//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - mitta

Pages: 1 [2] 3 4
16
DhammaCitta Press / Re: Request Buku DC Press
« on: 02 January 2012, 06:15:24 PM »

samyutta nikaya nya masih ada?
kalo ada request satu donk..

alamat nya :
wanto ( Tax Accounting )
d/a PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry
Jl. Ir H Juanda No. 14 Simpang III Sipin, Kotabaru - Jambi 36126
Telp. 0742 51051 Ext. 6411

Terima Kasih..
 _/\_

17
Quote

50 Māratajjanīya Sutta
Teguran kepada Māra

 [332] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika, Yang Mulia Mahā Moggallāna sedang menetap di negeri Bhagga di Suṁsumāragira di Hutan Bhesakaḷā, di Taman Rusa.

2. Pada saat itu, Yang Mulia Mahā Moggallāna sedang berjalan mondar-mandir di ruang terbuka. Dan pada saat itu, Māra Si Jahat masuk ke dalam perut Yang Mulia Mahā Moggallāna dan memasuki ususnya. Kemudian, Yang Mulia Mahā Moggallāna mempertimbangkan: “Mengapa perutku menjadi sangat berat? Seseorang akan berpikir bahwa perutku penuh kacang.” Demikianlah ia meninggalkan jalan setapak itu dan memasuki kediamannya, di mana ia duduk di tempat yang telah tersedia.

3. Ketika ia telah duduk, ia mengerahkan perhatian penuh pada dirinya, dan melihat bahwa Māra si Jahat telah memasuki perutnya dan masuk ke dalam ususnya. Ketika ia melihat ini, ia berkata: “Keluarlah, Yang Jahat! Jangan mengganggu Sang Tathāgata, jangan menganggu siswa Sang Tathāgata, atau hal ini akan membawamu ke dalam bahaya dan penderitaan untuk waktu yang lama.”

4. Kemudian Māra si Jahat berpikir: "Petapa ini tidak mengenali aku, ia tidak melihat aku ketika ia mengatakan itu. Bahkan gurunya tidak akan mengenaliku begitu cepat, bagaimana mungkin siswa ini mengenaliku?"

5. Kemudian, Yang Mulia Mahā Moggallāna berkata: “Meskipun demikian, aku mengenalimu, Yang Jahat. Jangan berpikir: ‘Ia tidak mengenaliku'. Engkau adalah Māra, si Jahat, engkau berpikir: 'Petapa ini tidak mengenali aku, ia tidak melihat aku ketika ia mengatakan itu. Bahkan gurunya tidak akan mengenaliku begitu cepat, bagaimana mungkin siswa ini mengenaliku?’”

6. Kemudian Māra si Jahat berpikir: “[ ]Petapa ini mengenali aku, ia melihat aku ketika ia mengatakan itu,” kemudian ia [333] keluar dari mulut Yang Mulia Mahā Moggallāna dan berdiri dengan bersandar pada tiang pintu.

7. Yang Mulia Mahā Moggallāna melihatnya berdiri di sana dan berkata: “Aku melihat engkau di sana juga, Yang Jahat. Jangan berpikir: ‘Ia tidak melihatku'. Engkau sedang berdiri bersandar pada tiang pintu, Yang Jahat.

8. “Pernah terjadi suatu ketika, Yang Jahat, aku adalah Māra bernama Dūsi,  dan aku memiliki saudara perempuan bernama Kāli. Engkau adalah puteranya, maka engkau adalah keponakanku.

9. “Pada saat itu Sang Bhagavā Kakusandha, yang sempurna dan tercerahkan sempurna, telah muncul di dunia.  Sang Bhagavā Kakusandha, yang sempurna dan tercerahkan sempurna, memiliki sepasang siswa utama yang mulia bernama Vidhura dan Sañjiva. Di antara para siswa Sang Bhagavā Kakusandha, yang sempurna dan tercerahkan sempurna, tidak ada yang menandingi Yang Mulia Vidhura dalam hal mengajarkan Dhamma. Itulah sebabnya Yang Mulia Vidhura memperoleh nama ‘Vidhura'.  Tetapi Yang Mulia Sañjiva, pergi ke hutan, atau ke bawah pohon, atau ke gubuk kosong, tanpa kesulitan masuk ke dalam lenyapnya persepsi dan perasaan.

10. “Pernah terjadi pada suatu ketika, Yang Mulia Sañjiva telah duduk di bawah sebatang pohon dan memasuki lenyapnya persepsi dan perasaan. Beberapa orang penggembala sapi, penggembala kambing, pembajak sawah, dan pengembara melihat Yang Mulia Sañjiva sedang duduk di bawah pohon setelah memasuki lenyapnya persepsi dan perasaan, dan mereka berpikir: ‘Sungguh mengagumkan, tuan-tuan, sungguh menakjubkan! Petapa ini mati sambil duduk. Mari kita mengkremasinya'. Kemudian para penggembala sapi, penggembala kambing, pembajak sawah, dan pengembara itu mengumpulkan rumput, kayu, dan kotoran sapi, dan setelah menumpuknya di atas tubuh Yang Mulia Sañjiva, mereka membakarnya dan pergi.

11.  “Sekarang, Yang Jahat, ketika malam telah berlalu, Yang Mulia Sañjiva keluar dari pencapaian itu.  Ia mengibaskan jubahnya, karena hari telah pagi, ia merapikan jubah, dan membawa mangkuk dan jubah luarnya, ia memasuki desa untuk menerima dana makanan. Para penggembala sapi, penggembala kambing, pembajak sawah, dan pengembara melihat Yang Mulia Sañjiva berjalan menerima dana makanan, dan mereka berpikir: ‘Sungguh mengagumkan, tuan-tuan, sungguh menakjubkan! Petapa ini yang mati sambil duduk telah hidup kembali!’ [334] Itulah sebabnya Yang Mulia Sañjiva memperoleh nama ‘Sañjiva'.

12. “Kemudian, Yang Jahat, Māra Dūsi mempertimbangkan: ‘terdapat para bhikkhu bermoral dan berkarakter baik ini, tetapi aku tidak mengetahui kedatangan dan kepergian mereka. Aku akan menguasai para brahmana perumah tangga, dengan mengatakan kepada mereka: “Marilah, caci, maki, cela, dan godalah para bhikkhu bermoral dan berkarakter baik; dan mungkin ketika mereka dicaci, dimaki, dicela, dan digoda oleh kalian, beberapa perubahan akan terjadi dalam pikiran mereka di mana Māra Dūsi akan memperoleh kesempatan.”’

13. “Kemudian, Yang Jahat, Māra Dūsi menguasai para brahmana perumah tangga, dengan mengatakan kepada mereka: 'Marilah, caci, maki, cela, dan godalah para bhikkhu bermoral dan berkarakter baik; dan mungkin ketika mereka dicaci, dimaki, dicela, dan digoda oleh kalian, beberapa perubahan akan terjadi dalam pikiran mereka di mana Māra Dūsi akan memperoleh kesempatan'. Kemudian, ketika Māra Dūsi telah menguasai para brahmana perumah tangga, mereka mencaci, memaki, mencela, dan menggoda para bhikkhu bermoral dan berkarakter baik sebagai berikut:  ‘Para petapa berkepala gundul ini, budak-budak berkulit gelap keturunan kaki Leluhur,[ ] mengaku: “Kami adalah meditator, kami adalah meditator!” dan dengan bahu membungkuk, kepala menunduk, dan seluruh tubuh lemas, mereka bermeditasi, bersiap-siap bermeditasi, keluar dari meditasi, dan bermeditasi salah.  Seperti halnya seekor burung hantu yang menghinggapi sebuah dahan menunggu sekor tikus, bermeditasi, bersiap-siap bermeditasi, keluar dari meditasi, dan bermeditasi salah, atau seperti halnya seekor serigala di tepi sungai menunggu ikan,  bermeditasi, bersiap-siap bermeditasi, keluar dari meditasi, dan bermeditasi salah, atau seperti halnya seekor kucing, menunggu seekor tikus di lorong, atau saluran pembuangan, atau tempat sampah, bermeditasi, bersiap-siap bermeditasi, keluar dari meditasi, dan bermeditasi salah, atau seperti halnya seekor keledai yang tanpa beban, berdiri di dekat tiang pintu, atau tempat sampah, atau saluran pembuangan, bermeditasi, bersiap-siap bermeditasi, keluar dari meditasi, dan bermeditasi salah, demikian pula, para petapa berkepala gundul ini, budak-budak berkulit gelap keturunan kaki Leluhur, mengaku: “Kami adalah meditator, kami adalah meditator!” dan dengan bahu membungkuk, kepala menunduk, dan seluruh tubuh lemas, mereka bermeditasi, bersiap-siap bermeditasi, keluar dari meditasi, dan bermeditasi salah'. [ ]Sekarang, Yang Jahat, pada masa itu sebagian besar manusia, ketika mati, muncul kembali setelah hancurnya jasmani, setelah kematian, dalam kondisi buruk, di alam yang tidak bahagia, dalam kesengsaraan, bahkan di neraka. [335]

14. “Kemudian Sang Bhagavā Kakusandha, yang sempurna dan tercerahkan sempurna, berkata kepada para bhikkhu sebagai berikut: ‘Para bhikkhu, Māra Dūsi telah menguasai para brahmana perumah tangga dengan mengatakan kepada mereka: “Marilah, caci, maki, cela, dan godalah para bhikkhu bermoral dan berkarakter baik; dan mungkin ketika mereka dicaci, dimaki, dicela, dan digoda oleh kalian, beberapa perubahan akan terjadi dalam pikiran mereka, di mana Māra Dūsi akan memperoleh kesempatan". Ayo, para bhikkhu, berdiamlah dengan meliputi satu arah dengan pikiran yang penuh cinta kasih, demikian pula dengan arah ke dua, demikian pula dengan arah ke tiga, demikian pula dengan arah ke empat; ke atas, ke bawah, ke sekeliling, dan ke segala penjuru, dan kepada semua makhluk seperti kepada diri kalian sendiri, berdiamlah dengan meliputi seluruh dunia dengan pikiran penuh cinta kasih, berlimpah, luhur, tanpa batas, tanpa kekejaman dan tanpa niat buruk. Berdiamlah dengan meliputi satu arah dengan pikiran penuh belas kasihan … dengan pikiran penuh dengan kegembiraan altruistik … dengan pikiran penuh dengan keseimbangan … berlimpah, luhur, tanpa batas, tanpa kekejaman dan tanpa niat buruk'.

15. "Maka, Yang Jahat, ketika para bhikkhu itu telah dinasihati dan diberi instruksi oleh Sang Bhagavā Kakusandha, yang sempurna dan tercerahkan sempurna, kemudian, pergi ke hutan, atau ke bawah pohon, atau ke gubuk kosong, mereka berdiam dengan meliputi satu arah dengan pikiran yang penuh dengan cinta kasih … dengan pikiran yang penuh dengan belas kasihan … dengan pikiran yang penuh dengan kegembiraan altruistik … dengan pikiran yang penuh dengan keseimbangan … tanpa kekejaman dan tanpa niat buruk.

16. “Kemudian, siYang Jahat, Māra Dūsi mempertimbangkan sebagai berikut: ‘Walaupun aku melakukan seperti apa yang sedang kulakukan, namun aku masih tidak mengetahui kedatangan dan kepergian para bhikkhu bermoral dan berkarakter baik ini. Aku akan menguasai para brahmana perumah tangga, dengan mengatakan kepada mereka: “Marilah sekarang, hormati, hargai, sembah, dan muliakanlah para bhikkhu bermoral dan berkarakter baik; [336] dan mungkin, ketika mereka dihormati, dihargai, disembah, dan dimuliakan oleh kalian, beberapa perubahan akan terjadi dalam pikiran mereka di mana Māra Dūsi akan memperoleh kesempatan.”’

17. “Kemudian, Yang Jahat, Māra Dūsi menguasai para brahmana perumah tangga, dengan mengatakan kepada mereka: ‘Marilah sekarang, hormati, hargai, sembah, dan muliakanlah para bhikkhu bermoral dan berkarakter baik; dan mungkin, ketika mereka dihormati, dihargai, disembah, dan dimuliakan oleh kalian, beberapa perubahan akan terjadi dalam pikiran mereka di mana Māra Dūsi akan memperoleh kesempatan'. Kemudian, ketika Māra Dūsi telah menguasai para brahmana perumah tangga, mereka menghormati, menghargai, menyembah, dan memuliakan para bhikkhu bermoral dan berkarakter baik itu. Sekarang, Yang Jahat, pada masa itu sebagian besar manusia, ketika mati, muncul kembali setelah hancurnya jasmani, setelah kematian, dalam kondisi bahagia, bahkan di alam surga.

18. “Kemudian Sang Bhagavā Kakusandha, yang sempurna dan tercerahkan sempurna, berkata kepada para bhikkhu sebagai berikut: ‘Para bhikkhu, Māra Dūsi telah menguasai para brahmana perumah tangga dengan mengatakan kepada mereka: “Marilah sekarang, hormati, hargai, sembah, dan muliakanlah para bhikkhu bermoral dan berkarakter baik; dan mungkin, ketika mereka dihormati, dihargai, disembah, dan dimuliakan oleh kalian, beberapa perubahan akan terjadi dalam pikiran mereka di mana Māra Dūsi akan memperoleh kesempatan". Ayo, para bhikkhu, berdiamlah dengan merenungkan kejijikan dalam jasmani, melihat kejijikan dalam makanan, merasakan kekecewaan terhadap segalanya di dunia, merenungkan ketidak-kekalan dalam segala bentukan'.

