//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: MMD (Meditasi Mengenal Diri)  (Read 570113 times)

0 Members and 4 Guests are viewing this topic.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #345 on: 03 June 2008, 09:11:30 PM »
[...]Yaitu cetasika dalam Abhidhamma dikatakan cetasika bisa terdiri atau bersekutu antara lobha dan moha sebaga contohnya. Sebenarnya dalam realitanya apakah cetasika -->lobha dan moha itu muncul bersamaan dalam waktu yg sama atau tidak?. Terus terang saya penasaran sekali, dan kalau dilihat dari yg saya bold itu maka sebenarnya tidak demikian yaitu tidak muncul bersamaan. [...]

Rekan Bond, saya tidak tahu apa yang dibicarakan teman-teman di thread Abhidhamma, karena saya tidak pernah masuk ke sana. :)

Kesan saya pribadi tentang Abhidhamma ialah di situ diasumsikan ada entitas-entitas (dhamma-dhamma) yang dianggap paramattha (mutlak), seperti rupa (28?), citta (89), cetasika (52) & nibbana (1). ... Ini adalah analisis pikiran terhadap suatu taraf kesadaran yang sebenarnya berada di luar jangkauan pikiran ... Apakah betul sesuai dengan fakta? ...

Belum lagi kalau kita ingat bahwa Abhidhamma itu berkembang dalam sekte Theravada saja ... bahwa ada Abhidharma lain yang pada saat yang sama berkembang dalam sekte Sarvastivada ... bahwa ketujuh kitab Abhidhamma Theravada sangat berbeda dengan ketujuh kitab Abhidharma Sarvastivada, sehingga jelas kedua sistem Abhidhamma/Abhidharma itu BUKAN berasal dari sumber yang sama ... bahwa sistem dhamma-dhamma/dharma-dharma dalam Abhidhamma Theravada sangat berbeda dengan dalam Abhidharma Sarvastivada ... sehingga saya tidak tahu lagi mana yang harus dipegang sebagai kebenaran ...

Kembali kepada pertanyaan Anda tentang lobha, dosa & moha ... Apakah mereka itu merupakan tiga buah entitas (dhamma) yang berdiri sendiri-sendiri dan terpisah satu sama lain? ... Lalu, moha sering disebut sebagai sinonim dari avijja, nidana pertama dari paticca-samuppada, yang bersama dengan tanha (lobha?) menggerakkan roda samsara ini ...

Jadi bagi saya, bisa saja loba dan moha itu dianggap sebagai dua sisi dari satu fenomena (momen kesadaran) yang sama ... bisa juga dilihat sebagai dua entitas (dhamma) yang berdiri sendiri-sendiri ... Tapi itu tidak penting buat saya.

Salam,
hudoyo

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #346 on: 03 June 2008, 10:13:27 PM »
Pak berati ketika proses pikiran terhenti maka segala sesuatu yg dilakukan membutuhkan konsentrasi dan mesti diserap dulu?

Jangan buru-buru memikirkan bagaimana keadaan 'pikiran berhenti' itu ... :)

Madman melaporkan bahwa batinnya cenderung tidak mau berpikir ... sehingga untuk melakukan kegiatan mental sehari-hari harus berkonsentrasi dulu ... maksudnya, "memaksakan diri". ... Kami tidak membahas tentang 'berhentinya pikiran'.


Quote
Hening itu bukan diam,diam itu bukan hening. Hening itu adalah ketika pikiran terhenti?

Madman membedakan diam (diamnya tubuh, yang disengaja) dengan 'hening' (ketika pikiran berhenti dengan sendirinya).


Quote
Berati kebijaksanaan tertinggi bukan didapat dr pikiran? Kebijaksanaan tertinggi didapat ketika pikiran itu sendiri sudah terhenti?

Betul ... tapi itu pengalaman Madman ... Buat Riky itu masih merupakan teori ... oleh karena itu jangan dipikir-pikir ... :)


Quote
Itukah inti ajaran SB bahwa ajaran Buddha sendiri adalah kosong?Karena kita batin kosong bukan berati badan jasmani lenyap seketika.Luar biasaa sekali(Merinding gw)Brati badan jasmani ini sudah tau apa yg mesti dilakukannya ketika pikiran tidak mencemarinya.Inikah yg dinamakan melihat segala sesuatu apa adanya?Brati pikiran adalah pencemaran yg paling halus antara segala pencemaran...Karena sesungguhnya ketika kita berhenti berpikir badan jasmani ini sudah bergerak,krn badan jasmani ini memiliki kearifannya sendiri(ketika pergi ke wc bukan lagi karena "ingin" tetapi si badan jasmani sendiri tau apa yg akan dilakukannya sesuatu dengan tubuh.bukan berasal dr pikiran maupun batin sendiri..)

Riky, jangan berteori ... tidak ada gunanya ... :) ... Semua itu Anda akan alami sendiri nanti. ... Untuk sekarang ini, sadari saja batin Anda yang masih dicemari oleh pikiran, perasaan, keinginan, ketidaksenangan dsb. ...


Quote
Pak yg dimaksud keberatan diatas apa?

Artinya pikiran enggan meninggalkan kesadaran sehari-hari di mana ia biasanya berada.


Quote
Brati fenomena ini muncul karena pikiran sudah takut kehilangan "aku" atau ciptaannya sendiri?

Pikiran Madman belum berhenti betul ... dan pikiran itu tidak mau lenyap ... ia sedang "sekarat" ... jadi protes terus ...


Quote
Kok ketika pikiran berhenti terjd hal2 seperti fenomena yg dialami oleh saudara Madman?Apakah ketawa,nangis itu karena kearifan dr badan jasmani saja?Dan Madman tetap sadar terhadap apa yg dilakukannya tetapi berhenti berpikir cuma menerima menerima,membiarkan fenomena tsb muncul dan lenyap begitu saja?

