Partamaxxxx, seberapa valid isi tipitaka itu yang benar2 ucapan asli dari Buddha, dan berapa persen kira2 isi tipitaka yang ditambah2kan atau merupakan khayalan?i like you, i love you...hehehe
Partamaxxxx, seberapa valid isi tipitaka itu yang benar2 ucapan asli dari Buddha, dan berapa persen kira2 isi tipitaka yang ditambah2kan atau merupakan khayalan?
selain.... yg mereka sebut Tionghoa...
pertanyaan kedua... boleh borong gak ya :P
"Kenapa ada bhikkhu2 yg suka ngelantur kesono kesini, suka ngobrol ma orang... kek si "brem brem" dan lain2.. apakah itu yg disebut melepas keduniawian ???
Kenapa perkumpulan sangha.. kek gengster aja.......
kek mafia...... semuanya serba sembunyi sembunyi... terus ada kelompok kelompok.... sama toh kek mafia...
soal altar, itu cuma custom/kebiasaan setempat aja. ditempat laen mungkin beda lagi. itu untuk penghormatan. Ini bukan hal yang bertentangan dengan pandangan benar
soal gangster, bisa lebih spesifik?
Numpang nanya. Kalau paritta sangham saranam gacchami, maksudnya kita berlindung pada sangha, sangha mana?
^
4 kelompok makhluk suci
sangha di sepuluh penjuru mata angin
Partamaxxxx, seberapa valid isi tipitaka itu yang benar2 ucapan asli dari Buddha, dan berapa persen kira2 isi tipitaka yang ditambah2kan atau merupakan khayalan?
emang isu general kan ???
disitu yg jadi pelakunya sudah terang2an disebut anggota sangha....
kalo ada anggota sangha lain yg bilang " bukan, mereka bukan anggota sangha kami, kami tidak seperti itu" <--- pengelompokkan bukan?
Apa persamaan dari Aliran2 Buddhisme...
contoh Theravada dan Mahayana.
Apa persamaan dari Aliran2 Buddhisme...
contoh Theravada dan Mahayana.
Banyak sekali persamaannya. Sama-sama mengakui Sang Buddha sebagai Guru, sama-sama sepakat bahwa Pembebasan adalah tujuan tertinggi, sama-sama melihat bahwa penghidupan duniawi adalah dukkha, dll.
Apa persamaan dari Aliran2 Buddhisme...
contoh Theravada dan Mahayana.
Banyak sekali persamaannya. Sama-sama mengakui Sang Buddha sebagai Guru, sama-sama sepakat bahwa Pembebasan adalah tujuan tertinggi, sama-sama melihat bahwa penghidupan duniawi adalah dukkha, dll.
itu persamaan simbolisme saja...
tapi bagaimana dengan detilnya? adakah yg sama?
pertanyaan berikut...
sebenarnya ini topik di thread sebelah, cuman karena berhentiya udah i lanjut sini aja
Mengenai arwah, dan penjaga neraka, serta algojo2 dan Raja neraka...
dalam Thread Alam Neraka oleh ci Lily.. disitu dituliskan alam neraka itu alam yg menyiksa.. karena ada yg disiksa...
dan di sutta ini
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,12597.msg206928.html#msg206928
ada tuh yg menyiksa dalam alam neraka...
bagaimana tanggapannya?
Buddhisme milik siapa?
Theravada ngaku sebagai buddhisme
Mahayana mengaku sebagai buddhisme
dengan anak buahnya, kek Zen, tanah suci dan lain lain
bahkan baru baru ini MMD ngaku ngaku buddhisme juga
nah pertanyaan2 untuk buddhisme di thread ini buat yg mana? sendangkan sebagaimana dari awal dikatakan dalam detilnya masing2 berbeda.
terus siapa pula yg berhak menjawab pertanyaan untuk "buddhisme"?
bolehkan aliran "buddha" Maitreya menjawab di thread ini? (karena mereka juga ngaku ngaku buddhisme)
Kenapa perkumpulan sangha.. kek gengster aja.......
kek mafia...... semuanya serba sembunyi sembunyi... terus ada kelompok kelompok.... sama toh kek mafia...
Buddhisme milik siapa?
Theravada ngaku sebagai buddhisme
Mahayana mengaku sebagai buddhisme
dengan anak buahnya, kek Zen, tanah suci dan lain lain
bahkan baru baru ini MMD ngaku ngaku buddhisme juga
nah pertanyaan2 untuk buddhisme di thread ini buat yg mana? sendangkan sebagaimana dari awal dikatakan dalam detilnya masing2 berbeda.
terus siapa pula yg berhak menjawab pertanyaan untuk "buddhisme"?
bolehkan aliran "buddha" Maitreya menjawab di thread ini? (karena mereka juga ngaku ngaku buddhisme)
buddhism milik semua mahluk tepatnnya :))
tanah suci, zen kek, bahkan aliran tera kek, vajra kek, semua statusnya sama, cuman beda cara pengajaran aja.
aliran maitreya sih emang gado - gado, mau ngaku buddhism silakan . asal satu jangan ngaku ngaku buddshim, tapi ngajarin orang melakukan kriminal, ngak jual - jual tanah suci, ngak ajakin berontak kayak FLG, Atau Lu sheng yen. Selamanya ngajarinnya ngak merusak moral dan hukum negara. fine - fine aja bagi g sih :D
pertanyaan berikut...
sebenarnya ini topik di thread sebelah, cuman karena berhentiya udah i lanjut sini aja
Mengenai arwah, dan penjaga neraka, serta algojo2 dan Raja neraka...
dalam Thread Alam Neraka oleh ci Lily.. disitu dituliskan alam neraka itu alam yg menyiksa.. karena ada yg disiksa...
dan di sutta ini
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,12597.msg206928.html#msg206928
ada tuh yg menyiksa dalam alam neraka...
bagaimana tanggapannya?
Aye mau ambil bagian
Jhana,
banyak di artikel2 meditasi terdapat kata jhana,dan untuk mencapai jhana cuma perlu disampaikan dalam dua lembar kertas saja, sehingga terkesan mencapai jhana adalah tidak sulit..
Pertanyaan sy,kenapa sy belum pernah bertemu,melihat,atau mendengar orang yg telah mencapai jhana(dikehidupan saat ini),baik jhana 1-4
adakah member Dc yg telah mencapai jhana?
Gantian ane yg nanya...
"Kenapa jarang g liat orang Pribumi beragama Buddha?"
Aye mau ambil bagianBanyaknya lembar kertas yg dihabiskan tidak berbanding lurus dengan kemudahan dalam pencapaiannya. ;D
Jhana,
banyak di artikel2 meditasi terdapat kata jhana,dan untuk mencapai jhana cuma perlu disampaikan dalam dua lembar kertas saja, sehingga terkesan mencapai jhana adalah tidak sulit..
Pertanyaan sy,kenapa sy belum pernah bertemu,melihat,atau mendengar orang yg telah mencapai jhana(dikehidupan saat ini),baik jhana 1-4
adakah member Dc yg telah mencapai jhana?
Bisanya bangun vihara mulu nih umat buddhisnya..Gantian ane yg nanya...
"Kenapa jarang g liat orang Pribumi beragama Buddha?"
Hwhwwhwhh banyak kok di daerah Pulau Jawa, apa lgi agama budhist mulai berkembang di daerah seperti Temanggung, Jepara, dan mulai dibangun vihara2...
Yang ingin saya tanyakan, Umat yang menjalani itu sebenarnya itu umat Buddha, Tao atau Kong Hu Cu?umat Budha KTP ;D
apakah carinex yakin umat buddha kga ada diajarin berdoa?seharusnya sih ada, meski doanya agak2 berbeda dg di tetangga
apakah carinex yakin umat buddha kga ada diajarin berdoa?
apakah carinex yakin umat buddha kga ada diajarin berdoa?
Saya taunya kalo umat Buddha itu tipe doanya baca parrita/ liam keng(sori salah tulis)
Dan namaskara.
Tapi bukan yang seperti di Klenteng, nah yang ingin tanyakan lagi, yang di Klenteng itu cara sembahyangnya Tao, Kong Hu Cu atau Buddhist?
apakah carinex yakin umat buddha kga ada diajarin berdoa?
Saya taunya kalo umat Buddha itu tipe doanya baca parrita/ liam keng(sori salah tulis)
Dan namaskara.
Tapi bukan yang seperti di Klenteng, nah yang ingin tanyakan lagi, yang di Klenteng itu cara sembahyangnya Tao, Kong Hu Cu atau Buddhist?
Membaca paritta => membaca syair-syair perenungan
Liam keng (nian jing) => melafalkan puja kepada Buddha dan atau Bodhisattva
Namakara => memberi penghormatan dengan sikap bersujud
Kalau sembahyang kepada altar dewa-dewa di Kelenteng, itu adalah tradisi sembahyang orang Tionghoa. Tradisi ini merupakan kepercayaan yang berkembang dan dilestarikan oleh orang Tionghoa sejak dahulu. Confucius (Kong Hu Chu) adalah salah satu filsuf besar dari Tiongkok yang mendukung tradisi ini. Oleh karena itu, tradisi bersembahyang di Kelenteng bisa kita nyatakan sebagai tata-cara yang selaras dengan Agama Kong Hu Chu.
Pertanyaan dari gw:
1. Apakah efek dari paritta? Apakah benar paritta bisa memberikan efek 'kekuatan' seperti penyembuhan penyakit, mengundang dewa, membawa rejeki, dsb atau paritta adalah bacaan yang memberikan panduan/renungan saja bagi manusia?
Menurut salah satu referensi buku yang gw baca, yaitu Keyakinan Umat Buddha karya Bhante Dhammananda, dikatakan bahwa paritta bila dilantunkan dengan nada yang tepat akan mengundang kehadiran para dewa, benarkah?
2. Mengenai Jataka, selama ini Jataka selalu terkesan layaknya sebuah dongeng bagi gw, sedangkan sepengetahuan gw, Buddhisme lebih mengundang nalar, lalu apakah kitab Jataka ini benar terjadi atau hanyalah perumpaan, atau rekaan?
3. BENARKAH bahwa dengan berdoa (bukan kepada Buddha, tapi kepada Bodhisattva, Deva, dll) akan mempercepat berbuahnya karma baik kita??? Atau doa itu memang tidak ada efeknya?
4. BENARKAH bahwa dengan membaca buku2 Dhamma secara tidur2an itu adalah perbuatan yang menghasilkan kamma buruk? Atau hanya sekedar tidak etis untuk dilakukan saja?
Demikian pertanyaan-pertanyaan saya, beberapa pertanyaan terlihat pertanyaan lama yang pernah ditanyakan sebelumnya, namun saya masih belum merasa jelas dengan penjelasan-penjelasan terdahulu. _/\_
1. Kalau baca paritta, dan diperhatikan dengan benar-benar, biasanya ada kata-kata "semoga dengan kebenaran pernyataan ini". Jadi yang menyebabkan paritta manjur adalah kualitas batin pada saat membaca paritta. Kadang-kadang ada yang baca paritta, tapi tidak tahu artinya. Misalnya seumur hidup tidak pernah membunuh, tapi kenyataannya sering membunuh semut, nyamuk, kecoak, tapi mengharapkan parittanya manjur...
2. Syair-syair Jataka terdapat di Tipitaka, tetapi cerita yang melatarbelakanginya terdapat di Kitab-kitab komentar. Apakah kitab-kitab komentar itu palsu?
4. Kalau memang lagi sakit dan tidak mampu, tetapi niatnya adalah belajar dengan sungguh-sungguh? Kalau memang karena malas, ya malas akibatnya...
Tidak ada, tepatnya saya belum pernah menemukan. Yang ingin ditanyakan, efek dari paritta itu benar atau hanya sekedar perenungan? Saya tidak menuduh paritta bohong, tapi saya hanya ingin tau, apakah fungsi dari paritta itu.
Tidak ada, tepatnya saya belum pernah menemukan. Yang ingin ditanyakan, efek dari paritta itu benar atau hanya sekedar perenungan? Saya tidak menuduh paritta bohong, tapi saya hanya ingin tau, apakah fungsi dari paritta itu.
Banyak orang yang berpendapat bahwa hanya tindakan yang memiliki relevansi dengan kejadian / nasib. Maksudnya, banyak orang berpikir bahwa hanya cukup tindakan untuk membangun kehidupan. Tapi yang sedikit orang ketahui, ternyata pikiran dan ucapan juga punya andil besar dalam membangun kehidupan.
Ucapan bisa menghantarkan reaksi positif ataupun negatif. Dr. Masaru Emoto mendapatkan hasil penelitian mengenai kristal air. Bahwa ucapan positif seperti "danke", "gracias", "terima kasih", dsb. yang dipaparkan dari mulut ke dekat air mampu membuat kristal air berubah bentuk menjadi lebih indah. Sedangkan ucapan negatif seperti "hate" atau "benci" bisa membuat bentuk kristal air menjadi rusak.
http://netsains.com/2008/12/keajaiban-kristal-air/ (http://netsains.com/2008/12/keajaiban-kristal-air/)
(http://netsains.com/wp-content/uploads/2008/12/water-15-300x300.jpg)
Dalam setiap ucapan kita akan didahului oleh kehendak positif, kehendak negatif, atau netral. Membacakan paritta sudah sebaiknya dilandasi oleh kehendak positif, agar ucapan kita memiliki kekuatan positif. Bila seseorang membacanya dengan perenungan dan kebaikan yang mendalam, maka efek dari paritta akan lebih kuat. Efek dari paritta ini akan lebih kuat lagi bila dibacakan oleh seseorang yang memiliki kualitas tinggi dalam segi moralitas dan kebijaksanaannya.
Seperti kandungan dalam Vattaka Paritta, dahulu Bodhisatta mengucapkan Saccakiriya ketika hutan tempat tinggalnya terbakar oleh api. Karena sejak menjadi Bodhisatta, beliau tidak pernah mengucapkan kebohongan; maka ucapannya penuh dengan kekuatan. Sehingga dinyatakan setelah mengucapkan paritta itu, Bodhisatta selamat dari kebakaran; dan sampai akhir kappa ini, tempat itu tidak akan terbakar oleh api.
Tidak ada, tepatnya saya belum pernah menemukan. Yang ingin ditanyakan, efek dari paritta itu benar atau hanya sekedar perenungan? Saya tidak menuduh paritta bohong, tapi saya hanya ingin tau, apakah fungsi dari paritta itu.
Bukan, yang gw pertanyakan bukan itu, yang ingin gw tanyakan adalah, apakah paritta itu manjur? Sekalipun oleh seorang yang berkualitas batin tinggi???aku coba jawab yah...
Maksudnya, selama ini kita mengetahui bermacam2 paritta, mulai dari mengundang dewa, mendapat berkah, menyembuhkan penyakit, dsb. Nah apakah Paritta itu memang benar efektif adanya atau HANYA sebagai perenungan bagi yang sedang sakit, agar hatinya bisa terhibur/lebih tenang setelah membaca tulisan2 tersebut?
hm sejauh ini semua itu masih katanyayup selama kmu tidak bisa melihatnya sendiri, cuma itu info yg bisa kmu dptkan (baik dari pembicaraan org, atau pun tulisan org lain):)
^Batara Indra mah masih diragukan kekuatannya =))
^
repot amat mas, panggil aja Betara indra , itu dewa pasti langsung menyahut :whistle:
Konon daerah tuhan medho bersemayam daerah tangerang, ada seorang anak paramitha devi menulis buku tentang apa yg dilihat tentang dewa dan makhluk halus. Nah coba tanya dia aja. mungkin tuhan bisa mengkonfirmasi kebenarannya...
^Batara Indra mah masih diragukan kekuatannya =))
^
repot amat mas, panggil aja Betara indra , itu dewa pasti langsung menyahut :whistle:
Konon daerah tuhan medho bersemayam daerah tangerang, ada seorang anak paramitha devi menulis buku tentang apa yg dilihat tentang dewa dan makhluk halus. Nah coba tanya dia aja. mungkin tuhan bisa mengkonfirmasi kebenarannya...
weleh2 Batara Indra langsung hadir =))^Batara Indra mah masih diragukan kekuatannya =))
^
repot amat mas, panggil aja Betara indra , itu dewa pasti langsung menyahut :whistle:
Konon daerah tuhan medho bersemayam daerah tangerang, ada seorang anak paramitha devi menulis buku tentang apa yg dilihat tentang dewa dan makhluk halus. Nah coba tanya dia aja. mungkin tuhan bisa mengkonfirmasi kebenarannya...
ad hominem
Untuk dapat memberikan manfaat, si pembaca harus memiliki empat kecakapan dan si pendengar juga harus memiliki empat kecakapan sebagai berikut:
(a) Empat kecakapan si pembaca
1. Si pembaca harus memiliki kemampuan membaca kalimat-kalimat dan kata-kata dalam bahasa Pàli dengan ucapan, artikulasi, dan aksen yang tepat.
2. Ia harus memahami benar kalimat-kalimat Pàli yang ia bacakan.
3. Si pembaca harus membacakan Paritta tanpa mengharapkan imbalan atau hadiah.
4. Paritta harus dibacakan dengan hati yang penuh cinta kasih dan welas asih.
Paritta hendaknya dibacakan hanya dalam kondisi ini agar efektif dalam menghindari dan menghalau bahaya yang akan terjadi bagi si pendengar. Jika kondisi ini tidak terpenuhi oleh si pembaca, tidak ada manfaat yang akan diperoleh dari pembacaan Paritta.
Kondisi dalam membacakan dan mendengarkan Paritta dijelaskan dalam Komentar Dãgha Nikàya. Si pembaca harus memelajari dan meneliti kata-kata dan kalimat-kalimat secara sistematis, serta harus memerhatikan dan memahami istilah-istilah Pàëi. Jika tidak benar-benar memelajari ucapan dan makna dari kata-kata Pàli, kecil kemungkinan untuk memperoleh manfaat yang diinginkan. Hanya pembacaan oleh mereka yang telah memelajari dengan sungguh-sungguh cara membaca Paritta ini yang akan menghasilkan manfaat yang besar. Pembacaan Paritta oleh mereka yang mengharapkan imbalan atau hadiah tidak akan menghasilkan manfaat apa pun. Pembacaan Paritta oleh mereka yang memiliki hati yang penuh cinta kasih dan welas asih dan dengan kecenderungan yang mengarah kepada Pembebasan dari lingkaran penderitaan akan sangat bermanfaat.
(Catatan: Oleh karena itu, siapa pun yang membacakan Paritta, terlebih dahulu harus memelajari bahasa Pàëi beserta komentar-komentarnya di bawah bimbingan seorang guru yang baik, juga diharapkan lebih memerhatikan cara pengucapan, aksen, dan penggalan. Setiap penghilangan kata, atau kalimat dari kitab Pàëi akan menyebabkan pembacaan itu menjadi tidak berguna. Pembacaan yang benar dengan pemahaman penuh atas maknanya merupakan kekuatan dari Paritta yang akan membawa manfaat yang diharapkan).
Kesalahan dalam cara membacakan, kesalahan dalam pengucapan, dan kesalahan memahami makna sebenarnya, apalagi ditambah dengan keinginan untuk memperoleh imbalan, akan mengurangi kekuatan Paritta dan tidak akan memperoleh manfaat yang diinginkan.
Oleh karena itu, harus ditekankan, mengenai pentingnya membaca Paritta sesuai kondisi yang telah digariskan, dengan hati penuh cinta kasih dan welas asih serta bertekad untuk terbebas dari saÿsara dan tidak mengharapkan imbalan).
Kegagalan dan Keberhasilan Seseorang yang Membacakan Paritta
Kegagalan seseorang dalam membacakan Paritta muncul karena dua penyebab, yaitu, payoga vippatti dan ajjhàsaya vippatti.
(1) Payoga vippatti artinya ketidakmampuan dalam mengucapkan kata-kata dan kalimat secara tepat dan ketidakmampuan dalam memahami maknanya, karena kurangnya usaha dalam belajar.
(2) Ajjhàsaya vippatti artinya pembacaan Paritta dengan keinginan untuk mendapat imbalan berupa benda atau kemasyhuran.
Keberhasilan seseorang dalam membacakan Paritta muncul karena dua penyebab, yaitu, payoga sampatti dan ajjhàsaya sampatti.
(1) Payoga sampatti artinya kemampuan dalam membacakan Paritta karena usaha yang rajin dalam memelajari cara yang benar dalam mengucapkan, dengan pemahaman penuh atas maknanya.
(2) Ajjhàsaya sampatti artinya kecakapan dalam membaca Paritta melalui cinta kasih dan welas asih dengan tekad agar mencapai kebebasan dan tanpa mengharapkan imbalan.
(Bagian vipatti dan sampatti ini dikutip dari Subkomentar âñanàñiya Sutta).
(b) Empat kecakapan si pendengar
1. Si pendengar harus terbebas dari kesalahan atas lima pelanggaran besar yang akibatnya akan segera berbuah (pa¤cànantariya kamma) yaitu, (a) membunuh ayah, (b) membunuh ibu, (c) membunuh seorang Arahanta, (d) melukai seorang Buddha, dan (e) memecah-belah kesatuan para siswa Buddha.
2. Si pendengar harus bebas dari pandangan salah (niyata-micchàdiññhi).
3. Si pendengar harus memiliki keyakinan yang tidak tergoyahkan mengenai kemanjuran dan manfaat dari Paritta.
4. Si pendengar harus mendengarkan pembacaan Paritta dengan tekun, penuh perhatian, dan penuh hormat.
dst...
Paritta yang Memiliki Kekuatan Istimewaberminat?? jiah bahasa pali ku hancur.....
(1) Ratana Sutta memiliki kekuatan yang mencakup seratus ribu crore alam semesta. Sutta ini membantu dalam proses penembusan Magga-Phala ¥àõa dan pencapaian Nibbàna oleh lima ratus delapan puluh delapan ribu manusia, dewa dan brahmà. Demikianlah, syair-syair atau Paritta ini memiliki pengaruh dan kekuatan yang besar sekali.
(2) Maïgala Sutta juga memiliki kekuatan yang sangat besar melebihi seratus ribu crore alam semesta. Tidak terhitung banyaknya manusia, dewa, dan brahmà berhasil menembus Magga-Phala ¥àõa dan mencapai Nibbàna karena mendengarkan sutta ini.
(3) Mettà Sutta adalah sutta yang terkenal karena kekuatannya. Pengaruhnya menjangkau hingga lebih dari seratus ribu crore alam semesta. Sutta ini telah membantu para bhikkhu yang berdiam di dalam hutan mencapai kesucian Arahatta, melalui padamnya àsava. Dengan tekun melaksanakan instruksi-instruksi moral yang terdapat dalam sutta ini, seseorang akan memperoleh Jalan Pembebasan. Sutta ini juga merupakan Paritta yang sangat kuat dan berpengaruh.
(4) Khandha Sutta. Sebuah sutta lain yang berkekuatan besar, kekuatannya menjangkau hingga lebih dari seratus ribu crore alam semesta. Memiliki kekuatan dalam mengusir marabahaya yang disebabkan oleh berbagai jenis racun dalam setiap waktu. Sutta ini berisikan bagian yang menjelaskan kebajikan dan keagungan Buddha, Dhamma, dan Saÿgha juga menguraikan akibat baik dari cinta kasih (Mettà). Sebuah Paritta yang berkekuatan besar dan dapat menghasilkan manfaat istimewa.
(5) Dhajagga Sutta, juga merupakan sutta berkekuatan besar yang menjangkau lebih dari seratus ribu crore alam semesta. Perenungan terhadap kebajikan Buddha, Dhamma, dan Saÿgha yang dipuji-puji dalam sutta ini adalah alat untuk menambah kekuatan intelektual seseorang, untuk dapat menikmati kebahagiaan surgawi selama tiga ribu siklus dunia, untuk dapat terlahir sebagai Sakka sebanyak delapan puluh kali, sebagai raja dunia sebanyak seribu kali, sebagai raja biasa sebanyak tidak terhitung; untuk dapat terlahir sebagai orang kaya dan makmur dalam setiap kelahiran, karena harta kekayaan yang ia miliki tidak dapat hilang, dicuri atau dihancurkan. Selama seratus ribu siklus dunia, ia tidak akan terlahir di alam sengsara dan ia tidak dapat diganggu atau gemetar ketakutan. Kekuatan besar yang terkandung dalam sutta ini juga dapat membantu seseorang sehingga akhirnya mencapai kesucian Arahatta.