19. "Maka, Yang Jahat, ketika para bhikkhu itu telah dinasihati dan diberi instruksi oleh Sang Bhagavā Kakusandha, yang sempurna dan tercerahkan sempurna, kemudian, pergi ke hutan, atau ke bawah pohon, atau ke gubuk kosong, mereka berdiam dengan merenungkan kejijikan dalam jasmani, melihat kejijikan dalam makanan, merasakan kekecewaan terhadap segalanya di dunia, merenungkan ketidak-kekalan dalam segala bentukan.

20. “Kemudian, pada pagi harinya, Sang Bhagavā Kakusandha, yang sempurna dan tercerahkan sempurna, merapikan jubah, dan dengan membawa mangkuk dan jubah luarnya, ia pergi ke desa untuk menerima dana makanan, dengan Yang Mulia Vidhura sebagai pelayan-Nya.

21. “Kemudian, Māra Dūsi menguasai seorang anak, dan dengan mengambil sebutir batu, ia melempar Yang Mulia Vidhura di kepalanya dengan batu itu dan melukai kepalanya. Dengan darah menetes dari kepalanya yang terluka, [337] Yang Mulia Vidhura mengikuti persis di belakang Sang Bhagavā Kakusandha yang sempurna dan tercerahkan sempurna. Kemudian, Sang Bhagavā Kakusandha yang sempurna dan tercerahkan sempurna, berbalik dan melihatnya dengan tatapan gajah: ‘Māra Dūsi ini tidak mengenal batas'. Dan dengan tatapan itu, siYang Jahat, Māra Dūsi jatuh dari tempat itu dan muncul kembali di Neraka Besar.

22. “Sekarang, Yang Jahat, ada tiga sebutan bagi Neraka Besar: Neraka Enam Landasan Kontak", Neraka Tusukan Tombak, dan Neraka yang Dirasakan Untuk Diri Sendiri. [ ]Kemudian, Yang Jahat, penjaga neraka mendatangiku dan berkata: ‘Tuan, ketika tombak bertemu tombak di jantungmu, maka engkau akan tahu: “Aku sudah terpanggang di neraka selama seribu tahun.”’

23. “Selama bertahun-tahun, Yang Jahat, selama berabad-abad, selama bermilenium-milenium, aku terpanggang di Neraka Besar. Selama sepuluh millenium aku terpanggang di Neraka Besar tambahan, mengalami perasaan yang disebut muncul dari kematangan.  Tubuhku berbentuk sama dengan tubuh manusia, Yang Jahat, tetapi kepalaku menyerupai kepala ikan.

24. [   ]“Bagaimanakah neraka dapat diperbandingkan
   Di mana Dūsi terpanggang, si penyerang
   Vidhura Sang Siswa
   Dan Brahmana Kakusandha?
   Tombak-tombak baja, bahkan berjumlah seratus,
   Masing-masing diderita secara terpisah;
   Dengan inilah neraka itu dapat diperbandingkan
   Di mana Dūsi terpanggang, si penyerang
   Vidhura Sang Siswa
   Dan Brahmana Kakusandha.

   Yang Gelap, engkau akan sangat menderita
   Dengan menyerang seorang bhikkhu demikian,
   Seorang siswa dari Yang Tercerahkan
   Yang secara langsung mengetahui fakta ini.

25. [   ]“Di tengah samudera
   Terdapat istana yang bertahan selama satu kappa,
   Bersinar safir, memancarkan api
   Dengan kilauan jernih dan tembus pandang,
   Di mana bidadari laut warna-warni menari
   Dalam irama yang rumit dan sulit diikuti

   Yang Gelap, engkau akan sangat menderita …
   Yang secara langsung mengetahui fakta ini.

26. [  ]“Aku adalah seorang yang, ketika dinasihati
   Oleh Yang Tercerahkan secara pribadi,
   Mengguncang Istana Ibu Migāra
   Dengan jari kaki, dengan disaksikan oleh Sangha.

   Yang Gelap, engkau akan sangat menderita …
   Yang secara langsung mengetahui fakta ini.

27. [   ]“Aku adalah seorang yang, secara kokoh mengerahkan
   Kekuatan batin,
   Mengguncang seluruh Istana Vejayanta
   Dengan jari kaki untuk mendorong para dewa:  [338]

   Yang Gelap, engkau akan sangat menderita …
   Yang secara langsung mengetahui fakta ini.

28. [  ]“Aku adalah seorang yang, di Istana itu
   Mengajukan pertanyaan ini kepada Sakka:
   ‘Tahukah engkau, teman, kebebasan
   Dalam hancurnya keinginan?’
   Yang mana Sakka menjawab
   Sesuai dengan pertanyaan yang diajukan kepadanya:

   Yang Gelap, engkau akan sangat menderita …
   Yang secara langsung mengetahui fakta ini.

29. [   ]“Aku adalah seorang yang, terpikir untuk mengajukan
   Pertanyaan ini kepada Brahmā
   Di Aula Suddhama di surga:
   ‘Masih adakah padamu, teman,
   Pandangan salah yang pernah engkau terima?
   Apakah engkau melihat cahaya
   Yang melampaui cahaya alam Brahmā?'
   Kemudian Brahmā menjawab pertanyaanku
   Dengan jujur dan sesuai urutan:
   ‘Tidak ada lagi padaku,
   Tuan, pandangan salah yang pernah kuanut;
   Sungguh aku melihat cahaya
   Yang melampaui cahaya alam Brahmā.
   Sekarang bagaimana mungkin aku mempertahankan
   Bahwa aku adalah kekal dan abadi?’:

   Yang Gelap, engkau akan sangat menderita …
   Yang secara langsung mengetahui fakta ini.

30. [   ]“Aku adalah seorang yang, dengan kebebasan,
   Telah menyentuh puncak Gunung Sineru,
   Mengunjungi hutan Pubbavidehi
   Dan manusia manapun yang mendiami bumi.

   Yang Gelap, engkau akan sangat menderita
   Dengan menyerang seorang bhikkhu demikian,
   Seorang siswa dari Yang Tercerahkan
   Yang secara langsung mengetahui fakta ini.


31. [   ]“Tidak pernah ada api
   Yang berniat, ‘aku akan membakar si dungu'.
   Tetapi si dungu yang menyerang api
   Membakar dirinya dengan perbuatannya sendiri
   Demikian pula engkau, O Māra:
   Dengan menyerang Sang Tathāgata,
   Bagaikan si dungu yang bermain api
   Engkau hanya akan membakar dirimu sendiri.
   Dengan menyerang Sang Tathāgata,
   Engkau menghasilkan banyak keburukan.
   Yang Jahat, apakah engkau membayangkan
   Bahwa kejahatanmu tidak akan matang?
   Dengan melakukan demikian, engkau menimbun kejahatan
   Yang akan bertahan lama, O Pembuat-Akhir!
   Māra, menjauhlah dari Yang Tercerahkan,
   Jangan lagi memainkan tipuanmu pada para bhikkhu.”

[   ]Demikianlah, Bhikkhu itu menyadarkan Māra, dalam belantara Bhesakaḷā. Kemudian, makhluk gelap itu, lenyap di sana pada saat itu juga.

CMIIW

18
Hobi dan Kegiatan Ektrakulikuler / Re: Lotus *Bukan teratai*
« on: 19 August 2010, 07:54:12 AM »
[at] Ko Medho...
biji lotusnya ud diterima...
thanks ya...

saatnya perjuangan dimulai.. :)


19
Quote


48  Kosambiya Sutta
Orang-Orang Kosambi

1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang menetap di Kosambī, di Taman Ghosita.

 2. Pada saat itu, para bhikkhu di Kosambī bertengkar dan bercek-cok dan berselisih, saling menusuk satu sama lain dengan pedang ucapan. Mereka tidak dapat saling meyakinkan atau diyakinkan oleh yang lain; mereka tidak dapat saling membujuk atau dibujuk oleh yang lain.

3. Kemudian, [321] seorang bhikkhu menghadap Sang Bhagavā, dan setelah bersujud kepada Beliau, ia duduk di satu sisi dan memberitahu Beliau[ ] tentang apa yang sedang terjadi.

4. Kemudian, Sang Bhagavā memanggil seorang bhikkhu sebagai berikut: “Pergilah, bhikkhu, katakan kepada para bhikkhu itu atas nama-Ku bahwa Sang Guru memanggil mereka.” – “Baik, Yang Mulia,” ia menjawab, dan mendatangi para bhikkhu itu dan memberitahu mereka: “Sang Guru memanggil para mulia.”

“Baik, teman,” mereka menjawab, dan mereka menghadap Sang Bhagavā, dan setelah bersujud kepada Beliau, mereka duduk di satu sisi. Kemudian Sang Bhagavā bertanya kepada mereka: “Para bhikkhu, benarkah bahwa kalian telah bertengkar dan bercek-cok dan berselisih, saling menusuk satu sama lain dengan pedang ucapan. Bahwa kalian tidak dapat saling meyakinkan atau diyakinkan oleh yang lain; bahwa kalian tidak dapat saling membujuk atau dibujuk oleh yang lain?”

“Benar, Yang Mulia.”

5. “Para bhikkhu, bagaimana menurut kalian? Ketika kalian bertengkar dan bercek-cok dan berselisih, saling menusuk satu sama lain dengan pedang ucapan, apakah pada saat itu kalian memelihara perbuatan cinta kasih melalui jasmani, ucapan, dan pikiran secara terbuka dan secara pribadi terhadap teman-temanmu dalam kehidupan suci?”

“Tidak, Yang Mulia.”

“Demikianlah, para bhikkhu, ketika kalian bertengkar dan bercek-cok dan berselisih, saling menusuk satu sama lain dengan pedang ucapan, maka pada saat itu kalian tidak memelihara perbuatan cinta kasih melalui jasmani, ucapan, dan pikiran secara terbuka dan secara pribadi terhadap teman-temanmu dalam kehidupan suci. Orang-orang sesat, apakah yang mungkin dapat kalian ketahui, apakah yang dapat kalian lihat, sehingga kalian bertengkar dan bercek-cok dan berselisih, saling menusuk satu sama lain dengan pedang ucapan? Sehingga kalian tidak dapat saling meyakinkan atau diyakinkan oleh yang lain, sehingga kalian tidak dapat saling membujuk atau dibujuk oleh yang lain? Orang-orang sesat, hal ini akan menuntun menuju bencana dan penderitaan kalian, untuk waktu yang lama.”

6. Kemudian, Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu sebagai berikut: “Para bhikkhu, terdapat enam prinsip kerukunan yang menciptakan cinta kasih dan penghormatan dan berperan dalam kebersamaan, dalam tanpa-perselisihan, dalam kerukunan, dan dalam persatuan. Apakah enam ini?

“Di sini seorang bhikkhu memelihara perbuatan jasmani cinta kasih, baik secara terbuka maupun secara pribadi terhadap teman-temannya dalam kehidupan suci. Ini adalah prinsip kerukunan yang menciptakan cinta kasih dan penghormatan dan berperan dalam kebersamaan, dalam tanpa-perselisihan, dalam kerukunan, dan dalam persatuan.

“Kemudian, seorang bhikkhu memelihara perbuatan ucapan cinta kasih, baik secara terbuka maupun secara pribadi terhadap teman-temannya dalam kehidupan suci. Ini adalah prinsip kerukunan yang menciptakan cinta kasih dan penghormatan dan berperan dalam … persatuan.

“Kemudian, seorang bhikkhu memelihara perbuatan pikiran cinta kasih, baik secara terbuka maupun secara pribadi terhadap teman-temannya dalam kehidupan suci. Ini adalah prinsip kerukunan yang menciptakan cinta kasih dan penghormatan dan berperan dalam … persatuan.

“Kemudian, seorang bhikkhu menggunakan benda-benda bersama-sama dengan teman-teman baiknya dalam kehidupan suci; tanpa merasa keberatan, ia berbagi dengan mereka apapun jenis yang ia peroleh yang sesuai dengan Dhamma dan telah diperoleh dengan cara yang sesuai dengan Dhamma, bahkan termasuk isi mangkuknya. Ini adalah prinsip kerukunan yang menciptakan cinta kasih dan penghormatan dan berperan dalam … persatuan.

“Kemudian, seorang bhikkhu berdiam, baik di depan umum maupun di tempat pribadi, memiliki kesamaan dengan teman-temannya dalam kehidupan suci dalam hal moralitas yang tidak rusak, tidak robek, tidak berbintik, tidak bercoreng, membebaskan, dihargai oleh para bijaksana, tidak disalah-pahami, dan mendukung konsentrasi. Ini adalah prinsip kerukunan yang menciptakan cinta kasih dan penghormatan dan berperan dalam … persatuan.

“Kemudian, seorang bhikkhu berdiam, baik di depan umum maupun di tempat pribadi, memiliki kesamaan dengan teman-temannya dalam kehidupan suci dalam hal pandangan yang mulia dan membebaskan, dan menuntun seseorang yang mempraktikkan sesuai pandangan itu menuju kehancuran total penderitaan.  Ini adalah prinsip kerukunan yang menciptakan cinta kasih dan penghormatan dan berperan dalam kebersamaan, dalam tanpa-perselisihan, dalam kerukunan, dan dalam persatuan.