Itu bukan kearifan badan jasmani ... melainkan ulah sisa-sisa pikiran yang "sekarat" ... Tapi kesadaran Madman tetap netral ... membiarkan saja itu berlalu ...


Quote
Quote
Memang betul, Nietzsche menjadi gila karena pemikirannya (inteleknya) melambung tinggi tetapi ia tidak bisa lepas dari tataran intelek. Sebaliknya, di dunia Timur, para orang arif biasanya mengembangkan pemahaman mereka berdasarkan pengalaman dalam meditasi, ketika pikiran & si aku ini berhenti. -- Anda sebetulnya tidak perlu takut menjadi gila, selama Anda tetap sadar bahwa pikiran ini terbatas, terkondisi, sehingga tidak bisa digunakan untuk memahami kebenaran yang terdalam, malah harus diam agar kebenaran itu bisa muncul.

Diam?Kurang jelas bisa pak hudoyo jelaskan sedikit?

Nietzsche adalah filsuf Barat yang sampai pada kesimpulan sia-sianya si aku & pikiran hanya melalui analisis intelektual belaka ... ia tidak kenal meditasi ... jadi ketika ia sampai pada kesimpulan itu, ia menjadi gila karena tidak tahu jalan keluarnya ...

Di lain pihak, seorang yang bermeditasi, ia tahu pula keterbatasan pikiran ... dan sekaligus melatih berhentinya pikiran ... maka ketika pikiran ini bisa berhenti/diam dalam meditasi, ia tahu bahwa ada kearifan yang lebih dalam daripada pikiran.

Itu bedanya seorang filsuf (yang hanya menggunakan pikiran) dengan seorang meditator yang membebaskan diri dari pikiran ...


Quote
Luar biasa,brati hal yg membodohkan kita selama ini yg menghambat menuju kebahagian tertinggi itu sendiri adalah pikiran?Pikiran memanipulasi segala hal yg seharusnya menjd sebagaimana adanya?Misal soal badan yg tlah dijelaskan ketika ada rasa tdk enak kemudian kita bergerak utk mencari rasa nyaman sehingga kita menjadi buta terhadap segala sesuatu yg nyata(sebenarnya)...Kita hanya bisa sadar dan menerima?Jangan ditolak maupun dilawan.Bisa jelaskan apa maksudnya menerima dengan ikhlas?APakah "sadar" atau "mengamati" sesungguh apa yg mesti dilakukan "sadar" atau "mengamati"?

'Menerima dengan ikhlas' berarti TIDAK MENOLAK kalau muncul rasa tidak enak dan TIDAK MELEKAT/MENYENANGI kalau muncul rasa enak. ...

'Sadar', 'mengamati' itu cuma petunjuk saja ... jangan terlalu dipikirkan ... tapi praktikkan. ... Baru kalau dalam praktik ada masalah, didiskusikan kembali ... :)


Quote
Hebat banget deh..TOP...(Gw baru tau tubuh punya kearifan sendiri)
Brati jika kita lapar itu sudah ada tanda dr tubuh,tapi ketika kita "ingin" makan brati pikiran masih sangat dicemari oleh pikran

Betul ... kalau lapar, makanlah ... kalau lapar sudah hilang, tapi makanan yang enak masih banyak, biasanya kita makan terus sampai perut kekenyangan ... itu namanya bukan kearifan tubuh lagi, melainkan pikiran yang 'serakah'. ... :)


Quote
Batin ama pikiran beda ya?Batin=pikiran sudah terhentikah?(Jika salah mohon dikoreksi).Kok pikiran masih tetapi "liar" tetapi batin tdk mencampuri hanya menyaksikan secara pasif?Maksudnya?

Batin (mind) itu pasangan dari badan (body); badan bisa diraba, kasar, sedangkan batin tidak bisa diraba, halus. ... Batin itu mengandung beberapa komponen: ada pikiran, ada perasaan, ada kehendak, ada keinginan, ada harapan, ada keputusasaan dsb ... Kalau semua itu berhenti, batin tidak bisa diketahui lagi, SEOLAH-OLAH tidak ada batin lagi, tidak ada pikiran, tidak ada aku ... yang tinggal adalah badan jasmani dengan pancaindranya yang tetap berfungsi dengan kearifannya sendiri ...

Pikiran masih liar, tapi itu disadari secara pasif, tidak dilawan ... sehingga akhirnya pikiran akan diam dengan sendirinya, tapi bukan sengaja dibuat diam ...


Quote
Benar seperti kata pak Hudoyo,ketika hal tdk sesuai teori maka akan menjd takut dan ragu apakah hal tsb sudah "benar" atau "tdk"

Oleh karena itu, dalam MMD tidak ada teori apa pun sama sekali ...
Apa yang terjadi ketika pikiran berhenti tidak pernah dibahas sebelum pemeditasi mengalaminya sendiri ...

Demikianlah kamu harus mulai berlatih meditasi sendiri di rumah, Riky. ... Jangan terlalu banyak teori lagi ... Kalau mau bisa berenang, harus terjun ke air ... jangan cuma mendiskusikan teori berenang di luar air. ... :)

Nah, selamat mencoba.

Salam,
hudoyo

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #347 on: 03 June 2008, 10:22:49 PM »
Oke pak...Sadari saja semuanya tanpa ditolak maupun diterima tanpa digengam maupun dilepas sadari sadari sadari segala fenomena yg muncul maunpun lenyap...
_/\_

Bagus ... praktikkan, Riky ... :)


Pak praktiknya maksud bebas bukan??Tdk duduk bersila tutup mata...
Tapi segala sesuatu yg dilakukan?
_/\_

Boleh dengan bebas ... Itu lebih baik, kamu bisa sadar dalam sebagian besar waktumu sehari-hari. ... Tapi dalam kesadaran sehari-hari, biasanya terlalu banyak rangsangan yang masuk lewat pancaindra, dan badan selalu bergerak ... sehingga keheningan yang dicapai hanya bersifat relatif ... sekalipun itu saja sudah sangat bermanfaat.