(6) Bojjhaïga Sutta, juga memiliki pengaruh dan kekuatan yang menjangkau lebih dari seratus ribu crore alam semesta, memiliki kekuatan dalam menghalau marabahaya dan penyakit. Usaha dan perenungan menyeluruh atas Tujuh Faktor Pencerahan Sempurna yang tercantum dalam sutta ini dapat membantu dalam mencapai Nibbàna dalam kehidupan ini juga melalui penembusan Magga dan Phala ¥àõa.
(7) âñànàñiya Sutta, awalnya digubah oleh empat dewa penjaga dari Alam Dewa Catumahàràjika, yang saat itu berkumpul di kota surgawi bernama âñànàña. Pertama-tama mereka bersujud kepada Tujuh Buddha, memuji sifat dan kebajikan mereka. Kemudian mereka menggubah sutta ini dan membuat pengumuman, ‘Mereka, makhluk-makhluk surgawi seperti yakkha yang tidak mau mematuhi instruksi-instruksi Buddha, juga tidak mematuhi aturan-aturan kedisiplinan yang kami tetapkan akan dihukum sesuai hukum surgawi.’ Para dewa penjaga kemudian menemui Tathàgata disertai oleh banyak pengikut dan pasukan, mereka mempersembahkan sutta yang mereka gubah itu kepada Bhagavà. Tathàgata kemudian mengajarkan sutta itu kepada para bhikkhu, yang kemudian menjadi Paritta yang berkekuatan besar dan mampu melindungi.
Tidak ada, tepatnya saya belum pernah menemukan. Yang ingin ditanyakan, efek dari paritta itu benar atau hanya sekedar perenungan? Saya tidak menuduh paritta bohong, tapi saya hanya ingin tau, apakah fungsi dari paritta itu.
Banyak orang yang berpendapat bahwa hanya tindakan yang memiliki relevansi dengan kejadian / nasib. Maksudnya, banyak orang berpikir bahwa hanya cukup tindakan untuk membangun kehidupan. Tapi yang sedikit orang ketahui, ternyata pikiran dan ucapan juga punya andil besar dalam membangun kehidupan.
Ucapan bisa menghantarkan reaksi positif ataupun negatif. Dr. Masaru Emoto mendapatkan hasil penelitian mengenai kristal air. Bahwa ucapan positif seperti "danke", "gracias", "terima kasih", dsb. yang dipaparkan dari mulut ke dekat air mampu membuat kristal air berubah bentuk menjadi lebih indah. Sedangkan ucapan negatif seperti "hate" atau "benci" bisa membuat
bentuk kristal air menjadi rusak.
http://netsains.com/2008/12/keajaiban-kristal-air/ (http://netsains.com/2008/12/keajaiban-kristal-air/)
(http://netsains.com/wp-content/uploads/2008/12/water-15-300x300.jpg)
Dalam setiap ucapan kita akan didahului oleh kehendak positif, kehendak negatif, atau netral. Membacakan paritta sudah sebaiknya dilandasi oleh kehendak positif, agar ucapan kita memiliki kekuatan positif. Bila seseorang membacanya dengan perenungan dan kebaikan yang mendalam, maka efek dari paritta akan lebih kuat. Efek dari paritta ini akan lebih kuat lagi bila dibacakan oleh seseorang yang memiliki kualitas tinggi dalam segi moralitas dan kebijaksanaannya.
Seperti kandungan dalam Vattaka Paritta, dahulu Bodhisatta mengucapkan Saccakiriya ketika hutan tempat tinggalnya terbakar oleh api. Karena sejak menjadi Bodhisatta, beliau tidak pernah mengucapkan kebohongan; maka ucapannya penuh dengan kekuatan. Sehingga dinyatakan setelah mengucapkan paritta itu, Bodhisatta selamat dari kebakaran; dan sampai akhir kappa ini, tempat itu tidak akan terbakar oleh api.
utk masaru emoto ini, masih di ragukan, bisa jadi semacam hoax
silahkan baca di wiki utk memperkaya info
http://en.wikipedia.org/wiki/Masaru_Emoto
http://www.chem1.com/CQ/clusqk.html#EMOTO
[at] Mr.Wei
Gw komentar hanya effeck paritta untuk orang sakit .....
paritta akan memberi effek manjur, bila sipasien dan yg membaca paritta mempunyai Sila (moral) yg baik
apalagi pembacaan paritta dilakukan oleh Bhante yg benar2 memegang vinaya ....
dan tentu saja ada kamma yg mendukung .....
sebelumnya saya minta maaf sama moderator.yang ingin saya tanyakan ini bukan bermaksud kurang ajar.tapi karena terkadang terlintas dipikiran saya.dan karena saya udah ikut disini,jadi mungkin saya bisa mendapat jawabannya.
1.Kenapa seorang bikhu ga menikah?
2.Dan bagaimanakah cara dia mengatasi......(anda mengerti maksud saya kan?)sepanjang hidupnya?
Teman saya punya saudara yang menjadi seorang pastor.katanya mereka selalu diberikan obat untuk atasi itu.
3.Gagalkah jalan bikhu tersebut bila dia hanya di pikiran atau imajinasi?
Pertanyaan berikutnya:
Bagaimanakah pandangan dalam agama buddha tentang pernikahan beda agama?apakah seorang yang beragama budha boleh menikah dengan yang beda agama.tapi mereka tetap menjalankan agama masing-masing setelah menikah.
menarik ada thread ini, sy mau tanya :
1. apa bener siddharta itu setelah lahir bisa melangkah 7 langkah dan langsung di sambut oleh daun teratai ? bener ato mithos ? di tripitaka ga tertulis loh...
2. buddha tau (maha mengetahui) devadatta itu mempunyai niat buruk dan akan memecahbelahkan sangha (memberikan kesempatan tuk berbuat baik jika diterima dalam sangha) serta akan melakukan upaya pembunuhan seorang buddha, koq masih diterima sebagai bhikkhu ?
3. apakah di buddhism boleh meminta2 pada patung ? seperti yg terlihat setiap selesai puja bhakti, berdoa sambil mengharapkan keselamatan/kesehatan/kemakmuran/rejeki/jodoh dan sebagainya ?
4. ada kata "syukur" yg berarti "berterima kasih kepada pencipta", apakah di buddhism jg ada tradisi untuk ber-syukur ? sedangkan buddhism mengenal sistem kamma/karma, segala sesuatu merupakan buah dr perbuatan, bukan karena ada yg mengatur, jd perlukan tradisi ber-syukur ?
5. sebenarnya apakah ada "doa" didalam buddhism ? jika tidak, dimana kita bisa memohon/meminta "sesuatu" kepada suatu sosok yg lebih hebat/berkuasa diluar diri kita ? bagaimana pun manusia pasti akan mencari pertolongan yg lebih dapat menenangkan bathin nya pada saat diri nya mengalami penderitaan yg sangat hebat...
6. bagaimana seseorang dapat masuk dalam kerangka berpikir yg paling dasar orang lain yaitu "faith"/keyakinan... sebagaimana kita liat, hal ini sangat mudah dilakukan oleh kalangan agama tetangga...
7. buddhism diklaim sarat dengan kebenaran, bagiamana membuktikan kebenaran yg ada didalam buddhism ? kebenaran disini, bukan teori ato kebenaran yg dibuat benar sepihak, tp lebih kearah kebenaran yg nyata dapat dilihat, disaksikan dan dipahami semua orang... contoh : matahari terbit di timur, semua orang yakin akan hal itu...
8. sejak kapan dan mengapa ada tradisi menggunakan buddha rupang/patung dalam setiap ritual/puja bhakti buddhism, apa makna dari penggunaan patung ?
9. anda, saya dan seluruh umat buddhism tidak pernah melihat/bertemu/bertatap muka langsung dengan buddha, dari mana anda mengetahui bahwa buddha itu benar/pernah ada dan dari mana anda mengetahui bahwa ajaran yg ada di tripitaka itu benar ucapan/ajaran dari buddha ?
10. apa tolak ukur kebenaran itu menurut masing2 dan menurut buddhism ? setiap agama mengklaim kebenaran masing2, jd kebenaran mana yg paling benar ato setidaknya mendekati kebenaran dan mengapa ?
sebelumnya saya minta maaf sama moderator.yang ingin saya tanyakan ini bukan bermaksud kurang ajar.tapi karena terkadang terlintas dipikiran saya.dan karena saya udah ikut disini,jadi mungkin saya bisa mendapat jawabannya.
1.Kenapa seorang bikhu ga menikah?
2.Dan bagaimanakah cara dia mengatasi......(anda mengerti maksud saya kan?)sepanjang hidupnya?
Teman saya punya saudara yang menjadi seorang pastor.katanya mereka selalu diberikan obat untuk atasi itu.
3.Gagalkah jalan bikhu tersebut bila dia hanya di pikiran atau imajinasi?
1) Seorang bhikkhu adalah seseorang yang meninggalkan kehidupan duniawi, seseorang yang meninggalkan kemelekatan pada kenikmatan panca indria dan pikiran, seorang yang menuju Kebahagiaan Tertinggi; yaitu kebahagiaan yang direalisasi dengan mencabut akar-akar penderitaan. Sudah seharusnya pula seorang bhikkhu tidak menikah. Karena menikah adalah perilaku manusia yang masih hidup di duniawi, menikah merupakan bentuk kemelekatan pada kenikmatan panca indria dan pikiran, dan menikah bukan merupakan jalan menuju Kebahagiaan Tertinggi.
2) Sebagai seorang bhikkhu, ia harus memiliki pemahaman benar. Seorang bhikkhu yang benar akan paham bahwa tidak menikah dan tidak melakukan hubungan seks adalah bukan karena dipaksa oleh Sang Buddha. Tetapi seorang bhikkhu yang benar akan memahami, bahwa sebuah perbuatan itu harus dilakukan dengan kebijaksanaan. Yaitu kebijaksanaan yang mempertimbangkan, bahwa apakah suatu perbuatan ini jika dilakukan akan membawa manfaat atau tidak.
Seorang bhikkhu yang benar akan melihat bahwa melakukan hubungan seks adalah melakukan perbuatan yang akan mendorongnya pada kemelekatan. Sebab berhubungan seks adalah perilaku yang memanjakan panca indria dan pikiran dengan kenikmatan duniawi. Seorang bhikkhu yang benar juga memahami, bahwa meskipun berhubungan seks akan memberikan kenikmatan; namun setelah kenikmatan ini berakhir, maka ketidakpuasan akan mendatanginya kembali. Seorang bhikkhu yang benar juga memahami, bahwa semua kebahagiaan duniawi sifatnya hanya menutupi dukkha secara sementara. Kebahagiaan duniawi adalah topeng dunia. Topeng yang menutupi wajah dunia yang sesungguhnya.
Melalui pemahaman yang benar seperti ini, seorang bhikkhu akan melihat bahaya dari satu perbuatan bernama "hubungan seks". Seorang bhikkhu yang benar akan melihat hubungan seks sebagai perbuatan yang tidak bermanfaat bagi kemajuan spiritual. Seorang bhikkhu yang benar akan menyadari; bila dirinya bisa berhagaia ketika tidak bergantung pada hubungan seks, maka itu merupakan kebahagiaan yang jauh lebih tinggi.
Seorang bhikkhu yang benar akan melihat suatu fenomena dari akarnya. Dari akar inilah, ketertarikan seksuil bisa dicabut. Seorang bhikkhu yang benar, bisa mengendalikan diri dari nafsu biologis melalui pemahaman benar. Oleh karena itulah, seorang bhikkhu yang benar tidak membutuhkan obat atau faktor eksternal lain untuk bisa mengendalikan hal ini. Seorang bhikkhu yang benar selalu sadar, bahwa nafsu itu muncul dari pikiran; dan dari pikiran pula nafsu ini bisa dilenyapkan. Seorang bhikkhu yang benar adalah seorang yang terkendali dalam setiap pikiran, ucapan dan perbuatannya.
3) Bhikkhu itu bukan gagal. Tetapi dia belum mendapatkan buah manfaat dari menjalani kehidupan suci. Sang Buddha selalu memotivasi semua orang yang belum mendapatkan buah ini. "Berjuanglah mencapai Pembebasan dengan tanpa lengah dan waspada".
saya coba menyimpulkan dan tolong dikoreksi kalau kurang tepat:sebenarnya tidak ada peraturan/larangan seorang bikhu tidak boleh menikah oleh agama budha.seperti yang biasa saya dengar,kalau kamu mau jadi seorang bikhu maka kamu ga boleh kawin.tidak menikah bukan syarat untuk menjadi seorang bikhu/i.seperti kita mau melamar kerja,syarat belum menikah dll.dan tidak menikah juga bukan karena untuk mempermudah mencapai tujuan.tapi sebenarnya karena menikah itu sendiri adalah KEMELEKATAN.Apakah pikiran saya ini kurang tepat?
Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=2256.0
tergantung dari pribadi masing-masing....sulit tidak sulitnya..Bhikkhu Vinaya : Parajika 1 : Sex
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=2256.0
ketat juga yah.........berat juga jadi bikhu.
Sebelumnya saya minta maaf,saya tidak tau topik ini termasuk dalam ini atau tidak.Dan saya berharap ini masih termasuk pertanyaan wajar bagi forum ini.
Dosa itu dilihat dari niatnya...
saya ingin tau bagaimana pandangan agama buddha :
-tentang sex pra nikah?
-tentang homosexual dan lesbian?
-tentang menonton video porno?
-dan selingkuh baik dalam berumah tangga maupun masih pacaran.
keberatan, yang nomor 3yg bilang ga boleh siapa?
masak ga bole nonton filem, porno itu kan jabaran nya luas sekali.... ^,^
keberatan, yang nomor 3
masak ga bole nonton filem, porno itu kan jabaran nya luas sekali.... ^,^
Sebelumnya saya minta maaf,saya tidak tau topik ini termasuk dalam ini atau tidak.Dan saya berharap ini masih termasuk pertanyaan wajar bagi forum ini.
Dosa itu dilihat dari niatnya...
saya ingin tau bagaimana pandangan agama buddha :
-tentang sex pra nikah?
-tentang homosexual dan lesbian?
-tentang menonton video porno?
-dan selingkuh baik dalam berumah tangga maupun masih pacaran.
Dalam Buddhisme, "dosa" adalah kotoran batin yang berwujud kebencian. Istilah perbuatan buruk yang kelak akan mengakibatkan penderitaan disebut dengan "kamma buruk".
Dalam pandangan Agama Buddha...
- Seks pra nikah tidak selalu dipukul rata sebagai kamma buruk (perbuatan tercela).
- Homoseksual (gay dan lesbian) adalah orang yang memiliki orientasi seks terhadap sejenisnya. Agama Buddha menghargai kebebasan hak semua orang. Hanya saja, orientasi seks ini dilihat sebagai orientasi seks yang kurang wajar; dan bisa memunculkan pertentangan di masyarakat.
- Menonton film porno adalah mengumbar kenikmatan indria mata, dan bisa berdampak mengotori pikiran dengan hal-hal porno. Perbuatan ini adalah perbuatan yang tidak bermanfaat (akusala kamma).
- Selingkuh baik ketika sudah berumah-tangga maupun masih pacaran adalah bentuk dari keserakahan (lobha). Agama Buddha mengajarkan kita untuk tidak mengumbar keserakahan, dan justru membimbing kita untuk puas dengan apa yang dimiliki (santutthi). Berselingkuh menandakan bahwa seseorang sadar bahwa dirinya adalah salah. Makanya orang yang berselingkuh, pasti pikirannya selalu cemas, berhati-hati, dan terus berusaha menutupi keadaan dengan muslihat. Orang seperti ini adalah orang yang sangat menderita secara mental.
- Menonton film porno adalah mengumbar kenikmatan indria mata, dan bisa berdampak mengotori pikiran dengan hal-hal porno. Perbuatan ini adalah perbuatan yang tidak bermanfaat (akusala kamma).Kecuali anda bekerja di badan sensor.... apakah itu bisa malah disebut berbuat karma baik?....(yg terlalu panas tidak diumbar pada masyarakat yg bukan semestinya...) ;D ;D
keberatan, yang nomor 3
masak ga bole nonton filem, porno itu kan jabaran nya luas sekali.... ^,^
Tidak dilarang kok. :)
Nanya omsi saia kurang tahu dalam hal ritual2, tp air itu salah satu media yg bagus untuk menyerap kekuatan,
perihal; air suci paritta
apa makna air paritta dalam prosesi perayaan tri suci waisak,kenapa seakan2 air paritta menjadi air sucinya buddhism?
;D
Pertama, Anda memiliki indria mata yang bisa melihat. Ada objeknya yaitu seorang wanita. Ada kondisi pendukung, yaitu cahaya dan tempat. Lalu indria mata mengadakan kontak dengan wanita.bijimana?? nda mudeng
Itu ketikan mod,dan ada yang mau saya pertanyakan lagi untuk lebih jelas.
Ketikan diatas itu sama aja dengan cerita lilin kemarinkan??kalau ga salah ingat,mata kita ini ada titik2nya yah?dimana jatuhnya tepat,maka kita bisa melihat.dan jika ada 1 faktor yang ga lengkap,makanya kita ga bs lihat.atau ada yg bs kita lihat padahal ga ada.spt fatamorgana atau jalan yang keliatan berair padahal tidak.
Mod,jangan2 setan/mahluk halus begitu juga yah???
Nanya om
perihal; air suci paritta
apa makna air paritta dalam prosesi perayaan tri suci waisak,kenapa seakan2 air paritta menjadi air sucinya buddhism?
;D
Quote from: upasakaPertama, Anda memiliki indria mata yang bisa melihat. Ada objeknya yaitu seorang wanita. Ada kondisi pendukung, yaitu cahaya dan tempat. Lalu indria mata mengadakan kontak dengan wanita.
Itu ketikan mod,dan ada yang mau saya pertanyakan lagi untuk lebih jelas.
Ketikan diatas itu sama aja dengan cerita lilin kemarinkan??kalau ga salah ingat,mata kita ini ada titik2nya yah?dimana jatuhnya tepat,maka kita bisa melihat.dan jika ada 1 faktor yang ga lengkap,makanya kita ga bs lihat.atau ada yg bs kita lihat padahal ga ada.spt fatamorgana atau jalan yang keliatan berair padahal tidak.
Mod,jangan2 setan/mahluk halus begitu juga yah???
secakep-cakep orang..dipandang jadi atom yang bergetar...malah jadi ga berselera.
terus dari mana datangnya perasaan kasih,iba dll???kr anjing saja juga bisa melihatkan rasa sayangnya pada tuannya.
tumbuhan??????kan termasuk hidup.terus kita makan lagi
asaïkhyeyya
itu apa artinya??
Ketika Bodhisatta Pangeran sedang berada dalam perjalanan menuju taman kerajaan, para dewa berunding, “Waktunya bagi Pangeran Siddhattha untuk menjadi Buddha semakin dekat. Mari
514
Riwayat Agung Para Buddha
kita memperlihatkan pertanda kepadanya yang akan membuatnya melepaskan keduniawian dan menjadi petapa.” Mereka menyuruh salah satu dewa menyamar sebagai orang tua, berambut putih, tidak bergigi, punggung yang bungkuk, berjalan gemetaran menggunakan tongkat. Pertanda orang tua ini yang adalah penjelmaan dewa tidak dapat dilihat orang lain selain Bodhisatta dan kusirnya.
Saat melihat orang tua, Bodhisatta Pangeran bertanya kepada kusir, “O kusir, rambut orang itu tidak seperti orang lain, rambutnya semua putih. Badannya juga tidak seperti badan orang lain; giginya tidak ada; hanya ada sedikit daging (di tubuhnya); punggungnya bungkuk ia gemetaran. Disebut apakah orang itu? Si kusir menjawab, “Yang Mulia, orang seperti itu disebut orang tua.”
Apakah ini benar???karena dalam ringkasan mod upasaka.ga ada cerita dewa yang ikut andil...
Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang berada di dekat Savatthi, di hutan Jeta, di Vihara Anathapindika. Pada saat itu Yang Ariya Nanda, saudara tiri Sang Bhagava, [2] putra bibi (dari pihak ibu) yang membesarkannya, memberitahukan sejumlah bhikkhu demikian: "Saya tidak puas menjalani kehidupan suci, sahabat-sahabat. Saya tidak dapat memikul kehidupan suci. Saya akan berhenti dari latihan ini dan kembali ke kehidupan rendah." [3]
Kemudian seorang bhikkhu mendekati Sang Bhagava, bersujud, duduk di satu sisi dan berkata: "Yang Ariya Nanda, Bhante, saudara tiri Sang Bhagava, dari bibi yang membesarkan Nya, memberitahu sejumlah bhikkhu demikian : "Saya tidak puas menjalani kehidupan suci ..... saya akan berhenti dari latihan ini dan kembali ke kehidupan rendah."
Kemudian Sang Bhagava berbicara kepada seorang bhikkhu: O, bhikkhu, atas namaku beritahukan bhikkhu Nanda, "Guru memanggilmu, sahabat Nanda."
"Baiklah, Bhante," jawab bhikkhu itu. Dia mendekati Yang Ariya Nanda dan berkata, "Guru memanggilmu, sahabat Nanda."
"Baiklah, sahabat," Yang Ariya Nanda menjawab, dan mendatangi Sang Bhagava, dia bersujud dan duduk di satu sisi. Sang Bhagava kemudian berkata kepadanya: "Apakah benar Nanda, bahwa kamu memberitahu sejumlah bhikkhu demikian: "Saya tidak puas menjalani kehidupan suci ..... saya akan kembali ke kehidupan rendah ?"
"Ya, Bhante."
"Tetapi mengapa, Nanda, kamu tidak puas dengan menjalani kehidupan suci?"
"Ketika berangkat dari rumah, Bhante, seorang gadis Sakya yang tercantik di negeri ini, dengan rambutnya setengah tersisir, memandang saya dan berkata "Kembalilah segera, Tuan." [4] Ketika mengingat kembali hal itu, Bhante, saya tidak puas menjalani kehidupan suci ....., saya tidak dapat memikul kehidupan suci. Saya akan berhenti dari latihan ini dan kembali ke kehidupan rendah."
Kemudian Sang Bhagava memegang tangan Yang Ariya Nanda, dan persis seperti seorang laki-laki kuat yang menjulurkan tangannya yang lentur atau melenturkan tangannya yang terjulur, demikianlah mereka lenyap dari hutan Jeta dan muncul di antara para dewa di surga Tavatimsa. Pada saat itu, kira-kira 500 bidadari berkaki merah muda datang untuk melayani Sakka, penguasa para dewa. Dan Sang Bhagava berkata kepada Yang Ariya Nanda, "Apakah kamu melihat 500 bidadari yang berkaki merah muda itu?"
"Ya, Bhante."
"Apa pendapatmu, Nanda, siapakah yang lebih cantik, lebih indah untuk dipandang, dan lebih menggiurkan - gadis Sakya yang tercantik di seluruh negeri atau 500 bidadari yang berkaki merah muda ini ?"
"Bhante, dibanding dengan 500 bidadari yang berkaki merah muda ini, gadis Sakya, yang tercantik di seluruh negeri itu, seperti seekor monyet betina buntung [5] yang hidung dan telinganya dipotong. Dia tidak masuk hitungan; dia tidak cukup berharga dibandingkan dengan para bidadari itu; sama sekali tidak dapat dibandingkan. Lima ratus bidadari ini jauh lebih cantik, jauh lebih indah untuk dipandang, dan jauh lebih menggiurkan."
"Bergembiralah, Nanda, bergembiralah Nanda! Saya jamin kamu akan mendapatkan 500 bidadari berkaki merah muda."
"Bhante, jika Sang Bhagava menjamin bahwa saya akan mendapatkan 500 bidadari berkaki merah muda ini, saya akan puas menjalani kehidupan suci dibawah bimbingan Sang Bhagava."
Kemudian Sang Bhagava memegang tangan Yang Ariya Nanda ..... dan dengan demikian mereka lenyap dari antara para dewa di surga Tavatimsa dan muncul di hutan Jeta.
