asalkan menyebut sumbernya]

Karena bulan ini adalah bulan tujuh menurut penanggalan lunar yang berdasarkan tradisi Tiongkok dipercaya sebagai bulan hantu, pada kesempatan kali ini kita akan sedikit mengupas mengenai preta atau hantu kelaparan. Bagi yang belum mengenal apa yang dimaksud hantu kelaparan, kita akan mengulas sedikit mengenai maknanya. Hantu kelaparan atau disebut preta dalam bahasa Sansekerta adalah salah satu di antara enam alam kelahiran dalam ajaran Buddha. Keenam alam itu adalah neraka, hantu kelaparan, hewan, manusia, asura, dan dewa. Secara universal, enam alam ini melambangkan kondisi pikiran dan hidup manusia. Dengan kata lain, pikiran dan hidup sehari-hari manusia senantiasa terlahir di antara enam alam ini.

Preta adalah suatu makhluk yang senantiasa didera kelaparan dan kehausan. Gambaran tradisional memperlihatkan preta sebagai makhluk buruk rupa berperut sangat besar dengan leher yang sangat kecil. Makanan yang diberikan pada preta biasanya akan berubah menjadi kobaran api dan karena perut mereka yang sangat besar, berapa banyak yang dimakan tak akan memuaskan mereka. Preta terus menerus mencari makanan ataupun minuman yang teramat sangat jarang mereka jumpai. Ketika mendapatkan sedikit makanan mereka akan berkelahi satu sama lain memperebutkan makanan tersebut.

Mungkin gambaran semacam ini tidak berarti apa-apa bagi masyarakat modern yang mementingkan keilmiahan dan berjiwa skeptis. Tetapi pada kenyataannya, kondisi seperti preta merupakan kenyataan sehari-hari bagi manusia modern. Banyak orang yang tak kunjung terpuaskan dengan apa yang telah dimilikinya. Mereka selalu mengumpulkan lebih banyak lagi dan tetap saja lapar. Yang lebih parah lagi, orang menghalalkan segala cara demi mendapatkan sedikit kekayaan. Karena ingin mendapatkan lebih banyak lagi, orang tidak jarang melakukan tindakan-tindakan seperti korupsi dan lain sebagainya. Bagi yang telah punya satu mobil mewah, ingin dua buah, tiga buah, dan seterusnya.

Penyebab kelahiran sebagai hantu kelaparan adalah kekikiran ataupun menentang dan membujuk orang lain memperlihatkan kemurahan hatinya. Kemungkinan bujukan itu disertai alasan-alasan yang terasa logis, seperti "Janganlah menolong orang itu, nanti dia akan mengalami ketergantungan."

Dewasa ini, banyak orang yang menduduki jabatan dan memegang kekuasaan tidak pernah puas dengan apa yang mereka miliki. Mereka selalu ingin mendapatkan lebih dan tidak jarang harus mengorbankan orang lain. Bila sudah punya gedung mewah ingin gedung yang lebih mewah lagi. Jika telah memiliki mobil mewah ingin mobil yang lebih mewah lagi. Mereka tak menyadari (atau mungkin menyadari tapi menumpulkan nuraninya) bahwa masih banyak orang dilanda kelaparan beserta kekurangan). Demi kepentingan dirinya sendiri mereka terus menerus menimbun kekayaan, kemewahan, dan kemegahan, atas dasar keserakahan. Kondisi ini tentu saja tidak sehat. Sebagai individu-individu yang memegang teguh kebenaran, kita hendaknya senantiasa menyuarakan hal ini.

Demikianlah, filsafat mengenai hantu kelaparan atau preta ini sungguh mendalam. Apa yang diungkapkan di sini baru sebagian kecil saja. Perut hantu kelaparan menjadi gendut karena keserakahan mereka sendiri. Filsafat ini juga bukanlah monopoli agama Buddha saja, melainkan berlaku pula secara universal. Ajaran-ajaran setiap agama, hendaknya dimanfaatkan seluas mungkin melebihi sekat-sekat masing agama itu sendiri. Dengan demikian, semakin meningkatlah kebahagiaan, kedamaian, dan kesejahteraan semua makhluk di muka bumi ini.