Kalau kamu ada kesempatan untuk meditasi duduk ... badan diam seperti patung batu ... itu bisa membawa pada keheningan yang lebih dalam ... dan pada suatu titik kelak, pikiran bisa berhenti dengan sendirinya ...


Jangan berteori lepaskan segalanya lupakah segala analis pengetahuan biarkan dia mengalir jangan memaksanya........
_/\_

OK ... praktikkan, Riky ... Posting selanjutnya tentang pengalamanmu sendiri, ya. ... :)

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 03 June 2008, 10:27:46 PM by hudoyo »

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #348 on: 04 June 2008, 10:00:13 AM »
Ok thanks Pak Hudoyo atas penjelasannya _/\_ Banyak teori makin ribet , mendingan balik kandang ke habitat saya aja, meditasi aja dulu :))
« Last Edit: 04 June 2008, 10:23:39 AM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #349 on: 04 June 2008, 12:23:53 PM »
Ni hasilnya pak:
Pak uda praktik ni semalam...
Pas semalam waktu pulang ke rumah...
Gw masih merenungin tulis2an bapak yg diposting ini...
Gw berpikir bahwa berpikir itu sendiri percuma,berteori dan berspekulasi itu juga membodohkan sendiri...
Gini ceritnya...
Wkt pulang dikamar gw sebenarnya mau bljr(paz hr ne ujian semester yg terakhir)Tapi paz mau belajar gw terenung kembali tulisan2 pak hudoyo..Jd gw mencoba untuk meditasi sejenak...
Seperti yg gw baca meditasi itu kan bukan duduk bersila,dll yg penting seperti yg ditulis bisa diam dan sadar....Tubuh benar2 diam...
Ketika dikamar saya mencoba diam(Tdk dengan meditasi bersila,yg salah lakukan seperti org yg duduk kakinya ke depan lurus 1/2 tekuk gitu)..Gw menutup mata dan mencoba merasakan segala sesuatu dan diam..
Paz diam tsb belum ampe 5mnt batin gw bergejolak luar biasa...
Tak tertahankan,rasanya pengen muntah,marah,frustasi benar2 ada something yg mau loncat keluar dr tubuh ini...
Ketika itu juga saya hentikan meditasi tsb...
Baru gw berpikir bentar,"ini hanya fenomena wajar seperti yg tlh gw baca di dlm posting,jk gw ragu antara benar dan tdk benar dan terus terus berteori maka disana tdk pernah akan ada kemajuan batin."
Kemudian meditasi kedua pun saya lakukan dengan cara duduk bersila...
Pada saat itu saat benar2 hanya sadar...
Mendengar segala sesuatu dr segala segi...
Nafas,suara(suara agak susah banyak suara tapi saya tetap berusaha mendengar dan mendengar sambil berkata itu suara mama saja,itu suara tetangga saya itu suara ac itu suara kipas angin....)
Kemudian pada tahap meditasi antara 5mnt ke atas tdk ada perubahan apa2 cuma sekedar diam dan diam...
Kemudian ke atasnya lagi bagian dibawah pusar saya mulai sakit(Terutama kedua kaki saya)...
Hal tsb juga saya sadari dan saya cuma mengamatinya dan sadar akan rasa sakit tsb....
Kemudian saya konsenkan ke semua hal nafas,suara,rasa sakit...
Perlahan2 makin lama makin lama...
Tiba2 rasa sakitnya benar2 luar biasa...
Benar2 sakit...
Kemudian kedua kaki saya bergetar kencang...saya benar dapat merasakan denyut kaki saya...mata saya juga(ketika saya fokus pada nafas dan suara...ada seperti denyut yg tiba2 muncul)
Pada saat itu badan saya serasa ingin terbang atau melayang...
Tiba2 pada saat mengamati dan sadar akan rasa sakit...
Nafas saya tiba2 benar2 segar dan seperti ada sensasi yg luar biasa menyenangkan tetapi ketika saya mengikuti sensasi itu langsung dlm hitungan detik sensasi itu hilang lenyap dan digantikan oleh rasa sakit lagi..Pada saat itu saya sadar saya tdk boleh mengengamnya...
Terpaksa ulang rasa konsentrasi dr awal...
Kemudian sensasi itu muncul lagi tiba2,saya terkejut pada saat sensasi itu dtg kemudian terulang lagi saya benar2 tiba2 ingin memasuki sensasi itu gagal lagi...
Kemudian sensasi itu muncul lagi...dan sekejap hilang pada saat saya mencari sensasi itu tidak ada apa2...
Kecuali rasa sakit yg semakin luar biasa(Saya baru sadar kenapa Dikatakan bagaikan berada dineraka badan ini pada saat meditasi...Emang benar2 sakit)
Pada saat itu sudah sangat lama saya berdiam diri mungkin 30mnt sampai 1jam(INI ADALAH MEDITASI YG PALING LUAR BIASA YG PERNAH SAYA LAKUKAN,BAYANGKAN LEBIH DR 30MNT?PADAHAL DULU MEDITASI SAYA GK LEWAT DR 5MNT,TP INI BISA LEWAT 30MNT BAHKAN MASIH SADAR DAN YG LEBIH GILANYA GUA GAK NYANGKA GUA BISA DIAM TANPA GERAK SEDIKITPUN DLM KURUN WKT 30MNT LEBIH...BENAR2 LUAR BIASA BUAD GW)...
kemudian rasa sakit itu benar2 menjadi saya luar biasa dan meditasi kan 2 ibu jari kita bersatu bukan?pada saat merasa melayang kedua ibu jari saya tiba2 bergeser lepas...Dan saya tdk bisa lagi merasakan bahkan kedua tangan saya dlm posisi telapak tangan kanan diatas dan kiri dibawah(bnr2 seperti hilang dan tdk ada apa2)
Kemudian saya kalah oleh rasa sakit yg luar biasa itu...
Meditasi saya hentikan dan ketika saya membuka mata saya masih bisa duduk bersila dengan buka mata(Tp hal ini saya hentikan total mengingat saya belum belajar sama sekali buad ulangan besok ^^)
Kemudian setelah itu seperti posting yg gw baca ada yg pakai terlentang,saya mencoba hal tsb...
Yakni tdr terlentang dan sadar akan rasa sakit itu dan hilang(Gw gk tau lagi apa yg terjadi mungkin gw tertdr)...
Yg ingin saya tanyakan apa fenomena yg terjd pada diri saya?
NB:saya bermeditasi diranjang saya yg tingginya kira2 30cm dr permukaan lantai,apakah ini berpengaruh untuk meditasi?Kemudian keesokkan nya gw bangun jam 3 pagi(untung ya bisa bangun padahal gw gk pakai alarm,langsung deh keinget mau blajar pada saat itu badan saya terasa segar dan bertenaga banget...Gw benar2 bersyukur mungkin ada bantuan deva2 yg membangunkan saya untuk belajar ^^ alhasil td ujian bisa ^^)