Para bhikkhu mendengar: "Dikatakan bahwa Yang Ariya Nanda, saudara tiri Sang Bhagava, putra bibi yang mengasuhnya, menjalani kehidupan suci demi para bidadari. Dikatakan bahwa Sang Bhagava telah menjamin bahwa dia akan mendapatkan 500 bidadari berkaki merah muda."
Kemudian sahabat-sahabat bhikkhu dari Yang Ariya Nanda, berkeliling dengan menyebutnya "orang jaminan" dan "orang rendah", dengan mengatakan: "Yang Ariya Nanda adalah orang jaminan! Yang Ariya Nanda adalah orang rendah! Dia menjalani hidup suci demi para bidadari! Dikatakan bahwa Sang Bhagava menjamin dia akan mendapat 500 bidadari berkaki merah muda!"
Maka Yang Ariya Nanda merasa terhina, malu, dan sedih karena sahabat-sahabatnya menyebutnya "orang jaminan" dan "orang rendah". Dengan hidup menyendiri, menyepi, rajin,bersemangat dan penuh tekad, dia segera menyadari, bahkan di sini dan saat ini juga melalui pengetahuan langsungnya sendiri, tujuan kehidupan suci yang tiada bandingnya itu dimana putra keluarga baik-baik sudah pada tempatnya pergi dari keadaan berumah ke keadaan tidak berumah, dan setelah masuk, dia tinggal di dalamnya. Dan dia tahu: "Selesailah sudah kelahiran, telah dijalani kehidupan suci, telah dilakukan apa yang harus dilakukan, tidak akan ada keadaan seperti ini lagi." Dan Yang Ariya Nanda menjadi salah seorang Arahat.
Kemudian, setelah malam semakin larut, seorang dewata yang tampan sekali menyinari seluruh hutan Jeta, mendekati Sang Bhagava, bersujud dan berdiri di satu sisi. Sementara berdiri di sana, Sang Dewata berkata kepada Sang Bhagava: "Yang Ariya Nanda, Bhante, saudara tiri Sang Bhagava, putra bibi yang mengasuh Nya, dengan melenyapkan noda-noda, telah menyadari di sini dan saat ini juga, pembebasan batin yang tanpa noda, dan pembebasan penuh kebijaksanaan, dan setelah masuk, dia tinggal di dalamnya". Dalam batin Sang Bhagava pun muncul pengertian: "Nanda, dengan melenyapkan noda-noda, telah menyadari di sini dan saat ini juga, pembebasan batin yang tanpa noda, dan pembebasan penuh kebijaksanaan, dan setelah masuk, dia tinggal di dalamnya".
Ketika malam itu telah berakhir, Yang Ariya Nanda mendekati Sang Bhagava, bersujud, duduk di satu sisi dan berkata kepada Sang Bhagava: "Bhante, mengenai jaminan Sang Bhagava bahwa saya akan mendapatkan 500 bidadari berkaki merah muda tersebut, saya membebaskan Sang Bhagava dari janji itu."
"Tapi, Nanda, dengan memahami jalan pikiranmu melalui pikiranku, pada saat itu saya tahu: 'Nanda telah menyadari di sini dan saat ini pembebasan batin yang tanpa noda dan pembebasan penuh kebijaksanaan'. Juga seorang dewata memberitahu saya: 'Yang Ariya Nanda, Bhante, telah menyadari di sini dan saat ini pembebasan batin yang tanpa noda dan pembebasan penuh kebijaksanaan'. Nanda, ketika batinmu telah terbebas dari noda-noda tanpa kemelekatan, dengan demikian saya bebas dari janji itu."
Kemudian karena menyadari pentingnya hal itu, Sang Bhagava pada saat itu mengungkapkan kotbah inspirasi ini:
Bhikkhu yang sudah melewati lumpur,
Menghancurkan duri nafsu indria,
Dan mencapai pemusnahan ketidaktahuan,
Tak lagi terganggu oleh kesenangan dan rasa sakit.
Ketika Bodhisatta Pangeran sedang berada dalam perjalanan menuju taman kerajaan, para dewa berunding, “Waktunya bagi Pangeran Siddhattha untuk menjadi Buddha semakin dekat. Mari
514
Riwayat Agung Para Buddha
kita memperlihatkan pertanda kepadanya yang akan membuatnya melepaskan keduniawian dan menjadi petapa.” Mereka menyuruh salah satu dewa menyamar sebagai orang tua, berambut putih, tidak bergigi, punggung yang bungkuk, berjalan gemetaran menggunakan tongkat. Pertanda orang tua ini yang adalah penjelmaan dewa tidak dapat dilihat orang lain selain Bodhisatta dan kusirnya.
Saat melihat orang tua, Bodhisatta Pangeran bertanya kepada kusir, “O kusir, rambut orang itu tidak seperti orang lain, rambutnya semua putih. Badannya juga tidak seperti badan orang lain; giginya tidak ada; hanya ada sedikit daging (di tubuhnya); punggungnya bungkuk ia gemetaran. Disebut apakah orang itu? Si kusir menjawab, “Yang Mulia, orang seperti itu disebut orang tua.”
Apakah ini benar???karena dalam ringkasan mod upasaka.ga ada cerita dewa yang ikut andil...
Ya, saya sudah pernah berpikir kalau suatu saat nanti akan ada pertanyaan seperti ini. Karena itu, saya pernah menerbitkan sebuah posting untuk mengantisipasinya terlebih dahulu di sini => http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,2188.msg132445.html#msg132445 (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,2188.msg132445.html#msg132445)
Jika Anda membaca riwayat Siddhattha Gotama di Kitab Buddhavamsa atau di Buku Riwayat Agung Para Buddha (The Great Chronicle of Buddhas), memang benar di sana dinyatakan bahwa ada dewa yang menyamar menjadi manusia dan memperlihatkan 4 peristiwa ke Pangeran Siddhattha Gotama. Sedangkan dalam ringkasan saya di thread Perjalanan Hidup Siddhattha Gotama menjadi Sang Buddha (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,6525.0.html), tidak dinyatakan mengenai hal ini.
Saya memang sengaja tidak mencantumkan perihal ini dalam ringkasan itu. Sebab saya berusaha menyajikan sebuah ringkasan tentang perjalanan Siddhattha Gotama yang lebih mudah dimengerti oleh para pemula. Tidak hanya perihal "dewa", masih banyak perihal lain yang saya sajikan secara lebih ringkas dan padat. Karena itu, ada banyak skenario hidup Siddhattha Gotama yang saya potong dan tidak dicantumkan di ringkasan itu.
Bagi sebagian besar pemula, perihal seperti dewa, mara, brahma, fenomena gaib; adalah tidak masuk diakal. Para pemula sering menanam paradigma bahwa Buddhisme (Agama Buddha) adalah agama dongeng yang penuh mistis. Saya berniat untuk mengubah paradigma prematur itu dengan menyajikan ringkasan hidup Siddhatta Gotama sejelas mungkin, namun tetap cukup diterima secara akal sehat awam.
Di luar motivasi ini, ada beberapa motivasi lain yang tidak perlu saya jabarkan di publik seperti ini. Sekiranya semua teman-teman bisa paham kalau saya memang menyajikan ringkasan itu demikian, dengan tujuan agar para pemula tidak mendapat hambatan dalam memelajari kisah hidup Siddhattha Gotama. Oleh karena itu, saya sering kali menghimbau kepada para pemula untuk melanjutkan membaca riwayat ini yang lengkap di Buku Riwayat Agung Para Buddha. Buku RAPB ini bisa diunduh secara gratis di Perpustakaan DhammaCitta (http://dhammacitta.org/perpustakaan/riwayat-agung-para-buddha/), atau bisa juga direquest di thread Request RAPB (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,9384.225.html) dengan syarat sudah memenuhi dua adendum.
Semoga bisa dimengerti. :)
Dan selanjutnya,berarti ini mungkin yg anda maksudkan,bhw memang ada nasib yg jika kondisi udah memungkinkan..itu tidak bisa kita elakkanyah, mungkin bisa di bilang begitu, tp agak rancu, lebih tepatnya jika kamma dah berbuah tidak dapat di elakan (karena kamma berbuah saat kondisi-kondisi penunjangnya tersedia)
Seperti yg begitu mendengar dhama dari sang budha,ada yg langsung mendapat pencerahan menjadi arahat,terlahir dialam tusita,mencapai sotapana dll.Itu bukan karena keberuntungan dia bisa ketemu dengan sang buddha tapi karena memang sudah waktunya untuk dia mencapai tingkat tersebut.Sang budha cuma membuka kunci terakhir untuk takdirnya mencapai itu.hmm.. kebanyakan para murid tsb pernah menjalin kamma dgn kehidupan2 lampau Sang Buddha, dan kebanyakn dari mereka telah melatih diri untuk mencapai kesucian pada kehidupan2 lalu pula, tp ada beberapa kejadian seseorg bisa mencapai tingkat tertentu pada saat pembabaran dhamma, tp tidak terjadi, hal ini di karenakan beberapa sebab masa itu (kehidupan itu) ..bukan hasil kamma ataupun buahnya pada masa lalu
QuoteDan selanjutnya,berarti ini mungkin yg anda maksudkan,bhw memang ada nasib yg jika kondisi udah memungkinkan..itu tidak bisa kita elakkanyah, mungkin bisa di bilang begitu, tp agak rancu, lebih tepatnya jika kamma dah berbuah tidak dapat di elakan (karena kamma berbuah saat kondisi-kondisi penunjangnya tersedia)QuoteSeperti yg begitu mendengar dhama dari sang budha,ada yg langsung mendapat pencerahan menjadi arahat,terlahir dialam tusita,mencapai sotapana dll.Itu bukan karena keberuntungan dia bisa ketemu dengan sang buddha tapi karena memang sudah waktunya untuk dia mencapai tingkat tersebut.Sang budha cuma membuka kunci terakhir untuk takdirnya mencapai itu.hmm.. kebanyakan para murid tsb pernah menjalin kamma dgn kehidupan2 lampau Sang Buddha, dan kebanyakn dari mereka telah melatih diri untuk mencapai kesucian pada kehidupan2 lalu pula, tp ada beberapa kejadian seseorg bisa mencapai tingkat tertentu pada saat pembabaran dhamma, tp tidak terjadi, hal ini di karenakan beberapa sebab masa itu (kehidupan itu) ..bukan hasil kamma ataupun buahnya pada masa lalu
berarti para dewa ikut campur juga urusan manusia yah???iya..
Tidak berapa lama setelah Raja Ajatasattu pergi meninggalkan tempat itu, Sang Bhagava berkata kepada bhikkhu-bhikkhu : 'O para bhikkhu, sang raja merasa amat terpengaruh; ia merasa tersentuh hatinya. Dan seandainya, O para bhikkhu, sang raja tidak membunuh ayahnya sendiri, seorang raja yang setia pada Kebenaran, manusia Kebenaran; pastilah Mata Dhamma (dhamma-cakkhu) yang bersih tanpa noda akan timbul dalam dirinya.'
Demikianlah sabda Sang Bhagava. Para bhikkhu merasa puas dan bersuka cita mendengar sabda Sang Bhagava itu.
kita ga tau yah apa fungsi para dewa???maksudnya? terus fungsi manusia apa?
Ok,thx atas penjelasan yg sangat jelas.
Dan selanjutnya,berarti ini mungkin yg anda maksudkan,bhw memang ada nasib yg jk kondisi udah memungkinkan..itu tidak bisa kita elakkan.
Seperti yg begitu mendengar dhama dari sang budha,ada yg langsung mendapat pencerahan menjadi arahat,terlahir dialam tusita,mencapai sotapana dll.Itu bukan karena keberuntungan dia bisa ketemu dengan sang buddha tapi karena memang sudah waktunya untuk dia mencapai tingkat tersebut.Sang budha cuma membuka kunci terakhir untuk takdirnya mencapai itu.
mau anya, istilah Triratna, trisarana, tipitaka pertama kali muncul dari mana? kenapa mirip konsep trimurti, trinitas ada 3 nya itu lho ;D
Kalau trimurti?
[at]upasaka
Oleh karena itu, saya sering kali menghimbau kepada para pemula untuk melanjutkan membaca riwayat ini yang lengkap di Buku Riwayat Agung Para Buddha. Buku RAPB ini bisa diunduh secara gratis di Perpustakaan DhammaCitta, atau bisa juga direquest di thread Request RAPB dengan syarat sudah memenuhi dua adendum
Saya mengerti sekarang,kenapa anda dengan berbagai macam cara membuat saya ikut dlm posting.dengan himbauan,dengan saran,dengan menantang dll :)
Saya terima kasih karena begitu semangatnya anda memotivasi seseorang untuk belajar.
kamma kan patokannya niat yg dilanjutkan jadi perbuatan. mereka pake niat yg lanjut ke perbuatan? yah niat utk membunuh.bos medho,artinya tetap karma buruk kan? Tapi,kalo ga berburu trus suku2 pedalaman mau makan apa? *Tanahnya tandus,peradabannya terbelakang,
hmm...emang berburu apa di tanah tandus?kan ada jenis rumput2an yg bisa hidup di padang tandus,di situlah herbivora bertahan hidup
soalnya kalo emang tandus ga ada tumbuhan yg bisa bertumbuh.. ga ada herbivora..
setau saya jenis umbi2an bisa tumbuh di tanah tandus...
pertanyaan berikutnya merka dpt air dari mana? jgn2 malah belum berburu dehidrasi...
Jika karma buruk berarti mereka akan terlahir di alam rendah dunk?apakah mereka punya peluang terlahir di alam bahagia?
*padahal ada beberapa sifat suku Afrika yg patut kita tiru,antara lain; monogami,bebas dari rasa cemas,bebas dari keinginan untuk memiliki <=suku HADZA,
;D
Bagaimana pandangan dalam buddhisme tentang aborsi???
Bagaimana pandangan dalam buddhisme tentang aborsi???
melanggar sila 1 tentunya.. bagaimanapun mrk yg lahir it ad iktan karma ma qt, jd mengapa d aborsi.. toh it kerjaan qt jg.. ^^
Bagaimana pandangan dalam buddhisme tentang aborsi???salah total.
Tanya;Tidak. Mereka berburu untuk makan. Istilahnya makan hewan untuk hidup. Plus, kalau cuma segelintir, tentu ekosistem tetap terjaga. Tidak seperti sekarang yang hidup untuk makan. (ngerti?)
pembunuhan adalah karma buruk,
lalu bagaimana dengan suku2 pedalaman Afrika yg hidup dgn mengandalkan BERBURU
apakah termasuk karma buruk juga?
;D
bro chen mereka baik di belahan bumi mana pun, baik mengenal maupun tidak mengenal kamma, kalau membunuh itu kamma buruk di lakukan tidak ada perbedaan, untuk makan hidup maupun tidak , hanya saja besar dari kamma saja yg berbeda beda karena di dasari oleh cetana masing2. tapi inget sebagai kamma pun adil kalau melakukan kebaikan, di belahan bumi mana pun kalau melakukan kamma baik yah dapet kamma baik juga.Tanya;Tidak. Mereka berburu untuk makan. Istilahnya makan hewan untuk hidup. Plus, kalau cuma segelintir, tentu ekosistem tetap terjaga. Tidak seperti sekarang yang hidup untuk makan. (ngerti?)
pembunuhan adalah karma buruk,
lalu bagaimana dengan suku2 pedalaman Afrika yg hidup dgn mengandalkan BERBURU
apakah termasuk karma buruk juga?
;D
Tapi dikaitkan dengan kita di sini, tunjuk ikan lalu koki masak, apakah karma buruk? Iya, itu ikan bisa hidup lebih lama kalau kita beli buat lepasin.
Hidup soal pilihan jika masih ada pilihan.
Partamaxxxx, seberapa valid isi tipitaka itu yang benar2 ucapan asli dari Buddha, dan berapa persen kira2 isi tipitaka yang ditambah2kan atau merupakan khayalan?
kalo ada yg jawab neh pertanyaan, juga gak bakal dapat diterima..
pasti deh ada pertanyaan baru yaitu "seberapa pantas anda menjustifikasi kebenaran tipitaka?"
:P
Bagaimana pandangan dalam buddhisme tentang aborsi???
melanggar sila 1 tentunya.. bagaimanapun mrk yg lahir it ad iktan karma ma qt, jd mengapa d aborsi.. toh it kerjaan qt jg.. ^^
{/quote]
tergantung cetana, cetana apakah yang melandasi aborsi tersebut?
cetana untuk menyelamatkan kehidupan ataukah cetana untuk memusnahkan kehidupan?
Partamaxxxx, seberapa valid isi tipitaka itu yang benar2 ucapan asli dari Buddha, dan berapa persen kira2 isi tipitaka yang ditambah2kan atau merupakan khayalan?
Bagaimana pandangan dalam buddhisme tentang aborsi???
Bagaimana pandangan dalam buddhisme tentang aborsi???
Sorry saya coba menambahkan, kalau tidak salah dalam agama Buddha tuh ada dikatakan syarat2 makhluk hidup tuh ada beberapa.
Janin ntah pada bulan keberapa dalam kandungan baru memenuhi syarat makhluk hidup, nah apakah aborsi dilakukan pada saat kehamilan pada bulan pertama atau minggu kedua tersebut melanggar sila pertama?
Karena janin pada saat itu belumlah memenuhi syarat2 untuk dikategorikan makhluk hidup kan??
Thanks atas infonya.
Bagaimana pandangan dalam buddhisme tentang aborsi???
Bro, mohon anda mengingat2 di mana anda membaca mengenai statement anda? di bagian mana dari ajaran Buddha yang mengatakan demikian. ini penting, karena berpotensi mengakibatkan kesalah-pahaman dengan menganggap bahwa Agama Buddha memperbolehkan aborsi.
Malam bro.
Saya menyampaikan hal tersebut, karena saya pernah menyampaikan masalah yagn sama tentang penebangan pohon termasuk kategori pelanggaran sila pertama dari Pancasila Buddhist ga?
Karena didalam ilmu Biologi, tumbuh tumbuhan dikategorikan makhluk hidup, tetapi jawaban yang saya dapat dari guru agama saya bahwa kategori Makhluk hidup dalam agama Buddha ada beberapa, tumbuh-tumbuhan tidak termasuk kategori makhluk hidup tetapi benda hidup.
Nah saya mencoba melemparkan masalah yang sama tentang aborsi.
Tentunya ini berupa statement dari umat yang sangat awam seperti saya, mohon bimbingannya.
Thanks.
Dalam kasus tumbuh-tumbuhan, menurut agama Buddha memang bukan makhluk hidup, karena menurut Buddhisme makhluk hidup terdiri dari, dengan pengecualian makhluk di alam Brahma tertentu, panca khandha, yaitu, jasmani, perasaan, persepsi, bentukan-bentukan, dan kesadaran. tumbuh2an tidak memiliki "persyaratan makhluk" ini. lebih jauh lagi, dalam 31 alam kehidupan versi Buddhisme, tidak ada alam tumbuh-tumbuhan. memang tidak semua hal harus bersesuaian dengan biologi.Bagaimana pandangan dalam buddhisme tentang aborsi???
Bro, mohon anda mengingat2 di mana anda membaca mengenai statement anda? di bagian mana dari ajaran Buddha yang mengatakan demikian. ini penting, karena berpotensi mengakibatkan kesalah-pahaman dengan menganggap bahwa Agama Buddha memperbolehkan aborsi.
Malam bro.
Saya menyampaikan hal tersebut, karena saya pernah menyampaikan masalah yagn sama tentang penebangan pohon termasuk kategori pelanggaran sila pertama dari Pancasila Buddhist ga?
Karena didalam ilmu Biologi, tumbuh tumbuhan dikategorikan makhluk hidup, tetapi jawaban yang saya dapat dari guru agama saya bahwa kategori Makhluk hidup dalam agama Buddha ada beberapa, tumbuh-tumbuhan tidak termasuk kategori makhluk hidup tetapi benda hidup.
Nah saya mencoba melemparkan masalah yang sama tentang aborsi.
Tentunya ini berupa statement dari umat yang sangat awam seperti saya, mohon bimbingannya.
Thanks.
Dalam kasus tumbuh-tumbuhan, menurut agama Buddha memang bukan makhluk hidup, karena menurut Buddhisme makhluk hidup terdiri dari, dengan pengecualian makhluk di alam Brahma tertentu, panca khandha, yaitu, jasmani, perasaan, persepsi, bentukan-bentukan, dan kesadaran. tumbuh2an tidak memiliki "persyaratan makhluk" ini. lebih jauh lagi, dalam 31 alam kehidupan versi Buddhisme, tidak ada alam tumbuh-tumbuhan. memang tidak semua hal harus bersesuaian dengan biologi.Bagaimana pandangan dalam buddhisme tentang aborsi???
Bro, mohon anda mengingat2 di mana anda membaca mengenai statement anda? di bagian mana dari ajaran Buddha yang mengatakan demikian. ini penting, karena berpotensi mengakibatkan kesalah-pahaman dengan menganggap bahwa Agama Buddha memperbolehkan aborsi.
Malam bro.
Saya menyampaikan hal tersebut, karena saya pernah menyampaikan masalah yagn sama tentang penebangan pohon termasuk kategori pelanggaran sila pertama dari Pancasila Buddhist ga?
Karena didalam ilmu Biologi, tumbuh tumbuhan dikategorikan makhluk hidup, tetapi jawaban yang saya dapat dari guru agama saya bahwa kategori Makhluk hidup dalam agama Buddha ada beberapa, tumbuh-tumbuhan tidak termasuk kategori makhluk hidup tetapi benda hidup.
Nah saya mencoba melemparkan masalah yang sama tentang aborsi.
Tentunya ini berupa statement dari umat yang sangat awam seperti saya, mohon bimbingannya.
Thanks.
sebaliknya dengan janin, bahkan janin yg baru berumur sehari pun sudah memiliki panca khandha walaupun masih lemah dan belum terbentuk dengan sempurna
Dalam kasus tumbuh-tumbuhan, menurut agama Buddha memang bukan makhluk hidup, karena menurut Buddhisme makhluk hidup terdiri dari, dengan pengecualian makhluk di alam Brahma tertentu, panca khandha, yaitu, jasmani, perasaan, persepsi, bentukan-bentukan, dan kesadaran. tumbuh2an tidak memiliki "persyaratan makhluk" ini. lebih jauh lagi, dalam 31 alam kehidupan versi Buddhisme, tidak ada alam tumbuh-tumbuhan. memang tidak semua hal harus bersesuaian dengan biologi.Bagaimana pandangan dalam buddhisme tentang aborsi???
Bro, mohon anda mengingat2 di mana anda membaca mengenai statement anda? di bagian mana dari ajaran Buddha yang mengatakan demikian. ini penting, karena berpotensi mengakibatkan kesalah-pahaman dengan menganggap bahwa Agama Buddha memperbolehkan aborsi.
Malam bro.
Saya menyampaikan hal tersebut, karena saya pernah menyampaikan masalah yagn sama tentang penebangan pohon termasuk kategori pelanggaran sila pertama dari Pancasila Buddhist ga?
Karena didalam ilmu Biologi, tumbuh tumbuhan dikategorikan makhluk hidup, tetapi jawaban yang saya dapat dari guru agama saya bahwa kategori Makhluk hidup dalam agama Buddha ada beberapa, tumbuh-tumbuhan tidak termasuk kategori makhluk hidup tetapi benda hidup.
Nah saya mencoba melemparkan masalah yang sama tentang aborsi.
Tentunya ini berupa statement dari umat yang sangat awam seperti saya, mohon bimbingannya.
Thanks.
sebaliknya dengan janin, bahkan janin yg baru berumur sehari pun sudah memiliki panca khandha walaupun masih lemah dan belum terbentuk dengan sempurna
Ohhhh thanks ya atas pencerahannya.
Btw kalo begitu (maaf) sperma termasuk memilik Pancakhanda ga?
Dalam kasus tumbuh-tumbuhan, menurut agama Buddha memang bukan makhluk hidup, karena menurut Buddhisme makhluk hidup terdiri dari, dengan pengecualian makhluk di alam Brahma tertentu, panca khandha, yaitu, jasmani, perasaan, persepsi, bentukan-bentukan, dan kesadaran. tumbuh2an tidak memiliki "persyaratan makhluk" ini. lebih jauh lagi, dalam 31 alam kehidupan versi Buddhisme, tidak ada alam tumbuh-tumbuhan. memang tidak semua hal harus bersesuaian dengan biologi.Bagaimana pandangan dalam buddhisme tentang aborsi???