“Ini adalah enam prinsip kerukunan yang menciptakan cinta kasih dan penghormatan dan berperan dalam kebersamaan, dalam tanpa-perselisihan, dalam kerukunan, dan dalam persatuan.

7. “Di antara prinsip-prinsip kerukunan ini, yang tertinggi, yang paling luas, yang paling menentukan adalah pandangan yang mulia dan membebaskan, dan menuntun seseorang yang mempraktikkan sesuai pandangan itu menuju kehancuran total penderitaan ini. Seperti halnya yang tertinggi, yang paling luas, yang paling menentukan dari sebuah bangunan berkubah adalah kubahnya itu sendiri, demikian pula, [323] di antara enam prinsip kerukunan, yang tertinggi … adalah pandangan yang mulia dan membebaskan ….

8. “Dan, apakah pandangan yang mulia dan membebaskan, dan menuntun seseorang yang mempraktikkan sesuai pandangan itu menuju kehancuran total penderitaan ini?

“Di sini seorang bhikkhu, pergi ke hutan, atau ke bawah pohon, atau ke gubuk kosong, merenungkan sebagai berikut: ‘Adakah gangguan apapun yang belum ditinggalkan dalam diriku, yang dapat mengganggu pikiranku, sehingga aku tidak dapat mengetahui atau melihat segala sesuatu sebagaimana adanya?’ Jika seorang bhikkhu terganggu oleh nafsu indria, maka pikirannya terganggu. Jika ia terganggu oleh niat buruk, maka pikirannya terganggu. Jika ia terganggu oleh kelambanan dan ketumpulan, maka pikirannya terganggu. Jika ia terganggu oleh kegelisahan dan penyesalan, maka pikirannya terganggu. Jika ia terganggu oleh keragu-raguan, maka pikirannya terganggu. Jika seorang bhikkhu tenggelam dalam spekulasi sehubungan dengan dunia, maka pikirannya terganggu. Jika seorang bhikkhu terlibat dalam pertengkaran, percek-cokan, dan perselisihan, saling menusuk satu sama lain dengan pedang ucapan, maka pikirannya terganggu.

“Ia memahami sebagai berikut: ‘Tidak ada gangguan yang belum ditinggalkan dalam diriku, yang dapat mengganggu pikiranku sehingga aku tidak dapat mengetahui atau melihat segala sesuatu sebagaimana adanya. Pikiranku siap untuk menembus kebenaran-kebenaran.’  Ini adalah pengetahuan pertama yang dicapai olehnya, yang mulia, melampaui duniawi, tidak dimiliki oleh orang-orang biasa.

9. “Kemudian, seorang siswa mulia merenungkan sebagai berikut: ‘Ketika aku mengejar, mengembangkan, dan melatih pandangan ini, apakah aku memperoleh ketenangan internal, apakah aku secara pribadi memperoleh ketenangan?’

“Ia memahami sebagai berikut: ‘Ketika aku mengejar, mengembangkan, dan melatih pandangan ini, aku memperoleh ketenangan internal, aku secara pribadi memperoleh ketenangan.’ Ini adalah pengetahuan ke dua yang dicapai olehnya, yang mulia, melampaui duniawi, tidak dimiliki oleh orang-orang biasa.

10. “Kemudian, seorang siswa mulia merenungkan sebagai berikut: ‘Adakah petapa atau brahmana lain di luar [Pengajaran Buddha] yang memiliki pandangan seperti yang kumiliki?’

“ia memahami sebagai berikut: ‘Tidak ada petapa atau brahmana lain di luar [Pengajaran Buddha] yang memiliki pandangan [324] seperti yang kumiliki.’ Ini adalah pengetahuan ke tiga yang dicapai olehnya, yang mulia, melampaui duniawi, tidak dimiliki oleh orang-orang biasa.

11. “Kemudian, seorang siswa mulia merenungkan sebagai berikut: ‘Apakah aku memiliki karakter  dari seorang yang berpandangan benar?’ Apakah karakter dari seorang yang berpandangan benar? Ini adalah karakter dari seorang yang berpandangan benar: walaupun ia mungkin melakukan beberapa jenis pelanggaran yang karenanya suatu cara rehabilitasi telah ditentukan,[ ] begitu ia mengaku, mengungkapkan, dan memberitahukan pelanggaran itu kepada guru atau kepada teman-temannya yang bijaksana dalam kehidupan suci, dan setelah melakukan hal itu, ia memasuki pengendalian di masa depan. Seperti halnya, seorang bayi muda dan lembut yang sedang berbaring seketika mundur ketika ia meletakkan tangan atau kakinya pada arang membara, demikian pula karakter seseorang yang berpandangan benar.

“Ia memahami sebagai berikut: ‘Aku memiliki karakter dari seorang yang berpandangan benar.’ Ini adalah pengetahuan ke empat yang dicapai olehnya, yang mulia, melampaui duniawi, tidak dimiliki oleh orang-orang biasa.

12. “Kemudian, seorang siswa mulia merenungkan sebagai berikut: ‘Apakah aku memiliki karakter dari seorang yang berpandangan benar?’ Apakah karakter dari seorang yang berpandangan benar? Ini adalah karakter dari seorang yang berpandangan benar: walaupun ia mungkin aktif dalam berbagai urusan menyangkut teman-temannya dalam kehidupan suci, namun ia memiliki perhatian kuat pada latihan moralitas yang lebih tinggi, latihan pikiran yang lebih tinggi, dan latihan kebijaksanaan yang lebih tinggi. Seperti halnya seekor sapi dengan anaknya yang baru lahir, sambil merumput, sapi itu juga mengawasi anaknya, demikian pula, itu adalah karakter dari seorang yang berpandangan benar.

“Ia memahami sebagai berikut: ‘Aku memiliki karakter dari seorang yang berpandangan benar.’ Ini adalah pengetahuan ke lima yang dicapai olehnya, yang mulia, melampaui duniawi, tidak dimiliki oleh orang-orang biasa.

13. “Kemudian, seorang siswa mulia merenungkan sebagai berikut: ‘Apakah aku memiliki kekuatan  dari seorang yang berpandangan benar?’ Apakah kekuatan dari seorang yang berpandangan benar? Ini adalah kekuatan dari seorang yang berpandangan benar: ketika Dhamma dan Disiplin yang dinyatakan oleh Sang Tathāgata sedang diajarkan, ia memperhatikannya, menekuninya dengan segenap pikirannya, mendengarkan Dhamma dengan sungguh-sungguh.

“Ia memahami sebagai berikut: ‘Aku memiliki kekuatan dari seorang yang berpandangan benar.’ Ini adalah pengetahuan ke enam yang dicapai olehnya, yang mulia, melampaui duniawi, tidak dimiliki oleh orang-orang biasa. [325]

14. “Kemudian, seorang siswa mulia merenungkan sebagai berikut: ‘Apakah aku memiliki kekuatan dari seorang yang berpandangan benar?’ Apakah kekuatan dari seorang yang berpandangan benar? Ini adalah kekuatan dari seorang yang berpandangan benar: ketika Dhamma dan Disiplin yang dinyatakan oleh Sang Tathāgata sedang diajarkan, ia memperoleh inspirasi dalam maknanya, memperoleh inspirasi dalam Dhamma, memperoleh kegembiraan sehubungan dengan Dhamma.

“Ia memahami sebagai berikut: ‘Aku memiliki kekuatan dari seorang yang berpandangan benar.’ Ini adalah pengetahuan ke tujuh yang dicapai olehnya, yang mulia, melampaui duniawi, tidak dimiliki oleh orang-orang biasa.

15. “Jika seorang siswa mulia memiliki tujuh faktor ini, maka ia telah dengan baik menemukan karakter bagi pencapaian Buah Memasuki-Arus. “Jika seorang siswa mulia memiliki tujuh faktor ini, maka ia memiliki Buah Memasuki-Arus.”

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Para bhikkhu merasa puas dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagavā.


CMIIW

20
Quote


49  Brahmanimantanika Sutta
Undangan Brahmā

[326] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Di sana, Beliau memanggil para bhikkhu: “Para bhikkhu.” – “Yang Mulia,” mereka menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

2. “Para bhikkhu, pada suatu ketika, Aku sedang menetap di Ukkaṭṭhā di Hutan Subhaga di bawah pohon sāla besar.  Pada saat itu, suatu pandangan sesat telah muncul pada Brahmā Baka sebagai berikut: ‘Ini kekal, ini bertahan selamanya, ini abadi, ini adalah keseluruhan, ini tidak tunduk pada kematian; karena tidak ada yang terlahir, atau menua, atau mati, atau meninggal dunia, atau muncul kembali, dan di luar ini tidak ada jalan membebaskan diri.’

3. “Dengan pikiran-Ku, Aku mengetahui pikiran Brahmā Baka, maka secepat seorang kuat merentangkan lengannya yang tertekuk atau menekuk lengannya yang terentang, Aku lenyap dari bawah pohon sāla besar di Hutan Subhaga di Ukkaṭṭhā dan muncul di alam-Brahmā. Dari jauh Brahmā Baka melihat kedatangan-Ku dan berkata: ‘Silahkan, Tuan! Selamat datang, Tuan! Telah lama, Tuan, sejak Engkau berkesempatan datang ke sini. Sekarang, Tuan, Ini kekal, ini bertahan selamanya, ini abadi, ini adalah keseluruhan, ini tidak tunduk pada kematian; karena tidak ada yang terlahir, atau menua, atau mati, atau meninggal dunia, atau muncul kembali, dan di luar ini tidak ada jalan membebaskan diri.’

4. “Ketika hal ini dikatakan, Aku memberitahu Brahmā Baka: ‘Brahmā Baka Yang Agung telah tergelincir dalam kebodohan; ia telah tergelincir dalam kebodohan sehingga ia mengatakan yang tidak kekal sebagai kekal, yang sementara sebagai bertahan selamanya, yang tidak abadi sebagai abadi, yang tidak lengkap sebagai keseluruhan, yang tunduk pada kematian sebagai tidak tunduk pada kematian, yang terlahir, menua, mati, meninggal dunia, dan muncul kembali sebagai tidak terlahir, juga tidak menua, juga tidak mati, juga tidak meninggal dunia, juga tidak muncul kembali; dan ketika ada jalan membebaskan diri dari hal-hal ini, ia mengatakan tidak ada jalan membebaskan diri.’

5. “Kemudian, Māra si Jahat menguasai salah satu anggota kelompok Brahmā,  dan ia berkata kepada-Ku: ‘Bhikkhu, bhikkhu, jangan mencelanya, jangan mencelanya; karena Brahmā ini adalah Brahmā Agung, [327] Maharaja, yang tidak terlampaui, memiliki penglihatan yang tidak mungkin keliru, maha kuasa, maha pembuat dan pencipta, ketuhanan yang tertinggi, Penguasa dan Ayah dari mereka yang ada dan yang akan ada. Sebelum Engkau, Bhikkhu, terdapat para petapa dan brahmana yang mencela tanah karena kejijikan pada tanah,[ ] yang mencela air karena kejijikan pada air, yang mencela api karena kejijikan pada api, yang mencela udara karena kejijikan pada udara, yang mencela makhluk-makhluk karena kejijikan pada makhluk-makhluk, yang mencela dewa-dewa karena kejijikan pada dewa-dewa, yang mencela Pajāpati karena kejijikan pada Pajāpati, yang mencela Brahmā karena kejijikan pada Brahmā; dan ketika hancurnya jasmani, ketika kehidupan mereka terpotong, mereka terlahir dalam jasmani yang hina.  Sebelum Engkau, Bhikkhu, terdapat para petapa dan brahmana yang memuji tanah karena bergembira dalam tanah,  yang memuji air karena bergembira dalam air, yang memuji api karena bergembira dalam api, yang memuji udara karena bergembira dalam udara, yang memuji makhluk-makhluk karena bergembira dalam makhluk-makhluk, yang memuji dewa-dewa karena bergembira dalam dewa-dewa, yang memuji Pajāpati karena bergembira dalam Pajāpati, yang memuji Brahmā karena bergembira dalam Brahmā; dan ketika hancurnya jasmani, ketika kehidupan mereka terpotong, mereka terlahir dalam jasmani yang mulia.  Maka, Bhikkhu, aku memberitahukan kepada-Mu: Pastikan, Tuan, hanya melakukan apa yang Brahmā katakan; jangan melampaui kata-kata Brahmā. Jika Engkau melampaui kata-kata Brahmā, Bhikkhu, maka, bagaikan seseorang yang yang berusaha membelokkan sinar yang datang dengan sebatang tongkat, atau bagaikan seseorang yang kehilangan pegangan tangan atau pijakan kakinya di tanah ketika ia terjatuh ke dalam jurang yang dalam, itulah yang akan menimpamu, Bhikkhu. Pastikan, Tuan, hanya melakukan apa yang Brahmā katakan; jangan melampaui kata-kata Brahmā. Tidakkah Engkau melihat kumpulan Brahmā yang duduk di sini, Bhikkhu?’ dan Māra mengalihkan perhatian-Ku pada kelompok Brahmā.