Saya hanturkan beribu2 terima kasih kepada pak hudoyo yg telah menyempatkan diri untuk membimbing saya...Saya akan belajar lebih banyak lagi...Mohon bimbingannya...
_/\_



Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #350 on: 04 June 2008, 01:04:33 PM »
Quote
Yg ingin saya tanyakan apa fenomena yg terjd pada diri saya?
NB:saya bermeditasi diranjang saya yg tingginya kira2 30cm dr permukaan lantai,apakah ini berpengaruh untuk meditasi?Kemudian keesokkan nya gw bangun jam 3 pagi(untung ya bisa bangun padahal gw gk pakai alarm,langsung deh keinget mau blajar pada saat itu badan saya terasa segar dan bertenaga banget...Gw benar2 bersyukur mungkin ada bantuan deva2 yg membangunkan saya untuk belajar ^^ alhasil td ujian bisa ^^)

Selamat datang di meditasi! Mau melepas koq malah dipusingin?
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #351 on: 04 June 2008, 01:25:07 PM »
meditasi saya juga masih banyak salahnya...
mohon bimbingannya Pak Hud _/\_

ketika saya berharap utk melihat alam lain (deva), yg saya lihat malah alam neraka...
ampuuuuuuuun... melihatnya saja sudah demikian menyakitkan...

untung saya masih bisa mengingat Buddha, dan mengembalikan saya ke objek meditasi saya yg biasa. (anapanasati)
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #352 on: 04 June 2008, 02:13:15 PM »
Quote
Yg ingin saya tanyakan apa fenomena yg terjd pada diri saya?
NB:saya bermeditasi diranjang saya yg tingginya kira2 30cm dr permukaan lantai,apakah ini berpengaruh untuk meditasi?Kemudian keesokkan nya gw bangun jam 3 pagi(untung ya bisa bangun padahal gw gk pakai alarm,langsung deh keinget mau blajar pada saat itu badan saya terasa segar dan bertenaga banget...Gw benar2 bersyukur mungkin ada bantuan deva2 yg membangunkan saya untuk belajar ^^ alhasil td ujian bisa ^^)

Selamat datang di meditasi! Mau melepas koq malah dipusingin?

Oh iya...
Betul juga ya bro karuna...
Mau lepas kok dipusingin ya...
Sep...
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #353 on: 04 June 2008, 02:18:38 PM »
meditasi saya juga masih banyak salahnya...
mohon bimbingannya Pak Hud _/\_

ketika saya berharap utk melihat alam lain (deva), yg saya lihat malah alam neraka...
ampuuuuuuuun... melihatnya saja sudah demikian menyakitkan...

untung saya masih bisa mengingat Buddha, dan mengembalikan saya ke objek meditasi saya yg biasa. (anapanasati)

Hah?Melihat alam neraka?:O
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #354 on: 04 June 2008, 02:34:26 PM »
pengalaman melihat berbagai macam hal, merasakan berbagai macam hal adalah hal yang biasa dalam bermeditasi.

amati saja, jangan melekat pada hal-hal tersebut.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #355 on: 04 June 2008, 03:05:28 PM »
kalau menurut saya pada saat sadar, justru menyadari 'yah saya berbohong'.

Kalau saya berbohong ... lalu sadar bahwa saya berbohong ... maka otomatis bohong itu berhenti dengan sendirinya, tanpa dilawan, tanpa ditekan (kecuali ada motif lain, misalnya takut kehilangan pekerjaan yang mengharuskan orang berbohong, seperti Marketing). Tapi sadar PADA WAKTU berbohong itu sendiri sudah "terlambat"; niat berbohong itu sendiri--SEBELUM berkembang menjadi ucapan--tidak disadari, karena vipassana-nya belum kuat; atau sudah menjadi kebiasaan, sehingga dianggap "tidak apa-apa", "toh semua orang berbohong dalam bisnis", dsb.

Lebih dini dari itu, ketika orang berada dalam kesadaran vipassana penuh, munculnya niat untuk berbohong itu sendiri sudah ketahuan, sehingga dengan sendirinya niat berbohong itu akan lenyap kembali, tidak jadi berbohong, tanpa dilawan, tanpa ditekan. Itulah vipassana yang sesungguhnya, yang seharusnya.


Quote
menurut saya, 'niat' & 'sadar' berada pada tempat berbeda.
mungkin definisi vipassana sendiri dapat berbeda2...
kalau bagi saya vipassana itu pengamatan gerak bathin seperti niat, perasaan, ketertarikan, dll...
jadi menurut saya bukan dalam arti 'sadar = bersih dari niat'.