4
Mahayana / Buku mengenai Kosmologi Mahayana
« on: 19 July 2010, 01:23:08 AM »
Salam,

Saya ada buku bagus tentang Mahayana Cosmology. Judulnya adalah Buddhist Cosmology karya Akira Sadakata. Kalau bicara kosmologi Buddhis Mahayana, ada kosmologi yang berkaitan dengan Huayan (Avatamsaka), Miaofalianhuajing (Saddharma pundarika), dll. Buku ini mengupas mengenai hal itu.
Buku kedua yang cukup bagus adalah Myriad World dari Buddhisme Tantrayana. Isinya berkaitan dengan Kalacakra. Sebagai informasi Kalacakra Tantra itu erat kaitannya dengan kosmologi Buddhisme Vajrayana.
Saya menyarankan para peneliti filosofi Mahayana membaca buku tersebut. Sangat menarik.

Salam hormat,

Tan

5
Mahayana / Tambahan tentang Xuanzang
« on: 19 July 2010, 01:16:16 AM »
Salam,

Numata Center pernah menerbitkan buku mengenai perjalanan Xuanzang versi sejarah. Buku itu merupakan informasi berharga mengenai negara-negara kota yang terserak di sepanjang jalur sutera. Saat itu memang banyak negara2 yang wilayahnya hanya meliputi satu kota saja. Luasnya juga tidak seberapa. Apabila tidak terdapat catatan Xuanzang tentunya negeri2 itu akan terlupakan.
Sayangnya buku Numata tidak menyertakan peta mengenai perjalanan Xuanzang. Saya melihat belum ada peta yang lengkap. Satu2nya peta yang komplet itu ada di dinding kuil peringatan bagi Xuanzang di  Taiwan. Sayangnya nama kuilnya saya lupa. Tapi saya pernah berkunjung ke sana.
Apakah ada yang berminat menerbitkan buku tentang Xuanzang. Saya dengan senang hati membantu. Boleh reply di sini atau hubungi saya lewat japri.
Jasa Xuanzang sangat besar, karena Beliau banyak menerjemahkan sutra2 Buddhis dan mengarang sastra yang berjudul Cheng Wei Shilun. Saya ada teksnya dalam bahasa Inggris.

Barangkali ada yang berminat menerbitkan buku tentang Xuanzang.

Amiduofo,

TAn

6
Salam,

Ini ada pertanyaaan "Bolehkah umat non Buddhis memasuki vihara?" Bagaimana pendapat teman2 sekalian?
Memasuki vihara di sini dalam artian bukan untuk berpuja bakti, melainkan sekedar melihat2.
Persyaratan2 apakah yang harus dipatuhinya?
Haruskah ia turut melepas alas kaki jika memasuki vihara?

Mohon rujukannya berdasarkan Tipitaka/ Tripitaka. Mohon maaf tanggapannya jangan pendapat pribadi. Sudilah kiranya berdasarkan Tipitaka/ Tripitaka karena argumen nanti yang saya berikan harus kuat.

Salam hormat selalu, Namaste,

Tan

7
Diskusi Umum / Buddhisme dan Kemerdekaan
« on: 18 July 2010, 04:07:00 PM »
Buddhisme dan kemerdekaan
 
Renungan oleh Ivan Taniputera
 
Renungan kali ini adalah seputar kemerdekaan.
 
Apakah arti merdeka itu?
 