Bro, mohon anda mengingat2 di mana anda membaca mengenai statement anda? di bagian mana dari ajaran Buddha yang mengatakan demikian. ini penting, karena berpotensi mengakibatkan kesalah-pahaman dengan menganggap bahwa Agama Buddha memperbolehkan aborsi.
Malam bro.
Saya menyampaikan hal tersebut, karena saya pernah menyampaikan masalah yagn sama tentang penebangan pohon termasuk kategori pelanggaran sila pertama dari Pancasila Buddhist ga?
Karena didalam ilmu Biologi, tumbuh tumbuhan dikategorikan makhluk hidup, tetapi jawaban yang saya dapat dari guru agama saya bahwa kategori Makhluk hidup dalam agama Buddha ada beberapa, tumbuh-tumbuhan tidak termasuk kategori makhluk hidup tetapi benda hidup.
Nah saya mencoba melemparkan masalah yang sama tentang aborsi.
Tentunya ini berupa statement dari umat yang sangat awam seperti saya, mohon bimbingannya.
Thanks.
sebaliknya dengan janin, bahkan janin yg baru berumur sehari pun sudah memiliki panca khandha walaupun masih lemah dan belum terbentuk dengan sempurna
Ohhhh thanks ya atas pencerahannya.
Btw kalo begitu (maaf) sperma termasuk memilik Pancakhanda ga?
sperma tidak memiliki pancakkhandha, kalau ada, bisakah anda membayangkan jutaan makhluk berperasaan dan berkesadaran ada di dalam kantung sperma anda?
Memiliki kekayaan berarti dapat memberikan kemudahan bagi yang bersangkutan untuk memenuhi keinginan-keinginannya, tetapi kebahagiaan materi ini dapat segera berubah karena sulit untuk dipertahankan. Hal ini dapat terjadi karena:
1. tidak mencari dan menambah barang-barang yg hilang.
2. tidak memperbaiki barang-barang yang telah rusak.
3. tidak bersikap sedang dalam menggunakan kekayaan.
4. memiliki orang yang mempunyai moral buruk untuk membantu mengurus rumah tangga.
ini kutipan dari buku saya, kurang ngerti ne maksudnya..
dan apa cara mempertahankan kekayaan?
mohon penjelasannya..
_/\_
Memiliki kekayaan berarti dapat memberikan kemudahan bagi yang bersangkutan untuk memenuhi keinginan-keinginannya, tetapi kebahagiaan materi ini dapat segera berubah karena sulit untuk dipertahankan. Hal ini dapat terjadi karena:Kalo nurut saya, maksudnya kekayaan materi yang tidak dikelola dengan baik berpotensi menimbulkan 4 hal tersebut di atas.
1. tidak mencari dan menambah barang-barang yg hilang.
2. tidak memperbaiki barang-barang yang telah rusak.
3. tidak bersikap sedang dalam menggunakan kekayaan.
4. memiliki orang yang mempunyai moral buruk untuk membantu mengurus rumah tangga.
ini kutipan dari buku saya, kurang ngerti ne maksudnya..
dan apa cara mempertahankan kekayaan?
mohon penjelasannya..
_/\_
katanya.. saat B. Gotama masih idup, kagak ada tuh yg make patung2 segala..
cuman pas kesengsem sama patung buatan orang greek aja baru ada patung....
tapi di sekolah dulu diajarin ada berapa macem ya ::) 5 kalo gak salah yg harus ada di altar..
yaitu bunga, air, dupa, patung, samaa apa lagi ya...buah kalo gak salah :-?
terus apakah itu membawa manfaat bagi batin? (emang sih menurut aye tergantung personal masing2, cuman apakah membawa kepada salah satu jalan dari jmbb? yaitu Pandangan benar? )
kalo tidak, kenapa dibiarkan?
3) Menerima AHIMSA sebagai SILA tertinggi.
Thema (Theravada Mahayana)
mohon referensi sutta/sutra untuk statement anda di atas.
Baik Mahayana maupun Theravada sama-sama menempatkan sila ini sebagai sila pertama. Sebenarnya sila ini adalah adopsi dari ikrar pertama Jainisme.
http://en.wikipedia.org/wiki/Jainism
1.Non-violence (Ahimsa) – to cause no harm to living beings.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila_(Buddha)
1.Aku bertekad melatih diri untuk menghindari pembunuhan (nilai kemanusiaan) guna mencapai samadi.
1.Pānātipātā veramani sikkhapadam samādiyāmi
http://en.wikipedia.org/wiki/Five_Precepts
1. I undertake the training rule to abstain from taking life
Bahasa boleh beda tapi intinya sama. Jangan tercekat dengan kata-kata atau bahasa
Baik Mahayana maupun Theravada sama-sama menempatkan sila ini sebagai sila pertama. Sebenarnya sila ini adalah adopsi dari ikrar pertama Jainisme.
seorang bayi yg baru lahir tidak akan melakukan pembunuhan, apakah seorang bayi memiliki sila tertinggi?Haaa.... (pinjem kebiasaan ko Hendra)
entah siapa yg menulis halaman wiki tersebut tapi saya tidak sependapat, IMO samadhi bukan dicapai melalui tidak membunuh, dan ini bukan sekedar perbedaan bahasa.
Haaa.... (pinjem kebiasaan ko Hendra)
Pikiran Bro Indra kok kritis sekali ya. ^-^
Khas Theravadin gitu lho. :))
Terbukti khan teori saya bahwa Theravada cenderung memakai citta kritis logis. =))
Apa ya hubungan bayi yang citta-nya belum berkembang sempurna dengan sila buddhis? :??
Kok kayaknya lebay (berlebihan) gitu lho. ;)
No offense ya Bro Indra. ^:)^
Saya hanya mengamati kecenderungan pikiran bro Indra saja yang super super kritis.
Jangan dianggap ad hominem. ^:)^
Sebaliknya saya kagum dengan ketajaman pikiran seorang Theravadin yang setajam silet (pinjem istilah bro Tan).
Saya juga tidak memaksakan pendapat saya kepada Anda. Beda pendapat boleh-boleh saja khan dalam Buddhisme? Kalo nggak ya mana mungkin ada Theravada dan Mahayana. Asal dalam hal-hal yang pokok kita setuju.Sejak kapan dalam ajaran Buddha menempatkan Ahimsa sebagai sila tertinggi? ::)
Jadi dari 7 persamaan pokok Theravada dan Mahayana yang saya ungkapkan sebelumnya itu, hanya satu ini (ahimsa sebagai sila tertinggi) yang bro Indra gak sependapat? Atau ada lagi?
Sejak kapan dalam ajaran Buddha menempatkan Ahimsa sebagai sila tertinggi? ::)
apa bunyi/isi yg terkandung dalam ahimsa ?? ???
Loe mao bikin aliran baru lagi yaah?? 8)
Haaa.... (pinjem kebiasaan ko Hendra)
Pikiran Bro Indra kok kritis sekali ya. ^-^
Khas Theravadin gitu lho. :))
Terbukti khan teori saya bahwa Theravada cenderung memakai citta kritis logis. =))
Apa ya hubungan bayi yang citta-nya belum berkembang sempurna dengan sila buddhis? :??
Kok kayaknya lebay (berlebihan) gitu lho. ;)
No offense ya Bro Indra. ^:)^
Saya hanya mengamati kecenderungan pikiran bro Indra saja yang super super kritis.
Jangan dianggap ad hominem. ^:)^
Sebaliknya saya kagum dengan ketajaman pikiran seorang Theravadin yang setajam silet (pinjem istilah bro Tan).
Bro Indra,
Sabar ya. Satu dua hari lagi akan saya jawab. :))
Memang ini adalah topik yang HOT, karena saya sedang mengamati KECENDERUNGAN pola pikir Theravadin maupun Mahayanist di Dhammacitta ini.
Termasuk pikiran Buddhist saya sendiri yang terjebak di tengah-tengahnya. =))
Saya seperti terjepit di tengah-tengah singa carnivore Theravada dan gajah herbivore Mahayana.
Yang satu ganas dan bisa memangsa manusia kalau diganggu - dan yang satu lagi besar dan bisa bikin gepeng manusia kalau diganggu ;D
Citta & Metta
hmmm, sepertinya ada yang mau adu domba nih, ckckckckAda kecenderungan pikiran yang mendapat perasaan menyenangkan ketika dia berhasil memberikan rasa tidak menyenangkan kepada orang lain. Dimana emosi yang satu berloncatan kemana-mana.Dan emosi yang lain berkeliaran.Ada perasaan puas dan senang ketika melihat seperti itu.Sehingga dia ingin melakukan terus dan terus...menjadi ketagihan karena itu.
Bro Indra,
Sabar ya. Satu dua hari lagi akan saya jawab. :))
Memang ini adalah topik yang HOT, karena saya sedang mengamati KECENDERUNGAN pola pikir Theravadin maupun Mahayanist di Dhammacitta ini.
Termasuk pikiran Buddhist saya sendiri yang terjebak di tengah-tengahnya. =))
Saya seperti terjepit di tengah-tengah singa carnivore Theravada dan gajah herbivore Mahayana.
Yang satu ganas dan bisa memangsa manusia kalau diganggu - dan yang satu lagi besar dan bisa bikin gepeng manusia kalau diganggu ;D
Citta & Metta
Saya juga tidak memaksakan pendapat saya kepada Anda. Beda pendapat boleh-boleh saja khan dalam Buddhisme? Kalo nggak ya mana mungkin ada Theravada dan Mahayana. Asal dalam hal-hal yang pokok kita setuju.
Jadi dari 7 persamaan pokok Theravada dan Mahayana yang saya ungkapkan sebelumnya itu, hanya satu ini (ahimsa sebagai sila tertinggi) yang bro Indra gak sependapat? Atau ada lagi?
hmmm, sepertinya ada yang mau adu domba nih, ckckckck
Saya juga tidak memaksakan pendapat saya kepada Anda. Beda pendapat boleh-boleh saja khan dalam Buddhisme? Kalo nggak ya mana mungkin ada Theravada dan Mahayana. Asal dalam hal-hal yang pokok kita setuju.
Jadi dari 7 persamaan pokok Theravada dan Mahayana yang saya ungkapkan sebelumnya itu, hanya satu ini (ahimsa sebagai sila tertinggi) yang bro Indra gak sependapat? Atau ada lagi?
http://en.wikipedia.org/wiki/Jainism
1.Non-violence (Ahimsa) – to cause no harm to living beings.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila_(Buddha)
1.Aku bertekad melatih diri untuk menghindari pembunuhan (nilai kemanusiaan) guna mencapai samadi.
1.Pānātipātā veramani sikkhapadam samādiyāmi
http://en.wikipedia.org/wiki/Five_Precepts
1. I undertake the training rule to abstain from taking life
Bahasa boleh beda tapi intinya sama. Jangan tercekat dengan kata-kata atau bahasa
Adhitthana
Sejak kapan dalam ajaran Buddha menempatkan Ahimsa sebagai sila tertinggi?
apa bunyi/isi yg terkandung dalam ahimsa ??
Loe mao bikin aliran baru lagi yaah??
Raynoism:
iya, ga pernah tuh ahimsa sebagai sila tertinggi...kalo jain iya......orang ga bunuh hewan, tetep aja hewan itu mati suatu saat...hal2 yang tidak kekal seperti kehidupan dan usaha mempertahankan kehidupan bukanlah hal yang berharga dan layak untuk dilekati.....cuma nibbana saja.....
http://en.wikipedia.org/wiki/Jainism (http://en.wikipedia.org/wiki/Jainism)
1.Non-violence (Ahimsa) – to cause no harm to living beings.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila_(Buddha) (http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila_(Buddha))
1.Aku bertekad melatih diri untuk menghindari pembunuhan (nilai kemanusiaan) guna mencapai samadi.
1.Pānātipātā veramani sikkhapadam samādiyāmi
http://en.wikipedia.org/wiki/Five_Precepts (http://en.wikipedia.org/wiki/Five_Precepts)
1. I undertake the training rule to abstain from taking life
Indra:
Ketika saya mencoba untuk membantah teori anda tentang sila tertinggi, anda menambahkan term and condition baru tentang citta yg telah berkembang sempurna. mohon anda menjelaskan tentang bagaimana citta yg sempurna ini? atau mungkin lebih baik anda menjelaskan terlebih dulu secara lengkap teori anda tentang ahimsa sebagai sila tertinggi lengkap dengan segala term & conditionnya agar saya dapat memahami maksud anda dan tidak perlu mengajukan pertanyaan2 bodoh.
ketika seseorang membunuh orang lain, apakah dia bisa berkata: "jangan dianggap saya membunuh, saya hanya membantunya agar segera reinkarnasi sehingga ia dapat memperoleh kehidupan yg lebih baik dalam kehidupan berikutnya." dan ia selamat dari hukuman?
contoh ini adalah sehubungan dengan ad hominem yg anda lakukan, anda mengatakan "jangan dianggap ad hominem", tetapi kenyataannya, bukannya menilai tulisan saya, anda malah mengomentari pribadi saya. apakah menurut anda ini adalah ad hominem atau bukan?
walaupun saya mempelajari ajaran Theravada namun saya pribadi tidak berani dan tidak pernah mengaku sebagai theravadin. penilaian anda terhadap saya hanyalah spekulasi anda.
Nah, benerkan....itulah yang anda inginkan. Memberi umpan dan menikmati. Karena kecenderungan anda yang berpikir, anda menemukan suatu rahasia besar.Dan anda menikmati itu. Anda sudah tahu,bro Indra akan menjawab seperti itu. Tapi 1 hal, seorang yang berpikiran kritis tidak akan mudah digoyahkan apa yang dia yakini.
Seharusnya dengan kemampuan anda yang seperti itu anda bisa membuat dana dhamma yang besar dengan mengajarkan orang supaya mengerti Buddhisme. Karena anda SANGAT AHLI dalam mengenali dan mempelajari kecenderungan seseorang.
Karena tanggapan bro Adhitthana dan bro Raynoism sejenis maka saya tanggapi barengan aja. Maaf kalau penjelasannya sangat panjang.
Pertama-tama, adalah mengenai ahimsa itu sendiri. A-himsa umumnya diterjemahkan sebagai non-violence / anti kekerasan namun arti sebenarnya adalah ‘tidak kejam/keras’ . Himsa itu artinya kejam/keras atau kekejaman/kekerasan.
Tindak kekerasan fisik seperti memukul, menampar, menendang, melukai dengan senjata, memperkosa, membunuh, dll adalah bentuk-bentuk kekejaman.
Tapi kekejaman/kekerasan yang paling ekstrem adalah pembunuhan. Lama-lama ahimsa diidentikkan dengan mengindari pembunuhan saja.
Karena itu ketika Buddha hidup, ahimsa identik dengan menghindari pembunuhan padahal arti sesungguhnya lebih luas dari itu, mencakup semua bentuk kekejaman/kekerasan fisik.
Ahimsa adalah ajaran khas Jainisme. Selain itu, Jainisme mengajarkan mengenai Jiva yang erat kaitannya dengan ahimsa.
Istilah Jiva ini diserap dalam bahasa Indonesia sebagai Jiwa yang artinya lebih kurang sama dengan Roh.
Padahal Jiva sendiri sebenarnya berarti ‘hidup’ atau ‘kehidupan’. Jadi pengertian Jiva jelas sedikit berbeda dengan pengertian Atta/Atman/Roh.
Menurut Jainisme bahkan tumbuhan pun punya Jiva karena tumbuhan adalah makhluk ‘hidup’ (kepercayaan ini kemudian direvisi oleh Buddhisme yang menganggap tumbuhan sebagai bukan makhluk hidup).
Jadi menebang pohon atau mencabut rumput pun oleh Jainisme sudah dianggap membunuh ‘kehidupan’ alias sudah membunuh ‘Jiva’ dan berarti sudah melakukan ‘Himsa’ / Kekerasan.
Dalam Vinaya, kalau tidak salah, ada aturan Bhikkhu tidak boleh menebang pohon. Ini jelas-jelas adalah jejak aturan Jainisme yang diserap ke dalam Vinaya Buddhisme.
Dan jangan lupa bahwa orang yang diangap paling kompeten dalam Vinaya adalah Upali, seorang mantan Jainisme.
Apa yang dikonsumsi pengikut Jainisme sehari-hari bila tumbuhan pun dianggap sebagai makhluk hidup yang tidak boleh dibunuh ? Kalau penganut Jainisme itu seorang Savaka / Sravaka (= Upasaka dalam Buddhisme, Sravaka dalam Buddhisme kemudian punya arti lain) maka dia hanya akan mengkonsumsi buah-buahan yang umumnya tidak membunuh pohon-nya misalnya buah mangga, jambu, dll atau biji-bijian seperti gandum/padi dengan syarat mereka hanya mengambil bijinya dan tidak memotong batangnya apalagi mencabut akarnya.
Sedangkan seorang Sadhu (=bhikkhu dalam Buddhisme) selain hanya mengkonsumsi buah-buahan dan biji-bijian seperti Savaka, ditambah dengan aturan membatasi makan yaitu hanya makan sekali sehari (tradisi ini masih dapat dilihat dalam vihara Theravada) dan itupun dalam porsi yang sangat sedikit.
Sadhu suka melakukan puasa karena menurut mereka tubuh ini adalah sarangnya keinginan/nafsu (dan konsep yang sama diadopsi sebagai ‘tanha’ dalam Buddhisme) dan nafsu/tanha itu harus dilawan sekuat tenaga termasuk nafsu makan. Karena itu kadang ada Sadhu yang berpuasa sekian puluh hari tidak makan sama sekali! Ini adalah tradisi penyiksaan diri. Buddha pernah terjerumus ke dalamnya.
By the way, penggunaan istilah ‘Sadhu, Sadhu, Sadhu’ yang kini artinya lebih kurang adalah ‘Damai, Damai, Damai’ pada akhir artikel ‘Buddhisme’ jelas diambil dari istilah ‘pertapa Jainisme’ yang memang cinta kehidupan dan ‘cinta damai’ alias anti perang karena dalam perang pasti ada pembunuhan alias ada kehidupan yang tercabut dari akarnya.
Sang Buddha tertarik melepaskan kehidupan duniawinya dan menjadi pertapa setelah Beliau melihat orang tua, sakit, mati dan seorang Sadhu / pertapa Jainisme yang bersamadhi dengan begitu tenang dan damai yang memberiNya dorongan untuk mengikuti jejak Sadhu itu.
Bahkan setelah Gotama menjadi Buddha pun, Beliau sebagai mantan Jainisme tetap menghargai Lima Ikrar Jainisme, yang mana Ahmisa sebagai Ikrar Tertinggi dalam Jainisme ditempatkan di urutan pertama/teratas/tertinggi.
Buddha Gotama memperkenalkan Pancasila kepada orang awam yang sebenarnya merupakan revisi dari Lima Ikrar Jainisme. (Kalau tak percaya silahkan periksa ke link wikipedia yang telah saya berikan untuk sila ahimsa/tak membunuh itu, bandingkan antara Lima Ikrar Jainisme dan Panca Sila Buddhisme, sungguh mirip sekali.).
Khusus mengenai puasa makan yang sangat menyiksa diri, Buddha menentangnya dengan keras karena Beliau sendiri nyaris meninggal karena itu. Jadi Buddha kemudian mengambil tradisi Jain lain yang lebih moderat yaitu hanya makan sekali sehari, dan pola makannya pun tidak melulu buah-buahan/biji-bijan namun lebih longgar dengan boleh makan sayur/umbi (yang menurut Jainisme ini sudah melanggar ikrar Ahimsa).
Bagaimanapun juga, Buddha Gotama tetap menjunjung tinggi ‘Ahimsa’ (yang telah Beliau revisi maknanya) sebagai Sila Tertinggi yang diurutkan di nomor satu alias paling atas.
Revisinya berbunyi menghindari ‘pembunuhan’ makhluk ‘hidup’ dengan makna ‘makhluk hidup’ yang mengalami pergeseran. Tumbuhan, apapun jenisnya, biji-bijian, umbi-umbian, sayur-sayuran, dll tidak lagi dianggap sebagai makhluk hidup sehingga boleh dimakan.
Bahkan hewan yang masih dianggap makhluk hidup pun oleh Buddhisme Theravada boleh dimakan dagingnya dalam kasus tertentu dengan syarat tertentu.
Di pihak lain, Buddhisme Mahayana melarang pembunuhan hewan untuk diambil dagingnya, yang oleh Theravada, Mahayana dianggap mengikuti anjuran sesat Devadatta, padahal sesungguhnya tidaklah demikian.
Penduduk India sudah ratusan tahun mengenal tradisi Sadhu Jainisme, ketika Bhikhhu mulai muncul. Bagi penduduk India saat itu, Bhikkhu adalah sejenis Sadhu gaya baru.
Penduduk India tetap menghormati kebiasaan Ahimsa ala Jainisme. Jadi mereka memberikan makanan tak ber‘jiwa’ kepada Bhikkhu, dengan lebih banyak variasi, tidak hanya buah dan biji, namun juga umbi dan sayur, karena makna ‘jiwa’ yang sudah bergeser tersebut.
Penduduk India tak berani memberikan daging kepada Bhikkhu karena takut menerima karma buruk bila kondisi dan syarat tertentu itu tak bisa dipenuhi. Lagipula mereka merasa syarat itu mustahil dipenuhi seperti syarat bahwa hewan itu tidak dengan sengaja dibunuh untuk dipersembahkan kepada bhikkhu.
Ditambah lagi mayoritas penduduk India jarang makan daging, mereka hanya makan daging sesekali ketika ada korban sapi/domba yang diselenggarakan para Brahmana (kebiasaan Brahmana ini kemudian berangsur-angsur berubah setelah dipengaruhi/ dikritik Buddhisme dan Jainisme sehingga sapi kemudian menjadi hewan suci yang tidak boleh dibunuh/dikorbankan dalam agama Hindu namun perlu waktu hingga ratusan tahun setelah Sang Buddha parinibbana untuk mengubah kebiasaan korban ala Brahmana yang mirip tradisi korban ala Is*lam saat Idul Adha itu).
Jadi dapat dipastikan bahwa tradisi pola makan vegetarian Mahayana, baik bhiksu/ni maupun awamnya, diturunkan dari tradisi Buddhisme di India saat itu dan bukan karena mengikuti anjuran Devadatta.
Dalam tradisi Mahayana, makan daging sama saja dengan membunuh hewan dan bertentangan dengan maitri karuna seorang Bodhisattva. Namun Mahayana hanya mewajibkan vegetarian pada bhiksu/ni, sedangkan umat awam tidak diwajibkan, melainkan hanya dianjurkan untuk mengurangi makan daging, dan kalau bisa tidak makan daging sama sekali tentu dianggap lebih bagus lagi. Mahayana mengkaitkan praktek vegetarian sebagai praktek dari sila pertama yang ‘tidak membunuh kehidupan’.
‘Pembunuhan’ yang paling dilarang dalam Buddhisme (baik Theravada maupun Mahayana) adalah pembunuhan sesama manusia.
Nah sekarang coba simak kembali yang saya kutip dari wikipedia di bawah ini
Jainisme menyebutkan ahimsa sebagai tidak melukai makhluk hidup. Dipakai kata harm/melukai karena ini memang sesuai dengan yang dimaksud sebagai tindak kekejaman/kekerasan dalam Jainisme seperti yang sudah saya uraikan sebelumnya.
Lalu di wikipedia versi Indonesia ada kata-kata ‘menghindari pembunuhan (nilai kemanusiaan)’ .
{Kutipan wikipedia versi Indonesia ini sempat dikritik Bro Indra yang mengatakan bahwa tidak ada kaitan sila menghindari pembunuhan dengan Samadhi, dan kayaknya Bro Indra benar, karena sepanjang yang saya tahu, Theravada tak mengkaitkan sila ini dengan Samadhi, entah siapa yang menulis di wikipedia tersebut, tapi lupakan/hapus embel-embel Samadhi itu, maka kita akan menemukan kemiripannya)
Lalu di wikipedia versi Inggris: saya melatih aturan/sila untuk tidak mengambil kehidupan Perhatikan pemakaian kata life / kehidupan yang menunjukkan jejak ajaran Jainisme. Padahal bisa saja ditulis ‘not kill’ atau “no killing” yang lebih singkat bukan? Daripada ‘to abstain from taking life’ yang kepanjangan dan bertele-tele. Dan di sini nggak ada embel-embel Samadhi. Haaaa…Kok versi Englishnya beda ama Indonesianya. Gak tau ah.. Gelap. ;D
Setelah saya jelaskan panjang lebar, apakah bro Adhit dan bro Ray bisa memahami statement saya mengenai Ahimsa sebagai Sila Tertinggi? .