'Sadar' memang bukan harus selalu "bersih, baik, kusala dsb", 'sadar' adalah menyadari segala sesuatu yang muncul dalam batin, entah "baik" entah "tidak baik". Definisi yang Anda kemukakan tentang 'sadar' sudah betul. Jadi, 'sadar' itu bukan hanya menyadari Ucapan dan Perbuatan (baik dan buruk), tetapi termasuk juga menyadari 'niat' SEBELUM 'niat' itu berkembang menjadi 'ucapan' atau 'perbuatan'. "Niat itulah karma," kata Sang Buddha ("Cetanaham, bhikkhave, kammam vadami.")

Dalam vipassana yang seharusnya, 'sadar' itu menyadari adanya 'niat untuk berbohong' (yang "buruk"), juga menyadari adanya 'niat untuk ber-namaskara' (yang "baik"). Kalau 'niat' itu disadari SEBELUM berkembang menjadi 'ucapan' & 'perbuatan', maka 'niat-niat' itu akan lenyap kembali dengan sendirinya, tanpa ditekan, tanpa dilawan.


Quote
apabila seseorang sudah sadar tanpa jeda, apa yg dilakukan orang tsb? apakah diam saja tanpa aktifitas (apa ini bukan malah ?jhana? yah bahasanya?)?

Salam,
tesla

Dengan kata lain, Anda bertanya tentang batin seorang Buddha, batin seorang arahat. :) ... Padahal, Sang Buddha wanti-wanti, ada empat hal yang tidak seharusnya dipikir-pikir (acinteyya); "... kalau dipikir-pikir juga bisa membuat orang menjadi gila," kata Sang Buddha.

Apakah empat hal acinteyya (tidak seharusnya dipikir-pikir) itu: (1) hakikat seorang Buddha; (2) asal-mula alam semesta; (3) hakikat jhana; dan (4) seluk-beluk karma dan buahnya (vipaka).

Kita diajar bahwa di dalam batin seorang Buddha/arahat itu tidak ada lagi pikiran "ini milikku; ini aku; ini diriku"; tidak ada lagi kehendak/niat (cetana) yang = kamma (seorang Buddha/arahat tidak berbuat kamma lagi). ... Apakah itu berarti dia diam saja tanpa aktivitas, seperti tumbuhan?

Yang tidak ada lagi adalah 'aku'-nya, 'atta', sumber dari semua 'cetana' (niat), baik niat untuk berbohong, maupun niat untuk ber-namaskara dsb. ... Jadi apa yang ada? ... Sang Buddha berkata:

"Atthi, bhikkhave, ajatam, akatam, abhutam, asankhatam .." ("Para bhikkhu, ADA SESUATU yang tak dilahirkan, tak terbentuk, bukan makhluk, tak terkondisi ...")

Itulah yang mengambil-alih batin yang telah kosong dari aku, kosong dari kehendak/niat, di mana tidak ada lagi Tesla sekalipun tubuh yang bernama Tesla ini ada, tidak ada lagi Hudoyo sekalipun tubuh yang bernama Hudoyo ada. Seolah-olah tubuh & batin ini--di mana sudah tidak ada aku lagi, tidak ada kehendak/niat lagi--menjadi sekadar wayang kulit yang digerakkan oleh Sang Dalang. Kira-kira seperti itulah batin seorang Buddha/arahat, sekalipun kita tidak bisa tahu persis bagaimana rasanya, sebelum kita mengalaminya sendiri.

Di dalam Mahayana, SESUATU itu disebut Tathagata-garbha (batin Buddha) atau Dharma-kaya (Tubuh Dharma); di dalam Vajrayana, SESUATU itu, kalau tidak salah, disebut Rigpa. (Mohon koreksi, Samanera Nyanabhadra. Terima kasih :)) Seorang Buddha/arahat batinnya SELAMANYA berada dalam Tathagata-garbha/Dharmakaya, segala pikiran, ucapan & perbuatannya berasal dari situ.

Di kalangan pejalan spiritual yang menganut agama-agama monoteistik (Islam & Keristen), SESUATU itu disebut TUHAN. Di dalam Alkitab Keristen ada kalimat: "Sekarang aku sudah disalibkan bersama Kristus, dan bukan aku lagi, tapi Kristus yang hidup di dalam ini." - Di dalam Al-Qur'an ada kalimat: "Segala sesuatu di alam semesta ini fana (tidak kekal), yang tetap ada hanyalah Wajah Tuhanmu." - Di dalam ajaran spiritual Jawa kuno ada kalimat: "Ketika orang mencapai keadaan 'mati di dalam hidup', maka di situ ada 'hidup di dalam mati."

Krishnamurti berkata, "Meditasi adalah pengosongan batin dari segala sesuatu yang telah diciptakan oleh batin. ... Kalau orang bisa berada sejauh itu, maka orang akan masuk ke dalam keheningan dalam ruang yang mahaluas; itulah Kebebasan sempurna ... Lalu di situ ada Gerak dari Yang Mahaluas." - Ia tidak menjelaskan lebih lanjut, apa itu 'Gerak dari Yang Mahaluas' itu.

Nah, Rekan Tesla, mohon jangan dipikir-pikir hal ini, "... bisa jadi gila nanti," kata Sang Buddha. - Tapi yang jelas itu bukan jhana; dalam jhana tidak ada gerak apa pun.