6. “Ketika hal ini dikatakan, Aku memberitahu Māra: ‘Aku mengenalmu, Sang Jahat. Jangan berpikir: “Ia tidak mengenalku.” Engkau adalah Māra, si Jahat, dan Brahmā dan kelompok Brahmā dan para pengikut Kelompok Brahmā semuanya telah jatuh ke dalam genggamanmu, mereka telah jatuh ke dalam kekuatanmu. Engkau, si Jahat, berpikir: “Yang ini juga telah jatuh ke dalam genggamanku, yang ini juga telah jatuh ke dalam kekuatanku.”; tetapi Aku tidak jatuh ke dalam genggamanmu, Sang Jahat, Aku tidak jatuh ke dalam kekuatanmu.’

7. “Ketika hal ini dikatakan, Brahmā Baka berkata kepada-Ku: ‘Tuan, aku mengatakan yang kekal sebagai kekal, [328] yang bertahan selamanya sebagai bertahan selamanya, yang abadi sebagai abadi, yang seluruhnya sebagai seluruhnya, yang tidak tunduk pada kematian sebagai tidak tunduk pada kematian, yang tidak terlahir, juga tidak menua, juga tidak mati, juga tidak meninggal dunia, juga tidak muncul kembali sebagai tidak terlahir, juga tidak menua, juga tidak mati, juga tidak meninggal dunia, juga tidak muncul kembali; dan ketika tidak ada jalan membebaskan diri dari hal-hal ini, aku mengatakan tidak ada jalan membebaskan diri dari hal-hal ini. Sebelum Engkau, Bhikkhu, terdapat para petapa dan brahmana di dunia ini yang menjalani pertapaan seumur hidup-Mu. Mereka mengetahui, jika ada jalan membebaskan diri, maka ada jalan membebaskan diri, dan ketika tidak ada jalan membebaskan diri, maka tidak ada jalan membebaskan diri. Maka, Bhikkhu, aku memberitahukan kepadaMu: Engkau tidak akan menemukan jalan membebaskan diri, dan akhirnya Engkau hanya akan menemui kelelahan dan kekecewaan. Jika engkau menggenggam tanah, maka engkau akan dekat denganku, dalam wilayahku, bagiku untuk melakukan kehendakku dan menghukum.  Jika engkau menggenggam air ... api ... udara ... makhluk-makhluk ... para dewa ... Pajāpati ... Brahmā, maka engkau akan dekat denganku, dalam wilayahku, bagiku untuk melakukan kehendakku dan menghukum.’

8. “’Aku juga mengetahui hal itu, Brahmā. Jika Aku menggenggam tanah, maka aku akan dekat denganmu, dalam wilayahmu, bagimu untuk melakukan kehendakmu dan menghukum. Jika aku menggenggam air ... api ... udara ... makhluk-makhluk ... para dewa ... Pajāpati ... Brahmā, maka aku akan dekat denganmu, dalam wilayahmu, bagimu untuk melakukan kehendakmu dan menghukum. Lebih jauh lagi, Aku memahami jangkauan dan kekuasaanmu sejauh: Brahmā Baka memiliki kekuatan sebesar ini, keperkasaan sebesar ini, pengaruh sebesar ini.’

“’Sekarang, Tuan, bagaimanakah engkau memahami jangkauan dan kekuasaan-Mu sejauh itu?’

9.    “’ Sejauh bulan dan matahari berputar
   Bersinar dan bercahaya di langit
   Lebih dari seribu dunia
   Kekuasaanmu menjangkau.

   Dan di sana engkau mengetahui yang tinggi dan yang rendah,
   Dan mereka yang bernafsu dan yang bebas dari nafsu,
   Kondisi yang demikian dan yang sebaliknya,
   Kedatangan dan kepergian makhluk-makhluk.

Brahmā, Aku memahami jangkauan dan kekuasaanmu sejauh: Brahmā Baka memiliki kekuatan sebesar ini, keperkasaan sebesar ini, [329] pengaruh sebesar ini.

10. “’Tetapi, Brahmā, terdapat tiga tubuh lain, yang tidak engkau ketahui juga tidak engkau lihat, dan yang Aku ketahui dan Aku lihat. Ada tubuh yang disebut [para dewa] dengan Cahaya Gemerlap, yang dari mana engkau mati dan muncul kembali di sini.[ ] Karena engkau telah berdiam di sini cukup lama, ingatmu akan hal itu telah hilang, dan karenanya, engkau tidak mengetahui atau melihatnya, tetapi Aku mengetahui dan melihatnya. Demikianlah, Brahmā, sehubungan dengan pengetahuan langsung, Aku tidak berdiri sama tinggi denganmu, bagaimana mungkin Aku mengetahui lebih sedikit? Sebaliknya, Aku mengetahui lebih banyak daripada engkau.

“’Terdapat, tubuh yang disebut [para dewa] dengan Keagungan Gemilang ... Terdapat tubuh yang disebut [para dewa] dengan Buah Besar. Engkau tidak mengetahui atau melihatnya, tetapi Aku mengetahui dan melihatnya. Demikianlah, Brahmā, sehubungan dengan pengetahuan langsung, Aku tidak berdiri sama tinggi denganmu, bagaimana mungkin Aku mengetahui lebih sedikit? Sebaliknya, Aku mengetahui lebih banyak daripada engkau.

11. “’Brahmā, setelah dengan secara langsung mengetahui tanah sebagai tanah, dan setelah dengan secara langsung mengetahui yang tidak menjadi bagian dari sifat tanah, Aku tidak mengaku sebagai tanah, Aku tidak mengaku ada di dalam tanah, Aku tidak mengaku terpisah dari tanah, Aku tidak mengakui tanah sebagai “milikku”, Aku tidak menegaskan tanah.  Demikianlah, Brahmā, sehubungan dengan pengetahuan langsung, Aku tidak berdiri sama tinggi denganmu, bagaimana mungkin Aku mengetahui lebih sedikit? Sebaliknya, Aku mengetahui lebih banyak daripada engkau.

12-23. “’Brahmā, setelah dengan secara langsung mengetahui air sebagai air ... api sebagai api ... udara sebagai udara ... makhluk-makhluk sebagai makhluk-makhluk ... para dewa sebagai para dewa ... Pajāpati sebagai Pajāpati ... Brahmā sebagai Brahmā ... para dewa dengan Cahaya Gemerlap sebagai para dewa dengan Cahaya Gemerlap ...  para dewa dengan Keagungan Gemilang sebagai para dewa dengan Keagungan Gemilang ...  para dewa dengan Buah Besar sebagai para dewa dengan Buah Besar ... Maharaja sebagai Maharaja ... keseluruhan sebagai keseluruhan, dan setelah dengan secara langsung mengetahui yang tidak menjadi bagian dari sifat keseluruhan, Aku tidak mengaku sebagai keseluruhan, Aku tidak mengaku ada di dalam keseluruhan, Aku tidak mengaku terpisah dari keseluruhan, Aku tidak mengakui keseluruhan sebagai “milikku”, Aku tidak menegaskan keseluruhan. Demikianlah, Brahmā, sehubungan dengan pengetahuan langsung, Aku tidak berdiri sama tinggi denganmu, bagaimana mungkin Aku mengetahui lebih sedikit? Sebaliknya, Aku mengetahui lebih banyak daripada engkau.’

24. “’Tuan, Jika tidak menjadi bagian dari sifat keseluruhan, maka itu terbukti percuma dan kosong bagi-Mu!’

25.    “’Kesadaran yang tidak terwujud,
   Tanpa batas, cerah dalam segala hal.
   
Yang tidak menjadi bagian dari sifat tanah, yang tidak menjadi bagian dari sifat air … [330] … yang tidak menjadi bagian dari sifat keseluruhan.’

26. “’Tuan, aku akan menghilang dari hadapan-Mu.’

'Menghilanglah dari hadapan-Ku jika engkau mampu, Brahmā.’

“Kemudian Brahmā Baka, dengan berkata: ‘Aku akan menghilang dari hadapan Petapa Gotama, Aku akan menghilang dari hadapan Petapa Gotama,’ tidak mampu menghilang. Kemudian Aku berkata: ‘Brahmā, Aku akan menghilang dari hadapanmu.’

'Menghilanglah dari hadapanku jika engkau mampu, Tuan.’

“Kemudian, Aku mengerahkan kekuatan batin sehingga Brahmā dan kelompok Brahmā dan para pengikut kelompok Brahmā dapat mendengar suara-Ku namun tidak dapat melihat-Ku. Setelah aku menghilang, Aku mengucapkan syair ini:

27.    “’Setelah melihat ketakutan dalam penjelmaan
   Dan [setelah melihat] bahwa penjelmaan itu akan lenyap,
   Aku tidak menyambut segala jenis penjelmaan apapun,
   Juga tidak melekat pada kenikmatan.’

28. “Saat itu Brahmā dan Kelompok Brahmā dan para pengikut Kelompok Brahmā merasa takjub dan kagum, berkata: ‘Sungguh mengagumkan, Tuan, sungguh menakjubkan, kekuatan dan kesaktian Petapa Gotama! Kami belum pernah menyaksikan atau mendengar petapa atau brahmana lain yang memiliki kekuatan dan kesaktian seperti yang dimiliki Petapa Gotama ini, yang meninggalkan keduniawian dari suku Sakya. Tuan, walaupun hidup dalam generasi yang menikmati penjelmaan, yang menyukai penjelmaan, yang bersukacita dalam penjelmaan, Beliau telah mencabut penjelmaan bersama dengan akarnya.’

29. “Kemudian Māra si Jahat menguasai salah satu pengikut Kelompok Brahmā, dan berkata kepadaKu: ‘Tuan, jika itu adalah apa yang Engkau ketahui, jika itu adalah apa yang telah engkau temukan, janganlah Engkau menuntun para siswa [awam] atau mereka yang meninggalkan keduniawian, janganlah Engkau mengajarkan Dhamma kepada para siswa [awam] atau mereka yang meninggalkan keduniawian, janganlah Engkau membangkitkan kerinduan pada para siswa [awam] atau mereka yang meninggalkan keduniawian. Sebelum Engkau, Bhikkhu, terdapat para petapa dan brahmana yang mengaku sempurna dan tercerahkan sempurna, dan mereka menuntun para siswa [awam] atau mereka yang meninggalkan keduniawian; mereka mengajarkan Dhamma kepada para siswa [awam] atau mereka yang meninggalkan keduniawian; mereka membangkitkan kerinduan pada para siswa [awam] atau mereka yang meninggalkan keduniawian; dan ketika hancurnya jasmani, ketika kehidupan mereka terpotong, mereka terlahir dalam jasmani yang hina. Sebelum Engkau, Bhikkhu, terdapat juga para petapa dan brahmana yang mengaku sempurna dan tercerahkan sempurna, [331] dan mereka tidak menuntun para siswa [awam] atau mereka yang meninggalkan keduniawian; mereka tidak mengajarkan Dhamma kepada para siswa [awam] atau mereka yang meninggalkan keduniawian ; mereka tidak membangkitkan kerinduan pada para siswa [awam] atau mereka yang meninggalkan keduniawian; dan ketika hancurnya jasmani, ketika kehidupan mereka terpotong, mereka terlahir dalam jasmani yang mulia. Maka, Bhikkhu, aku beritahukan kepada-Mu: Pastikan, Tuan, untuk berdiam secara tidak aktif, jalanilah kediaman yang menyenangkan di sini dan saat ini, hal ini lebih baik dibiarkan tidak dibabarkan, dan karena itu, Tuan, janganlah nasihati siapapun.’

30. “Ketika hal ini dikatakan, Aku memberitahu Māra: ‘Aku mengenalmu, Sang Jahat. Jangan berpikir: “Ia tidak mengenalku.” Engkau adalah Māra, si Jahat. Bukanlah demi belas kasihan terhadap kesejahteraan mereka maka engkau berkata demikian, melainkan adalah tanpa belas kasihan terhadap kesejahteraan mereka maka engkau berkata demikian. Engkau berpikir seperti ini, Yang Jahat: “Mereka kepada siapa Petapa Gotama mengajarkan Dhamma akan membebaskan diri dari wilayahku.” Para petapa dan brahmanamu itu, Yang Jahat, yang mengaku sempurna dan tercerahkan sempurna, tidaklah benar-benar tercerahkan sempurna. Tetapi Aku, yang mengaku tercerahkan sempurna, adalah benar-benar tercerahkan sempurna. Jika Sang Tathāgata mengajarkan Dhamma kepada para siswa-Nya, Beliau tetap seorang Tathāgata, Yang Jahat, dan jika Sang Tathāgata tidak mengajarkan Dhamma kepada para siswa-Nya, Beliau tetap seorang Tathāgata.  Jika Sang Tathāgata menuntun para siswa-Nya, Beliau tetap seorang Tathāgata, Yang Jahat, dan jika Sang Tathāgata tidak menuntun para siswa-Nya, Beliau tetap seorang Tathāgata. Mengapakah? Karena Sang Tathāgata telah meninggalkan noda-noda yang mengotori, yang membawa penjelmaan baru, memberikan kesusahan, yang matang dalam penderitaan, dan mengarah menuju kelahiran, penuaan, dan kematian di masa depan; Beliau telah memotongnya di akarnya, membuatnya menjadi seperti tunggul pohon palem, menyingkirkannya sehingga tidak akan muncul kembali di masa depan. Seperti halnya pohon palem yang dipotong pucuknya tidak akan mempu untuk tumbuh lebih tinggi lagi, demikian pula Sang Tathāgata telah meninggalkan noda-noda yang mengotori-Nya pada akarnya, membuatnya menjadi seperti tunggul pohon palem, menyingkirkannya sehingga tidak akan muncul kembali di masa depan.’”