Saya mengeluarkan statement tersebut setelah saya mempelajari dengan seksama berbagai ajaran/aliran keagamaan dan filosofi yang tumbuh dan berkembang ketika Buddha Gotama hidup terutama Jainisme dan Brahmanisme.
Kalau memang istilah Tertinggi terasa tidak tepat bagi bro berdua, baiklah saya ganti dengan istilah Pertama saja,
Juga kalau istilah Ahimsa terasa tidak pas maka saya revisi dengan Tidak Membunuh saja
Jadi saya revisi dari Ahimsa sebagai Sila Tertinggi menjadi Tidak Membunuh sebagai Sila Pertama , Puas?
Dengan revisi ini saya harap tidak menimbulkan penafsiran yang bukan-bukan seolah-olah saya hendak mendirikan agama baru. =)) =))
Mengenai citta seorang bayi, saya balik bertanya kepada Anda, apakah citta seorang bayi sama atau berbeda dengan citta seorang dewasa? Itu yang menjawab istilah citta yang belum berkembang sempurna , bukan citta sempurna (artinya berbeda lho kalau kata ‘belum berkembang’ dihilangkan). Coba Bro Indra simak lagi komentar saya itu.saya setuju bahwa citta pada bayi memang belum berkembang sempurna. jadi apakah teori anda hanya terbatas pada makhluk dengan citta yg sudah terkembang?
Ya deh. Sekali lagi kalau itu dianggap sebagai ad hominem, saya minta maaf. Sorry. ^:)^ Peace.pada awal perkenalan anda, anda sudah mengajak agar diskusi dilakukan tanpa melakukan ad hominem. tapi setelah berjalan baru 2 atau 3 hari anda sendiri yg melakukan ad hominem, yg saya khawatir ini bukan suatu ketidaksengajaan. kita tidak bisa membunuh seseorang kemudian berkata "maaf" dan urusan selesai, bukan?
Bro, saya tidak begitu mengerti dengan kalimat Bro di atas, apakah maksudnya Bro Indra bukan pengikut Theravada walaupun mempelajari Theravada ---- atau --- Bro Indra adalah pengikut Theravada namun tidak mau disebut Theravadin, yang mungkin istilah Theravadin ini memiliki makna khusus yang berbeda dengan yang saya mengerti? Yang mana dalam pengertian saya Theravadin = pengikut Theravada.sekali lagi, saya hanyalah seorang yg sedang mempelajari Buddhism dalam hal ini Theravada, saya tidak berani mengklaim bahwa saya seorang theravadin padahal saya blm menguasai ajaran theravada apalagi mempraktikkan ajarannya. selain sedang mempelajari Theravada saya juga mempelajari Mahayana, jadi apakah itu menjadikan saya seorang Mahayanist, atau seorang Thema juga?
Nah lho? Sis Sri koq juga ‘SANGAT AHLI’ mempelajari kecenderungan pikiran saya? Wah seharusnya Sis Sri juga punya kemampuan membuat dana dhamma yang besar. =))
Baguslah jika anda tahu, anda tidak benar.
Nggak sangat ahli, Sis. Buktinya kata bro Indra saya salah tuh. :(
Jujur, saya tidak menduga Bro Indra akan menjawab seperti itu, makanya saya terkejut dengan jalan pikirannya. :o
Dan saya sama sekali tidak menikmatinya, saya bukan tipe orang seperti itu Sis, tapi saya malah merasa aneh dengan jalan pikiran Bro Indra, mengapa lagi bahas sila ehhh… kok dihubungkan dengan bayi. :??Jika anda tidak menikmatinya, maka anda tidak perlu membuat gambar tertawa dan bergulingan. Karena membuat gambar lagi tertawa untuk memberikan persepsi kepada orang bahwa anda sedang tertawa.
Kemudian, setelah membongkar file-file di otak saya, saya teringat bahwa Theravada biasanya membantah nilai luhur vegetarianisme Mahayana dengan menggunakan perbandingan sarkastik antara seorang vegetarian dengan seekor sapi yang herbivore, dengan gaya pertanyaan yang mirip sekali dengan Bro Indra. ;D
Jadi saya langsung menebak Bro Indra dari Theravada. Tapi sekali lagi, ternyata tebakan saya salah, Sis Sri. :))Bukankah ini menunjukkan anda orang yang ahli?Anda menebak dan langsung mengungkapkan...INILAH KECENDERUNGAN THERAVADA.Karena 1 atau 2 orang yang kebetulan belajar dari aliran theravada, anda menyamakan semuanya dengan menyebut theravadin.
Nah lho? Sis Sri koq juga ‘SANGAT AHLI’ mempelajari kecenderungan pikiran saya? Wah seharusnya Sis Sri juga punya kemampuan membuat dana dhamma yang besar. =))Saya tidak ahli,tapi saya berkata berdasarkan apa yang saya lihat.Anda baca ulang saja postingan anda..
Bukankah ini menunjukkan anda orang yang ahli?Anda menebak dan langsung mengungkapkan...INILAH KECENDERUNGAN THERAVADA.Karena 1 atau 2 orang yang kebetulan belajar dari aliran theravada, anda menyamakan semuanya dengan menyebut theravadin.
Saya tidak ahli,tapi saya berkata berdasarkan apa yang saya lihat.Anda baca ulang saja postingan anda..
Bro Indra & Sis Sriyeklina
Please calm down. Where is your No Self? Lost I think. :'(
-------------------------------------------------------------------------------
>:D : Hey, you won’t and you can’t find No Self here, numb dumb! Coz in the beginning there is No Self at all here. It’s a B site - nothing but Great Emptiness here. You’d better go to A site to find some better Existing Self in the Great Existence there.
Tipikal sekali. Kalau sudah tidak berkutik, bawa-bawa 'no-self'. :D Ada-ada saja para 'suciwan' ini.
Yah. Kok ikutan judging Bro. =))saya kr****n kok saya suka langsung jugde? aya aya wae ckckckck
Saya bukan suciwan. Saya Buddhist PEMIKIR BEBAS! =))
Lho bukannya Buddha bilang jangan percaya ini percaya itu sebelum membuktikannya sendiri?
Buddha menganjurkannya!
Dan ingat Buddha juga seorang PEMIKIR BEBAS!
Beliau dengan pemikirannya melawan agama-agama yang berkarat.
Well, saya terus terang kecewa di sini nggak ada Buddhist yang punya sense of humor termasuk ketika seorang awam Buddhist mengkritik agamanya sendiri. =))
Terlalu sensitive. percuma latihan meditasi vipassana kalo disentil sedikit saja sudah marah dan tersinggung.
Kayaknya pada lupa Dhammapada nih.
Dia menghinaku, Dia memukulku... lanjutkan sendiri deh. Khan udah jago semua di sini. Begitu jagonya sampai yang basic dilupakan. =))
Lebih bagus sikapnya orang kr****n. Setidaknya ketika saya skeptis terhadap ajaran Y, mereka tidak langsung judge. =))
saya kr****n kok saya suka langsung jugde? aya aya wae ckckckck
kr****n nyasaaaaaarrrrrr. =))hatinya gede? orang cacat dong?
Bro, agama kr****n juga bagus kok terutama Hukum Kasih Sayangnya. I love it.
Saya ini Zen, Jadi saya ga peduli orang mau atheist kek, kr****n kek, buddha kek, asal dia punya big heart dan big sense of humor, pluralis, non diskriminatif, berpikir bebas. Dia adalah Zen juga bagi saya. Agama cuma label. Yang penting PRAKTEK bung.
Meditasi vipassana itu cuma membunuh Buddha dan membuat ego makin besar. Itu kritik frontal saya. Dan terbukti memang demikian kenyataannya.
hatinya gede? orang cacat dong?Lebih baik cacat badan daripada cacat hati
Lebih baik cacat badan daripada cacat hatikalau cacat hati mah mahal biayanya :P
Lebih baik cacat badan daripada cacat hati
mungkinkah ini maksudnya hepatitis?Bukan...kalau melihat secara kecenderungan saya...yang dimaksud Cacatnya, KANKER HATI.
PINDAH KE KESEHATAN =)) =)) =)) =))
Tipikal sekali. Kalau sudah tidak berkutik, bawa-bawa 'no-self'. :D Ada-ada saja para 'suciwan' ini.
Mungkin Harus digampar ala ZEN baru bisa sadar...Sepertinya kalau sudah seperti ini, tamparan Zen juga tidak efek.
Mungkin Harus digampar ala ZEN baru bisa sadar...
Sepertinya kalau sudah seperti ini, tamparan Zen juga tidak efek.Thema mode = on
Buddha mengatakan semua fenomena adalah anatta (tanpa diri), tapi menurut Bro Thema, no-self itu bisa ada bisa hilang.
Thema mode = on
"ternyata kalian para budis bisanya menghina dan main kekerasan saja, mana metta dan karuna kalian"
Thema mode = off
=)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =))
Thema mode = on[Thema Mode]
"ternyata kalian para budis bisanya menghina dan main kekerasan saja, mana metta dan karuna kalian"
Thema mode = off
=)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =)) =))
[Thema Mode]metta juga udah jadi EVO kok =)) =)) =))
Saya bukan Buddhis, tapi "Zen pikiran terbuka". Kalau ketemu Metta, bunuh si Metta. Ketemu Karuna, bunuh si Karuna. (Untung Metta sudah ga online dan Karuna sudah jadi kwaci sekarang).
[/Thema Mode]
Nah gitu dong, rekan-rekan semua.bah, KENTUTTT!!!
Kalo sudah ketawa khan suasananya gak tegang lagi.
saya terus terang ketika membaca perdebatan kalian di Pertanyaan Kritis Mengenai Mahayana koq atmosfernya sengit, tegang, pokoknya nggak santai gitu lho
saya yang sudah terbiasa meditasi Zen terasa sekali manfaatnya yaitu selalu santai dan gak pernah tegang
bawaannya happy terus, bahkan ketika marah pun saya marah tapi tanpa merasa ada aku yang marah.
inti zen adalah PIKIRAN TAK BERGERAK sama fenomena di luar maupun di dalam. selalu aware. bahasa jawanya selalu eling.
Nah itulah paradoksnya.
bagaimana caranya agar tak bergerak.
bukankah usaha untuk tak bergerak itu sendiri sudah bergerak.
duh, susah deh diungkapkan pake kata-kata.
makanya coba dan praktekkan sendiri.
pokoknya rasanya enak deh. dan efek sampingnya adalah sense of humor saya sangat tinggi.
bahkan ketika kita dihina orang kita sama sekali tidak terpengaruh sedikitpun demikian pula saat dipuji orang.
saya bisa bergaul dengan semua orang dari semua agama, juga dengan semua orang dari berbagai aliran buddhis, tanpa ada diskriminasi, bebas leluasa
kalau sudah diskriminasi ya gagal deh meditasi Zen nya.
Oh ya meet buddha kill buddha itu bisa berarti kita harus waspada terhadap buddha/guru palsu seperti LSY misalnya.
sekarang giliran saya ketawa ah..ramein suasana..
=)) =)) =)) =))
oh ya ini postingan saya terakhir di sini.
yang di Pertanyaan Kritis Mengenai Mahayana, saya akan bikin juga
Bye everybody
Namo Buddhaya
Nah gitu dong, rekan-rekan semua.
Kalo sudah ketawa khan suasananya gak tegang lagi.
saya terus terang ketika membaca perdebatan kalian di Pertanyaan Kritis Mengenai Mahayana koq atmosfernya sengit, tegang, pokoknya nggak santai gitu lho
saya yang sudah terbiasa meditasi Zen terasa sekali manfaatnya yaitu selalu santai dan gak pernah tegang
bawaannya happy terus, bahkan ketika marah pun saya marah tapi tanpa merasa ada aku yang marah.
inti zen adalah PIKIRAN TAK BERGERAK sama fenomena di luar maupun di dalam. selalu aware. bahasa jawanya selalu eling.
Nah itulah paradoksnya.
bagaimana caranya agar tak bergerak.
bukankah usaha untuk tak bergerak itu sendiri sudah bergerak.
duh, susah deh diungkapkan pake kata-kata.
makanya coba dan praktekkan sendiri.
pokoknya rasanya enak deh. dan efek sampingnya adalah sense of humor saya sangat tinggi.
bahkan ketika kita dihina orang kita sama sekali tidak terpengaruh sedikitpun demikian pula saat dipuji orang.
saya bisa bergaul dengan semua orang dari semua agama, juga dengan semua orang dari berbagai aliran buddhis, tanpa ada diskriminasi, bebas leluasa
kalau sudah diskriminasi ya gagal deh meditasi Zen nya.
Oh ya meet buddha kill buddha itu bisa berarti kita harus waspada terhadap buddha/guru palsu seperti LSY misalnya.
sekarang giliran saya ketawa ah..ramein suasana..
=)) =)) =)) =))
oh ya ini postingan saya terakhir di sini.
yang di Pertanyaan Kritis Mengenai Mahayana, saya akan bikin juga
Bye everybody
Namo Buddhaya
Hahaha... perasaan dari awal postingan Thema ga terasa tuh selera humornya, malah terlihat seperti melucu buat diri sendiri... pissssss ;Demang kentut thema seperti itu =)) =)) =))
Nah gitu dong, rekan-rekan semua.memuji diri sendiri .... apakah juga hasil dari petapamu ;D
Kalo sudah ketawa khan suasananya gak tegang lagi.
saya terus terang ketika membaca perdebatan kalian di Pertanyaan Kritis Mengenai Mahayana koq atmosfernya sengit, tegang, pokoknya nggak santai gitu lho
saya yang sudah terbiasa meditasi Zen terasa sekali manfaatnya yaitu selalu santai dan gak pernah tegang
bawaannya happy terus, bahkan ketika marah pun saya marah tapi tanpa merasa ada aku yang marah.
inti zen adalah PIKIRAN TAK BERGERAK sama fenomena di luar maupun di dalam. selalu aware. bahasa jawanya selalu eling.
Nah itulah paradoksnya.
bagaimana caranya agar tak bergerak.
bukankah usaha untuk tak bergerak itu sendiri sudah bergerak.
duh, susah deh diungkapkan pake kata-kata.
makanya coba dan praktekkan sendiri.
pokoknya rasanya enak deh. dan efek sampingnya adalah sense of humor saya sangat tinggi.
bahkan ketika kita dihina orang kita sama sekali tidak terpengaruh sedikitpun demikian pula saat dipuji orang.
saya bisa bergaul dengan semua orang dari semua agama, juga dengan semua orang dari berbagai aliran buddhis, tanpa ada diskriminasi, bebas leluasa
kalau sudah diskriminasi ya gagal deh meditasi Zen nya.
Oh ya meet buddha kill buddha itu bisa berarti kita harus waspada terhadap buddha/guru palsu seperti LSY misalnya.
sekarang giliran saya ketawa ah..ramein suasana..
=)) =)) =)) =))
oh ya ini postingan saya terakhir di sini.
yang di Pertanyaan Kritis Mengenai Mahayana, saya akan bikin juga
Bye everybody
Namo Buddhaya
memuji diri sendiri .... apakah juga hasil dari petapamu ;D
inti Zen pikiran tidak bergerak (maksudnya pikiran diam ala MMD ? ^-^)ajaran mengenai pikiran berhenti itu sangat lumrah dan banyak diajarkan master2 zen, yg notabene buddhism mahayana klasik yg diakui di seluruh dunia. hanya di dc ajaran ini digolongkan secara resmi sebagai "bukan buddhism".
hasil dari meditasi ZenOooh gituuu :yes:
selalu santai, tidak tegang (maksudnya senyum terus, hati2 bisa dikirain ada 'terserang' penyakit jiwa ;D) ;D
ketika aku marah tapi bukan aku marah (yang pasti ada orang lain yang kena damprat oleh si aku :'()
inti Zen pikiran tidak bergerak (maksudnya pikiran diam ala MMD ? ^-^)
ala Zen, ketemu Buddha bunuh Buddha, sesuai Tipitaka seorang Sammasambuddha tidak pernah Parinibbana karena dibunuh. :)
=)) =)) =))
_/\_
ajaran mengenai pikiran berhenti itu sangat lumrah dan banyak diajarkan master2 zen, yg notabene buddhism mahayana klasik yg diakui di seluruh dunia. hanya di dc ajaran ini digolongkan secara resmi sebagai "bukan buddhism".
di dunia ini banyak hal yang lumrah, dan hal2 lumrah belum tentu sesuai 'pandangan benar'.tolong diperjelas, jadi maksud anda aliran zen itu pandangan salah alias sesat dan sah dianggap "bukan buddhisme"? mohon dijawab dengan jelas...
didunia ini banyak hal yang kadang kita anggap benar belum tentu benar, begitu juga sebaliknya.
jika benar demikian, forum DC sudah sesuai Buddha Dhamma dengan referensi Tipitaka Pali kanon. ^:)^
tolong diperjelas, jadi maksud anda aliran zen itu pandangan salah alias sesat dan sah dianggap "bukan buddhisme"? mohon dijawab dengan jelas...Bro adi lim ... gak ada kata n kalimat aliran zen itu salah a.k.a sesat
jadi forum dc ini juga hanya berlandaskan tipitaka pali kanon? apakah benar begitu?
Bro adi lim ... gak ada kata n kalimat aliran zen itu salah a.k.a sesatom adhit, saya bilang ajaran itu "sangat lumrah dan banyak diajarkan master2 zen" (ditebelin sama om adi). trus om adi bilang banyak hal lumrah yg belum tentu sesuai 'pandangan benar'. saya minta klarifikasi, maksudnya apa? apalagi ditambahin "berarti forum dc sesuai Buddha Dhamma dengan referensi tipitaka kanon pali". tolong diperjelas...
kok.... Bro Morpheus nambah2in :o ::) ..... kebiasaan jelek :-w
Bro Morpheus jangan terlalu berprasangka terhadap teman-teman di DC, kita semua juga menyadari menghentikan pikiran perlu, bahkan sangat perlu, karena jika pikiran tidak berhenti-berhenti maka orang itu akan stress lalu gila karena otaknya "hang". ;D Oleh karena itu setiap hari kita perlu menghentikan/mengistirahatkan pikiran.Dalam tidur, pikiran tidak berhenti, maka kita bisa mimpi, bisa reaksi terhadap alarm (tapi ga reaksi dengan suara lain), dan lain-lain.
Jadi Gw saran kepada teman-teman untuk menghentikan pikiran setiap hari, dan ada jalan yang lebih mudah untuk menghentikan pikiran, yaitu pergi tidur saja, ini adalah jalan yang jauh lebih mudah untuk menghentikan pikiran dibandingkan dengan bermeditasi ;D
Dalam tidur, pikiran tidak berhenti, maka kita bisa mimpi, bisa reaksi terhadap alarm (tapi ga reaksi dengan suara lain), dan lain-lain.jadi dengan apa menurut Bro Kain .... pikiran bisa berhenti?
pikiran (thought) tidak akan berhenti kalo anda tidur.jawaban yg menarik dari bro Morpeus,
tidak perlu doktrin ini itu dan meditasi anu itu. jelas2 dalam tidur kita bermimpi.
bedakan thought (pikiran) dengan mind (batin).
dari introduction master sheng yen untuk song of mind:
In his poem Song of Mind, Niutou explains that our mind is originally pure, but when even one thought enters the mind, its purity is lost. He therefore placed great importance on a method of practice, which is to watch our thoughts arising and falling. But the rise and fall (literally birth and death) of thoughts illusory because if the present thought remains unmoving, and does not dissapear, then a succeeding thought will not arise. At this point there is neither arising nor falling of thoughts. Therefore, there is nothing to cut off. Thus, Niutou says that while buddhas and sentient beings originally have no mind, mind comes about because we have thoughts. For sentient beings to attain buddhahood, their illusory mind must become no-mind, that is to say, become enlightened.
Niutou's method emphasizes cultivating wakefulness (hsing) and stillness (chi) together without attaching to either. In the beginning we must use our senses to observe the world, but we should not use discriminating mind to attach to the world. When we let go of discrimination, the illusory world that is presented to our senses will recede and disappear. Along with the vanishing of the illusory world, our ordinary mind also vanishes and we experience pure, or original, mind.
ini jelas2 instruksi vipassana dikemas dalam penyampaian zen. dalam bahasa lain, pengamatan secara pasif, alias sadar.
inilah menariknya, berbagai macam terminologi dan teori, tapi telunjuk2 ini mengarah ke bulan yg sama.
jawaban yg menarik dari bro Morpeus,saya gak ngerti maksud anda.
kita tau spt Big Blue dpt diprogram utk mengalahkan pemain catur grand master.
Nah kita2 bagaimana utk pemeprogramman sejenis Big Blue tapi utk become enlightened.
dan dalam kondisi ini, udah tentu processornya masih terus bekerja ya spt halnya di Big Blue.
processor tidak perlu berhenti bekerja, tapi software/data/algorithm nya yg "englighted".
Gimana caranya ? (asumsi gw kan bro Morpheus juga pakar programming!)
thx sebelumnya....
jadi dengan apa menurut Bro Kain .... pikiran bisa berhenti?Berhenti dalam definisi apa dulu? Kalau berhenti seperti mesin yang mati/tidak aktif, saya rasa tidak bisa, kecuali mungkin para Ariya yang mencapai Nirodha Samapati.
tolong diperjelas, jadi maksud anda aliran zen itu pandangan salah alias sesat dan sah dianggap "bukan buddhisme"? mohon dijawab dengan jelas...
jadi forum dc ini juga hanya berlandaskan tipitaka pali kanon? apakah benar begitu?
di dunia ini banyak hal yang lumrah, dan hal2 lumrah belum tentu sesuai 'pandangan benar'.
didunia ini banyak hal yang kadang kita anggap benar belum tentu benar, begitu juga sebaliknya.
jika benar demikian, forum DC sudah sesuai Buddha Dhamma dengan referensi Tipitaka Pali kanon. ^:)^
_/\_
tolong diperjelas, jadi maksud anda aliran zen itu pandangan salah alias sesat dan sah dianggap "bukan buddhisme"? mohon dijawab dengan jelas...
jadi forum dc ini juga hanya berlandaskan tipitaka pali kanon? apakah benar begitu?
bold hitam, kalau bro Morpheus punya persepsi seperti diatas, itu hak bro Morpheus ^:)^
sampai sekarang saya belum pernah membaca pernyataan bahwa 'FORUM DC hanya berlandaskan Tipitaka Pali Kanon'
bahkan tuhan Su (penguasa tunggal) belum pernah mengeluarkan pernyataan ini. :whistle:
_/\_
Dalam tidur, pikiran tidak berhenti, maka kita bisa mimpi, bisa reaksi terhadap alarm (tapi ga reaksi dengan suara lain), dan lain-lain.
bold hitam, kalau bro Morpheus punya persepsi seperti diatas, itu hak bro Morpheus ^:)^kok membicarakan persepsi saya..
di dunia ini banyak hal yang lumrah, dan hal2 lumrah belum tentu sesuai 'pandangan benar'.gak susah kan pertanyaan saya?
didunia ini banyak hal yang kadang kita anggap benar belum tentu benar, begitu juga sebaliknya.
jika benar demikian, forum DC sudah sesuai Buddha Dhamma dengan referensi Tipitaka Pali kanon.
Maaf numpang nanya bro, bila tidur (jika tidur pulas) pikiran tidak berhenti, jadi pikiran memikirkan apa bro...?Sebelumnya, saya permisi tanya dulu. Menurut Bro Fabian, sesuai dengan teori Buddhisme, janin dalam kandungan yang masih sangat muda, berpikir atau tidak?
Sebelumnya, saya permisi tanya dulu. Menurut Bro Fabian, sesuai dengan teori Buddhisme, janin dalam kandungan yang masih sangat muda, berpikir atau tidak?Saya kurang tahu bro, apakah menurut teori Buddhisme bayi dalam kandungan berpikir atau tidak (mungkin teman-teman bisa menjelaskan). Bagaimana dengan mereka yang tertidur pulas menurut bro Kainyn? Apakah mereka berpikir atau tidak?