Salam,
hudoyo
Pak hudoyo semua penjelasannya jelas banget dan luar biasa banget...
Vipassana yg sebernarnya adalah sadar sebelum melakukan(maksud saya sadar sebelum cetana itu keluar dlm bentuk ucapan pikiran,dll)?Brati sudah sadar akan "cetana" tsb dan sadar mengamati cetana tsb sehingga lenyap kembali...Karena kita cuma sadar dan mengamati doank gk berbuad apa2(Dlm arti disni kita diam/hening)
Begitukah pak?Kalau begitu thats amazing...
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #356 on: 04 June 2008, 08:27:28 PM »
hehehe... Rekan Evo, tampaknya orang sadar dan orang gila itu memang sukar dibedakan secara lahiriah. ;D ... Lihat saja, bagaimana para Master Zen sering bertingkah laku seperti orang gila ;D ... masak buddharupang dijadikan kayu bakar ... :) ... Masak ada Master yang bilang: "Kalau ketemu Buddha di jalan, bunuh dia." ;D

Nah, kesimpulan dari kegilaan MMD ialah:
Bila Anda mengamati lobha, dosa, moha bermunculan dalam batin Anda ... maka aku/atta Anda makin lama makin tipis ... bersama dengan semakin tipisnya aku/atta, maka metta & karuna pun berkembang dalam batin Anda, tanpa Anda menyadari bahwa Anda punya metta-karuna, karena Anda tidak pernah berlatih mengembangkan metta-karuna ... Tetapi, begitu Anda menyadari "Aku penuh cinta kasih", maka di situ atta Anda muncul kembali, dan metta Anda menjadi palsu atau munafik. (Kalau saya sadar bahwa saya sudah berdana, dan berpikir "Wah, saya sudah berdana besar", maka dana saya menjadi palsu atau munafik.) ...

Jadi, yang perlu kita lakukan sederhana sekali: amati saja lobha, dosa, moha itu (semua itu aku/atta) bermunculan dalam batin, terus-menerus ... tanpa khusus ber-metta-bhavana, yang cuma memperkuat si aku/atta ini. ... Nah, gila nggak? ;D ...

Lebih gila lagi: jangan berlatih sati-patthana ("mengembangkan kesadaran") ... Alih-alih, sadari saat-saat Anda tidak sadar (penuh lobha, dosa, moha) ... dengan sendirinya sati akan berkembang, tanpa disengaja-kembangkan, dan lobha, dosa, moha lenyap ... tanpa punya pikiran: "Wah, sati-ku sudah berkembang,", yang kembali lagi adalah atta & lobha. ;D ...

Dan mengamati lobha, dosa, moha itu adalah pekerjaan seumur hidup ... sampai tercapai KEPADAMAN (nibbana). ... Dalam MMD yang ditekankan adalah kepadaman ... bukan mencapai "kebahagiaan tertinggi" (sekalipun ada pepatah "nibbanam paramam sukham"). ... :) 

Dalam Bahiya-sutta, Sang Buddha menegaskan: "... kalau kamu bisa berada dalam keadaan itu, maka KAMU TIDAK ADA. ... Inilah, dan hanya inilah, akhir dari dukkha."

*****

Membaca cerita Anda, tampaknya Anda sudah memperoleh salah satu pencerahan (nyana, insight), biarpun "kecil": yakni tidak adanya roh/diri/jiwa yang kekal-abadi, kalau memang pemahaman ini berasal dari KESADARAN LANGSUNG dan BUKAN hasil perenungan atau pemikiran.

Pencerahan ini sangat penting; anggapan tentang adanya roh/diri yang kekal disebut sakkaya-ditthi. Maka, menurut teori Buddhis, tinggal dua belenggu lagi perlu patah dalam batin Anda sebelum Anda menjadi Sotapana, yakni:

(1) vicikiccha (keraguan) - ragu-ragu akan kenyataan pembebasan itu sendiri - ini bukan keraguan intelektual, melainkan keraguan EKSISTENSIAL, keraguan yang dirasakan dalam lubuk kesadaran yang paling dalam;

(2) silabbata-paramasa - melekat pada ritualisme (misalnya: namaskara, baca paritta, buang sial, melepas burung dsb), menganggap bahwa ritualisme seperti itu bisa menyelamatkan kita.

Tapi, semua itu kan bagi kita sebatas teori/pengetahuan Buddhis. Kalau mau menjadi Sotapana, jangan sekali-kali mengharapkan menjadi Sotapana. ... Gila lagi, nggak? ;D

*****

Tentang "makhuk lain" silakan kirimkan posting Anda. :) ... Tapi saya sudah menyiapkan jawabannya, kok; pakai bahasa Betawi: "Nape lo mikirin makhluk lain??" ... Bersikaplah, "EGP ..."  ;D ;D ... Gila, nggak? ;D

Salam,
Hudoyo


Bukan gila lagi pak...
Tapi udah keterlaluan gilanya ^^
Masak sadar dan sadar hanya mencapai tingkat sotapanna??(khusus yg di quote diatas ^^)
Itu pun masih ada 2hal yg belum dipatahkan???(sebenarnya ini pertanyaan bodoh ya?^^ tapi gpp lah cuma ingin nanya aja,kan uda jelas tdk ada kata "hanya" "hanya" maupun keinginanan laennya untuk mencapai apa pun yg mesti dilakukan cuma disadari bukan berlatih menyadari(Kalau menyadari kan lebih ke saya sadar,saya mau sadar,dll...)
Wah2...
Jd apakah intinya ketika kita meditasi pada saat pikiran itu terhenti(Hanya pada saat meditasi) dan perkembangan2 laennya akan muncul sendirinya tanpa "diinginkan","dikendalikan","disadarkan"(maksudnya hanya disadari aja),tanpa "dikembangkan" tetapi "Disadari"
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #357 on: 04 June 2008, 09:01:54 PM »
Dari milis semedi [at] yahoogroups.com

RE: Renungan Harian - 15 April '08 - Mengejar ahimsa ...