1)Merdeka dari penindasan

Artinya Anda sedang tidak berada di bawah penindasan orang lain. Apakah arti merdeka dari penindasan? Artinya segenap ruang gerak Anda tidak berada di bawah kuasa orang lain. Anda ingin bergerak ke utara, dapatlah Anda bergerak ke utara. Anda ingin bergerak ke selatan, dapatlah Anda bergerak ke selatan.
Segenap hasil pekerjaan Anda adalah demi diri Anda sendiri.
Di dalam keluarga, apakah seorang suami sudah membebaskan isterinya dari belenggu penindasan. Apakah seorang isteri sudah membebaskan suaminya dari belenggu penindasan? Terkadang penindasan ini ada dalam rumah tangga. Marilah menerapkan prinsip kemerdekaan ini dari keluarga, selaku suatu unit terkecil dalam masyarakat.
 
2)Merdeka berpikir dan berpendapat
 
Berpikir adalah [pasti] kelebihan umat manusia. Hewan memang memiliki otak, tetapi belum dapat dipastikan apakah mereka juga berpikir. Merdeka berpikir artinya Anda bebas memikirkan apa saja. Kebebasan berpikir jika tidak diberi kebebasan mengutarakannya dapat dianggap sebagai sesuatu yang mandul. Oleh karena itu, jika Anda tidak bebas berpendapat juga. Apalah artinya?
Segenap kebebasan berpikir dan berpendapat harus dilindungi. Seyogianya tidak ada satu orang atau kekuatanpun yang boleh membatasi kebebasan berpendapat dan berpikir.
 
3)Merdeka dari kemiskinan dan kekurangan
 
Kemiskinan dan kekurangan merupakan belenggu utama dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, kemiskinan dan kekurangan adalah kejahatan terbesar bagi kemanusiaan. Sayangnya banyak orang yang sengaja "memiskinkan" orang lain. Karenanya, para penguasa hendaknya sadar betul akan hal ini. Sudahkah mereka menjauhkan diri dari memiskinkan orang lain.
 
4)Merdeka dari belenggu informasi dan ilmu pengetahuan
 
Informasi dan pengetahuan selama ini kerap menjadi monopoli orang-orang tertentu saja. Oleh karenanya, informasi dan pengetahuan harus dibebaskan bagi semua kalangan. Akses terhadap informasi dan ilmu pengetahuan yang bebas dan murah harus terus didengung-dengungkan. Jangan sampai sekolah atau institusi pendidikan menjadi barang mewah.
 
Demikianlah. Apakah Anda sudah memiliki segenap kebebasan di atas?
 
Buddhime adalah ajaran kebebasan! Buddhisme mematahkan semua belenggu.
 
Salam kebebasan dan kemerdekaan,
 
 
Ivan Taniputera

8
Sutra Mahayana / Golden Light Sutra (Suvarnabhasottama Sutra)
« on: 29 May 2010, 09:55:38 AM »
Sebagai tambahan.

Golden Light Sutra (Suvanabhasottama Sutra) ada dua versi. Yang satu versi panjang sedangkan yang satunya lagi versi pendek. Saya juga baru nemu versi panjangnya dalam bahasa Mandarin. Sangat panjang sekali.  Yang versi pendek saya punya yang bahasa Inggris. Kalau yang panjang ada banyak dharaninya.


Namaste,


9
Bayi yang Semenjak Kecil Perutnya Tidak Dapat Menerima Makanan

Ivan Taniputera
(28 Mei 2010)

Artikel ini akan lebih mudah diikuti pada:

http://sejarahastrologimetafisika.blogspot.com/2010/05/bayi-yang-semenjak-kecil-\
perutnya-tidak.html

Saya membaca sebuah surat kabar dan menemukan berita mengenai seorang balita
yang perutnya tidak dapat menerima makanan. Setiap makanan pasti akan
dikeluarkannya lagi. Akibat kelainan bawaan ini, ia menderita kurang gizi.

Hal ini membangkitkan ketertarikan saya melakukan analisa secara bazi dan
astrologi. Surat kabar tersebut memberikan keterangan bahwa tanggal kelahiran
bayi itu adalah 18 April 2008. Tanpa mengetahui jam kelahirannya, mustahil
melakukan analisa secara ziweidoushu.