Saya kurang tahu bro, apakah menurut teori Buddhisme bayi dalam kandungan berpikir atau tidak (mungkin teman-teman bisa menjelaskan). Bagaimana dengan mereka yang tertidur pulas menurut bro Kainyn? Apakah mereka berpikir atau tidak?Sama seperti sebelumnya, "berpikir" menurut definisi bagaimana?
pikiran (thought) tidak akan berhenti kalo anda tidur.
tidak perlu doktrin ini itu dan meditasi anu itu. jelas2 dalam tidur kita bermimpi.
bedakan thought (pikiran) dengan mind (batin).
dari introduction master sheng yen untuk song of mind:
In his poem Song of Mind, Niutou explains that our mind is originally pure, but when even one thought enters the mind, its purity is lost. He therefore placed great importance on a method of practice, which is to watch our thoughts arising and falling. But the rise and fall (literally birth and death) of thoughts illusory because if the present thought remains unmoving, and does not dissapear, then a succeeding thought will not arise. At this point there is neither arising nor falling of thoughts. Therefore, there is nothing to cut off. Thus, Niutou says that while buddhas and sentient beings originally have no mind, mind comes about because we have thoughts. For sentient beings to attain buddhahood, their illusory mind must become no-mind, that is to say, become enlightened.
Niutou's method emphasizes cultivating wakefulness (hsing) and stillness (chi) together without attaching to either. In the beginning we must use our senses to observe the world, but we should not use discriminating mind to attach to the world. When we let go of discrimination, the illusory world that is presented to our senses will recede and disappear. Along with the vanishing of the illusory world, our ordinary mind also vanishes and we experience pure, or original, mind.
ini jelas2 instruksi vipassana dikemas dalam penyampaian zen. dalam bahasa lain, pengamatan secara pasif, alias sadar.
inilah menariknya, berbagai macam terminologi dan teori, tapi telunjuk2 ini mengarah ke bulan yg sama.
kalau orang mati berpikir gak ;DKalau orang mati, jelas ga berpikir.
yes or no question ... #:-SBukan, itu bukanlah pertanyaan yang bisa dijawab dengan "ya" atau "tidak".
Sama seperti sebelumnya, "berpikir" menurut definisi bagaimana?Kalau yang saya tahu berpikir ada tiga macam:
Kalau yang saya tahu berpikir ada tiga macam:Kalau definisi berpikirnya sedemikian sederhana, maka jika diterapkan pada kondisi "tidur pulas", berarti jawabannya adalah tidak berpikir.
- berpikir hal-hal yang lalu misalnya, ingat perayaan pergantian tahun 2010 ke 2011
- berpikir hal-hal yang akan datang misalnya, besok saya makan apa ya? Pesanan bangku saya sudah dibuat oleh pak Rusdi atau belum ya...?
- Berpikir hal-hal yang sekarang misalnya, sekarang apa yang saya lupakan ya? 532+237= 769, dll.
Kalau menurut bro Kainyn berpikir definisinya apa...? Coba tolong terapkan pada orang yang tertidur pulas.
aye mau nanya kritis nih, sebenarnya cara mengajar budis itu ada semacam aturan atau urutan gitu dalam mempelajari nya, soalnya sepertinya dalam soal bahasa juga masih pada memusingkan istilah2 yang seharusnya bisa diselesaikan.Kalau menurut saya, istilah yang dipakai tidak perlu selalu sama, tapi sebaiknya ada kejelasan dalam penggunaan istilah tersebut.
melihat perdebatan2 banyaknya istilah2 "AKU" , "PIKIRAN" , "ELING" , "ke-AKUan" , "SADAR" , "BATIN" , yang sepertinya tidak pernah ada kesamaan "PERSEPSI" ;D
Kalau menurut saya, istilah yang dipakai tidak perlu selalu sama, tapi sebaiknya ada kejelasan dalam penggunaan istilah tersebut.betul, tapi "seharusnya" seorang guru bisa memilih istilah yang lebih mudah di mengerti dan tidak menyesatkan. bahkan dari istilah yang mudah saja bisa menyesatkan apalagi istilah yang "ANEH" aye rasa bisa membuat pendengar atau murid lebih tidak mengerti.
Soal kesamaan persepsi, itu tergantung "pembicara" dan "pendengar". Kalau sama-sama kepala batu dan tidak mau mengerti lawan bicara, tentu tidak akan terjadi kesamaan persepsi. Karena persepsi berbeda, maka diskusi yang baik juga tidak mungkin terjadi.
betul, tapi "seharusnya" seorang guru bisa memilih istilah yang lebih mudah di mengerti dan tidak menyesatkan. bahkan dari istilah yang mudah saja bisa menyesatkan apalagi istilah yang "ANEH" aye rasa bisa membuat pendengar atau murid lebih tidak mengerti.
Bro Morpheus yang baik, maaf numpang nanya, apakah bro Morpheus sependapat dengan Nietou, bahwa Buddha dan Arahat dan semua mahluk hidup awalnya tidak punya batin? Lalu mahluk kemudian menjadi punya batin karena memiliki pikiran? Kemudian untuk menjadi Arahat batin ilusi harus menjadi tanpa batin / no mind?bukan, itu bukan tulisan nietou.
Kemudian dengan lenyapnya dunia ilusi, maka batin yang biasa juga lenyap dan kita mengalami batin awal yang murni.
Jadi mana yang benar pernyataan Niutou nih:
Apakah setelah batin ilusi lenyap masih ada batin?
Apakah setelah batin ilusi lenyap tak ada batin?
Apakah batin awal menyatu dengan batin biasa?
atau Terpisah dari batin biasa?
Jadi apakah Buddha dan Arahat tak ada batin?
Apakah Buddha dan Arahat melakukan segala sesuatu tanpa berpikir?
Maaf agak banyak pertanyaannya.
Kalau definisi berpikirnya sedemikian sederhana, maka jika diterapkan pada kondisi "tidur pulas", berarti jawabannya adalah tidak berpikir.Saya rasa definisi kita sama bro, pada orang mabuk, orang terhipnotis, orang tidur tanpa mimpi, orang terpengaruh obat bius, janin pada awal kehamilan dll, pada keadaan tertentu tidak berpikir. Pertanyaannya, apakah tidak berpikir itu sudah ber Vipasssana?
Mungkin Bro Fabian harus lebih terperinci dalam definisinya, sehingga kita bisa membahas lebih jauh apakah orang mabuk, orang terhipnotis, orang tidur dengan/tanpa mimpi, orang terpengaruh obat bius, janin pada awal kehamilan, "berpikir" atau tidak.
betul, tapi "seharusnya" seorang guru bisa memilih istilah yang lebih mudah di mengerti dan tidak menyesatkan. bahkan dari istilah yang mudah saja bisa menyesatkan apalagi istilah yang "ANEH" aye rasa bisa membuat pendengar atau murid lebih tidak mengerti.nah, itu dia. istilah yg disebut "aneh" itu bisa terasa nyaman dan mudah ditelinga orang lain.
bukan, itu bukan tulisan nietou.Justru itulah bro.. karena saya tak bisa menyamakan batin menurut terminologi Theravada dengan batin menurut terminologi Zen makanya saya bertanya bagaimanakah no-mind itu...?
tulisan di atas adalah opini master sheng yen yg mencoba menjelaskan puisi yg digubah oleh niutou farong, master zen di abad-6.
pertama-tama, anda gak bisa menyamakan terminologi buddhism theravada anda dengan terminologi zen buddhism. anda gak bisa menyamakan mind (zen) = batin (nama, theravada). bahkan "no-mind" (perhatikan tanda dash) itu bukanlah berarti "tidak ada batin". selama terminologinya dipegang dengan ngotot, percuma mencoba berdialog. seperti saya mencoba menunjukkan di mana menara monas dalam bahasa indonesia kepada chinese speaker.
mengenai pertanyaan di atas, saya bukan orang yg berkompeten menerangkan zen secara jelas dan mendasar walaupun mengerti apa yg coba disampaikan oleh buku itu. kesimpulan saya, inti ajaran (dalam konteks praktek dan meditasi, bukan doktrin) zen buddhism dengan theravada buddhism tidaklah berbeda jauh.Kalau memang demikian, mungkin bro Morpheus bisa berbagi kepada kita pengertian yang disampaikan buku itu, walaupun sedikit perbedaan tolong diterangkan jadi kita lebih mengerti.
Saya sarankan anda baca buku song of mind saja, di mana terdapat penjelasan yg sangat detil untuk tiap baris dari syairnya. dari sana kita bisa berdiskusi dengan lebih spesifik di forum zen, mahayana. sesuai dengan kompetensi dan pengertian saya tentunya.Wah sayang sekali saya tidak memiliki buku itu, mungkin mahal ya..? Kalau begitu tolong terangkan inti ajarannya yang tak berbeda jauh dalam konteks praktek dan meditasi.
nah, itu dia. istilah yg disebut "aneh" itu bisa terasa nyaman dan mudah ditelinga orang lain.ya betul, tetapi bisa juga sesuatu yang aneh bisa terasa nyaman dan mudah ditelinga orang lain karena dia tidak mengerti, sedangkan "mungkin" bagi orang yang mengerti maksudnya itu dianggap sesuatu yang salah sehingga terjadi perdebatan.
sebaliknya, apa yg aneh bagi orang lain, mungkin terasa nyaman di telinganya.
perbedaan seperti itu adalah wajar2 saja. yg gak wajar itu kalo orang yg satu mengkafirkan yg lain karena orang lain memakai istilah yg "aneh" padahal dirinya belum juga berusaha menyelidiki dan mengerti istilah yg lain itu...semua juga adalah hal yang wajar, yang satu mengkafirkan yang lain, yang satu menolak ajaran yang tidak sesuai dengan pandangan yang tidak mendukung ajarannya, semua adalah fenomena yang tidak kekal ;D
ya betul, tetapi bisa juga sesuatu yang aneh bisa terasa nyaman dan mudah ditelinga orang lain karena dia tidak mengerti, sedangkan "mungkin" bagi orang yang mengerti maksudnya itu dianggap sesuatu yang salah sehingga terjadi perdebatan.
semua juga adalah hal yang wajar, yang satu mengkafirkan yang lain, yang satu menolak ajaran yang tidak sesuai dengan pandangan yang tidak mendukung ajarannya, semua adalah fenomena yang tidak kekal ;D
Justru itulah bro.. karena saya tak bisa menyamakan batin menurut terminologi Theravada dengan batin menurut terminologi Zen makanya saya bertanya bagaimanakah no-mind itu...?nah itu dia... penjelasannya ada dalam berpuluh2 halaman dan saya gak berkompeten menyarikannya menjadi ringkas...
Kalau memang demikian, mungkin bro Morpheus bisa berbagi kepada kita pengertian yang disampaikan buku itu, walaupun sedikit perbedaan tolong diterangkan jadi kita lebih mengerti.
Wah sayang sekali saya tidak memiliki buku itu, mungkin mahal ya..? Kalau begitu tolong terangkan inti ajarannya yang tak berbeda jauh dalam konteks praktek dan meditasi.
Saya setuju bro (bold), bila tidak demikian mungkin tidak terjadi perpecahan aliran. Sukurlah Buddhists walaupun mengkafirkan yang lain tapi tidak "mengumumkan perang/bunuh-bunuhan" terhadap yang lain. Itulah kelebihan Buddhists.iya, paling main "masuk keranjang sampah" =))
Saya rasa definisi kita sama bro, pada orang mabuk, orang terhipnotis, orang tidur tanpa mimpi, orang terpengaruh obat bius, janin pada awal kehamilan dll, pada keadaan tertentu tidak berpikir. Pertanyaannya, apakah tidak berpikir itu sudah ber Vipasssana?
Bro fabian, waktu vipassana sudah bisa melihat organ manusia yang disebut otak? Apakah bro mendapatkan segala informasi dan pengetahuan ini dari vipassana?jadi maksudnya?
jadi maksudnya?Tunggu jawabannya dari pakar vipassana. Apakah ketika tidur pulas, kita menggaruk tanpa sadar, menarik selimut tanpa sadar, atau berbalik tanpa sadar. Termasuk berpikir atau tidak?
berhentinya pikiran berarti otak berhenti?
Tunggu jawabannya dari pakar vipassana. Apakah ketika tidur pulas, kita menggaruk tanpa sadar, menarik selimut tanpa sadar, atau berbalik tanpa sadar. Termasuk berpikir atau tidak?kalau "hilang kesadaran" a.k.a pingsan, berpikir atau tidak, sadar atau tidak?
Terus juga kasus orang yang jalan sambil tidur, atau yang bicara sambil tidur. Apakah itu berpikir atau tidak?
kok membicarakan persepsi saya..
saya nanya anda kok...
saya perjelas pertanyaan saya.
apa maksud pernyataan anda (dengan quote nebelin "sangat lumrah dan banyak diajarkan master2 zen"):gak susah kan pertanyaan saya?
kalo masih susah dimengerti, contoh jawabannya:
* gak, maksud saya bukan aliran zen. maksud saya "gak sesuai pandangan benar" itu bukan aliran zen. pernyataan saya untuk general saja.
* iya, menurut saya, ajaran berhentinya pikiran ala zen itu bukan pandangan benar alias sesat alias bukan buddhisme.
gampang tho?
sepanjang yg gue pernah baca, menghentikan pikiran ala zen hanya berguna untuk menghentikan gerakan bendera ;D
kalau "hilang kesadaran" a.k.a pingsan, berpikir atau tidak, sadar atau tidak?Saya belum pernah merasakan kondisi seperti bro ryu sebutkan, jadi jawaban-nya saya tidak tahu. Seandai-nya sudah pernah-pun, saya juga termasuk golongan tidak tahu.Kenapa?Karena jawaban yang diberikan oleh orang yang sudah biasa dan cenderung mahir dalam bervipassana berbeda dengan orang yang tidak pernah. Dan sekarang ini,saya ingin tahu, sudut pandang dari orang yang sudah punya banyak pengalaman dari vipassana. Bukan sudut pandang umat awam. Apakah bro ryu sudah ahli?
betul, tapi "seharusnya" seorang guru bisa memilih istilah yang lebih mudah di mengerti dan tidak menyesatkan. bahkan dari istilah yang mudah saja bisa menyesatkan apalagi istilah yang "ANEH" aye rasa bisa membuat pendengar atau murid lebih tidak mengerti.Tergantung guru dan muridnya. Masing-masing harus saling menyesuaikan. Mungkin bagi satu orang, istilah tersebut membingungkan/menyesatkan, tapi bagi yang lain, ada kecocokan. Sekarang ini memang tidak ada guru yang sempurna. Semua masih terbatas pada kecenderungannya masing-masing. Jadi hanya cocok bagi sebagian orang (yang memiliki kecenderungan sama), tapi tidak cocok dengan lainnya.
Saya belum pernah merasakan kondisi seperti bro ryu sebutkan, jadi jawaban-nya saya tidak tahu. Seandai-nya sudah pernah-pun, saya juga termasuk golongan tidak tahu.Kenapa?Karena jawaban yang diberikan oleh orang yang sudah biasa dan cenderung mahir dalam bervipassana berbeda dengan orang yang tidak pernah. Dan sekarang ini,saya ingin tahu, sudut pandang dari orang yang sudah punya banyak pengalaman dari vipassana. Bukan sudut pandang umat awam. Apakah bro ryu sudah ahli?
With a method we can eventually work toward a concentrated mind - (Song of Mind: Wisdom from the Zen Classic Xin Ming
By Shengyan, Sheng Yen)
Hanya penasaran, kata mind di kalimat tersebut diterjemahkan menjadi apa? pikiran atau batin?
Semoga ada yang mau membantu menjawabnya
Saya belum pernah merasakan kondisi seperti bro ryu sebutkan, jadi jawaban-nya saya tidak tahu. Seandai-nya sudah pernah-pun, saya juga termasuk golongan tidak tahu.Kenapa?Karena jawaban yang diberikan oleh orang yang sudah biasa dan cenderung mahir dalam bervipassana berbeda dengan orang yang tidak pernah. Dan sekarang ini,saya ingin tahu, sudut pandang dari orang yang sudah punya banyak pengalaman dari vipassana. Bukan sudut pandang umat awam. Apakah bro ryu sudah ahli?hmm saya sih ahli dalam bertanya kritis ;D
hmm saya sih ahli dalam bertanya kritis ;D:hammer:
karena pasangannya adalah concentrated, berarti mind=pikiran, batin tidak bisa dikonsentrasikan.
Bro fabian, waktu vipassana sudah bisa melihat organ manusia yang disebut otak? Apakah bro mendapatkan segala informasi dan pengetahuan ini dari vipassana?
Tunggu jawabannya dari pakar vipassana. Apakah ketika tidur pulas, kita menggaruk tanpa sadar, menarik selimut tanpa sadar, atau berbalik tanpa sadar. Termasuk berpikir atau tidak?Sis Sriyeklina yang baik, kalau menarik selimut tanpa sadar, menggaruk tanpa sadar atau berbalik tanpa sadar itu memang berpikir. Tapi bila orang tertidur pulas karena kelelahan misalnya, mungkin dia tak akan bereaksi walau diguncang-guncang, tidur di lantai, gatal karena banyak nyamuk dsbnya.
Terus juga kasus orang yang jalan sambil tidur, atau yang bicara sambil tidur. Apakah itu berpikir atau tidak?
Sis Sriyeklina yang baik, saya tidak melihat organ otak pada waktu ber Vipassana. Hal-hal yang berhubungan dengan Vipassana sebagian besar memang saya ketahui dari mempraktekkan Vipassana.
Kalau di vipassana, kita bergerak dalam keadaan tidur termasuk berpikir atau tidak?sis Sriyeklina yang baik, dalam keadaan tidak tertidur pulas mungkin kita memang bisa berpikir oleh karena itu kita mungkin bergerak dalam tidur, kalau dalam keadaan tertidur pulas saya rasa tidak....
Sis Sriyeklina yang baik, kalau menarik selimut tanpa sadar, menggaruk tanpa sadar atau berbalik tanpa sadar itu memang berpikir. Tapi bila orang tertidur pulas karena kelelahan misalnya, mungkin dia tak akan bereaksi walau diguncang-guncang, tidur di lantai, gatal karena banyak nyamuk dsbnya.
Mengigau, bicara dalam tidur memang kita berpikir, tapi itu bukan dalam keadaan tertidur pulas.
Apakah kita selalu mengigau atau selalu menggaruk tanpa sadar dalam tidur? Apakah kita selalu berpikir waktu tidur?
Apa ukuran-nya bro bisa mengatakan itu pulas? Itu hanyalah persepsi bro saja.
Apa ukuran-nya bro bisa mengatakan itu pulas? Itu hanyalah persepsi bro saja.daripada panjang2, definisikan dulu "berpikir" seperti apa atau bagaimana.
daripada panjang2, definisikan dulu "berpikir" seperti apa atau bagaimana.Tradisi
Apakah sis Sriyeklina pernah tertidur pulas? Apakah sis Sriyeklina masih berpikir pada waktu tertidur pulas?
karena bro Morpheus anti selera orang lain, jadinya tidak gampang :))gini aja, saya anggap anda tidak mau menjawab. ok?
Oh...saya tidak tahu apakah saya pernah tidur pulas atau tidak. Tapi yang jelas, saya belum pernah tidur dalam keadaan yang sama setiap saat baik dari posisi-nya maupun dari barang-barangnya(selimut,sprei,bantal).Mungkin keadaan kita berbeda, saya sering tertidur pulas, pada waktu tertidur pulas saya tak berpikir, kadang pulasnya 5 jam, kadang hanya 4 jam, 3 jam....
Mungkin keadaan kita berbeda, saya sering tertidur pulas, pada waktu tertidur pulas saya tak berpikir, kadang pulasnya 5 jam, kadang hanya 4 jam, 3 jam....
Pulasnya mirip dengan ketika saya dibius total sebelum di operasi ketika masih kecil, blank.
With a method we can eventually work toward a concentrated mind - (Song of Mind: Wisdom from the Zen Classic Xin Ming
By Shengyan, Sheng Yen)
Hanya penasaran, kata mind di kalimat tersebut diterjemahkan menjadi apa? pikiran atau batin?
Semoga ada yang mau membantu menjawabnya
OK Thanks Sdr. Indra.master sheng yen sering mengajarkan tahapan meditasi zen sebagai dari scattered mind - simple mind - one mind - no-mind.
Tapi ada kalimat terusannya semoga bisa dibantu juga:
With diligence and determination, concentration will improve until quite naturally, we evolve to the one-mind state of samadhi. However, in samadhi the mind still stops on one-mind, or the self. We must go beyond one-mind to no-mind. Here the mind truly stops on nothing. Only here can one truly be in accordance with all dharmas. (Song of Mind: Wisdom from the Zen Classic Xin Ming By Shengyan, Sheng Yen)
Apakah ketiga kata 'mind' di atas mengacu pada hal yang sama? batin atau pikiran?
Quote from: johan3000 on Today at 02:08:58 AMmorpheus : saya gak ngerti maksud anda.
jawaban yg menarik dari bro Morpeus,
kita tau spt Big Blue dpt diprogram utk mengalahkan pemain catur grand master.
Nah kita2 bagaimana utk pemeprogramman sejenis Big Blue tapi utk become enlightened.
dan dalam kondisi ini, udah tentu processornya masih terus bekerja ya spt halnya di Big Blue.
processor tidak perlu berhenti bekerja, tapi software/data/algorithm nya yg "englighted".
Gimana caranya ? (asumsi gw kan bro Morpheus juga pakar programming!)
thx sebelumnya....
Niutou's method emphasizes cultivating wakefulness (hsing) and stillness (chi) together without attaching to either. In the beginning we must use our senses to observe the world, but we should not use discriminating mind to attach to the world. When we let go of discrimination, the illusory world that is presented to our senses will recede and disappear. Along with the vanishing of the illusory world, our ordinary mind also vanishes and we experience pure, or original, mind.jelas dikatakan keadaan no-mind itu hasil dari wakefulness without attaching to it dengan kata lain pengamatan secara pasif alias sadar, tapi masih ada yg mencoba melucu menyamakan keadaan ini dengan tidur nyenyak atau pingsan... dibahas sampe berhalaman2 lagi...
Kalau cuma tebak-tebakan yah tidak usah dibahas lagi :)Kalau yang saya alami memang demikian, bukan tebak-tebakan sis. Mengenai jumlah jam memang hanya perkiraan. Bila tertidur pulas walau 1 jam berarti pikiran berhenti selama 1 jam.
Berhenti dalam definisi apa dulu? Kalau berhenti seperti mesin yang mati/tidak aktif, saya rasa tidak bisa, kecuali mungkin para Ariya yang mencapai Nirodha Samapati.bold ...
Kalau berhenti "bergerak" sama sekali (diam dalam satu objek), mungkin seperti dalam Samatha.
Sedangkan dalam vipassana, berhentinya adalah berhenti "berimprovisasi", hanya mencerap objek saja, tetapi apa yang tercerap itu, tidak lagi diproses lebih lanjut.
nah kira2 bagaimanakah programmer yg telah mencapai pencerahan menjelaskan pada yg tidak dalamoh pertanyaan kira2, ntar saya kira2kan jawabannya kalo ada waktu untuk berkira2...
programming language atau algorithm / data structure ?
bagaimana programmer yg telah mencapai pencerah menulis kembali pengetahuannya kedalam robot sehingga robot tsb juga memiliki kwalitas yg sama ?
Tunggu jawabannya dari pakar vipassana. Apakah ketika tidur pulas, kita menggaruk tanpa sadar, menarik selimut tanpa sadar, atau berbalik tanpa sadar. Termasuk berpikir atau tidak?Mungkin maksud Sis ... apakah semua gerakan refleks adalah termasuk berpikir ato tidak ?
Terus juga kasus orang yang jalan sambil tidur, atau yang bicara sambil tidur. Apakah itu berpikir atau tidak?
Kalau yang saya alami memang demikian, bukan tebak-tebakan sis. Mengenai jumlah jam memang hanya perkiraan. Bila tertidur pulas walau 1 jam berarti pikiran berhenti selama 1 jam.Sory bro...tidak usah dilanjutkan lagi. Karena mengganggu yang lain.Kalau ingin dilanjutkan bisa lewat PM. Tapi lebih baik tidak usah saja, karena saya juga iseng kok. Jalan atau tidak pikiran itu dalam tidur juga tidak membawa arti apa-apa buat saya.