31. Demikianlah, karena Māra tidak mampu menjawab, dan karena [diawali] dengan undangan Brahmā, maka khotbah ini dinamakan “Tentang Undangan Brahmā.”


CMIIW

21
DhammaCitta Press / Re: Request Buku DC Press
« on: 13 August 2010, 12:41:07 PM »
ada. kirim kemana?
PM alamat & no telp nya

_/\_
Ko Hendra.. sudah saya PM alamatnya.

thanks ya..

22
DhammaCitta Press / Re: Request Buku DC Press
« on: 08 August 2010, 12:56:55 AM »
_/\_
masih ada yg punya DN gak..?
request 1 donk..

thanks.

23
Quote
50.  “Aku akan pergi ke hutan-hutan yang menakutkan dan berdiam di sana hutan yang begitu menakutkan sehingga umumnya akan membuat seseorang merinding jika ia tidak terbebas dari nafsu. Pada malam-malam musim dingin selama ‘delapan hari interval beku,’ Aku akan berdiam di ruang terbuka dan siang harinya di dalam hutan.  Dalam bulan terakhir musim panas Aku akan berdiam di ruang terbuka pada siang hari dan di dalam hutan pada malam hari. Dan di sana secara spontan muncul dalam diri-Ku syair ini yang belum pernah terdengar sebelumnya:

   ‘Kedinginan di malam hari dan terpanggang di siang hari,
   Sendirian di dalam hutan yang menakutkan,
   Telanjang, tidak ada api untuk duduk di dekatnya,
   Namun Sang Petapa tetap melanjutkan pencariannya.’

51. “Aku membuat tempat tidur di tanah pekuburan dengan tulang-belulang orang mati sebagai bantal. Dan anak-anak penggembala datang dan meludahi-Ku, mengencingi-Ku, melemparkan tanah kepada-Ku, dan menusukkan kayu ke dalam telinga-Ku. Namun Aku tidak ingat, bahwa Aku pernah membangkitkan pikiran jahat [kebencian] terhadap mereka. Demikianlah kediaman-Ku dalam keseimbangan. [80]

52.  “Sāriputta, ada petapa dan brahmana tertentu, yang doktrin dan pandangannya seperti ini: ‘Pemurnian muncul melalui makanan.’  Mereka mengatakan: ‘Ayo kita hidup dari memakan buah kola,’ dan mereka memakan buah kola, mereka memakan tepung kola, mereka meminum air buah kola, dan mereka membuat berbagai jenis ramuan buah kola. Sekarang Aku ingat pernah memakan satu buah kola sehari. Sāriputta, engkau mungkin berpikir bahwa buah kola pada masa itu lebih besar, namun engkau tidak boleh menganggapnya demikian; buah kola pada masa itu berukuran sama seperti sekarang. Karena memakan satu buah kola sehari, tubuh-Ku menjadi sangat kurus. Karena makan begitu sedikit, anggota-anggota tubuh-Ku menjadi seperti tanaman merambat atau batang bambu. Karena makan begitu sedikit, punggung-Ku menjadi seperti kuku unta. Karena makan begitu sedikit, tonjolan tulang punggung-Ku menonjol bagaikan untaian tasbih. Karena makan begitu sedikit, tulang rusuk-Ku menonjol karena kurus seperti kasau dari sebuah lumbung tanpa atap. Karena makan begitu sedikit, bola mata-Ku masuk jauh ke dalam lubang mata, terlihat seperti kilauan air yang jauh di dalam sumur yang dalam. Karena makan begitu sedikit, kulit kepala-Ku mengerut dan layu bagaikan buah labu pahit yang mengerut dan layu oleh angin dan matahari. Karena makan begitu sedikit, kulit perut-Ku menempel pada tulang punggung-Ku; sedemikian sehingga, jika Aku menyentuh kulit perut-Ku maka akan tersentuh tulang punggung-Ku, dan jika Aku menyentuh tulang punggung-Ku maka akan tersentuh kulit perut-Ku. Karena makan begitu sedikit, jika Aku mencoba menyamankan diri-Ku dengan memijat badan-Ku dengan tangan-Ku, maka bulunya, tercabut pada akarnya, berguguran dari badan-Ku ketika Aku menggosoknya.

53-55. “Sāriputta, ada petapa dan brahmana tertentu, yang doktrin dan pandangannya seperti ini: ‘Pemurnian muncul melalui makanan.’ Mereka mengatakan: ‘Ayo kita hidup dari memakan kacang,’ ... ‘Ayo kita hidup dari memakan wijen,’ ... ‘Ayo kita hidup dari memakan nasi,’ dan mereka memakan nasi, mereka memakan tepung beras, [81] mereka meminum air beras, dan mereka membuat berbagai jenis ramuan beras. Sekarang Aku ingat pernah memakan satu butir nasi sehari. Sāriputta, engkau mungkin berpikir bahwa butiran beras pada masa itu lebih besar, namun engkau tidak boleh menganggapnya demikian; butiran beras pada masa itu berukuran sama seperti sekarang. Karena memakan satu butir nasi sehari, tubuh-Ku menjadi sangat kurus. Karena makan begitu sedikit ... maka bulunya, tercabut pada akarnya, berguguran dari badan-Ku ketika Aku menggosoknya.

56. “Akan tetapi, Sāriputta, dengan melakukan demikian, dengan praktik demikian, dengan melakukan pertapaan keras demikian, Aku tidak mencapai kondisi yang melampaui manusia, keluhuran dalam pengetahuan dan penglihatan selayaknya para mulia. Mengapakah? Karena Aku belum mencapai kebijaksanaan mulia yang ketika tercapai, maka menjadi mulia dan membebaskan dan menuntun seseorang yang mempraktikkannya menuju kehancuran total penderitaan.

57. “Ada petapa dan brahmana tertentu, yang doktrin dan pandangannya seperti ini: ‘Pemurnian muncul melalui lingkaran kelahiran kembali.’ Tetapi tidaklah mudah menemukan alam dalam lingkaran ini, di mana Aku belum pernah [82] melaluinya dalam perjalanan yang panjang ini, kecuali sebagai para dewa di Alam Murni; dan jika Aku terlahir kembali sebagai dewa di Alam Murni, maka Aku tidak akan kembali di dunia ini.

58. “Ada petapa dan brahmana tertentu, yang doktrin dan pandangannya seperti ini: ‘Pemurnian muncul melalui [beberapa jenis] kelahiran tertentu.’ Tetapi adalah tidak mungkin menemukan jenis kelahiran kembali, yang mana Aku belum pernah terlahirkan kembali dalam perjalanan yang panjang ini, kecuali sebagai para dewa di Alam Murni ....

59. “Ada petapa dan brahmana tertentu, yang doktrin dan pandangannya seperti ini: ‘Pemurnian muncul melalui [beberapa jenis] alam kehidupan tertentu.’ Tetapi adalah tidak mungkin menemukan jenis alam, di mana Aku belum pernah berdiam di dalamnya ... kecuali sebagai para dewa di alam murni ....

60. “Ada petapa dan brahmana tertentu, yang doktrin dan pandangannya seperti ini: ‘Pemurnian muncul melalui pengorbanan.’ Tetapi adalah tidak mungkin menemukan jenis pengorbanan, yang belum pernah Kupersembahkan dalam perjalanan yang panjang ini, ketika aku menjadi seorang raja mulia atau seorang brahmana yang makmur.

61. “Ada petapa dan brahmana tertentu, yang doktrin dan pandangannya seperti ini: ‘Pemurnian muncul melalui pemujaan api.’ Tetapi adalah tidak mungkin menemukan jenis api, yang belum pernah Kusembah dalam perjalanan yang panjang ini, ketika aku menjadi seorang raja mulia atau seorang brahmana yang makmur.

62. “Sāriputta, ada petapa dan brahmana tertentu, yang doktrin dan pandangannya seperti ini: ‘Selama orang baik ini masih muda, seorang pemuda berambut hitam dengan berkah kemudaannya, dalam tahap utama kehidupannya, maka selama itu ia sempurna dalam kebijaksanaan cerahnya. Tetapi ketika orang baik ini tua, berusia lanjut, terbebani tahun demi tahun, jompo, dan sampai pada tahap akhir, berumur delapan puluh, Ssembilan puluh, atau seratus tahun, maka kecemerlangan kebijaksanaannya hilang.’ Tetapi jangan beranggapan demikian. Aku sekarang sudah tua, berusia lanjut, terbebani tahun demi tahun, jompo, dan sampai pada tahap akhir: umurku sudah delapan puluh tahun. Misalkan Aku memiliki empat siswa dengan umur kehidupan seratus tahun, sempurna dalam perhatian, daya ingat, ingatan, dan kebijaksanaan cemerlang.  Bagaikan seorang pemanah terampil, terpelajar, terlatih, dan teruji, mampu dengan mudah menembakkan anak panah menembus bayangan sebatang pohon palem, misalkan mereka sempurna dalam perhatian, memiliki daya ingat yang kuat, [83] dan kebijaksanaan cemerlang. Misalkan mereka terus-menerus menanyakan kepada-Ku tentang Empat Landasan Perhatian dan Aku menjawab mereka ketika ditanya dan bahwa mereka mengingat semua jawaban-Ku dan tidak pernah mengajukan pertanyaan lanjutan atau berhenti bertanya kecuali untuk makan, minum, mengunyah, mengecap, buang air, dan beristirahat untuk menghilangkan kantuk dan keletihan. Namun selagi pembabaran Dhamma oleh Sang Tathāgata, penjelasan-Nya tentang faktor-faktor Dhamma, dan jawaban-Nya atas pertanyaan-pertanyaan itu masih belum berakhir, tetapi sementara itu keempat siswa-Ku yang memiliki umur kehidupan seratus tahun akan meninggal dunia di akhir seratus tahun itu. Sāriputta, bahkan jika engkau harus membawaku pergi ke mana-mana di atas tempat tidur, namun tidak akan ada perubahan dalam kecerahan kebijaksanaan Sang Tathāgata.

63. “Berbicara benar, jika dikatakan tentang seseorang: ‘Suatu makhluk yang tidak tunduk pada kebodohan telah muncul di dunia ini demi kesejahteraan dan kebahagiaan banyak makhluk, dan demi kebahagiaan para dewa dan manusia,’ Adalah pada-Ku ucapan benar itu seharusnya ditujukan."

64. Pada saat itu Yang Mulia Nāgasamāla sedang berdiri di belakang Sang Bhagavā mengipasi Beliau.  Kemudian ia berkata kepada Sang Bhagavā: “Sungguh mengagumkan, Yang Mulia, sungguh menakjubkan! Sewaktu aku mendengarkan khotbah Dhamma ini, bulu badanku berdiri. Yang Mulia, apakah nama dari khotbah Dhamma ini?”

“Sehubungan dengan hal ini, engkau boleh mengingat khotbah Dhamma ini sebagai: ‘Khotbah yang menegakkan bulu badan.’”

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Yang Mulia Nāgasamāla merasa puas dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagavā.
cmiiw

24

40. (4) “Dengan melingkupi pikiran dengan pikiran, Aku memahami orang tertentu sebagai berikut: ‘Orang ini berkelakuan begini, berperilaku begini, telah menjalani jalan ini, sehingga setelah hancurnya jasmani, setelah kematian, ia akan muncul kembali di antara manusia.’ Dan kemudian setelah itu … Aku melihat bahwa … ia muncul kembali di antara manusia, dan mengalami perasaan yang sangat menyenangkan. Misalkan, terdapat sebatang pohon yang tumbuh di atas tanah datar, dengan dedaunan yang lebat, menghasilkan bayangan yang penuh; dan kemudian seseorang yang kepanasan dan keletihan karena cuaca panas, lelah, terpanggang, dan kehausan, datang melalui jalan satu arah yang mengarah menuju pohon tersebut. Kemudian seseorang yang berpenglihatan baik, ketika melihatnya akan berkata: ‘Orang ini berkelakuan begini … sehingga ia akan sampai ke pohon ini’; dan kemudian setelah itu, ia melihat bahwa orang itu duduk atau berbaring dalam bayangan pohon itu dan mengalami perasaan yang sangat menyenangkan. Demikian pula, dengan melingkupi pikiran dengan pikiran … perasaan yang sangat menyenangkan. [76]

41. (5) “Dengan melingkupi pikiran dengan pikiran, Aku memahami orang tertentu sebagai berikut: ‘Orang ini berkelakuan begini, berperilaku begini, telah menjalani jalan ini, sehingga setelah hancurnya jasmani, setelah kematian, ia akan muncul kembali di alam tujuan yang bahagia, di alam surga.’ Dan kemudian setelah itu … Aku melihat bahwa … ia muncul kembali di alam tujuan yang bahagia, di alam surga, dan mengalami perasaan yang sangat menyenangkan. Misalkan, terdapat sebuah istana, dan istana itu memiliki kamar atas yang di-plester bagian luar dan dalamnya, terkunci, diperkokoh dengan teralis, dengan jendela tertutup, dan di dalamnya terdapat sebuah dipan berlapiskan permadani, selimut dan alas dipan, dengan penutup dipan dari kulit rusa, lengkap dengan kanopi serta bantal merah di kedua ujungnya [kepala dan kaki]; dan kemudian seseorang yang kepanasan dan keletihan karena cuaca panas, lelah, terpanggang, dan kehausan, datang melalui jalan satu arah yang mengarah menuju istana tersebut. Kemudian seseorang yang berpenglihatan baik, ketika melihatnya akan berkata: ‘Orang ini berkelakuan begini … sehingga ia akan sampai ke istana ini’; dan kemudian setelah itu, ia melihat bahwa orang itu duduk atau berbaring di dalam kamar atas di dalam istana itu, mengalami perasaan yang sangat menyenangkan. Demikian pula, dengan melingkupi pikiran dengan pikiran … perasaan yang sangat menyenangkan.

