TANGGAPAN TERPADU UNTUK XUVIE (part II)
Keterangan: Kata-kata di dalam kurung siku [] adalah tanggapan saya.
Kata-kata di luar kurung siku adalah tanggapan Xuvie sebelumnya.
=======================================================================
Tidak jelas. Postingan rekan non Mahayana yg manakah yg dimaksud di sini? Tolong kutipkan agar kita bisa melihat jelas, sertakan sumber dg jelas, tdk perlu 'rekan non-Mahayana' krn itu bisa berarti banyak orang.
Sebelum parinibbana, apakah itu setelah nibbana atau belum? Lebih spesifik tolong..
[Baik saya tanyakan:
1.Kondisi sebelum nibanna
2.Kondisi setelah nibanna
3.Kondisi sebelum parinibanna
4.Kondisi setelah parinibanna
Sudah cukup spesifik khan.
Sejauh yg saya tangkap dr mksd Bro Upasaka adl bahwa Bro Upasaka mengatakan bahwa 'Kalau saya uraikan seperti itu, rasanya penjelasan Nibbana versi Theravada bukan "di luar konsep" kan?'
Dlm hal ini, perhatikan makna tertulis maupun yg tersirat. Saya melihat bahwa Bro Upasaka hanya mencoba utk memberi pengertian yg lebih jelas, krn sebelumnya Anda selalu bersikeras bahwa penjelasan saya ttg 'di luar konsep' terlalu kabur. Karenanya, sedikit berkompromi, Bro Upasaka hanya mencoba menjelaskan secara lebih detil. Dan dia semata menulis 'rasanya' bukan bahwa penjelasan Nibbana Theravadin 'bukan di luar konsep'
[Memangnya penjelasan mengenai nibanna boleh dikompromikan? Kedua, mana yang benar nibanna berada “di luar konsep” atau “bukan di luar konsep”? Tolong berikan jawaban yang jelas. Katanya tidak mungkin dua-duanya benar (sesuai logika Anda sendiri].
===============================================================
Seperti orang yg ditanya pohon mangga menjelaskan pohon sukun.
[Saat satu jari menunjuk pada orang lain, keempat jari ternyata menunjuk pada diri sendiri].
================================================
Demikianlah Anda tidak menjawab pertanyaan yg dilontarkan melainkan dng mengadu antara jawaban kaum non-Mahayanis dan kembali bertanya.
Itukah arti diskusi bagi Anda? Terus terang, saya tidak akan melanjutkan lebih jauh lagi apabila hal yg sama berkelanjutan.
[Mengapa juga Anda mengadu antara kanon Mahayana dan Pali? Jika Anda berhenti mengadu. Saya juga berhenti. Prinsipnya: “Anda jual kami beli” Bagi saya sesungguhnya kanon Mahayana atau Pali itu tidak pantas diadu. Kedua-duanya adalah harta permata Buddhadharma yang agung. Mendingan praktikkan saja apa yang Anda anggap baik, tanpa perlu mengkritisi aliran lain].
================================================================
Anda terlalu detil & perhatian pd kata2 dr lawan bicara. Sehingga sedikit kesalahan spt 'menuntut' dan 'ingin' yg di atas langsung digembar-gemborkan. Tentunya Anda bisa memaklumi sedikit kesalahan sebagaimana yg Bro Upasaka tulis, kan? Dan bukankah ada dikatakan dlm sutra sesepuh Anda bahwa 'jangan melihat jari, tetapi lihatlah bulan'
Jd jangan terlalu meributkan hal2 sepele dlm tulisan kaum Non-Mahayanis, lihatlah hal yg dimaksud dlm tulisan tsb.
[Lho... ga bisa gitu donk. Bagi Anda itu sepele atau kesalah kecil, lha bagi saya itu sungguh esensial kok. Gimana donk jadinya? Kedua, pelajaran yang dapat ditarik adalah jangan remehkan hal-hal kecil. Ketiga, apa yang Anda anggap remeh belum tentu demikian pula menurut orang lain].
================================================================
Pernah mendengar pepatah 'menepuk air di dulang, tepercik muka sendiri jua?'
Bukannya Sutta non-mahayanis pun diakui sebagai bagian dr kitab Mahayana, sebagai Agama Sutra. Benar kan? Tolong dijawab benar atau tidak saja.
[Saya jawab dengan tegas “BENAR.”]
================================================================
Umm.. Apakah ini juga termuat dlm Sutta/Sutra?