Intinya: ada waktu tertentu pikiran berhenti ketika tidur, yaitu ketika tertidur pulas.
Mungkin maksud Sis ... apakah semua gerakan refleks adalah termasuk berpikir ato tidak ?
termasuk menepuk nyamuk .... gitu yaaah ;D
ada diketerangan Abhidhamma .....
ada kelas Abhidhamma di vihara dhammacakka .... minggu 1 dan 3 setiap bulan jam 4 sore ;D
kutipan master sheng yen:jelas dikatakan keadaan no-mind itu hasil dari wakefulness without attaching to it dengan kata lain pengamatan secara pasif alias sadar, tapi masih ada yg mencoba melucu menyamakan keadaan ini dengan tidur nyenyak atau pingsan... dibahas sampe berhalaman2 lagi...
sekali lagi, menurut saya, yg penting adalah bukan membicarakan bagaimana itu keadaan no-mind, karena dibicarakan secara intelektual tidaklah ada gunanya. yg lebih penting adalah bagaimana lenyapnya dukkha itu, yaitu instruksi meditasi itu sendiri...
ajaran mengenai pikiran berhenti itusangat lumrah dan banyak diajarkan master2 zen, yg notabene buddhism mahayana klasik yg diakui di seluruh dunia. hanya di dc ajaran ini digolongkan secara resmi sebagai "bukan buddhism".Bukankah kedua pernyataan bro Morph yang di bold berbeda artinya?
Sory bro...tidak usah dilanjutkan lagi. Karena mengganggu yang lain.Kalau ingin dilanjutkan bisa lewat PM. Tapi lebih baik tidak usah saja, karena saya juga iseng kok. Jalan atau tidak pikiran itu dalam tidur juga tidak membawa arti apa-apa buat saya.OK...
oh pertanyaan kira2, ntar saya kira2kan jawabannya kalo ada waktu untuk berkira2...tapi gw udah tau salah satu jawabnya dari pegalaman pribadi... cuma pingin tau bagaimana orang lain menjelaskannya.... dan gw tidak setuju dgn "pikiran yg berhenti"..........
gini aja, saya anggap anda tidak mau menjawab. ok?
case closed.
Bro Morpheus yang baik, diskusi mengenai pikiran yang berhenti itu saya rasa berkaitan dengan pernyataan bro Morph sendiri berikut:Bukankah kedua pernyataan bro Morph yang di bold berbeda artinya?gak ada yg bertentangan. anda gak mengerti. ujung2nya selalu morpheus ngomongin kadal, fabian ngomongin kura2.
Saya rasa definisi kita sama bro, pada orang mabuk, orang terhipnotis, orang tidur tanpa mimpi, orang terpengaruh obat bius, janin pada awal kehamilan dll, pada keadaan tertentu tidak berpikir.Saya rasa justru definisi kita berbeda. Saya sendiri setidaknya punya beberapa definisi "berpikir" yang berbeda, tergantung konteks pembicaraannya.
Pertanyaannya, apakah tidak berpikir itu sudah ber Vipasssana?Kembali lagi, berpikir definisi yang mana?
gak ada yg bertentangan. anda gak mengerti. ujung2nya selalu morpheus ngomongin kadal, fabian ngomongin kura2.Maaf bro kedua pernyataan yang bertentangan itu yaitu: 1. Pengamatan secara pasif alias sadar. 2. ajaran mengenai pikiran yang berhenti adalah pernyataan anda sendiri, bukan pernyataan saya.
Saya rasa justru definisi kita berbeda. Saya sendiri setidaknya punya beberapa definisi "berpikir" yang berbeda, tergantung konteks pembicaraannya.Definisi berpikir bro Kainyn bagaimana...?
Kembali lagi, berpikir definisi yang mana?
Definisi berpikir bro Kainyn bagaimana...?Dalam konteks sehari-hari, kegiatan memproses ide, sehingga tidur pulas/pingsan bukan berpikir.
Maaf bro kedua pernyataan yang bertentangan itu yaitu: 1. Pengamatan secara pasif alias sadar. 2. ajaran mengenai pikiran yang berhenti adalah pernyataan anda sendiri, bukan pernyataan saya.itu sudah diterangkan berjuta kali oleh ph, buku2 zen dan yg lain2, dan anda tetap ngotot memakai definisi anda sendiri mengenai berpikir dan berhentinya pikiran. selama anda tidak meletakkan definisi dan terminologi anda, anda tidak akan bisa mengerti apa itu berhentinya pikiran ataupun no-mind. pertentangan itu ada di kepala anda sendiri, terbukti dari kata2 yg ditebelin itu berasal dari anda sendiri.
Pada waktu pikiran berhenti belum tentu sadar, pada waktu pengamatan pasif alias sadar belum tentu pikirannya berhenti.
udah dijawab masih tidak mengertisebenernya saya mau jawaban yg jelas dan tegas, gak main sembunyi2. mungkin memang membutuhkan keberanian.
setuju di closed :))
Dalam konteks sehari-hari, kegiatan memproses ide, sehingga tidur pulas/pingsan bukan berpikir.bagaimana kalau dibandingkan ;D
Dalam konteks Vipassana yang dibicarakan ini, merespon objek indera dan menindaklanjuti respon tersebut berdasarkan kemelekatan akan diri, sehingga tidak melihat apa adanya, tetapi melihat menurut 'aku'.
Dalam konteks ilmiah, sepertinya adalah aktifitas otak yang melibatkan cerebral cortex.
OK Thanks Sdr. Indra.
Tapi ada kalimat terusannya semoga bisa dibantu juga:
With diligence and determination, concentration will improve until quite naturally, we evolve to the one-mind state of samadhi. However, in samadhi the mind still stops on one-mind, or the self. We must go beyond one-mind to no-mind. Here the mind truly stops on nothing. Only here can one truly be in accordance with all dharmas. (Song of Mind: Wisdom from the Zen Classic Xin Ming By Shengyan, Sheng Yen)
Apakah ketiga kata 'mind' di atas mengacu pada hal yang sama? batin atau pikiran?
Thanks
bagaimana kalau dibandingkan ;DSebetulnya itu adalah beda penggunaannya saja, tergantung konteks pembicaraan. Mungkin seperti ini:
wipasana "katanya" = pikiran berhenti = "aku" (atau keakuan?) tidak ada, kemudian pada saat tidak wipasana pikiran bergerak lagi, aku ada lagi.Betul, bagi yang masih belum melenyapkan kemelekatan, maka akan timbul terus. Sama seperti orang (bukan ariya) yang mencapai jhana, maka nafsu dan bencinya juga 'hilang', namun tetap akan muncul lagi jika konsentrasinya pudar.
pingsan atau tidur = pikiran berhenti = "aku" (atau keakuan?) tidak ada, kemudian pada saat tidak tidur pikiran bergerak lagi, aku ada lagi.Ini bukan dikatakan "keakuan" berhenti, tapi memang tidak aktif. Mungkin perbandingan sederhananya seperti komputer itu bathin, 'keakuan' adalah virus. Komputer terkena virus yang di-shut-down, tetap dihitung infected, walaupun virusnya tidak berperan.
perbedaannya?
yang satu tanpa tujuan, tanpa tehnik "katanya hanya "eling" saja a.k.a diam
yang satu tanpa tujuan, tanpa tehnik juga keknya
Sebetulnya itu adalah beda penggunaannya saja, tergantung konteks pembicaraan. Mungkin seperti ini:yeah, ketika seseorang pingsan maka dia otomatis berhenti berpikir, tidak ada pandangan "aku" sama dong seperti vipasana.
-Kepalanya terbentur benda keras dan kehilangan kesadaran
-Tanpa kesadaran akan keterbatasannya, dia memaksakan keinginannya
Kesadaran dalam konteks yang satu, tidak tepat digunakan dalam konteks lain.
Betul, bagi yang masih belum melenyapkan kemelekatan, maka akan timbul terus. Sama seperti orang (bukan ariya) yang mencapai jhana, maka nafsu dan bencinya juga 'hilang', namun tetap akan muncul lagi jika konsentrasinya pudar.yeah, bedanya satu dilakukan dengan sadar, dan satu nya dilakukan tanpa sadar, hampir mirip hasilnya. ketika seseorang pnsan atau vipasana, dia "katanya" tidak melakukan karma baik atau buruk ;D
Ini bukan dikatakan "keakuan" berhenti, tapi memang tidak aktif. Mungkin perbandingan sederhananya seperti komputer itu bathin, 'keakuan' adalah virus. Komputer terkena virus yang di-shut-down, tetap dihitung infected, walaupun virusnya tidak berperan.perbandingannya komputer itu pikiran, "keakuan" adalah program.
Kalau tekniknya, saya tidak komentar karena tidak mengikutinya.ok
komputer asalnya tidak ada isinya, kemudian di isi porgram dll, ketika program hilang maka "keakuan" hilang ;D
yeah, ketika seseorang pingsan maka dia otomatis berhenti berpikir, tidak ada pandangan "aku" sama dong seperti vipasana.:D Ada sama, ada bedanya.
yeah, bedanya satu dilakukan dengan sadar, dan satu nya dilakukan tanpa sadar, hampir mirip hasilnya. ketika seseorang pnsan atau vipasana, dia "katanya" tidak melakukan karma baik atau buruk ;DWalaupun ada persamaan (pikiran tidak bergerak), tapi bedanya sangat jauh antara sesuatu yang dilakukan dengan sadar dan tidak sadar. Saya beri contoh orang puasa, katakanlah subuh/fajar sampai maghrib. Satu orang menjalankan aktifitas tanpa makan, minum, dan menghindari nafsu dalam kurun waktu tersebut. Satu orang lainnya tidur pada waktu tersebut dan beraktifitas dari maghrib sampai Subuh (manusia shift malam). Keduanya sama-sama tidak makan, tidak minum, dan tidak melakukan pemuasan nafsu.
perbandingannya komputer itu pikiran, "keakuan" adalah program.Tidak bisa dibandingkan begitu, karena kita bicara proses yang berkesinambungan. Program hilang itu sama seperti seseorang meninggal di mana jasmani (hardware) dan bathin (terurai). Konteksnya berbeda, walaupun sama-sama menggunakan analogi komputer.
komputer asalnya tidak ada isinya, kemudian di isi porgram dll, ketika program hilang maka "keakuan" hilang ;D
:D Ada sama, ada bedanya.;D
Betul, memang 'pandangan aku' sama-sama tidak jalan.
Walaupun ada persamaan (pikiran tidak bergerak), tapi bedanya sangat jauh antara sesuatu yang dilakukan dengan sadar dan tidak sadar. Saya beri contoh orang puasa, katakanlah subuh/fajar sampai maghrib. Satu orang menjalankan aktifitas tanpa makan, minum, dan menghindari nafsu dalam kurun waktu tersebut. Satu orang lainnya tidur pada waktu tersebut dan beraktifitas dari maghrib sampai Subuh (manusia shift malam). Keduanya sama-sama tidak makan, tidak minum, dan tidak melakukan pemuasan nafsu.kalau dari segi logika harusnya sih sama aja, kalau dari segi kepatutan dan aturan mereka tidak sama.
Apakah menurut Bro ryu keduanya adalah sama?
Tidak bisa dibandingkan begitu, karena kita bicara proses yang berkesinambungan. Program hilang itu sama seperti seseorang meninggal di mana jasmani (hardware) dan bathin (terurai). Konteksnya berbeda, walaupun sama-sama menggunakan analogi komputer.program itu ibarat keinginan, di intall, uninstall, ketika sudah tidak ada yang diperlukan lagi uninstall semua sehingga semua program itu hilang.
kalau dari segi logika harusnya sih sama aja, kalau dari segi kepatutan dan aturan mereka tidak sama.Selain dari sisi logika, akibat yang dihasilkan pun berbeda.
Selain dari sisi logika, akibat yang dihasilkan pun berbeda.akibatnya apa?
<ngawur_mode>
ah, ngapain susah2 meditasi, mending konsumsi cannabis aja.
cannabis juga bisa hepi (piti dan sukha), mindful, bliss:
http://www.authorsden.com/visit/viewArticle.asp?id=43518
hasilnya / akibatnya / efeknya sama aja kok.
sekalian ama marijuana juga boleh:
http://www.marijuanameditation.com/jackgarrett/
</ngawur_mode>
akibatnya apa?Tergantung yang menjalankan.
lebih baik mana?Tergantung penilaian masing-masing.
ada berbagai macam sudut pandang nih ;DSilahkan dianut pandangan yang cocok. ;D
Tergantung yang menjalankan.begini saja, hasil yang selalu perlu di bahas.
Tergantung penilaian masing-masing.
Silahkan dianut pandangan yang cocok. ;D
begini saja, hasil yang selalu perlu di bahas.Secara teori, pikiran (dalam artian aktifitas pikiran yang dilandasi kemelekatan) adalah sebab dukkha. Jika pikiran itu berhenti, maka ia hanya melihat segala sesuatu apa adanya, tidak ada kemelekatan, karena itu tidak ada dukkha.
pikiran berhenti, hasilnya? atau tidak ada hasil?
Secara teori, pikiran (dalam artian aktifitas pikiran yang dilandasi kemelekatan) adalah sebab dukkha. Jika pikiran itu berhenti, maka ia hanya melihat segala sesuatu apa adanya, tidak ada kemelekatan, karena itu tidak ada dukkha.jadi di sini ada pikiran yang dilandasi kemelekatan apakah ada pikiran yang tidak dilandasi kemelekatan? atau ada pikiran yang berhenti?
jadi di sini ada pikiran yang dilandasi kemelekatan apakah ada pikiran yang tidak dilandasi kemelekatan? atau ada pikiran yang berhenti?
Seorang Arahat masih memiliki citta dan cetasika donx??Masih. Citta & Cetasika tidak mungkin berhenti selama masih hidup. Berpikir di sini adalah maññati.
jadi di sini ada pikiran yang dilandasi kemelekatan apakah ada pikiran yang tidak dilandasi kemelekatan? atau ada pikiran yang berhenti?Kalau secara ideal, di mana SEMUA kemelekatan itu telah hilang sepenuhnya, maka saya jawab tidak tahu, karena saya belum sampai ke sana, dan seandainya sudah pun, tidak dapat membuktikannya. Tetapi dalam teori dhamma, memang ada pikiran yang tidak dilandasi kemelekatan lagi, yaitu pikiran para Arahat.
Kalau konteksnya sehari-hari, coba perhatikan saja orang di sekitar kita. Terhadap objek yang sama, jika pikiran dikuasai kemelekatan, maka perubahan kondisi terhadap objekt itu membawa seseorang cenderung pada 'kesenangan' dan 'penderitaan'. Sebaliknya jika tidak dikuasai kemelekatan, tidak membawa pada 'kesenangan' maupun 'penderitaan'.
apatis?Nah, kalau kesenangan/kesedihan biasa berhubungan dengan lobha/dosa, perasaan netral ini berkaitan dengan moha. Ada perasaan netral karena tidak mengetahui, tapi ada juga perasaan netral yang mengetahui.
Nah, kalau kesenangan/kesedihan biasa berhubungan dengan lobha/dosa, perasaan netral ini berkaitan dengan moha. Ada perasaan netral karena tidak mengetahui, tapi ada juga perasaan netral yang mengetahui.
Contoh sederhana: seorang cowok melihat sepasang kekasih bergandengan tangan di kejauhan. Dia (tidak) 'menginginkan' atau 'menolak' objek tersebut, maka perasaannya netral. Lalu ketika makin lama, makin dekat, dilihatnyalah bahwa si cewek adalah pacarnya. Maka yang tadinya netral (karena ketidaktahuan) bisa berubah jadi tidak netral (karena mengetahui).
Secara general, 'pengetahuan'-lah yang membedakan orang 'mengendalikan diri' dan 'apatis'.
Masih. Citta & Cetasika tidak mungkin berhenti selama masih hidup. Berpikir di sini adalah maññati.anumodana kainyn
Jadi menurut MN 1, seorang puthujjana mempersepsi (sañjānāti) objek, berpikir (maññati) akan objek, di dalam objek, terpisah dari objek, memiliki objek, dan bergembira akan objek. Hal tersebut karena ia tidak memahami (apariññāta).
Bagi seorang Arahat, setelah mengenali (Abhijāna) objek, maka tidak berpikir (na maññati) akan objek, di dalam objek, terpisah dari objek, memiliki objek, dan bergembira akan objek. Hal tersebut karena ia memahaminya (pariññāta).
Masih. Citta & Cetasika tidak mungkin berhenti selama masih hidup. Berpikir di sini adalah maññati.
Jadi menurut MN 1, seorang puthujjana mempersepsi (sañjānāti) objek, berpikir (maññati) akan objek, di dalam objek, terpisah dari objek, memiliki objek, dan bergembira akan objek. Hal tersebut karena ia tidak memahami (apariññāta).
Bagi seorang Arahat, setelah mengenali (Abhijāna) objek, maka tidak berpikir (na maññati) akan objek, di dalam objek, terpisah dari objek, memiliki objek, dan bergembira akan objek. Hal tersebut karena ia memahaminya (pariññāta).
sebenernya saya mau jawaban yg jelas dan tegas, gak main sembunyi2. mungkin memang membutuhkan keberanian.
tapi sadar gak ya ?<ngotot_mode>
lho bukannya anda sudah minta case diclosed ?lho, saya cuman menjelaskan: tadi sebenernya saya mau jawaban yg tegas karena anda mengaku sudah menjawab.
memang anda suka tidak konsisten atau tidak mengerti ? ^-^
tidak perlu telalu jauh sampai nirodha samapatti, pada jhana 2 and up pikiran juga berhenti. apakah dukkha berakhir di jhana 2?Bahkan memasuki Jhana pertama pikiran sudah berhenti bro....
Bahkan memasuki Jhana pertama pikiran sudah berhenti bro....
aiyoh, terminologinya kemana2...
imo,
nirodha samapati = the cessation of perception and feeling
berpikir ala mmd = maññati
berhentinya pikiran ala mmd = tidak maññati lagi
jhana 2 = unifying mind (tinggal piti, sukkha, dan ekaggata). imo, masih ada pikiran tapi sangat terkonsentrasi, sama dengan one-mind ala zen, bukan no-mind. Referensi: http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/sn/sn45/sn45.008.than.html. cmiiw.
maksud bang morph, berhenti pikiran ala mmd adalah no-mind?saya pikir begitu. cmiiw.
kalo di pertama kan masih ada vitakka dan vicara yg adalah aktivitas pikiran
kalau apatis kan udah tau pun tetap cuek aja, indifferent thd everything (fully apatis)Thanks buat koreks "(tidak)"-nya.
anumodana kainynYang ini saya tidak bisa jawab karena tidak mempelajari Abhidhamma, tapi setahu saya, Sotapanna sampai Anagami masih memiliki kusala citta, sementara bagi seorang Arahat, sudah tidak ada lagi kusala/akusala. Mereka tidak lagi menanam kamma baru.
bolehka saya tahu lebih lanjut apa sajakah citta & cetasika para arahat, anagami dan sakadagami dan sotapanna?
Apaka sotapanna masih mempunyai kusala citta?
Apakah arahat masih mempunyai maha kusala citta? dan seterusnya.
Setau saya dan pernah bediskusi dengan Mister Hud dan membaca diskusi dia diberbagai milis dikatakan "tidak berpikir" = "pikiran berhenti" . dalam hal ini adalah dua makna yang berbeda.Menurut saya, "nirodha samapati" memang berbeda dengan "na maññati". Dalam Nirodha Samapati, sepertinya semua khanda telah berhenti sepenuhnya seperti orang mati, namun kehidupannya masih ada. Bedanya pula dengan Asaññasatta sepertinya adalah para brahma Asaññasatta memiliki 'akar' untuk "maññati" tersebut, hanya saja dengan samadhinya yang kuat, proses "sañjānāti" (mempersepsi) dilewati. Jadi ketika samadhinya melemah, umur kehidupan di sana habis dan ia akan tetap melalui proses "sañjānāti" dan "maññati" kembali (sebab tetap masih belum melenyapkan Avijja).
Pikiran yang benar2 berhenti (sekaligus tidak berpikir) adalah nirodha samapati. Tidak berpikir dalam sutta(arahat) pun mengandung makna yang berbeda dengan tidak berpikir saat tidur pulas
Bagaimana ketika seorang arahat berpikir ketika melihat seorang yang menderita dan ingin mengetahui penyebabnya.Walaupun Arahat tidak lagi "berpikir" demikian, namun setiap arahat tetap masih membawa setiap kecenderungan di masa lampau. Hal ini disebut vasana, sama seperti kasus Pilinda Vaccha yang masih memanggil orang "vasala" (kasta terbuang). Kecenderungan ini juga yang menyebabkan para Arahat masih melakukan hal-hal yang dicela oleh Buddha seperti Pindola Bharadvaja yang "memamerkan" kesaktian. Walau kecenderungan ini masih ada, tetapi Arahat tidak lagi melekatinya, sehingga meski kecenderungannya adalah untuk menolong orang lain ada, tapi ia tidak menjadi senang/sedih karena itu. Maka walaupun ia parinibbana sebelum berhasil menolong orang tersebut, ia tetap tidak akan terlahir lagi di alam manapun.
Contoh : Ketika Mogalana dikejar2 oleh musuhnya yang sampai berulang kali dia menghilangkan diri dan dengan abinna nya ia menemukan penyebabnya dari kelahiran lalu. Apakah ketika sebelum menggunakan abinna nya dia tidak berpikir " apakah penyebab dari semua kejadian ini"? Mungkinkah spontanitas tanpa sebab dia menggunakan abinna dan tau begitu saja tanpa berpikir dulu tentang objeknya ?(misalnya kenapa saya dikejar2 dan akan dibunuh--->berpikir terhadap objek atau tidak berpikir terhadap objek?)
Bagaimana hal tersebut bisa dijelaskan?
Apakah arahat masih hidup dan berada dalam nirodha samapati citta dan cetasikanya berhenti/tidak bekerja sama sekali atau masih ?Mungkin saja berhenti, saya juga tidak tahu karena tidak belajar Abhidhamma.
Jadi masih mungkinkah selama masih hidup khususnya arahat citta dan cetasika berhenti?
Masih. Citta & Cetasika tidak mungkin berhenti selama masih hidup. Berpikir di sini adalah maññati.
Jadi menurut MN 1, seorang puthujjana mempersepsi (sañjānāti) objek, berpikir (maññati) akan objek, di dalam objek, terpisah dari objek, memiliki objek, dan bergembira akan objek. Hal tersebut karena ia tidak memahami (apariññāta).
Bagi seorang Arahat, setelah mengenali (Abhijāna) objek, maka tidak berpikir (na maññati) akan objek, di dalam objek, terpisah dari objek, memiliki objek, dan bergembira akan objek. Hal tersebut karena ia memahaminya (pariññāta).
Nah, kalau kesenangan/kesedihan biasa berhubungan dengan lobha/dosa, perasaan netral ini berkaitan dengan moha. Ada perasaan netral karena tidak mengetahui, tapi ada juga perasaan netral yang mengetahui.
Contoh sederhana: seorang cowok melihat sepasang kekasih bergandengan tangan di kejauhan. Dia 'menginginkan' atau 'menolak' objek tersebut, maka perasaannya netral. Lalu ketika makin lama, makin dekat, dilihatnyalah bahwa si cewek adalah pacarnya. Maka yang tadinya netral (karena ketidaktahuan) bisa berubah jadi tidak netral (karena mengetahui).
Secara general, 'pengetahuan'-lah yang membedakan orang 'mengendalikan diri' dan 'apatis'.
Setau saya dan pernah bediskusi dengan Mister Hud dan membaca diskusi dia diberbagai milis dikatakan "tidak berpikir" = "pikiran berhenti" . dalam hal ini adalah dua makna yang berbeda.
Pikiran yang benar2 berhenti (sekaligus tidak berpikir) adalah nirodha samapati. Tidak berpikir dalam sutta(arahat) pun mengandung makna yang berbeda dengan tidak berpikir saat tidur pulas
Bagaimana ketika seorang arahat berpikir ketika melihat seorang yang menderita dan ingin mengetahui penyebabnya.