Bazi anak di atas akan nampak sebagai berikut:


[

Pilar tahun di tempati oleh Wu (tanah yang) dan Zi (air yin).
Pilar bulan ditempati oleh Bing (api yang) dan Chen (tanah yang).
Pilar hari ditempati oleh Wu (tanah yang) dan Zi (air yin).

Berdasarkan bazinya, cabang bumi Zi-Chen membentuk struktur semi air.
Terbentuk pula langit dan bumi bergabung di pilar hari.

Unsur diri anak itu adalah Tanah yang. Apakah dengan terbentuknya struktur semi
air itu, air semakin menguat sehingga tanah tidak dapat lagi mengendalikannya?
Dengan demikian kelebihan unsur air yang seharusnya ¡°ditaklukkan¡± oleh tanah
dimanifestasikan dalam penolakan terhadap makanan oleh lambungnya? Apakah
analisa semacam ini masuk akal? Mohon masukan para pakar bazi.

Bagan kelahiran astrologis anak ini, sebenarnya juga unik.


Nampak bahwa dalam diagram astrologinya terdapat grand-trine. Ini merupakan
sesuatu yang seharusnya menguntungkan. Grand trine yang ada menghubungkan
matahari ¨C Saturnus ¨C Pluto. Tetapi Saturnus dan Pluto sesungguhnya adalah
planet yang dianggap mendatangkan kemalangan (malefic). Apakah ini berarti bahwa
anak itu akan dapat disembuhkan?


10
Tolong ! / Tolong!!!!!!!!!! PDF Creator saya hilang
« on: 12 July 2009, 11:01:18 PM »
Rekan2 seDharma,

Beberapa waktu yang lalu komputer saya sempat diformat ulang, karena itu program PDF creator saya hilang. Oleh karena itu, bila ada rekan2 yang masih mempunyai installernya sudilah kiranya mengirim ke alamat email saya di: ivan_taniputera  [at]  yahoo.com. Sebelumnya saya mengucapkan beribu-ribu terima kasih.

Anumodana,

Tan

11
Sutra Mahayana / Sutra Bakti (II)
« on: 04 June 2009, 01:27:04 PM »
Pertanyaan Ryu adalah:

Ketika itu, setelah mendengar penjelasan Buddha tentang kebajikan orang tua, setiap orang dalam kumpulan besar itu menangis dan merasakan kepedihan dalam hatinya. Mereka merenungkannya dan segera merasa malu dan berkata kepada Sang Bhagava, "Oh, Sang Bhagava, bagaimana kami dapat membalas kebaikan yang dalam dari orang tua kami?" Hyang Buddha menjawab, "Wahai siswa siswaku, jika kalian ingin membalas jasa kebajikan budi baik dari kedua orang tua..."

"Demi mereka tulis dan perbanyaklah Sutra ini, sebarluaskan demi kebajikan semua mahluk serta kumandangkanlah Sutra ini. Segeralah bertobat atas pelanggaran-pelanggaran dan kesalahan-kesalahan. Atas nama orang tua kalian, berikanlah persembahan kepada Buddha, Dharma, Sangha." Demi orang tua, patuhlah kepada perintah dan hanya memakan makanan suci dan bersih. Tumbuh kembangkan kebajikan dari praktek berdana. Inilah kekuatan yang diperoleh, semua Buddha akan selalu melindungi orang yang demikian itu dan dapat dengan segera menyebabkan orang-orang tua mereka lahir kembali di surga, untuk menikmati segala kebahagiaan dan meninggalkan penderitaan-penderitaan neraka.

Selain ini mau tanya juga, berarti berbohong demi kebenaran boleh ya? membuat sutra palsu dan di sebarkan sehingga mungkin saja orang yang membacanya malah semakin tersesat dan jauh dari Dhamma Buddha yang sebenarnya

Takut terlewatkan nih pertanyaan aye

Jawaban saya adalah:

1)Pertama-tama kita susun kronologisnya dulu.

a.Ryu menanyakan: "Apakah sutra bakti sesuai dengan Empat Kesunyataan Mulia dan Delapan Jalan Mulia?"
b.Saya jawab: "Begini. Anda silakan tunjukkan bagian mana yang tidak sesuai dengan 4 KM dan JMB8? Nanti coba kita kupas sama2."