42. (6) “Dengan melingkupi pikiran dengan pikiran, Aku memahami orang tertentu sebagai berikut: ‘Orang ini berkelakuan begini, berperilaku begini, telah menjalani jalan ini, sehingga dengan menembusnya untuk dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung, ia di sini dan saat ini, masuk dan berdiam dalam kebebasan pikiran dan kebebasan melalui kebijaksanaan yang tanpa noda dengan hancurnya noda-noda.’ Dan kemudian setelah itu, Aku melihat bahwa, dengan menembusnya untuk dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung, ia di sini dan saat ini, masuk dan berdiam dalam kebebasan pikiran dan kebebasan melalui kebijaksanaan yang tanpa noda dengan hancurnya noda-noda, dan mengalami perasaan yang sangat menyenangkan.  Misalkan, terdapat sebuah kolam, dengan air yang jernih, sejuk menyenangkan, bening, dengan tepian yang landai, indah, dan dekat dengan hutan; dan kemudian seseorang yang kepanasan dan keletihan karena cuaca panas, lelah, terpanggang, dan kehausan, datang melalui jalan satu arah yang mengarah menuju kolam tersebut. Kemudian seseorang yang berpenglihatan baik, ketika melihatnya akan berkata: ‘Orang ini berkelakuan begini … sehingga ia akan sampai ke kolam ini’; dan kemudian setelah itu, ia melihat bahwa orang itu telah masuk ke dalam kolam, mandi, minum, dan melepaskan segala kepenatan, kelelahan, dan telah keluar lagi dan sedang duduk atau berbaring di dalam hutan [77] mengalami perasaan yang sangat menyenangkan. Demikian pula, dengan melingkupi pikiran dengan pikiran … perasaan yang sangat menyenangkan. Ini adalah lima alam tujuan kelahiran.

43. “Sāriputta, ketika Aku mengetahui dan melihat demikian, jika siapapun juga mengatakan tentang-Ku: ‘Petapa Gotama tidak memiliki kondisi yang melampaui manusia, tidak memiliki keluhuran dalam hal pengetahuan dan penglihatan selayaknya para mulia. Petapa Gotama mengajarkan Dhamma [hanya sekadar] menggunakan logika, mengikuti jalur pencarian-Nya sendiri saat muncul dalam diri-Nya’ – jika ia tidak meninggalkan  pernyataan itu dan kondisi pikiran itu dan melepaskan pandangan itu, maka [seolah-olah] ia dibawa dan diletakkan di sana, ia pasti akan berakhir di neraka. Bagaikan seorang bhikkhu yang memiliki moralitas, konsentrasi, dan kebijaksanaan akan menikmati pengetahuan akhir di sini dan saat ini, demikian pula akan terjadi dalam kasus ini, Aku katakan, bahwa jika ia tidak meninggalkan [ ]pernyataan itu dan kondisi pikiran itu dan melepaskan pandangan itu, maka [seolah-olah] ia dibawa dan diletakkan di sana, ia pasti akan berakhir di neraka.

(PRAKTIK KERAS SANG BODHISATTA)

44.  “Sāriputta, Aku ingat telah menjalani kehidupan suci yang memiliki empat faktor. Aku telah mempraktikkan pertapaan – pertapaan sangat keras; Aku telah mempraktikkan kekasaran – sangat kasar; Aku telah mempraktikkan kehati-hatian – sangat hati-hati; Aku telah mempraktikkan keterasingan – sangat terasing.

45. “Beginilah pertapaan-Ku, Sāriputta, bahwa Aku bepergian dengan telanjang, menolak kebiasaan-kebiasaan, menjilat tangan-Ku, tidak datang ketika dipanggil, tidak berhenti ketika diminta; Aku tidak menerima makanan yang dibawa atau makanan yang secara khusus dipersiapkan atau suatu undangan makan; Aku tidak menerima dari kendi, dari mangkuk, melintasi ambang pintu, terhalang tongkat kayu, terhalang alat penumbuk, dari dua orang yang sedang makan bersama, dari perempuan hamil, dari perempuan yang sedang menyusui, dari perempuan yang sedang berbaring bersama laki-laki, dari mana terdapat pengumuman pembagian makanan, dari mana seekor anjing sedang menunggu, dari mana lalat beterbangan; Aku tidak menerima ikan atau daging, Aku tidak meminum minuman keras, anggur, atau minuman fermentasi. Aku mendatangi satu rumah, satu suap; aku mendatangi dua [78] rumah, dua suap; … Aku mendatangi tujuh rumah, tujuh suap. Aku makan satu mangkuk sehari, dua mangkuk sehari … tujuh mangkuk sehari; Aku makan sekali dalam sehari, sekali dalam  dua hari … sekali dalam tujuh hari, dan seterusnya hingga sekali setiap dua minggu; aku berdiam menjalani praktik makan pada interval waktu yang telah ditentukan. Aku adalah pemakan sayur-sayuran dan padi-padian atau beras kasar atau kulit kupasan buah atau lumut atau kulit padi atau sekam atau tepung wijen atau rumput atau kotoran sapi. Aku hidup dari akar-akaran dan buah-buahan di hutan; Aku memakan buah-buahan yang jatuh. Aku mengenakan pakaian terbuat dari rami, dari rami dan kain, dari kain pembungkus mayat, dari selimut yang dibuang, dari kulit pohon, dari kulit rusa, dari cabikan kulit rusa, dari kain rumput kusa, dari kain kulit kayu, dari kain serutan kayu, dari kain rambut, dari kain bulu binatang, dari bulu sayap burung hantu. Aku adalah seorang yang mencabut rambut dan janggut, menjalani praktik mencabut rambut dan janggut. Aku adalah seorang yang berdiri terus-menerus, menolak tempat duduk. Aku adalah seorang yang berjongkok terus-menerus, senantiasa mempertahankan posisi jongkok. Aku adalah seorang yang menggunakan alas tidur paku; Aku menjadikan alas tidur paku sebagai tempat tidur-Ku. Aku berdiam dengan menjalani praktik mandi tiga kali sehari termasuk malam hari. Demikianlah dalam berbagai cara, Aku berdiam dengan menjalani praktik menyiksa dan menghukum diri. Demikianlah pertapaan-Ku.

46. “Beginilah kekasaran-Ku, Sāriputta, bagaikan batang pohon Tindukā, yang terkumpul selama bertahun-tahun, menempel dan mengelupas, demikian pula, debu dan daki, yang terkumpul selama bertahun-tahun, menempel di tubuh-Ku dan mengelupas. Tidak pernah terpikir olehKu: ‘Oh, Aku akan menggosok debu dan daki ini dengan tangan-Ku, atau membiarkan orang lain menggosok debu dan daki ini dengan tangannya’ – tidak pernah terpikirkan oleh-Ku demikian. Demikianlah kekasaran-Ku.

47. “Beginilah kehati-hatian-Ku, Sāriputta, bahwa Aku senantiasa penuh perhatian dalam melangkah maju dan melangkah mundur. Aku selalu berbelas kasihan bahkan pada [makhluk-makhluk] dalam setetes air sebagai berikut: ‘Semoga Aku tidak menyakiti makhluk-makhluk kecil dalam celah tanah ini.’  Demikianlah kehati-hatian-Ku.

48. “Beginilah keterasingan-Ku, Sāriputta, bahwa [79] Aku akan memasuki hutan dan berdiam di sana. Dan ketika Aku melihat seorang penggembala sapi atau seorang penggembala domba atau seseorang yang sedang mengumpulkan rumput atau kayu, atau seorang pekerja hutan, Aku akan pergi dari hutan ke hutan, dari belantara ke belantara, dari lembah ke lembah, dari bukit ke bukit. Mengapakah? Agar mereka tidak melihat-Ku atau agar Aku tidak melihat mereka. Bagaikan seekor rusa yang lahir di dalam hutan, ketika melihat manusia, akan lari dari hutan ke hutan, dari belantara ke belantara, dari lembah ke lembah, dari bukit ke bukit, demikian pula, ketika Aku melihat seorang penggembala sapi atau seorang penggembala domba … Demikianlah keterasingan-Ku.

49. “Aku akan bepergian dengan keempat tangan dan kaki-Ku menuju kandang sapi ketika sapi-sapi telah pergi dan si penggembala meninggalkannya, dan Aku akan memakan kotoran sapi-sapi muda. Selama kotoran dan air kencing-Ku masih ada, Aku akan memakan kotoran dan air kencing-Ku sendiri. Demikianlah praktik keras-Ku dalam hal memakan kotoran.

cmiiw

25
Quote

(LIMA ALAM TUJUAN KELAHIRAN DAN NIBBĀNA)

35. “Sāriputta, terdapat lima alam tujuan kelahiran ini. Apakah lima ini? Neraka, alam binatang, alam hantu, alam manusia, dan dewa.

36. (1) “Aku memahami neraka, dan jalan dan cara yang mengarah menuju neraka. Dan Aku juga memahami, bagaimana seseorang yang telah memasuki jalan ini akan, setelah hancurnya jasmani, setelah kematian, muncul kembali dalam kondisi buruk, di alam rendah, dalam kesengsaraan, dalam neraka.

(2) “Aku memahami alam binatang, dan jalan dan cara yang mengarah menuju alam binatang. Dan Aku juga memahami, bagaimana seseorang yang telah memasuki jalan ini akan, setelah hancurnya jasmani, setelah kematian, muncul kembali di alam binatang.

(3) “Aku memahami alam hantu, dan jalan dan cara yang mengarah menuju alam hantu. Dan Aku juga memahami, bagaimana seseorang yang telah memasuki jalan ini akan, setelah hancurnya jasmani, setelah kematian, muncul kembali di alam hantu.
 
(4) “Aku memahami alam manusia, dan jalan dan cara yang mengarah menuju alam manusia. Dan Aku juga memahami, bagaimana seseorang yang telah memasuki jalan ini akan, setelah hancurnya jasmani, setelah kematian, muncul kembali di antara manusia.

(5) “Aku memahami alam dewa, dan jalan dan cara yang mengarah menuju alam dewa. Dan Aku juga memahami, bagaimana seseorang yang telah memasuki jalan ini akan, setelah hancurnya jasmani, setelah kematian, muncul kembali di alam bahagia, di alam surga.

(6) “Aku memahami Nibbāna, dan jalan dan cara yang mengarah menuju NIbbāna. [74] Dan Aku juga memahami, bagaimana seseorang yang telah memasuki jalan ini akan, dengan menembusnya untuk dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung, di sini dan saat ini, masuk dan berdiam dalam kebebasan pikiran dan kebebasan melalui kebijaksanaan yang tanpa noda dengan hancurnya noda-noda

37. (1) “Dengan melingkupi pikiran dengan pikiran, Aku memahami orang tertentu sebagai berikut: ‘Orang ini berkelakuan begini, berperilaku begini, telah menjalani jalan ini, sehingga setelah hancurnya jasmani, setelah kematian, ia akan muncul kembali dalam kondisi buruk, di alam tujuan yang tidak bahagia, dalam kesengsaraan, di neraka.’ Dan kemudian setelah itu, dengan mata dewa, yang murni dan melampaui manusia, Aku melihat bahwa setelah hancurnya jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali dalam kondisi buruk, di alam tujuan yang tidak bahagia, dalam kesengsaraan, di neraka, dan mengalami perasaan menyakitkan, menyiksa, dan menusuk yang luar biasa. Misalkan, terdapat sebuah lubang membara, yang lebih dalam daripada tinggi manusia, yang penuh dengan arang membara tanpa api atau asap; dan kemudian seseorang yang kepanasan dan keletihan karena cuaca panas, lelah, terpanggang, dan kehausan, datang melalui jalan satu arah yang mengarah menuju lubang membara tersebut. Kemudian seseorang yang berpenglihatan baik, ketika melihatnya akan berkata: ‘Orang ini berkelakuan begini, berperilaku begini, telah menjalani jalan ini sehingga ia akan sampai ke lubang membara ini’; dan kemudian setelah itu, ia melihat bahwa, orang itu terjatuh ke dalam lubang membara itu dan mengalami perasaan menyakitkan, menyiksa, dan menusuk yang luar biasa. Demikian pula, dengan melingkupi pikiran dengan pikiran … perasaan menusuk.