[Termuat pada sutra atau tidak, tetapi yang pasti ajaran itu bermanfaat. Memang cara membuat telur dadar juga dimuat dalam Sutra atau Sutta ya? Ga mesti semua yang baik itu harus termuat dalam sutra atau sutta]
===========================================================
Hello.. Para guru abhidhamma.. Adakah krn kucing dibunuh utk tujuan kebaikan maka dipastikan kucing akan terlahir di alam lebih baik? Bukankah setiap mahluk mewarisi kammanya tersendiri?
Bukannya krn kucing mati menderita, menolak saat akan dibunuh, maka akan terlahir sekali lagi ke alam menderita? Itu logikanya bukan?
Apa tuh namanya kamma yg berdasar pd pikiran terakhir sebelum meninggal yg menentukan kelahiran kembali ke alam mana.
[But, jangan lupa di dalam Mahayana, para guru yang telah mencapai realisasi punya kemampuan untuk melakukan pelimpahan jasa sehingga suatu makhluk bisa terlahir di alam yang lebih baik. Bhikshu itu adalah guru Zen, tentunya ia punya pertimbangan2 tertentu dalam membunuh kucing itu. Bisa juga ia tahu konsekuensi karmanya dan lebih rela menanggung hal itu, sehingga para muridnya tercerahi. Sekali lagi banyak pertimbangan dan kemungkinannya. Anda mengungkapkan pandangan secara non Mahayanis. Di sini sebagai pengimbang saya mengungkapkan pandangan Mahayanis.]
============================================================
Ttg mujizat. Ya bisa dibandingkan. Utk membaca satu sutra Mahayana sebelumnya, kadang kita harus membaca terlebih dahulu keagungan2, mujizat2 yg dpt dilakukan Sang Buddha, yg terkesan 'Wow' tetapi bagi saya, cukup membosankan. Bandingkan dg penjelasan Sang Buddha ttg mujizat di sutta Theravada yg kebanyakan hanya menjelaskan apa adanya ttg panca abhinna yg dpt diperoleh lewat samadhi.
Seperti lazimnya kita ketemukan di setiap sutra Mahayana, ttg kemampuan Buddha & para Bodhisattva utk muncul ke alam manusia dan sekali membabarkan dhamma, berkoti2 mahluk diselamatkan, bla bla bla.. Toh ampe umur segini hari ini belum kedengaran ada 1 pun yg nongol di dekat rumah saya. Yg sering mah kedatangan ustad atau ulama. Apa para Buddha dan Bodhisattva menyamar dlm bentuk ustad dan ulama??
Bandingkan dg cerita mujizat di Theravada, memang ada bbrp. Tp tidak terlalu banyak dibandingkan dg yg Mahayana. Tentu saja tidak saya hitung brp banyak scr pasti. Berhubung saya bukan orang yg kurang kerjaan. Dan terutama krn saya kekurangan bahan. Berbeda dg Anda yg gudang ilmu, pemilik 1000 buku dan risalah buddhis. Bagaimana jika pd waktu senggang, dihitung brp perbandingan mujizat yg ada antar Sutta Theravada dg Sutra Mahayana+Agama Sutra?
Memang, tolok ukur utk itu sendiri bersifat subjektif. Jadi tidak perlu dibahas berkepanjangan.
Krn seperti yg pernah saya katakan, FYI, saya tidak terlalu terkesan dan meyakini dng cerita2 tsb. Dan andaipun ada, dlm Sutta Theravada tafsir-menafsirnya lebih rasional dibandingkan dg maaf.. Mahayana, sejauh yg pernah saya baca. Mungkin saja ada sutta Mahayana yg rasional, krn belum ketemu, maka di sinilah saya bertanya pd Anda sekalian para sesepuh Mahayana. Bukannya utk balik ditanya.
[Lagi-lagi sangat subyektif. Tanggapannya tidak terlalu bermutu untuk terlalu banyak saya tanggapi. Saya cuma mau bilang “rasional” dan “tidak rasional” itu sangat subyektif. Karena sesuai dengan selera Anda, maka Anda bilang “rasional” kalau tidak ya Anda bilang “tidak rasional.” Sekali lagi celotehan seperti di atas tidak ada artinya bagi saya. Lagian apakah dalam hidup Anda, Anda tidak pernah mendapatkan pertolongan orang lain? Nah orang yang menolong Anda itu boleh dikatakan sebagai “bodhisattva.” Setidaknya demikian menurut Mahayana. Jadi kita disarankan untuk saling menjadi “bodhisattva” bagi sesama kita. Dengan demikian dunia jadi indah. Rasional ga filsafat Mahayana yang ini?]
Amiduofo,
Tan