Jadi intinya perlu dikembalikan pada apakah ada bagian Sutra tersebut yang bertentangan dengan 4 KM dan JMB8. Hal ini sangat perlu agar pembicaraan tidak melebar ke-mana-mana.

2)Agar diskusi lebih jelas saya akan kutipkan apa itu 4 KM dan JMB8:

a.4 KM adalah:

-dukkha ariya sacca (Kebenaran Mulia akan dukkha)
-dukkha samudaya ariya sacca (Kebenaran Mulia tentang Penyebab dukkha)
-dukkha nirodha ariya sacca (Kebenaran Mulia tentang berhentinya dukkha)
-dukkha nirodha gamini patipada ariya sacca (Kebenaran Mulia tentang jalan menuju lenyapnya dukkha)

b.JMB8 adalah:

-Samma ditthi (Samyak drsthi) - Pandangan benar
-Samma sankappa (Samyak sankalpa) - Pemikiran benar
-Samma vaca (Samyak vak) - Ucapan Benar
-Samma kammanta (Samyak karmanta) - Perbuatan benar
-Samma ajiva (Samyak ajiva) - Mata pencaharian benar
-Samma vayama (Samyak vyayama) - Daya upaya benar
-Samma sati (Samyak sati) - Perhatian benar
-Samma Samadhi (Samyak samadhi) - Konsentrasi benar

3)Menimbang poin (1) dan (2) beserta sub poinnya masing2, saya membaca kutipan yang ditampilkan saudara Ryu, tetapi tidak menemukan adanya hal2 yang bertentangan dengan 4 KM dan JMB8.

4)Untuk membuktikan apakah ada pertentangan dengan 4 KM dan JMB8, Sdr. Ryu dapat mencoba mencari apakah ada kalimat2 atau ajaran dalam Sutra tersebut yang intinya secara kasar umpamanya berbunyi:

-4 KM adalah salah
-JMB 8 adalah sesat
-dukkha tidak dapat dilenyapkan

dan lain sebagainya.

5)Sementara ini, belum terbukti bahwa Sutra di atas bertentangan dengan 4 KM dan JMB 8.

Amiduofo,

Tan

12
Perkembangan Penulisan Buku Sejarah Kerajaan Nusantara Paska Majapahit

Salam,

Bersama dengan ini, saya hendak menyampaikan perkembangan proyek penulisan buku Sejarah Kerajaan Nusantara Paska Majapahit.  Sebelumnya saya hendak menyampaikan beberapa hal:

1.Kurun waktu penulisannya adalah masa setelah keruntuhan Majapahit, yakni setelah tahun 1500 M. Jadi kerajaan2 seperti Sriwijaya, Medang, Kediri, dan Majapahit sendiri tidak akan diulas terlalu banyak dalam buku ini.
2.Cakupan wilayah yang dikaji adalah dalam lingkup negara kesatuan Republik Indonesia. Jadi kesultanan2 di Semenanjung Malaya, Kalimantan Utara, dan Timor Leste tidak akan diulas.

Tujuan penulisan buku ini adalah sebagai wujud pelestarian sejarah bangsa dan bukannya untuk membangkitkan feodalisme. Selain itu, juga bertujuan untuk meningkatkan pariwisata di negeri kita; mengingat sekarang tengah digalakkan Festival Kerajaan-kerajaan Nusantara. Namun terlepas dari semua itu, buku ini ditujukan untuk memperkaya kepustakaan sejarah di negeri kita.