38. (2) “Dengan melingkupi pikiran dengan pikiran, Aku memahami orang tertentu sebagai berikut: ‘Orang ini berkelakuan begini, berperilaku begini, telah menjalani jalan ini, sehingga setelah hancurnya jasmani, setelah kematian, ia akan muncul kembali di alam binatang.’ Dan kemudian setelah itu, dengan mata dewa, yang murni dan melampaui manusia, Aku melihat bahwa setelah hancurnya jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali di alam binatang, dan mengalami perasaan menyakitkan, menyiksa, dan menusuk yang luar biasa. Misalkan, terdapat sebuah lubang kakus, yang lebih dalam daripada tinggi manusia, yang penuh dengan kotoran; dan kemudian seseorang [75] yang kepanasan dan keletihan karena cuaca panas, lelah, terpanggang, dan kehausan, datang melalui jalan satu arah yang mengarah menuju lubang kakus tersebut. Kemudian seseorang yang berpenglihatan baik, ketika melihatnya akan berkata: ‘Orang ini berkelakuan begini … sehingga ia akan sampai ke lubang kakus ini’; dan kemudian setelah itu, ia melihat bahwa, orang itu terjatuh ke dalam lubang kakus itu dan mengalami perasaan menyakitkan, menyiksa, dan menusuk yang luar biasa. Demikian pula, dengan melingkupi pikiran dengan pikiran … perasaan menusuk.

39. (3) “Dengan melingkupi pikiran dengan pikiran, Aku memahami orang tertentu sebagai berikut: ‘Orang ini berkelakuan begini, berperilaku begini, telah menjalani jalan ini, sehingga setelah hancurnya jasmani, setelah kematian, ia akan muncul kembali di alam hantu.’ Dan kemudian setelah itu … Aku melihat bahwa … ia muncul kembali di alam hantu, dan mengalami perasaan yang sangat menyakitkan. Misalkan terdapat sebatang pohon yang tumbuh di atas tanah yang tidak datar, dengan sedikit dedaunan, yang menghasilkan bayangan yang tidak penuh; dan kemudian seseorang yang kepanasan dan keletihan karena cuaca panas, lelah, terpanggang, dan kehausan, datang melalui jalan satu arah yang mengarah menuju pohon tersebut. Kemudian seseorang yang berpenglihatan baik, ketika melihatnya akan berkata: ‘Orang ini berkelakuan begini … sehingga ia akan sampai ke pohon ini’; dan kemudian setelah itu, ia melihat bahwa, orang itu duduk atau berbaring dalam bayangan pohon itu dan mengalami perasaan yang sangat menyakitkan. Demikian pula, dengan melingkupi pikiran dengan pikiran … perasaan yang sangat menyakitkan.


cmiiw


26
12  Mahāsīhanāda Sutta
Khotbah panjang tentang Auman Singa

1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Vesālī, di hutan di sebelah barat kota.

2. Pada saat itu, Sunakkhattha, putera Licchavi, baru saja meninggalkan Dhamma dan Disiplin ini. [ ]Ia mengemukakan pernyataan di hadapan pertemuan Vesālī: “Petapa Gotama tidak memiliki kondisi yang melampaui manusia, tidak memiliki keluhuran dalam hal pengetahuan, dan penglihatan selayaknya para mulia.  Petapa Gotama mengajarkan Dhamma [(hanya sekadar)] menggunakan logika, mengikuti jalur pencarian-Nya sendiri saat muncul dalam diri-Nya, dan ketika Beliau mengajarkan Dhamma kepada orang lain, Dhamma itu menuntun-Nya ,jika ia mempraktikkannya, menuju kehancuran total penderitaan.”

"mempraktikkannya" atau "mempraktekkannya" ya?

3. Kemudian, pada pagi harinya, Yang Mulia Sāriputta merapikan jubah, dan membawa mangkuk dan jubah luarnya, memasuki Vesālī untuk menerima dana makanan. Kemudian ia mendengar Sunakkhatta, putera Licchavi, mengemukakan pernyataan di hadapan pertemuan Vesālī. Ketika ia telah menerima dana makanan dan telah kembali dari perjalanan itu, setelah makan, ia menghadap Sang Bhagavā, dan setelah bersujud, ia duduk di satu sisi dan memberitahu Sang Bhagavā tentang apa yang dikatakan oleh Sunakkhatta.

4. [Sang Bhagavā berkata:] “Sāriputta, orang sesat Sunakkhatta sedang marah dan kata-katanya diucapkan karena marah. Berpikir untuk mendiskreditkan Sang Tathāgata, ia malah memuji Beliau; [69] karena adalah pujian terhadap Sang Tathāgata dengan mengatakan: ‘Ketika Beliau mengajarkan Dhamma kepada orang lain, Dhamma itu menuntun-Nya, jika ia mempraktikkannya, menuju kehancuran total penderitaan.’

5. “Sāriputta, orang sesat Sunakkhatta tidak akan pernah berpendapat tentang-Ku sesuai dengan Dhamma: ‘Bahwa Sang Bhagavā adalah sempurna, tercerahkan sepenuhnya, sempurna dalam pengetahuan sejati dan perilaku, mulia, pengenal segenap alam, pemimpin yang tanpa bandingan bagi orang-orang yang harus dijinakkan, guru para dewa dan manusia, tercerahkan, terberkahi.’

6. “Dan ia tidak akan pernah berpendapat tentang-Ku sesuai dengan Dhamma: ‘Bahwa Sang Bhagavā menikmati berbagai jenis kekuatan batin: dari satu Beliau menjadi banyak; dari banyak Beliau menjadi satu, Beliau muncul dan lenyap; Beliau bepergian tanpa terhalangi oleh dinding, menembus tembok, menembus gunung seolah-olah menembus ruang kosong; Beliau menyelam masuk dan keluar dari tanah seolah-olah di dalam air; Beliau berjalan di atas air tanpa tenggelam seolah-olah di atas tanah; duduk bersila, Beliau bepergian di angkasa seperti burung; dengan tangan-Nya Beliau menyentuh dan menepuk bulan dan matahari begitu kuat dan perkasa; Beliau mengerahkan kekuatan jasmani, hingga sejauh alam-Brahma.’

7. “Dan ia tidak akan pernah berpendapat tentang-Ku sesuai dengan Dhamma: ‘Dengan unsur telinga dewa, yang murni dan melampaui manusia, Sang Bhagavā mendengar kedua jenis suara, suara surgawi dan suara manusia, yang jauh maupun dekat.’

8. “Dan ia tidak akan pernah berpendapat tentang-Ku sesuai dengan Dhamma: ‘Bahwa Sang Bhagavā melingkupi pikiran makhluk-makhluk lain, orang-orang lain dengan pikiran-Nya. Beliau memahami pikiran yang terpengaruh nafsu sebagai terpengaruh nafsu dan pikiran yang tidak terpengaruh nafsu sebagai tidak terpengaruh nafsu; Beliau memahami pikiran yang terpengaruh kebencian sebagai terpengaruh kebencian dan pikiran yang tidak terpengaruh kebencian sebagai tidak terpengaruh kebencian; Beliau memahami pikiran yang terpengaruh kebodohan sebagai terpengaruh kebodohan dan pikiran yang tidak terpengaruh kebodohan sebagai tidak terpengaruh kebodohan; Beliau memahami pikiran yang mengerut sebagai mengerut dan pikiran yang kacau sebagai kacau; Beliau memahami pikiran luhur sebagai luhur dan pikiran tidak luhur sebagai tidak luhur; Beliau memahami pikiran yang terbatas sebagai terbatas dan pikiran yang tidak terbatas sebagai tidak terbatas; Beliau memahami pikiran terkonsentrasi sebagai terkonsentrasi dan pikiran tidak terkonsentrasi sebagai tidak terkonsentrasi; Beliau memahami pikiran yang terbebaskan sebagai terbebaskan dan pikiran yang tidak terbebaskan sebagai tidak terbebaskan.’

(SEPULUH KEKUATAN SEORANG TATHĀGATA)

9. “Sāriputta, Sang Tathāgata memiliki sepuluh kekuatan ini, yang dengan memilikinya, Beliau diakui sebagai pemimpin kelompok, mengaumkan auman singa dalam kelompok, dan memutar Roda Brahmā.  Apakah sepuluh ini?

10. (1) “Di sini, Sang Tathāgata memahami sebagaimana adanya, yang mungkin sebagai yang mungkin dan yang tidak mungkin sebagai yang tidak mungkin.[ ] Dan itu [70] adalah kekuatan seorang Tathāgata yang dimiliki oleh Sang Tathāgata, yang dengan memilikinya, Beliau diakui sebagai pemimpin kelompok, mengaumkan auman singa dalam kelompok, dan memutar Roda Brahmā.

11. (2) “Kemudian, Sang Tathāgata memahami sebagaimana adanya, akibat-akibat dari perbuatan-perbuatan yang dilakukamn, di masa lalu, di masa depan, dan di masa sekarang, dengan kemungkinan dan dengan penyebabnya. Itu juga adalah kekuatan seorang Tathāgata ….

12. (3) “Kemudian, Sang Tathāgata memahami sebagaimana adanya, Jalan yang mengarah menuju semua alam tujuan kelahiran kembali. Itu juga adalah kekuatan seorang Tathāgata ….

13. (4) “Kemudian, Sang Tathāgata memahami sebagaimana adanya, dunia dengan banyak unsur yang berbeda-beda. Itu juga adalah kekuatan seorang Tathāgata ….

14. (5) “Kemudian, Sang Tathāgata memahami sebagaimana adanya, Bbagaimana makhluk-makhluk memiliki kecenderungan yang berbeda-beda. Itu juga adalah kekuatan seorang Tathāgata ….

15. (6) “Kemudian, Sang Tathāgata memahami sebagaimana adanya, watak dari indria makhluk-makhluk lain, orang-orang lain. Itu juga adalah kekuatan seorang Tathāgata ….

16. (7) “Kemudian, Sang Tathāgata memahami sebagaimana adanya, kekotoran, pemurnian, dan kemunculan sehubungan dengan jhāna, kebebasan, konsentrasim, dan pencapaian. Itu juga adalah kekuatan seorang Tathāgata ….

17. (8) “Kemudian, Sang Tathāgata Mmengingat banyak kehidupan lampaunya, yaitu,: satu kelahiran, dua kelahiran … (seperti Sutta 4, §27) … Demikianlah beserta aspek dan ciri-cirinya, Beliau mengingat banyak kehidupan lampau. Itu juga adalah kekuatan seorang Tathāgata ….

18. (9) “Kemudian, Ddengan mata dewa, yang murni dan melampaui manusia, Sang Tathāgata melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan muncul kembali, hina dan mulia, cantik dan buruk rupa, beruntung dan tidak beruntung … (seperti Sutta 4, §29) … [71] … dan Beliau memahami, bagaimana makhluk-makhluk berlanjut sesuai dengan perbuatan mereka. Itu juga adalah kekuatan seorang Tathāgata ….

19. (10) “Kemudian, dengan menembusnya bagi diri-Nya sendiri dengan pengetahuan langsung, Sang Tathāgata, di sini dan saat ini, masuk dan berdiam dalam kebebasan pikiran dan kebebasan melalui kebijaksanaan yang tanpa noda dengan hancurnya noda-noda. Itu juga adalah kekuatan seorang Tathāgata yang dimiliki oleh Sang Tathāgata, yang dengan memilikinya, Beliau diakui sebagai pemimpin kelompok, mengaumkan auman singa dalam kelompok, dan memutar Roda Brahmā.

20. “Sang Tathāgata memiliki sepuluh kekuatan ini, yang dengan memilikinya, Beliau diakui sebagai pemimpin kelompok, mengaumkan auman singa dalam kelompok, dan memutar Roda Brahmā.

21. “Sāriputta, ketika Aku mengetahui dan melihat demikian, jika siapapun juga mengatakan tentang-Ku: ‘Petapa Gotama tidak memiliki kondisi yang melampaui manusia, tidak memiliki keluhuran dalam hal pengetahuan dan penglihatan selayaknya para mulia. Petapa Gotama mengajarkan Dhamma [(hanya sekadar)] menggunakan logika, mengikuti jalur pencarian-Nya sendiri saat muncul dalam diri-Nya’ jika ia tidak meninggalkan  pernyataan itu dan kondisi pikiran itu, dan melepaskan pandangan itu, maka [(seolah-olah)] ia dibawa dan diletakkan di sana, ia pasti akan berakhir di neraka.  Bagaikan seorang bhikkhu yang memiliki moralitas, konsentrasi, dan kebijaksanaan, akan menikmati pengetahuan akhir, di sini dan saat ini, demikian pula akan terjadi dalam kasus ini, Aku katakan, bahwa jika ia tidak meninggalkan [ ]pernyataan itu dan kondisi pikiran itu, dan melepaskan pandangan itu, maka [(seolah-olah)] ia dibawa dan diletakkan di sana, ia pasti akan berakhir di neraka.

(EMPAT JENIS KEBERANIAN)

22. “Sāriputta, Sang Tathāgata memiliki empat jenis keberanian ini, yang dengan memilikinya, Beliau diakui sebagai pemimpin kelompok, mengaumkan auman singa dalam kelompok, dan memutar Roda Brahmā. Apakah empat ini?

23. “Di sini, Aku tidak melihat dasar, yang dengannya petapa atau brahmana atau dewa atau Māra atau Brahmāmana atau siapapun juga di dunia ini mampu, sesuai dengan Dhamma, menuduh-Ku sebagai berikut: ‘Walaupun Engkau mengaku telah mencapai Pencerahan Sempurna, namun Engkau tidak tercerahkan sempurna sehubungan dengan hal-hal tertentu.’ [72] Dan melihat tidak ada dasar untuk itu, Aku berdiam dengan aman, tanpa ketakutan, dan dengan berani.