Contoh : Ketika Mogalana dikejar2 oleh musuhnya yang sampai berulang kali dia menghilangkan diri dan dengan abinna nya ia menemukan penyebabnya dari kelahiran lalu. Apakah ketika sebelum menggunakan abinna nya dia tidak berpikir " apakah penyebab dari semua kejadian ini"? Mungkinkah spontanitas tanpa sebab dia menggunakan abinna dan tau begitu saja tanpa berpikir dulu tentang objeknya ?(misalnya kenapa saya dikejar2 dan akan dibunuh--->berpikir terhadap objek atau tidak berpikir terhadap objek?)
Bagaimana hal tersebut bisa dijelaskan?
Apakah arahat masih hidup dan berada dalam nirodha samapati citta dan cetasikanya berhenti/tidak bekerja sama sekali atau masih ?
Jadi masih mungkinkah selama masih hidup khususnya arahat citta dan cetasika berhenti?
Metta
Kalau tidak salah saya (CMIIW), citta dan cetasika pada seorang arahat hanya bersifat KIRIYA (menjalankan fungsi).Iya, yang saya baca memang begitu.
Lebih ekstrim lagi, seorang Arahat, misalnya Mogallana ketika di-siksa oleh musuh yang mendendam-nya, tidak merasakan "like-dislike" (penderitaan bathin), walaupun tentu-nya mengalami penderitaan fisik. Apakah Mogallana ada "pengetahuan" bahwa dia sedang di siksa / di lukai ?Saya rasa ada. Ia mengetahui jasmani itu sedang disiksa, tapi karena ide kemelekatan seperti "aku tidak mau disiksa", "aku ingin bebas dari siksaan" dan sebagainya sudah tidak ada, maka ia tidak lagi merasakan penderitaan bathin.
Iya, yang saya baca memang begitu.
Saya rasa ada. Ia mengetahui jasmani itu sedang disiksa, tapi karena ide kemelekatan seperti "aku tidak mau disiksa", "aku ingin bebas dari siksaan" dan sebagainya sudah tidak ada, maka ia tidak lagi merasakan penderitaan bathin.
kalau agama tetangga sebelum meninggal. dia dpt mengucapkan/melaksanakan
"Aku sudah mengenapin kehendak TUHAN...."
nahh utk Buddhist, sesaat sebelum meninggal dunia,
ucapan apa yg diucapkan ....supaya meninggalnya "tidak menyesal"
perbuatan apa yg disiapkan sesaat sebelum meninggal ?
kalau agama tetangga sebelum meninggal. dia dpt mengucapkan/melaksanakan
"Aku sudah mengenapin kehendak TUHAN...."
nahh utk Buddhist, sesaat sebelum meninggal dunia,
ucapan apa yg diucapkan ....supaya meninggalnya "tidak menyesal"
perbuatan apa yg disiapkan sesaat sebelum meninggal ?
Setahu saya tidak dikatakan demikian bro, dikatakan bahwa Jhana pertama kurang memuaskan/kasar karena "kedekatannya" dengan vitakka dan vicara.
Maksudnya yang lebih tepat adalah untuk memasuki Jhana pertama harus melewati vitakka dan vicara terlebih dahulu, kalau Jhana kedua tak perlu melalui vitakka dan vicara lebih dahulu.
Dalam keadaan Jhana itu sendiri hanya ada faktornya, tapi untuk mengetahui/memeriksa faktor-faktor tersebut harus keluar Jhana.
Dalam Jhana bila ada aktivitas pikiran maka seketika itu juga ia akan keluar jhana.
di sutta pitaka jhana ada 4. di abhidhamma jhana ada 5. tentu masih ada pikiran. namanya jhana citta 67
bro Icykalimu yang baik, perbedaannya jumlah rupa Jhana menurut Sutta dan menurut Abhidhamma hanya cara meng"klasifikasi"kannya saja bro...
Mettacittena,
Menurut Buddhisme apakah boleh makan daging? Syarat2nya apa aja y? Sy prnh baca daging yg tidak dibolehkan daging anjing, ular, harimau, manusia, soalnya tar bisa dimangsa jenis itu juga benar gak?
Menurut Buddhisme apakah boleh makan daging? Syarat2nya apa aja y? Sy prnh baca daging yg tidak dibolehkan daging anjing, ular, harimau, manusia, soalnya tar bisa dimangsa jenis itu juga benar gak?
Seorang Bhikkhu dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi sepuluh macam daging tersebut karena beberapa alasan yang secara ringkas tercantum di kitab Komentar Vinaya (Samattpasadika) seperti berikut ini. Daging manusia tidak seharusnya dimakan karena berasal dari spesies yang sama. Daging gajah dan kuda tidak seharusnya dimakan karena mereka adalah peliharaan dari seorang raja. Sedangkan daging anjing dan ular dikarenakan mereka termasuk jenis hewan yang menjijikkan, kelompok terakhir adalah singa, harimau, dan sebagainya, tidak seharusnya dimakan karena mereka tergolong binatang berbahaya dan jika dimakan bau daging binatang tersebut bisa membahayakan para bhikkhu yang bermeditasi di hutan.sumber : http://www.forumbebas.com/thread-38549.html
^wah lengkap banget ♥·♡ τнänκ чöü ♥·♡ kk donald eh ronald ˘Ħiª˚⌣˚Ħiª˚⌣˚Ħiª˘..
Pertanyaan lanjutan brti kita juga dianjurkan ga makan 10 daging yg dilarang itu ya? Alasannya kenapa ya? Kenapa daging kelinci ga termasuk ya? T_T
Anjing kan lucu kok menjijikkan... Pdhal dgr kt org daging ular bs buat kulit halus, tp jd ga brani deh... Gmn dengan daging monyet, daging sapi, daging buaya, daging penyu/labi2? Dgr2 ad yg blg penyu ga boleh juga.
hmm.. kelinci ya... mungkin krn kelinci gizinya lengkap, ada dagingnya.. ada sayurnya (bagian telinga itu sayuran kan??)(lirik avatarnya M14ka)
Wkwkwkwk tp kan ga manusiawi kalo kanibal... Kemarin br bc di China makan sop janin/bayi, keknya gimana gitu... Menurut pandangan kk gmn?
Ia tuh sy jg pernah bc surangama sutra yg isinya kalo ga salah 10 alasan kenapa ga boleh makan daging, tp bc2 byk yg aneh disana ya, kaya ada kata Tuhan, trus mantra dll...itu sebabnya mahayana jd vegetarian...
‘Jadi jika seorang manusia (membunuh seekor domba untuk)
makan dagingnya, domba tersebut akan dilahirkan kembali sebagai
manusia, dan manusia itu, setelah dilahirkan kembali akan menjadi
domba (untuk membayar hutang sebelumnya). Maka makhluk hidup di
sepuluh keadaan kelahiran1, saling memakan dan maka membentuk
karma jahat yang tidak akan memiliki akhir. Hal ini terutama timbul dari
keinginan untuk mencuri.’
===================
Setelah nirvana saya, pada akhir masa Dharma, hantu-hantu ini
akan ditemukan di seluruh dunia, dan akan sombong mengatakan
bagaimana mereka hidup dari daging segar yang mengantarkan mereka
menuju penyadaran Bodhi. Ananda, saya mengizinkan para bhikkhu
makan hanya dari lima jenis daging segar1 dan suci yang merupakan hasil
dari kekuatan transformasi suci dan bukanlah pembunuhan binatang.
surangama sutra
jadi harga mati ya?
bila membaca jatakaathakata, bila manusia membunuh domba maka selama 99 kelahiran berikut akan lahir sebagai domba yang akan terbunuh.
maap nih numpang tanya, gimana cara nyampein dhamma yang indah pada permulaan, indah pada pertengahan, n indah pada akhir , apa yg perlu di jaga ato yg harus di hindari biar cara penyampaian dhamma itu bener2 indah pada permulaan, indah pada pertengahan , n indah pada akhir , thxuntuk dapat menyampaikan Dhamma yg indah pada awal, pertengahan, dan akhir..., sebelum disampaikan.... yg menyampaikan paling tidak harus telah menembus Dhamma itu sendiri.. dgn kata lain Arahat...
jadi harga mati ya?
untuk dapat menyampaikan Dhamma yg indah pada awal, pertengahan, dan akhir..., sebelum disampaikan.... yg menyampaikan paling tidak harus telah menembus Dhamma itu sendiri.. dgn kata lain Arahat...
walaupun demikian...hanya yg punya kebijaksanaanlah (alias yg mempunyai sedikit debu dimatanya) yg beranggapan dhamma itu indah di awal, pertegahan dan akhir ...
bagi yg berpadagan salah.. yah..biasa aja..mungkin malah betein...
Kok dibilang gengster????? Kok bisa???apa maksunya sembunyi2..wkwkwk.....nih coment yg ngm sagha kayak gengster....ada ada saja....sorry bro....he...
Teman-teman, mau tanya pendapatnya, apakah kalau kita memelihara binatang dengan mengurungnya menghasilkan karma buruk?
apakah anda berniat baik atau berniat buruk?
baik, soalnya kl ga dikurung tar kabur...tapi kasian juga binatangnya dikurung... aku pernah baca kalo kita mengurung binatang tar akibatnya kita jadi ga bebas ya? Apakah kita sebaiknya ga memelihara binatang?
makanya jangan suka baca buku fiksi.
IMO, memelihara binatang juga termasuk perbuatan baik jika dibandingkan dengan menelantarkan binatang. Kebanyakan binatang2 peliharaan itu memang juga tidak bisa bertahan hidup jika dilepas bebas. tapi dalam memelihara tentu harus mempertimbangkan kesejahteraan binatang itu, merawatnya, memberi makan yg cukup, dll, bukan disiksa, misalnyamencabuti bulu2nya,menggantungnya di plafon rumah, dll.
ia aku suka bngt memelihara binatang... tapi skarang sadar harus membuat mereka senyaman mungkin, kalo burung dulu aku pernah melepas didalam rumah tapi eek sembarangan dan pernah terbang keluar n kembali lagi jadi aku lepas lagi akhirnya ga kembali lg....hiksss... trus kalo ikan juga harus akuariumnya gede jadi ga stress n kebersihannya dijaga.. kalo kelinci harus sering diajak jalan-jalan gt kali ya.... tqq
Salam sejahtera untuk semuanya.udah g bisa di modify, terpaksa post ulang. ;D
Saya ingin bertanya kepada teman teman :
1. Apakah binatang mempunyai batin?
2. Sang Buddha menganjurkan kita sebaiknya menghindari pembunuhan terhadap binatang, lalu bagaimana kalau kita membeli ayam yang sudah
dipotong di pasar, boleh ngga?
3. Di rumah saya banyak tikus..., tadinya saya biarin karena tahu tidak baik membunuh binatang. Setelah beberapa tahun mereka berkembang biak,
tambah banyak...dan sangat mengganggu. Sofa, almari, buku buku, kabel kabel barang elektronik dan komputer saya digigitin semua, sehingga rusak.
Bolehkah saya menggunakan racun tikus untuk membunuh mereka, karena kalau saya biarkan sudah tidak tahan ?
4. Lalu mengenai nyamuk di kamar, ada yang bilang diusir saja, tapi ini membuat saya susah tidur karena digigit nyamuk di banyak tempat.
Bolehkah saya semprot dengan Baygon?
Mohon pendapat teman teman dan terima kasih sebelumnya
Salam metta.
udah g bisa di modify, terpaksa post ulang. ;D
ngetik 2x, tapi gagal post. :'(
ulang lagi deh yang ke 3.
1. batin terdiri dari 4 yaitu vinnana=kesadaran, vedana=perasaan, sanna=pencerapan, sankhara=bentuk2 pikiran. binatang bisa merasa sedih dan senang, juga bisa mengenali manusia, itu adalah bukti bahwa binatang juga memiliki batin. :)
2. diatas udah jelas tertulis bahwa ayamnya udah mati sehingga tidak ada lagi pembunuhan disana.
3. mungkin bisa pakai perangkap tikus aja tanpa membunuh tikusnya.
4. lebih baik kalo dicari dulu apa penyebabnya dikamar bisa banyak nyamuk, sehingga bisa dilakukan pencegahan misalnya menutup pintu kamar lebih awal. atau mungkin ada banyak barang yang mengundang banyak nyamuk sehingga bisa disingkirkan saja. ;D
saya mau bertanya tentang abidhamma membahas apa saja kah abidhamma? lalu umat buddha punya ga sutta-sutta yg dijadikan satu sampai saat ini saya hanya membaca tipitaka tematik dan ilustrasi dhammapada, bukannya sutta itu ada banyak yah
saya mau tanya, ada gak sich buddha2 masa lampau sebelum buddha gautama..? _/\_
saya mau tanya, ada gak sich buddha2 masa lampau sebelum buddha gautama..? _/\_
Kalau tidak salah, saya pernah baca komentar seseorang di internet bahwa sutta-sutta adalah karangan Buddhaghosa dan murid-muridnya. Menurut member di sini bagaimana? Bagaimana cara kita mengetahui kebenarannya? Terima kasih.ya ndak mungkin lah.
Kalau tidak salah, saya pernah baca komentar seseorang di internet bahwa sutta-sutta adalah karangan Buddhaghosa dan murid-muridnya. Menurut member di sini bagaimana? Bagaimana cara kita mengetahui kebenarannya? Terima kasih.
Terima kasih atas jawabannya. Pertanyaan lain, bagaimana caranya di zaman sekarang, kita tau situs ini adalah tempat kelahiran bodhisatta, situs itu adalah tempat dia mencapai kebuddhaan, di bawah pohon itu bodhisatta mencapai kebuddhaan dan tempat-tempat lainnya?
Terima kasih atas jawabannya. Pertanyaan lain, bagaimana caranya di zaman sekarang, kita tau situs ini adalah tempat kelahiran bodhisatta, situs itu adalah tempat dia mencapai kebuddhaan, di bawah pohon itu bodhisatta mencapai kebuddhaan dan tempat-tempat lainnya?http://en.wikipedia.org/wiki/Buddhist_pilgrimage (http://en.wikipedia.org/wiki/Buddhist_pilgrimage)
Terima kasih. Pertanyaan lain, bagaimana bisa seseorang duduk memperhatikan napas dan boom... pengetahuan tentang dukkha, tentang alam semesta, atau pun kekuatan batin dan sebagainya dapat dimilikinya?
Lalu kenapa Alara Kalama dan Udaka Ramaputta yg telah mencapai jhana bahkan sebelum bodhisatta mencapainya, tidak mengarahkan pikirannya untuk menghancurkan noda-noda dalam pikirannya, sehingga dalam kehidupan itu juga, mencapai kebuddhaan?
Lalu kenapa Alara Kalama dan Udaka Ramaputta yg telah mencapai jhana bahkan sebelum bodhisatta mencapainya, tidak mengarahkan pikirannya untuk menghancurkan noda-noda dalam pikirannya, sehingga dalam kehidupan itu juga, mencapai kebuddhaan?
Karena mereka bukan pacceka buddha, yang punya kemampuan mengarahkan pikiran untuk mencapai pencerahan. Jadi meski mampu, mereka tidak tahu musti ke sana dan tidak tahu bagaimana caranya.
suhu-suhu izinkan saya menanyakan:
1. darimana cerita asal usul hidup buddha berasal? apakah dari tipitaka?
2. dari cerita buddha, saya membaca kalau buddha baru pertama kali melihat orang sakit, mati dan tua saat keluar dari kerajaan? apakah ini bukannya berkontradiksi dengan logika:
- dimana ibunya sendiri (Ratu Maya) sudah meninggal
- siddharta sejak kecil sudah dididik dengan guru pribadi dan memiliki prestasi yang hebat dalam ilmu pengetahuan. masa pintar baru sadar hal paling DASAR dalam logika manusia ketika baru keluar dari istana. bukankah itu suatu kejanggalan menurut suhu-suhu?
3. bagaimana menyikapi kisah-kisah dalam cerita buddha yang terkesan metafisik (maaf terkesan tahyul), seperti waktu buddha lahir apa yang diinjak jadi teratai, dewa-dewi turun melihat buddha dan sebagainya? apakah ini cuma penambahan-penambahan saja atau memang ajaran asli buddha.
mohon jawaban suhu-suhu sekalian.
Untuk cerita mengenai hidup Buddha ada terdapat didalam sutta, budhavamsa dan juga jataka. Untuk yang sudah disusun lengkap silahkan baca:
" Riwayat Agung Para Buddha":
http://dhammacitta.org/perpustakaan/riwayat-agung-para-buddha/comment-page-1/
Setelah Buddha Lahir, 7 hari kemudianni ibunya meninggal dunia. Dan ketika di ramal oleh kaladevila bahwa anak ini adalah manusia agung dan akan meninggalkan duniawi jika beliau melihat 4 tanda: orang sakit, orang mati, orang tua, dan petapa. Oleh sebab tsb, raja Sudodhana mencegah Siddartha untuk melihat 4 kondisi tsb dengan membuat istana yg wewah untuk masing-masing musim.
Karena sudah dicegah oleh raja tentu Siddartha tidak mempunyai kesempatan untuk melihat 4 kondisi tsb.
Buddha memang mengajarkan ada 31 alam kehidupan, jd ya sangat masuk akal kalo para dewa melindungi calon Buddha. Dan setelah Siddartha mencapai pencerahan, para dewa datang mengunjungi dan belajar dari Buddha.
Untuk orang2 yg telah mempunyai kemampuan bathin, mereka bisa melihat alam kehidupan yang lain.... sebenarnya kita blm mempunyai abhinna juga bisa melihat kehidupan yang lain - misalkan ada alam binatang....
Untuk cerita mengenai hidup Buddha ada terdapat didalam sutta, budhavamsa dan juga jataka. Untuk yang sudah disusun lengkap silahkan baca:terima kasih. apakah cerita ini berbeda-beda tiap tradisi? (theravada, mahayana, dll)
" Riwayat Agung Para Buddha":
http://dhammacitta.org/perpustakaan/riwayat-agung-para-buddha/comment-page-1/
Setelah Buddha Lahir, 7 hari kemudianni ibunya meninggal dunia. Dan ketika di ramal oleh kaladevila bahwa anak ini adalah manusia agung dan akan meninggalkan duniawi jika beliau melihat 4 tanda: orang sakit, orang mati, orang tua, dan petapa. Oleh sebab tsb, raja Sudodhana mencegah Siddartha untuk melihat 4 kondisi tsb dengan membuat istana yg wewah untuk masing-masing musim.1. apakah Siddharta sudah mengetahui Ibunya sudah meninggal, sebelum keluar istana? berarti Siddharta sudah mengenal konsep kematian?
Karena sudah dicegah oleh raja tentu Siddartha tidak mempunyai kesempatan untuk melihat 4 kondisi tsb.
Buddha memang mengajarkan ada 31 alam kehidupan, jd ya sangat masuk akal kalo para dewa melindungi calon Buddha. Dan setelah Siddartha mencapai pencerahan, para dewa datang mengunjungi dan belajar dari Buddha.Saya sangat PERCAYA ada alam lain di dunia ini, karena pernah menggalami langsung .
Untuk orang2 yg telah mempunyai kemampuan bathin, mereka bisa melihat alam kehidupan yang lain.... sebenarnya kita blm mempunyai abhinna juga bisa melihat kehidupan yang lain - misalkan ada alam binatang....
Kalo untuk kehidupan Siddartha sebelum meninggal kehidupan duniawi menuju kehidupan tanpa rumah...sebenarnya kisah yang berkembang dengan yang di nikaya agak berbeda. Jd ya saya juga tidak tahu mana yang benar.
Untuk sutta yang menjelaskan konsepsi dan kelahiran Bodhisattva (Siddharta Gotama) dapat di baca:
MN 123: Accariya-abhita sutta (MN = Majjhima Nikaya)....
Untuk pelepasan kehidupan rumah tangga menuju kehidupan tanpa rumah:
MN 26 : Ariyapariyasana sutta
Kalo tidak salah fenomena yang muncul ketika Bodhisattva lahir adalah keluhuran dan parami dari Boddhisattva...
1. apakah Siddharta sudah mengetahui Ibunya sudah meninggal, sebelum keluar istana? berarti Siddharta sudah mengenal konsep kematian?
2. Siddharta di dalam istana diajarkan pengetahuan dan cepat sekali menangkap pelajaran. dapat diambil informasi kalau Siddharta adalah anak yang cerdas. Tidakkah suhu merasa janggal seorang anak yang BRILIAN yang diberikan PENGETAHUAN oleh guru pribadi, tidak mengenal apa itu mati sakit dan tua??? sehingga siddharta baru mengetahuinya ketika bertanya pada kusir kudanya??
Teman-teman sekalian, mohon masukan untuk saya yang bingung:
Dalam ajaran Budha, tujuan akhir dari hidup ini seharusnya adalah Nibbana, keadaan ketika kita sudah bebas dari kemelekatan dan segala hal yang bersifat sementara (CMMIW).
Lalu mengapa Budha mengajarkan kita juga untuk hal bersifat duniawi, seperti yang saya baca id Anguttara Nikaya II 285 paragraph ke 1:
UTTHANASAMPADA: Rajin dan bersemangat dalam bekerja?
Kalau kelahiran saja sudah dianggap Dukha, mengapa juga kita harus rajin bekerja? mengapa tidak 'bekerjalah alakadarnya saja, sebatas agar kita dapat menghindari penderitaan kelaparan?
Kalau boleh saya juga ingin bertanya pada teman-teman:
Apakah tujuan hidup dari teman-teman? dan bagaimana teman-teman mengaitkannya dengan tujuan akhir yang adalah Nibbana?
Terimakasih sebelumnya,
Ibro.
Teman-teman sekalian, mohon masukan untuk saya yang bingung:
Dalam ajaran Budha, tujuan akhir dari hidup ini seharusnya adalah Nibbana, keadaan ketika kita sudah bebas dari kemelekatan dan segala hal yang bersifat sementara (CMMIW).
Lalu mengapa Budha mengajarkan kita juga untuk hal bersifat duniawi, seperti yang saya baca id Anguttara Nikaya II 285 paragraph ke 1:
UTTHANASAMPADA: Rajin dan bersemangat dalam bekerja?
Kalau kelahiran saja sudah dianggap Dukha, mengapa juga kita harus rajin bekerja? mengapa tidak 'bekerjalah alakadarnya saja, sebatas agar kita dapat menghindari penderitaan kelaparan?
Kalau boleh saya juga ingin bertanya pada teman-teman:
Apakah tujuan hidup dari teman-teman? dan bagaimana teman-teman mengaitkannya dengan tujuan akhir yang adalah Nibbana?
Terimakasih sebelumnya,
Ibro.
Teman-teman sekalian, mohon masukan untuk saya yang bingung:Tujuan akhir dalam Buddhisme memang Nibbana/Nirvana, tapi tidak selalu ditargetkan ataupun otomatis tercapai dalam hidup ini.
Dalam ajaran Budha, tujuan akhir dari hidup ini seharusnya adalah Nibbana, keadaan ketika kita sudah bebas dari kemelekatan dan segala hal yang bersifat sementara (CMMIW).
Lalu mengapa Budha mengajarkan kita juga untuk hal bersifat duniawi, seperti yang saya baca id Anguttara Nikaya II 285 paragraph ke 1:Biasanya penghidupan dipisahkan menjadi 2 jenis: perumah-tangga yang masih menikmati kenikmatan indriah dan petapa yang telah meninggalkan keduniawian.
UTTHANASAMPADA: Rajin dan bersemangat dalam bekerja?
Kalau kelahiran saja sudah dianggap Dukha, mengapa juga kita harus rajin bekerja?Kelahiran sebagai dukkha adalah satu hal, tidak berhubungan dengan seseorang rajin/malas bekerja. Konteks di sini adalah agar seseorang bisa hidup di dunia dengan bahagia, maka kualitas kerajinan ini dibutuhkan.
mengapa tidak 'bekerjalah alakadarnya saja, sebatas agar kita dapat menghindari penderitaan kelaparan?"Ala kadarnya" setiap orang itu berbeda. Tidak semua orang hidup hanya berfokus pada 'cukup makan'. Ada juga yang bekerja giat demi keluarga, demi membantu orang lain, atau memenuhi ambisi, dll. Jadi kembali lagi ini kembali pada pola pikir masing-masing saja, seberapa definisi "cukup" bagi dirinya sendiri.