Formatnya adalah pembagian kerajaan berdasarkan letak pulaunya. Hingga saat ini sudah jadi kurang lebih 80 halaman, format A4; dengan kerajaan sebagai berikut yang sudah diperoleh datanya:

I.Kerajaan-kerajaan di Sumatera
1.Aceh
2.Asahan
3.Langkat
4.Deli
5.Serdang
6.Minangkabau
7.Palembang
8.Jambi

II.Kerajaan-kerajaan di Jawa
9.Banten
10.Demak, Pajang, Mataram (dijadikan satu karena merupakan satu kesinambungan - masih dalam proses)
Pecahan2 Mataram:
11.Yogyakarta
12.Surakarta
13.Mangkunegara
14.Pakualaman
(no.11- 14 juga masih dalam proses penulisan)

III.Kerajaan-kerajaan di Kalimantan
KALIMANTAN BARAT
15.Pontianak (Kadriah)
16.Mempawah
17.Sambas
KALIMANTAN TIMUR
18.Kutai Kartanagara
19.Berau
20.Gunung Tabur
21.Sambaliung
KALIMANTAN SELATAN
22.Banjar

IV.Kerajaan-kerajaan di Sulawesi
23.Mori
24.Banawa
25.Tojo
26.Bungku
27.Gowa

V.Kerajaan-kerajaan di Maluku
28.Ternate
29.Tidore

VI. Kerajaan-kerajaan di Nusatenggara
Sumbawa
30.Bima
31.Pekatan
32.Tambora

Timor Barat
33.Amanuban
34.Amanatun
35.Kupang
36.Noefuti

Buku ini sedapat mungkin akan menguraikan sejarah perkembangan dari awal pendirian hingga masa sekarang (kecuali kerajaan tersebut sudah dihapuskan atau tidak ada lagi pewarisnya di masa sekarang). Saya juga merencanakan untuk membuat peta-peta berwarna yang indah bagi masing-masing kerajaan tersebut.

Tentu saja, kerajaan-kerajaan di atas baru sebagian kecil dari keseluruhan kerajaan yang pernah ada di Kepulauan Nusantara, karena secara keseluruhan pernah eksis kurang lebih 200-300 kerajaan/ daerah swapraja. Kendalanya adalah minim dan terserak-seraknya berbagai bahan. Oleh karena itu, bila ada rekan-rekan yang mempunyai bahan mengenai kerajaan-kerajaan itu, sudilah kiranya membagikannya pada saya. Saya bersedia mengganti ongkosnya secara penuh. Saya dapat dihubungi pada:

e-mail: ivan_taniputera [at] yahoo.com
HP: 0816658902

Demikian atas perhatiannya saya ucapkan banyak terima kasih.

Salam,

Ivan Taniputera

13
Salam,

Saya kemarin barusan mendapatkan buku bagus berjudul "Peristiwa Mandor Berdarah: Eksekusi Massal 28 Juni 1944 oleh Jepang." Sebelumnya saya perlu menyampaikan data buku itu sebagai berikut:

Judul: Peristiwa Mandor Berdarah: Eksekusi Massal 28 Juni 1944 oleh Jepang
Pengarang : Syafaruddin Usman dan Isnawita Din
Penerbit: Media Pressindo, 2009
Jumlah halaman :211

Isinya mengisahkan mengenai pembantaian biadab yang dilakukan oleh Jepang di Kalimantan Barat pada tahun 1944. Korbannya sekitar 21.000 orang yang terdiri dari berbagai kalangan dan etnis (termasuk Tionghua). Pada kepala para korban dikenakan penutup kepala yang disebut sungkup dan setelah itu ditebas kepalanya dengan samurai. Pemicunya adalah kecurigaan Jepang pada pemuka dan rakyat Kalimantan Barat, yang mereka duga hendak melakukan pemberontakan. Ternyata dugaan ini tidak benar. Korbannya terdiri dari berbagai kalangan, baik raja maupun rakyat jelata. Beberapa raja dari Kalimantan Barat juga ikut menjadi korban, seperti raja Pontianak, Mempawah, Sambas, dan lain sebagainya. Kaum pedagang yang mayoritas etnis Tionghua tidak luput pula dari kebiadaban Jepang. Mereka membantai para saudagar kaya itu demi merebut hartanya. Dari sini kita dapat mempelajari bahwa penderitaan itu tidak mengenal batas etnis dan ras.
Buku itu mengisahkan pula pemberontakan kaum Dayak terhadap penjajah Jepang. Kita dapat mengetahui pula bahwa dari kalangan etnis Tionghua juga terdapat tokoh2 yang menentang Jepang, terutama melalui usaha yang bernama Niisinkai.
Buku ini memuat pula kisah-kisah menyedihkan yang dialami para korban "saudara tua" kita itu. Demikian, semoga buku ini dapat menambah wawasan kita mengenai salah perioda hitam dalam sejarah bangsa kita, yakni Peristiwa Mandor yang jarang dimuat dalam buku-buku sejarah.