24. “Aku tidak melihat dasar, yang dengannya petapa … atau siapapun juga dapat menuduh-Ku sebagai berikut: ‘Walaupun Engkau mengaku telah menghancurkan noda-noda, namun noda-noda ini belum Engkau hancurkan.’ Dan melihat tidak ada dasar untuk itu, Aku berdiam dengan aman, tanpa ketakutan, dan dengan berani.

25. “Aku tidak melihat dasar, yang dengannya petapa … atau siapapun juga dapat menuduh-Ku sebagai berikut: ‘Hal-hal yang Engkau sebut sebagai rintangan, tidak mampu menghalangi seseorang yang menikmatinya.’ Dan melihat tidak ada dasar untuk itu, Aku berdiam dengan aman, tanpa ketakutan, dan dengan berani.

26. “Aku tidak melihat dasar, yang dengannya petapa … atau siapapun juga dapat menuduh-Ku sebagai berikut: ‘Ketika Engkau mengajarkan Dhamma kepada seseorang, Dhamma itu tidak menuntunnya pada kehancuran total penderitaan jika ia mempraktikkannya.’ Dan melihat tidak ada dasar untuk itu, Aku berdiam dengan aman, tanpa ketakutan, dan dengan berani.

27. “Seorang Tathāgata memiliki empat jenis keberanian ini, yang dengan memilikinya, Beliau diakui sebagai pemimpin kelompok, mengaumkan auman singa dalam kelompok, dan memutar Roda Brahmā.

28. “Sāriputta, ketika Aku mengetahui dan melihat demikian, jika siapapun juga mengatakan tentang-Ku … ia pasti akan berakhir di neraka.

(DELAPAN KELOMPOK)

29. “Sāriputta, terdapat delapan kelompok ini. Apakah delapan ini? Kelompok para mulia, kelompok para brahmana, kelompok para perumah tangga, kelompok para petapa, kelompok para dewa di alam surga Empat Raja Dewa, kelompok para dewa di alam surga Tiga Puluh Tiga, kelompok para pengikut Māra, kelompok para Brahmā. Dengan memiliki empat jenis keberanian ini, Sang Tathāgata mendekati dan memasuki delapan kelompok ini.

30. “Aku ingat pernah mendekati ratusan kelompok para mulia … ratusan kelompok para brahmana … ratusan kelompok para perumah tangga … ratusan kelompok para petapa … ratusan kelompok para dewa di alam surga Empat Raja Dewa … ratusan kelompok para dewa di alam surga Tiga Puluh Tiga, … ratusan kelompok para pengikut Māra … ratusan  kelompok para Brahmā. Dan Aku pernah duduk bersama mereka di sana dan berbicara dengan mereka dan berbincang-bincang dengan mereka, namun Aku melihat tidak ada dasar untuk berpikir bahwa, ketakutan atau rasa segan akan menghampiri-Ku. Dan melihat tidak adanya dasar untuk itu, Aku berdiam dengan aman, tanpa ketakuntan, dan dengan berani. [73]

31. “Sariputta, ketika Aku mengetahui dan melihat demikian, jika siapapun juga mengatakan tentang-Ku … ia pasti akan berakhir di neraka.

(EMPAT JENIS GENERASI)

32. “Sāriputta, terdapat empat jenis generasi ini. Apakah empat ini? Generasi yang terlahir dari telur, generasi yang terlahir dari rahim, generasi yang terlahir dari kelembaban, dan generasi yang terlahir spontan.

33. “Apakah generasi yang terlahir dari telur? Terdapat makhluk-makhluk ini yang terlahir dengan memecahkan cangkang sebutir telur:; ini disebut generasi yang terlahir dari telur. Apakah generasi yang terlahir dari rahim? Terdapat makhluk-makhluk ini yang terlahir dengan memecahkan selaput pembungkus janin:; ini disebut generasi yang terlahir dari rahim. Apakah generasi yang terlahir dari kelembaban? Terdapat makhluk-makhluk ini yang terlahir di dalam  ikan busuk, di dalam mayat busuk, di dalam bubur busuk, di dalam lubang kakus, atau di dalam saluran air:; ini disebut generasi yang terlahir dari kelembaban. Apakah generasi yang terlahir spontan? Terdapat para dewa dan para penghuni neraka dan manusia-manusia tertentu dan beberapa makhluk di alam rendah:; ini disebut generasi yang terlahir spontan. Ini adalah empat jenis generasi.

34. “Sariputta, ketika Aku mengetahui dan melihat demikian, jika siapapun juga mengatakan tentang-Ku … ia pasti akan berakhir di neraka.


27
Quote
34. “Dan apakah kemelekatan?  Apakah asal-mula kemelekatan? Apakah lenyapnya kemelekatan? Apakah jalan menuju lenyapnya kemelekatan? Terdapat empat [51] jenis kemelekatan ini: kemelekatan pada kenikmatan indria, kemelekatan pada pandangan-pandangan, kemelekatan pada aturan dan upacara, dan kemelekatan pada doktrin diri.  Dengan munculnya keinginan,[ ]maka muncul pula kemelekatan. Dengan lenyapnya keinginan, maka lenyap pula kemelekatan. Jalan menuju lenyapnya kemelekatan adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan ini; yaitu, pandangan benar … konsentrasi benar.

28
9  Sammādiṭṭhi Sutta
Pandangan Benar


1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Di sana,  Yang Mulia Sāriputta memanggil para bhikkhu: “Teman-teman, para bhikkhu.” – “Teman,” mereka menjawab. Yang Mulia Sāriputta berkata sebagai berikut:

“Sesungguhnya, teman, kami datang dari jauh untuk mempelajari makna pernyataan ini dari Yang Mulia Sāriputta. Baik sekali jika Yang Mulia Sāriputta sudi menjelaskan makna pernyataan ini. Setelah mendengarkannya darinya para bhikkhu akan mengingatnya.”

Yang Mulia, ----> kelhatannya lebih cocok

trus mengapa di tiap akhir kalimat tidak ad petik dua-nya sbg penutup ya? bila ditutup misal pada no. 8 (per topik utama), kenapa di no 4 dst diawali tanda petik 2 lagi y?

4. “Dan apakah, teman-teman, yang tidak bermanfaat? Apakah akar dari yang tidak bermanfaat? Apakah yang bermanfaat? Apakah akar dari yang bermanfaat?

6. tidak-bermusuhan adalah bermanfaat;

8. dan dengan meninggalkan kebodohan dan membangkitkan pengetahuan sejati, ia di sini dan saat ini mengakhiri penderitaan.

9. Dengan mengatakan, “Bagus, teman,” para bhhikkhu gembira mendengarkan kata-kata Yang Mulia Sāriputta.

10. “Ketika, teman-teman, seorang siswa mulia memahami makanan, asal-mula makanan, lenyapnya makanan, dan jalan menuju lenyapnya makanan. Dengan cara itulah ia menjadi berpandangan benar … dan telah sampai pada [48] Dhamma sejati ini.

11. “Dan apakah makanan, apakah asal-mula makanan? Apakah lenyapnya makanan? Apakah jalan menuju lenyapnya makanan? Ada empat jenis makanan untuk memelihara makhluk-makhluk yang telah terlahir dan untuk menyokong mereka yang mencari kehidupan baru. Apakah empat ini? Yaitu: makanan fisik sebagai makanan, kasar atau halus; kontak sebagai yang ke-dua; kehendak pikiran sebagai yang ke-tiga; dan kesadaran sebagai yang ke-empat.  Dengan munculnya keinginan maka muncul pula makanan. Dengan lenyapnya keinginan maka lenyap pula makanan. Jalan menuju lenyapnya makanan adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan ini; yaitu, pandangan benar, kehendak benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar.

12. dan dengan meninggalkan kebodohan dan membangkitkan pengetahuan sejati, ia di sini dan saat ini mengakhiri penderitaan.

13. Dengan mengatakan, “Bagus, teman,” para bhhikkhu gembira mendengarkan kata-kata Yang Mulia Sāriputta. Kemudian mereka mengajukan pertanyaan lebih lanjut: “Tetapi, teman, adakah cara lain yang mana seorang siswa mulia menjadi berpandangan benar … dan telah sampai pada Dhamma sejati ini?” – “Ada, teman-teman.

15. “Dan apakah penderitaan, apakah asal-mula penderitaan? Apakah lenyapnya penderitaan? Apakah jalan menuju lenyapnya penderitaan? Kelahiran adalah penderitaan; penuaan adalah penderitaan; sakit adalah penderitaan; kematian adalah penderitaan; duka-cita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan keputus-asaan adalah penderitaan; tidak memperoleh apa yang diinginkan adalah penderitaan; singkatnya, kelima kelompok unsur kehidupan yang terpengaruh oleh kemelekatan adalah penderitaan. Ini disebut penderitaan.

20. Dengan mengatakan, “Bagus, teman,” para bhhikkhu gembira

22. “Dan apakah penuaan dan kematian? Apakah asal-mula penuaan dan kematian? Apakah lenyapnya penuaan dan kematian? Apakah jalan menuju lenyapnya penuaan dan kematian? Penuaan makhluk-makhluk dalam berbagai urutan penjelmaan, usia tua, gigi tanggal, rambut memutih, kulit keriput, kehidupan menurun, indria-indria melemah – ini disebut penuaan. Berlalunya makhluk-makhluk dalam berbagai urutan makhluk-makhluk, kematiannya, terputusnya, lenyapnya, sekarat, selesainya waktu, hancurnya kelompok-kelompok unsur kehidupan,  terbaringnya tubuh – ini disebut kematian. Maka penuaan ini dan kematian ini adalah apa yang disebut dengan penuaan dan kematian. Dengan munculnya kelahiran, maka muncul pula penuaan dan kematian. Dengan lenyapnya kelahiran, maka lenyap pula penuaan dan kematian. Jalan menuju lenyapnya penuaan dan kematian adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan ini; yaitu, pandangan benar … konsentrasi benar.

24. Dengan mengatakan, “Bagus, teman,” para bhhikkhu gembira

26. “Dan apakah kelahiran? Apakah asal-mula kelahiran? Apakah lenyapnya kelahiran? Apakah jalan menuju lenyapnya kelahiran? Kelahiran makhluk-makhluk adalah berbagai urutan penjelmaan, akan terlahir, berdiam [(dalam rahim)], pembentukan, perwujudan kelompok-kelompok unsur kehidupan, memperoleh landasan-landasan kontak  - ini disebut kelahiran. Dengan munculnya penjelmaan, maka muncul pula kelahiran. Dengan lenyapnya penjelmaan, maka lenyap pula kelahiran. Jalan menuju lenyapnya kelahiran adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan ini; yaitu, pandangan benar … konsentrasi benar.

28. Dengan mengatakan, “Bagus, teman,” para bhhikkhu gembira

30. “Dan apakah penjelmaan? Apakah asal mula penjelmaan? Apakah lenyapnya penjelmaan? Apakah jalan menuju lenyapnya penjelmaan? Terdapat tiga jenis penjelmaan ini: penjelmaan alam indria, penjelmaan berbentuk, dan makhluk tanpa bentuk.  Dengan munculnya kemelekatan, maka muncul pula penjelmaan. Dengan lenyapnya kemelekatan, maka lenyap pula penjelmaan. Jalan menuju lenyapnya penjelmaan adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan ini; yaitu, pandangan benar … konsentrasi benar.

32. Dengan mengatakan, “Bagus, teman,” para bhhikkhu

34. “Dan apakah kemelekatan? Apakah asal-mula kemelekatan? Apakah lenyapnya kemelekatan? Apakah jalan menuju lenyapnya kemelekatan? Terdapat empat [51] jenis kemelekatan ini: kemelekatan pada kenikmatan indria, kemelekatan pada pandangan-pandangan, kemelekatan pada aturan dan upacara, dan kemelekatan pada doktrin diri.  Dengan munculnya keinginan,maka muncul pula kemelekatan. Dengan lenyapnya keinginan, maka lenyap pula kemelekatan. Jalan menuju lenyapnya kemelekatan adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan ini; yaitu, pandangan benar … konsentrasi benar.

36. Dengan mengatakan, “Bagus, teman,” para bhhikkhu

dst, koreksi di bagian yg sama yg berulang

38. keinginan akan obyek-obyek sentuhan, dan keinginan akan obyek-obyek pikiran.

42. dan perasaan yang muncul dari kontak-pikiran.

46. dan kontak-pikiran.

50. dan landasan-pikiran. 

CMIIW

29
Hobi dan Kegiatan Ektrakulikuler / Re: Lotus *Bukan teratai*
« on: 28 July 2010, 08:33:14 PM »
bukannya di situlah letak asiknya nanam sesuatu
:)
itu yg bedain hobi dgn skdr suka/pengen punya.. di prosesnya...
ya gak...?
:)

ko medho kan ad beberapa jenis, pernah coba disilangin gak? mana tau dapet hasil yg ok..

30
Hobi dan Kegiatan Ektrakulikuler / Re: para penggemar papercraft
« on: 27 July 2010, 11:30:57 PM »
buat yg tertarik, link ny nih: www.paper-replika.com ato paperpokes.com khusus replika pokemon.. kalo gak googling aja.. banyak koq situsnya dlm n luar negri..
banyak banget templateny..
bikin replika cocok buat melatih kesabaran n ketelitian..:)

Pages: 1 [2] 3 4