wah, saya telat masuk di thread ini,
masih bisa nanya nggak?
kalau saya liat ada beberapa postingan dari teman2di forum berbicara soal
kebenaran sejati dan nibbana,
bisa dijelaskan dalam agama budha?
tks.
Nibbana adalah hilanganya Dosa,lobha dan Moha (kebencian, keserakahan dan kebodohan batin), punca penderitaan kita adalah dikarenakan oleh kemelekatan(attachment), jadi hanya dengan menghilangkan kemelekatan maka kita akan mencapai ketenangan sejati yg dipanggil Nibbana.
Kemelekatan terlahir dari Dosa, lobha dan Moha..
CMIIW
salam,
Christ
saat menyadari dan terbebasnya dari kesalahan pandangan dan memelekatan kepada kewujudan ciri diri yang palsu (yang memiliki sifat yang disebut tilakhana, sifat duniawi), seseorang dapat mengetahui dan menyelami pengetahuan dan mencapai realisasi Nibanna.
Saat seseorang mencapai realisasi Nibanna, saat itu seseorang menyadari/mengetahui kebenaran sejati, kedemikianan, kewajaran, kemurnian True self (sumber) kehidupannya yang sejati.
ada yang mencapai pengetahuan kebijaksanaan tetapi belum mencapai realisasi Nibanna, itu yang dibilang guru Buddha sifatnya masih berspekulasi.
tapi ada yang memiliki banyak pengetahuan tetapi belum mengalaminya, itu yang disebut hanya sebatas teori (omdo).
Saya tanya sekali lagi, apa anda sudah tercerahkan atau masih spekulasi? atau hanya omdo? atau anda sudah mencicipi Nibbana seperti Bapak Hudoyo?
kan... ai sudah bilang hanya berbagi informasi. (seperti yang anda tulis urutannya the real truth, masih spekulasi dan juga termasuk omdo.)
Omong-omong kata 'mencicipi Nibanna', pengalaman realisasi Nibanna bukan seperti orang makan icip-icip setelah itu dibilang gak lagi makan (tindakannya). Tetapi seperti orang makan dilihat dari pengalaman rasanya. Sekali merasakan, seterusnya melekat pengetahuan itu.
Klo dibilang icip-icip, lalu hilang atau katanya seperti ini atau itu, tetapi seperti orang lupa tidak dapat meraih lagi alias dibilang pernah menyicipi tapi tidak dapat mencapainya lagi alias tidak berada dalam kebijaksanaan pencapaian itu lagi, itu sih namanya (masih) spekulasi sendiri.
Lihat kutipan saya yang saya huruf birui dan tebalkan. Mereka sudah mengetahui yang asli/sifat kesejatian (Udanna VIII.3, sunya), dapat melihat dan membedakan yang palsu (yang berkondisi, bersifat tilakhana) dengan yang sejati (Udanna VIII.3), meskipun mereka hidup didalam kesemetaraan tubuh dan dunia fana (yang berkondisi, bersifat tilakhana).