Salam sejarah,

Ivan Taniputera

14
Sutra Mahayana / Milis tripitaka_indonesia
« on: 11 April 2009, 10:51:35 PM »
Rekan-rekan pecinta Sutra2 Mahayana terkasih,

Sudilah kiranya mengunjungi milis yahoogroups.com/groups/tripitaka_indonesiana.
Kami menerima dengan senang hati segenap terjemahan Sutra yang ada demi kemajuan Buddhadharma.

Metta,

Tan

15
Diskusi Umum / Mengapa Patung Buddha Meneteskan Air Mata?
« on: 10 April 2009, 12:31:34 AM »
Saya revisi sedikit:

MENGAPA PATUNG BUDDHA MENANGIS?

Ivan Taniputera
9 April 2009

Namo Buddhaya,

Saya mendapatkan kabar dari beberapa rekan Buddhis mengenai patung Buddha di Aceh yang meneteskan air mata. Saya tidak mengetahui apakah berita itu benar atau tidak. Tetapi jika seandainya benar, mari kita tarik makna filosofis bagi peristiwa tersebut.
Air mata adalah sesuatu yang berkaitan dengan kesedihan atau dukkha. Patung yang meneteskan air mata hendak mengingatkan kita bahwa hidup ini pada dasarnya adalah dukkha. Patung yang meneteskan air mata menandakan bahwa alam sedang menyindir kita. Bagaimana mungkin, patung yang notabene adalah sebongkah batu atau logam dapat mengajarkan kita mengenai dukkha? (patung itu bukanlah Buddha. Patung ya tetap sebongkah batu atau logam. Siapa yang mecari Buddha dalam wujud telah menapaki jalan yang sesat - lihat Vajracchedika Prajnaparamita Sutra). Ini adalah sindiran halus pada umat manusia untuk lebih menghayati makna kehidupan beserta segenap fenomenanya secara lebih mendalam. Masihkan kita menciptakan dukkha bagi diri sendiri dan orang lain? Perlukah patung yang hanya sebongkah batu mengajarkan kita mengenai hal itu?
Tetesan air mata juga dapat diartikan sebagai kesedihan karena melihat penderitaan orang lain. Banyak orang kurang peka terhadap penderitaan orang lain. Bahkan mereka malah cenderung menimbulkan penderitaan bagi sesamanya. Ada lagi yang hanya meneteskan air mata buaya. Perlukah patung yang benda "mati" mengajarkan kita mengenai cinta kasih? Tidakkah kita sebagai manusia yang masih "hidup" perlu merasa malu? Bila dunia ini tidak ada cinta kasih, maka berbagai bencana sudah siap terjadi di depan mata.
Banyak rekan yang khawatir bahwa fenomena ini merupakan pertanda terjadinya bencana. Tetapi, tiadanya cinta kasih dan kepedulian terhadap sesama adalah merupakan bencana yang sesungguhnya.
Semoga tulisan singkat ini dapat menjadi bahan renungan bagi kita semua. Semoga kita tidak diajar lagi oleh sebongkah batu atau logam.

Salam dalam Dharma,


Pages: [1] 2 3
anything