From: Ngurah Agung [mailto:ngestoerahardjo [at] yahoo.com]

--- In seamed [at] yahoogroups.com, "Hudoyo Hupudio" <hudoyo [at] ...> wrote:
>
> Apakah mengejar tanpa-kekerasan (ahimsa) membebaskan batin dari kekerasan?
>

>
> Kita mengira ideal itu perlu. Tetapi apakah ideal membantu mendatangkan
> perubahan radikal dalam batin kita? Ataukah ideal hanya membuat kita bisa
> menunda-nunda, mendorong perubahan ke masa depan, dan dengan demikian
> menghindari perubahan yang radikal, segera? Jelas, selama kita mempunyai
> ideal, kita tidak pernah sungguh-sungguh berubah, melainkan berpegang pada
> ideal kita sebagai cara penundaan, menghindari perubahan segera yang begitu
> penting. Saya tahu, kebanyakan di antara kita menganggap bahwa ideal harus
> ada, oleh karena tanpa itu kita mengira tidak akan ada dorongan untuk
> berubah, dan kita akan membusuk, mampet. Tetapi saya mempertanyakan, apakah
> ideal mana pun pernah mentransformasikan cara berpikir kita. Mengapa kita
> memiliki ideal? Jika saya keras, apakah saya membutuhkan ideal
> tanpa-kekerasan? Saya tidak tahu apakah Anda pernah memikirkan hal ini. Jika
> saya keras--seperti kebanyakan dari kita dalam berbagai derajat--perlukah
> bagi saya untuk memiliki ideal tanpa-kekerasan? Apakah mengejar
> tanpa-kekerasan membebaskan batin dari kekerasan? Ataukah mengejar
> tanpa-kekerasan itu sendiri sesungguhnya menghalangi pemahaman akan
> kekerasan? Bagaimana pun juga, saya hanya bisa memahami kekerasan bila,
> dengan seluruh batin saya, saya memberikan perhatian saya sepenuhnya kepada
> masalah itu. Dan pada saat saya sepenuhnya memperhatikan dan memahami
> kekerasan, apa perlunya ideal tanpa-kekerasan? Saya rasa, mengejar ideal itu
> merupakan penghindaran, penundaan. Jika saya mau memahami kekerasan, saya
> harus memberikan seluruh batin saya kepadanya dan tidak membiarkan perhatian
> saya teralihkan oleh ideal tanpa-kekerasan.
>

>
> J Krishnamurti - Hamburg, 1956, Talk 2
> [Dari: JKrishnamurti.org - Daily Quote]
===============================
> Semar:
>

>
> Kalau saya memikirkan ideal tanpa-kekerasan--sebagaimana diajarkan oleh
> agama-agama--maka saya tidak memperhatikan kekerasan dalam berbagi
> bentuknya --tersinggung, sakit hati, cemburu, irihati dsb--yang ada di dalam hati saya sendiri.
>
> Analoginya, kalau saya selalu memikirkan & mendengungkan cinta kasih, saya
> tidak memperhatikan & memahami ketidaksenangan & kebencian yang ada dalam hati saya.
 
===============
 
Kakang Semar ...
 
Saya kira apa yang Kakang sebut sebagai 'kekerasan' itu --tersinggung, sakit hati, cemburu, irihati dsb-- bukanlah kekerasan. Itu bentuk-bentuk perasan, bentuk-bentuk emosi.
 
Dan ...pada sisi lain ahimsa bukanlah hanya tanpa-kekerasan [yang diterjemahkan dari non-violent] itu melainkan tanpa-menyakiti yang dilandasi oleh kasih kepada sesama makhluk ---karena éling kalau pada hakekatnya kita sama. Makna aktif dari ahimsa justru adalah kasih.
 
Kalau pertanyaan yang ada adalah:
Apakah mengejar tanpa-kekerasan (ahimsa) membebaskan batin dari kekerasan?
 
Jawabnya jelas TIDAK,terlepas dari apa yang dimaksud oleh mendiang JK dengan 'mengejar' itu --sebab ahimsa lebih merupakan sikap mental, pasif, bukan tindakan aktif yang bisa dikejar-kejar. Bagaimana mungkin siapapun akan mengejar yang tidak lari,yang bukan untuk dikejar:-)
 
Shanti,
NA.

=================================
HUDOYO:

Pak Ngurah yg baik,

Bentuk-bentuk perasaan/emosi seperti tersinggung, sakit hati, cemburu, irihati dsb ADALAH kekerasan; kekerasan di dalam batin, yang menjadi sumber kekerasan dalam dunia. Bahkan cinta kasih, selama bersumber dari si aku, adalah sebentuk kekerasan yang amat halus, karena cinta kasih si aku selalu memilah-milah antara “yang dikasihi” dan “yang tidak dikasihi”, seperti: “Saya mengasihi anakku, tapi tidak mengasihi anak orang lain.”Pada dasarnya, si aku itulah sumber kekerasan yang paling dalam.

Terima kasih atas pendapat Anda bahwa landasan Ahimsa adalah Kasih.

Menurut hemat saya, baik “ahimsa” maupun “kasih” adalah IDEALISME—suatu keadaan yang dicita-citakan, yang harus dicapai. Justru itulah yang dipertanyakan oleh Krishnamurti. K mempertanyakan, apakah idealisme akan mengadakan perubahan radikal dalam batin? K berpendapat bahwa idealisme hanya “… membuat kita bisa menunda-nunda, mendorong perubahan ke masa depan, dan dengan demikian menghindari perubahan yang radikal, segera.”Ahimsa tidak lebih dari sekadar idealisme—seperti ajaran-ajaran lain dari agama—kalau orang mau mengakui bahwa dalam batinnya sekarang ini tidak ada ahimsa.

Tanpa mempermasalahkan secara harfiah kata “mengejar”—yang berasal dari kata “pursue”—kata itu bisa berarti “mengupayakan”, “mengusahakan”. (Terima kasih Anda telah mengangkat masalah ini; dalam edisi selanjutnya penerbitan The Book of Life, kata “mengejar” akan saya ganti dalam: “Apakah mengupayakan tanpa-kekerasan membebaskan batin dari kekerasan?”)

