BAB V
TENTANG JALAN MENUJU
PANTAI SEBERANG
3. PERTANYAAN PUNNAKA
Siswa brahmana Punnaka adalah penanya berikutnya:
1. 'Saya datang,' katanya, 'untuk mengajukan pertanyaan mengenai orang yang tanpa nafsu, orang yang, memiliki penglihatan yang berakar dalam. Yang Mulia, saya mohon penjelasan, mengapa para bijaksana di dunia, para brahmana, para penguasa dan lain-lain, selalu memberikan persembahan kepada para dewa?'
2. 'Orang-orang itu,' kata Sang Buddha, 'selalu memberikan persembahan kepada para dewa, karena sementara bertambah tua mereka ingin mempertahankan kehidupan mereka seperti dahulu.'
3. 'Tetapi, Yang Mulia,' kata Punnaka, 'dengan melakukan semua persembahan yang khidmat ini, apakah mereka akan pernah melampaui usia tua dan kelahiran?'
4. 'Doa-doa mereka,' kata Sang Buddha, 'puji-pujian, persembahan dan aspirasi mereka semuanya dibuat atas dasar ingin memiliki, ingin ganjaran: Mereka merindukan kenikmatan sensual. Orang-orang, para ahli dalam persembahan ini, bersuka ria di dalam nafsu untuk dumadi (menjadi). Orang-orang ini tidak dapat melampaui usia tua dan kelahiran.'
5. 'Engkau harus menjelaskan hal ini, Yang Mulia,' kata Punnaka. Jika semua persembahan yang diberikan para ahli itu tidak dapat membawa mereka menyeberangi usia tua dan kelahiran, siapakah di antara manusia, di antara para dewa yang telah pernah berhasil melampauinya?'
6. 'Ketika seseorang telah memeriksa dunia dari atas sampai bawah,' jawab Sang Buddha, jika tidak ada apa pun di dunia ini yang menimbulkan percikan gejolak, maka dia telah menjadi manusia yang bebas dari asap, getaran dan kelaparan nafsu. Dia telah menjadi tenang. Dia telah melampaui usia tua; dia telah melampaui kelahiran.'
Sutta diatas bagaimana menurut mahayanis? soalnya mahayanis dewanya banyak khan
Penghormatan kepada dewa dalam Mahayana tetap dalam koridor sekedar penghormatan, bukan objek perlindungan. Mahayana juga mengajarkan jalan utk menyeberangi usia tua dan kelahiran.
JIka kuatir mengalami pandangan salah, ya tentu harus memberi wejangan2 dan penjelasan. Memangnya dalam praktik Mahayana tidak melakukan itu?
Lagipula jika menilik kembali pada Sutta, Sang Buddha saja tidak mengajar jalan utk menyeberangi usia tua dan kelahiran kepada Brahmana Sigalovada, malahan hanya mengajarkan bagaimana memberi persembahan ke 6 arah.
"Ibu dan ayah adalah arah timur,
Dan guru-guru adalah arah selatan
Istri den anak-anak adalah arah barat,
Dan sahabat-sahabat serta sanak keluarga adalah arah utara;
Para pelayan dan karyawan adalah arah bawah
Dan arah atas adalah para pertapa dan brahmana
Semua arah ini harus disembah oleh orang yang
Pantas menjabat sebagai kepala keluarga dalam warganya."
Pada kenyataannya sekarang tidak sedikit juga yg berpegang pada Sigalovada sutta dan alhasil sibuk melakukan karma baik yang bukan mengarah pada berakhirnya usia tua dan kelahiran, melainkan berharap sukur2 terlahir di alam dewa saja. Kalo dihitung2, itu gak jauh beda mengajar orang utk tetap berada dalam lingkup samsara. Dengan kata lain Sigalovada Sutta berseberangan toh dengan pertanyaan Punnaka dalam Khuddaka Nikaya ini, yakni tidak membawa orang utk melampaui usia tua dan kelahiran.