Jelas yang dimaksudkan K dengan “pursue non-violence” adalah “mengupayakan tanpa-kekerasan”, suatu idealisme. Justru inilah yang dipersoalkan K, idealisme dalam bentuk apa pun, termasuk idealisme tentang Cinta Kasih, sebagaimana diajarkan dalam semua agama, termasuk agama Buddha sendiri.

K berpendapat bahwa selama orang tidak mencurahkan perhatian sepenuhnya pada kebencian & kekerasan dalam batinnya sendiri—dengan kata lain, selama ia tidak mengamati dengan cermat gerak-gerik akunya sendiri—maka tidak mungkin ia bebas dari kebencian & kekerasan dalam batinnya—yang tidak tercetus dalam perbuatan—sekalipun ia memiliki idealisme tentang tanpa-kekerasan dan cinta kasih setinggi apa pun. Idealisme hanya menunda tindakan radikal yang diperlukan dalam menghadapi kebencian & kekerasan dalam batin sendiri, karena idealisme menghalangi kita untuk melihat batin kita sendiri seperti apa adanya, yang masih memiliki kekerasan, sehalus apa pun.

Begitu pendapat saya. Silakan Pak Ngurah menyimak kembali seluruh kata-kata K di atas dengan polos. Terima kasih.

Salam,
Hudoyo

PS: seperti biasa mohon tanggapan ini dimuat dalam milis-milis yang tidak saya langgani yang Anda kirimi posting Anda. Terima kasih.


Waw tepat banget...
Jawabanya menurut gw adalah TIDAK...
Karena jika kita hanya mengupayakan tanpa kekerasan sesungguhnya disanalah maka kekerasaan semakin menguat dlm "aku" semakin kita menekannya maka semakin kita tenggelam didalamnya.Mungkin kita berkata,"saya telah mencapai ahimsa(tanpa kekerasaan)Bukankah sebenarnya ini adalah pembeneran/pembelaan sesaat dr "aku" sendiri??Bukankah kita sedang dikelabui oleh "ular" licik ini?
Menurut saya(maaf jika salah) kasus diatas seperti misalkan kita ingin melepas kebencian maka kita lawan dengan cinta kasih.Dr ilmu yg saya dpt dr posting2 pak Hudoyo yg masuk akal sekali hal tsb sangat kontras...
Bagaimana melawan kebencian dengan cinta kasih??BUkankah pada cinta kasih sendiri melekat aku yg halus??
Sesungguhnya jika ingin menghentikan kebecian itu sendiri,maka sadarilah dan pahamilah kebencian itu...Niscaya kebencian itu akan lenyap dgn sendirinya...(tanpa ada kehendak,keinginan,pengendalian,dl)
Kebencian beserta segala sesuatu akan lenyap ketika pikiran terhenti...
Ketika kita sadar akan hakikat dr kebencian itu sendiri,mengamati dan sadar akan kebencian itu sendiri..
BUkan dengan cara dilawan dengan cinta kasih...Justru disana terdapat "aku"...
Tujuan umat buddha nibbana bukan?Cara menempuhnya melalui pemberhentian pikiran,cara pemberhentian pikiran yakni meditasi yg menyadari pikiran dan segala yg ada...Bukan dilawan,bukan ditolak,dll...Tetapi disadari saja cukup menyadari tanpa berbuat apa2,amati dan sadari amati dan sadari...
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline hartono238

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 295
  • Reputasi: 8
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #358 on: 04 June 2008, 09:15:38 PM »
:))

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #359 on: 05 June 2008, 01:12:11 AM »
Waw tepat banget...
Jawabanya menurut gw adalah TIDAK...
Karena jika kita hanya mengupayakan tanpa kekerasan sesungguhnya disanalah maka kekerasaan semakin menguat dlm "aku" semakin kita menekannya maka semakin kita tenggelam didalamnya.Mungkin kita berkata,"saya telah mencapai ahimsa(tanpa kekerasaan)Bukankah sebenarnya ini adalah pembeneran/pembelaan sesaat dr "aku" sendiri??Bukankah kita sedang dikelabui oleh "ular" licik ini?
Menurut saya(maaf jika salah) kasus diatas seperti misalkan kita ingin melepas kebencian maka kita lawan dengan cinta kasih.Dr ilmu yg saya dpt dr posting2 pak Hudoyo yg masuk akal sekali hal tsb sangat kontras...
Bagaimana melawan kebencian dengan cinta kasih??BUkankah pada cinta kasih sendiri melekat aku yg halus??
Sesungguhnya jika ingin menghentikan kebecian itu sendiri,maka sadarilah dan pahamilah kebencian itu...Niscaya kebencian itu akan lenyap dgn sendirinya...(tanpa ada kehendak,keinginan,pengendalian,dl)
Kebencian beserta segala sesuatu akan lenyap ketika pikiran terhenti...
Ketika kita sadar akan hakikat dr kebencian itu sendiri,mengamati dan sadar akan kebencian itu sendiri..
BUkan dengan cara dilawan dengan cinta kasih...Justru disana terdapat "aku"...
Tujuan umat buddha nibbana bukan?Cara menempuhnya melalui pemberhentian pikiran,cara pemberhentian pikiran yakni meditasi yg menyadari pikiran dan segala yg ada...Bukan dilawan,bukan ditolak,dll...Tetapi disadari saja cukup menyadari tanpa berbuat apa2,amati dan sadari amati dan sadari...
_/\_

Riky, bagus sekali ... tidak lama lagi pemahamanmu mengenai ajaran Sang Buddha akan menyamai saya ... :)

Teruskan meditasimu, ya ... :)

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 05 June 2008, 01:39:48 AM by hudoyo »

 

anything